METODE. Kata kunci: inkuiri terbimbing, hasil belajar, larutan elektrolit dan larutan non elektrolit

dokumen-dokumen yang mirip
Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

Dita Ningtias, Ridwan Joharmawan, Yahmin Universitas Negeri Malang

Inge Ratna Dwi Alitalya, Puger Honggowiyono. Kata-kata kunci: Numbered Head Together (NHT), CTL, NHT berbasis CTL

Kata kunci: Learning Cycle 5 Fase, stoikiometri, prestasi belajar

Ary Nuraini Nachdhiyah, Endang Budiasih, Dedek Sukarianingsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang

PENERAPAN STAD DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Binti Wulansari, Srini M Iskandar, dan Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia FMIPA

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

Kata kunci: Inkuiri Terbimbing kolaboratif, hidrolisis garam

Wahyu Nugraha Putra, Sujono; Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan

Puger Honggowiyono, Dedy Arif Budiawan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TSTS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X MAN 3 MALANG PADA MATERI REAKSI REDOKS

BAB III METODE PENELITIAN

Fesy Mintania, Muhammad Su aidy, dan I Wayan Dasna Jurusan Kimia FMIPA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

Ragil Kurnianingsih 1, Srini M. Iskandar 1, dan Dermawan Afandy 1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN STRATEGI DISCOVERY- INQUIRY. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KESAMBEN JOMBANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Swadhipa Tahun

Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk Penelitian Kuantitatif dengan metode quasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar

III. METODE PENELITIAN. Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS IX SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Kimia Analis (KA) SMK-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN FLIPCARD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experiment) atau sering dikenal

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap:

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Iqma Novianty, Oktavia Sulistina, Neena Zakia Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN

Soepri Tjahjono Moedji Widodo ABSTRAK

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Mono Eviyanto, Ridwan Joharmawan, Dermawan Afandy Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis quasi eksperiment.

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

III. METODE PENELITIAN

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

BAB III METODE PENELITIAN

OLEH ELLA CHINTYA PIARUCCI A1C110009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya

BAB III METODE PENELITIAN

OLEH : ESTU KARLINA PUTRI NPM :

BAB III METODE PENELITIAN

Rezki Hidayat*, Maria Erna **, R Usman Rery*** NO Hp:

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Lamtaruli Purba RSA1C113025

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Metro dengan kelas X yang berjumlah 8

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN ARTIKULASI MATERI GERAK TUMBUHAN

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

III. METODE PENELITIAN. data dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode yang akan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini ditujukan pada pengembangan model pembelajaran kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT KELAS X SMA NEGERI 2 MALANG Hidya Septina Rahayu, M. Su aidy, Fauziatul F. Universitas Negeri Malang Email: Hidyaseptina@gmail.com ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum dan bagaimanakah hasil belajar afektif serta psikomotorik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan model pembelajaran ceramah-praktikum. Data dikumpulkan dengan menggunakan soal tes dengan lima pilihan jawaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (dengan skor rata-rata 90,14) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum (dengan skor rata-rata 88,47). Hasil belajar afektif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (skor rata-ratanya 74,53) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum (skor rata-ratanya 65,34). Hasil belajar psikomotorik siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memperoleh skor rata-rata 74,80 lebih baik daripada skor rata-rata siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum 68,33. Kata kunci: inkuiri terbimbing, hasil belajar, larutan elektrolit dan larutan non elektrolit Kimia merupakan salah satu mata pelajaran sains yang sering dianggap sulit oleh siswa. Kesulitan dalam mempelajari ilmu kimia terkait dengan karakteristik ilmu kimia, antara lain: materi ilmu kimia mayoritas bersifat abstrak, sifat materi ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat. Berdasarkan karakteristik ilmu kimia di atas, kegiatan pembelajaran hendaknya menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu materi kimia yang diajarkan adalah larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Materi ini akan lebih mudah dipahami siswa jika dilakukan dengan disertai kegiatan praktikum. Untuk itu ada beberapa model pembelajaran yang dapat diusulkan agar siswa dapat lebih mudah memahami karakteristik materi ini, salah satunya adalah model pembelajaran inkuiri. Menurut Pavelich dan Abraham (2011:3), model pembelajaran inkuiri dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inkuiri terbuka/ bebas (free inquiry) dan inkuiri terbimbing (guided inquiry). Model pembelajaran inkuiri terbuka/ bebas merupakan model pembelajaran inkuiri yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencari atau merumuskan masalah tentang topik yang dipilih guru dan merencanakan sendiri penyelidikannya (Depdiknas, 2008:12), sedangkan dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing suatu masalah dirumuskan oleh guru dan siswa dibimbing untuk memecahkannya. Beberapa tahapan yang dilakukan selama menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Rumusan masalah METODE

Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Pebruari tahun 2013 dan menggunakan rancangan eksperimen semu (Quasy Exsperimental Design) post test only dan rancangan deskriptif. Rancangan eksperimen digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Rancangan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-IPA SMA Negeri 2 Malang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen perlakuan (silabus, RPP, Handout, dan LKS) dan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit berjumlah 35 soal tes obyektif dan masing-masing soal memiliki 5 alternatif jawaban. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan merupakan instrumen yang digunakan untuk memberi perlakuan kepada siswa selama proses pembelajaran. Instrumen ini berupa silabus pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hand out dan LKS yang disusun berdasarkan standard kompetensi dasar. Instrumen pengukuran dalam penelitian ini, yaitu instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data hasil belajar kognitif berupa soal tes pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban yang memiliki validitas butir soal antara 0,520-0,629; tingkat kesukaran butir soal antara 0,572-0,886; daya beda butir soal antara 0,235-0,471 dan reliabilitasnya sebesar 0,924. Untuk mengukur hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa digunakan lembar observasi. Pada penelitian ini diperoleh dua data siswa. Pertama, data kemampuan awal siswa berupa nilai tes materi reaksi redoks. Kedua, data hasil belajar siswa yang diperoleh dari merata-rata nilai tes larutan elektrolit dan nonelektrolit. Analisis data hasil belajar siswa dilakukan dengan menggunakan uji t independent, yang terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas varian. HASIL Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa Data kemampuan awal siswa diperoleh dari hasil ulangan harian materi reaksi redoks. Sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari rata-rata hasil ulangan harian materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Deskripsi data kemampuan awal siswa dan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel. Tabel 3.1 Data Kemampuan Awal Siswa dan Hasil Belajar Uraian Kemampuan Awal Siswa Hasil Belajar Siswa Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Jumlah siswa 35 36 35 36 Rata-rata 76,94 76,72 92,97 86,50 Median 78,00 80,50 94,00 85,59 Nilai tertinggi 91,00 94,00 100,00 100,00 Nilai terendah 54,00 33,00 81,00 76,00 Hasil Analisis Data Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Siswa

Data kemampuan awal siswa digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas yang digunakan memiliki kemampuan awal yang sama atau berbeda. Hipotesis pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum. Untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama dan untuk pengujian hipotesis dianalisis menggunakan uji t independent dengan bantuan SPSS 17.0 for Windows. Sebelum diuji perlu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varian. Berdasarkan hasil uji persyaratan analisis diperoleh bahwa data kemampuan awal dan hasil belajar siswa memiliki sebaran normal dan memiliki ragam yang homogen. Hasil uji t independent, dapat dilihat pada Tabel 3.2 dibawah ini: Tabel 3.2 Hasil uji t independent df Nilai Signifikansi Kemampuan Awal 69 0,993 Hasil Belajar 69 0,012 Berdasarkan Tabel 3.2 di atas diperoleh nilai signifikansi kemampuan awal siswa sebesar 0,993. Oleh karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang sama. Sedangkan nilai signifikansi data hasil belajar siswa sebesar 0,012. Oleh karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi lerutan elektrolit dan non elektrolit. PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki tahapan-tahapan yang dapat mendorong siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui kegiatan praktikum atau pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diamati. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada penelitian ini dapat terlaksana dengan baik, semua tahap-tahap dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilakukan dengan baik. Namun, pada pertemuan pertama masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat hipotesis. Karena banyak siswa yang masih belum bisa membuat hipotesis, akhirnya guru membimbing siswa dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada hipotesis yang akan dibuat. B. Hasil Belajar Kognitif Siswa Hasil uji hipotesis menunjukkan ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang

diajar dengan model pembelajaran ceramah praktikum. Hasil belajar psikomotorik siswa didapat melalui lembar observasi selama kegiatan pembelajaran praktikum dapat diketahui bahwa rata-rata nilai psikomotorik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan pada kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki skor rata-rata 92,97, sedangkan siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramahpraktikum memiliki skor rata-rata 86,50. Menurut Fay sebagimana dikuitip oleh Alfishyar (2011: 14), partisipasi siswa saat pembelajaran dalam hal mengajukan pertanyaan, menyususn hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data merupakan aktivitas yang berkaitan erat dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sehingga, siswa akan berperan aktif selama proses pembelajaran dan diharapkan hasil belajar kognitif siswa juga akan semakin lebih baik. Hal ini dimungkinkan karena siswa dituntut untuk berperan aktif selama proses pembelajaran. C. Hasil Belajar Afektif Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai afektif tiap pertemuan pada siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan. Hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dibedakan dengan membandingkan skor rata-rata dan prosentase yang terdapat dalam rubrik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Skor rata-rata untuk kelas eksperimen, yaitu 77,53 dan untuk kelas kontrol, yaitu 65,34. Hal ini dimungkinkan karena siswa dituntut untuk berperan aktif selama proses pembelajaran. D. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Hasil belajar psikomotorik siswa didapat melalui lembar observasi selama kegiatan pembelajaran praktikum. Nilai rata-rata untuk kelas eksperimen, yaitu 74,80 dan kelas kontrol, yaitu 68,33. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramah-praktikum. Pengaruh pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing membuat siswa terampil dalam mengumpulkan data melalui kegiatan praktikum atau pengamatan secara langsung, mengolah serta menganalisis data untuk memperoleh kesimpulan. PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar kognitif antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramah-praktikum. Nilai rata-rata siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing (92,97) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramah-praktikum (86,50)

2. Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (77,53) lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum (65,34). Jumlah siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramah-praktikum memiliki nilai hasil belajar afektif dengan kriteria cukup sebesar 6%; kriteria baik sebesar 88%; dan kriteria sangat baik sebesar 6%. Jumlah siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang memiliki nilai hasil belajar afektif dengan kriteria cukup sebesar 0%; kriteria baik sebesar 57%; dan kriteria sangat baik sebesar 43%. 3. Rata-rata hasil belajar psikomotor siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (74,80) lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum (68,33). Jumlah siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ceramah-praktikum memiliki nilai hasil belajar psikomotor dengan kriteria cukup sebesar 23%; kriteria baik sebesar 39%; dan kriteria sangat baik sebesar 38%. Jumlah siswa yang diajar menngunakan model pembelajaran inuiri terbimbing yang memiliki nilai hasil belajar psikomotor dengan kriteria cukup sebesar 9%; kriteria baik sebesar 49%; dan kriteria sangat baik sebesar 42%. Saran Apabila ingin menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing perlu mempertimbangkan waktu pembelajaran karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan guru kimia sebaiknya mengulang konsep dasar yang berkaitan dengan materi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit, serta merancang strategi pembelajarannya disesuaikan karakteristik materinya DAFTAR RUJUKAN Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga Universitas Press. Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sastrawijaya, T. 1988. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Setiawan, Dhidik. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terhadap Ketuntasan Hasil Belajar Siswa di SMKN 3 Buduran Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 2 (1): 303-304. Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nana, S. 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: PT Sinar Baru. Nana, S. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ibrahim, M. 2007. Pembelajaran Inkuiri, (Online), (http://herfis.blogspot.com/2010/07/pembelajaran-inkuiri.html),diakses 3 Desember 2010 Mahmuddin. 2010. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran, (Online), (http://www.mahmuddin_blog/wordpress.com), diakses 22 Agustus 2010. Munawar, I. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar, (Online), (http://www.indramunawar. blogspot.com), diakses 22 Agustus 2010.