ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CILACAP

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKAlVAN TANGKAP KABWATEN CILACAP

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENENTUAN KOMODITAS HASIL TANGKAPAN UNGGULAN DI KOTA SIBOLGA

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH DI KABUPATEN PATI MENGGUNAKAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN MULTIPLIER EFFECT

KAJIAN IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN PROVINSI LAMPUNG. Jamhari Hadipurwanta dan Bariot Hafif

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

Ikan Sebelah. Manyung 1 680,00 0,00 232,00 0,00 292,00 385,00 0,00 218,00 0,00 253,00 37,00 0,00 209,00 23,00 314,00 31,00 0,00 32,00 0,00 31,00

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN REMBANG. Analysis Superior Commodities of Catch Fisheries in Rembang Regency

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

1. Pendahuluan IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN INDRAMAYU

Katalog BPS:

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

Role and Contribution Of Fisheries Sector for Economy at Rokan Hilir Regency Riau Province ABSTRACT

The Potency of Secondary Crops in Regional Development of Banyumas Regency. Altri Mulyani; Alpha Nadeira Mandamdari *

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JULI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2013

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWATIMUR BULAN NOVEMBER 2015

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR PERIKANAN PADA STRUKTUR PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2015

Economics Development Analysis Journal

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2016

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 304/MPP/Kep/4/2002 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN IKAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 2017

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 2012

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

KONTRIBUSI PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PENYEDIAAN PANGAN IKAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI. Oleh: Yusma Damayanti 1*

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITAS BUDIDAYA DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Di lain pihak, Dahuri (2004) menyatakan bahwa potensi perikanan tangkap di laut

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN BERBASIS KOMODITAS POTENSIAL DI TELUK LAMPUNG 1

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI JAWA TENGAH. Basic Commoditties Analysis of Capture Fisheries in Central Java Province

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRACT. KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN BERBASIS KOMODITAS POTENSIAL DI TELUK LAMPUNG

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

KINERJA KEUNGGULAN BERSAING KOMODITAS MINAPOLITAN KABUPATEN KONAWE SELATAN

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data

KOMODITI UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP DI TELUK BANTEN (Leading Commodity of Capture Fisheries in Banten Bay)

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGEMBANGAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN PEKALONGAN. Nova Rodhiyana Mustofa, Abdul Kohar Mudzakir, Faik Kurohman

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELUANG PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2012

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

1. Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12 No. 2, Agustus 2007 Hal: namun sering harganya melambung tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh nelayan. Pe

ELASTISITAS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP KOTA TEGAL PRODUCTION ELASTICITY OF TEGAL MARINE CATCHING FISHERIES

KONDISI DAN PERMASALAHAN INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP

ANALISIS PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS TANGKAP KOMODITAS PERIKANAN LAUT UNGGULAN DI KOTA TEGAL Intan Zulfiani Nasyahta Dila, Darsono, Setyowati

Monitoring tren dan produktivitas hasil tangkapan kapal huhate yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

PERANAN SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN KINERJA TERHADAP PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. Henita Astuti 1, Sumarlin 2

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI. Oleh: M. Rifqi Hidayatullah NIM

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

Transkripsi:

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CILACAP Location Quotient (LQ) Analysis for Primer Fish Determination Fisheries Capture at Cilacap Regency OLEH: Abdul Kohar M dan Agus Suherman Dosen Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan, FPIK, Universitas Diponegoro, Semarang Email : a_kohar_fish@yahoo.com Abstract This research was conducted to answer same question about what fish commodities would be developed in order to improve fishermen income and to make a high contribution on the economy of Cilacap Regency of Central Java Province by using Location Quotient Analysis. The objectives of this research are (1) to analyze what commodity which based on capture fishery sector; and (2) to analyze primer fish commodities from capture fisheries sector. his research method used study and continued to descriptive analysis. Data were analyzed in this research came from secondary data i.e production data of Cilacap, of Central Java Province from 1999 to 2003. Data were analyzed by using economical mathematics which is supported by Excel computer program. The result showed that (1) commodities which based on capture fisheries sector that would be a key factor for regional development of Cilacap Regency had LQ values were bigger then I, therefore for regional the commodity might be exported. For example in big pelagic fish i.e. skipjack tuna LQ= 23.27) and snapper (LQ=1.22); in demersal fish i.e. white pomfret (LQ=9.72), layur (LQ=8.38), black pomfret (LQ=6.75) and shark (LQ=6.14), shrimp (LQ=8.77) and squid (LQ=1.40), (2) primer commodity of fish from capture fisheries of Cilacap Regency, i.e. skipjack tuna, layur, shark, shrimp, and squid, snapper, white pomfret and black pomfret. Those primer fish commodities would be promote as key commodities in capture fisheries development because they would improve income and their contribution in regional economy in terms of export value. Key words : commodity, fisheries sector, economy, Cilacap Regency Abstrak Penelitian ini akan mencoba menjawab pertanyaan tentang komoditas ikan apa yang akan dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan mempunyai kontribusi yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis komoditas basis pada sektor perikanan tangkap (jenis ikan hasil tangkapan) yang dapat menjadi sektor kunci pembangunan wilayah; dan (2) menganalisis penentuan komoditas ikan unggulan dari sektor perikanan tangkap. Metode penelitian menggunakan studi kasus dan dilanjutkan dengan analisis deskriptif. Data yang dianalisis adalah data sekunder yaitu data produksi perikanan Kabupaten Cilacap dan Provinsi Jawa Tengah tahun 1999-2003. Analisis data dilakukan dengan menggunakan matematika ekonomi dengan program excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) komoditas basis pada sektor perikanan tangkap yang dapat menjadi sektor kunci pembangunan wilayah) pada Kabupaten Cilacap yang ditunjukkan dengan nilai LQ yang lebih besar dari 1, sehingga komoditas ikan tersebut mampu untuk diekspor. Untuk jenis Ikan Pelagis besar yaitu ikan 0

Cakalang (LQ= 23.27) dan Ikan Kakap (LQ=1.22); ikan demersal yaitu bawal putih (LQ=9.72), layur (LQ=8.38), bawal hitam (LQ=6.75) dan cucut (LQ=6.14), serta udang (LQ=8.77) dan cumi-cumi (LQ=1.40), (2) Komoditas ikan unggulan dari sektor perikanan tangkap Kabupaten Cilacap, antara lain ikan cakalang, layur, cucut, udang, cumi-cumi, kakap, bawal hitam, dan bawal putih. Dengan diketahuinya jenis komoditas ikan unggulan tersebut dapat dijadikan sebagai komoditas kunci untuk pengembangan perikanan tangkap, sebab jika dikembangkan komoditas ikan tersebut akan meningkatkan pendapatan dan kontribusi pada perekonomian, karena nilai ekspor yang besar dari komoditas-komoditas tersebut. Kata kunci : Komoditas, Sektor Perikanan, Perekonomian, Kabupaten Cilacap PENDAHULUAN Penentuan komoditas ikan unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan, yang akan dihadapi oleh rakyat Indonesia. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional (Syafaat dan Supena 2000 diacu dalam Hendayana 2003). Berbagai pendekatan dan alat analisis telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan, menggunakan beberapa kriteria teknis dan non teknis dalam kerangka memenuhi aspek penawaran dan permintaan (Hendayana 2003). Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga dalam memilih metode analisis untuk menentukan komoditas ikan unggulan ini perlu dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis komoditas ikan unggulan adalah metode Location Quotion (LQ)dan Spesialisasi (SI). Salah satu daerah yang dapat digunakan untuk menganalisis komoditas ikan unggulan adalah di Kabupaten Cilacap yang merupakan salah satu daerah pengembangan sektor perikanan di Pantai Selatan Jawa Tengah yaitu daerah pengembangan Cikeb (Cilacap Kebumen) (LP Undip 2000). Saat ini operasi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan Cilacap pada umumnya telah menjangkau daerah perairan di jalur I, II, III dan ZEE serta perairan internasional, akan tetapi dari hasil tangkapan tersebut perlu diketahui komoditas ikan yang dapat dijadikan unggulan, sehingga akan mampu meningkatkan 1

pendapatan dan kesejahteraan nelayan, serta memiliki kontribusi terhadap perekonomian daerah. Tulisan ini bertujuan untuk (1) menganalisis komoditas basis pada sektor perikanan tangkap (jenis ikan hasil tangkapan) yang dapat menjadi sektor kunci pembangunan wilayah; dan (2) menganalisis penentuan komoditas ikan unggulan dari sektor perikanan tangkap. METODE PENELITIAN Data dan Sumber Data Untuk mengimplementasikan metode analisis LQ dalam menentukan komoditas ikan unggulan di Kabupaten Cilacap digunakan data time series produksi ikan hasil tangkapan pada Kabupaten Cilacap dan Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu lima tahun (1999-2003). Data ini merupakan data sekunder yang bersumber dari data statistik perikanan Kabupaten Cilacap dan Provinsi Jawa Tengah tahun 1999-2003. Analisis Data Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut : a) Insert data. Insert data series menurut jenis ikan selama lima tahun terakhir ke dalam spreadsheet dengan format kolom dan baris. Kolom diisi nama wilayah (Kabupaten Cilacap dan Provinsi Jawa Tengah) dan tahun, sedangkan baris diisi nama jenis ikan. b) Menghitung jumlah produksi ikan jenis ke-j dan total produksi ikan hasil tangkapan pada Kabupaten Cilacap. Setelah data dimasukkan dalam spreadsheet kemudian data dihitung jumlah produksi ikan jenis ke-j dan total produksi ikan hasil tangkapan pada Kabupaten Cilacap, yang masing-masing diberi notasi x ij dan x i.. c) Menghitung jumlah produksi ikan jenis ke-j dan total produksi ikan hasil tangkapan pada Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan untuk menghitung jumlah produksi ikan jenis ke-j dan total produksi ikan hasil tangkapan pada Provinsi Jawa Tengah, yang masing-masing diberi notasi X ij dan X i.. d) Menghitung nilai LQ Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa ikan Kabupaten Cilacap dalam aktivitas perikanan tangkap dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas Jawa Tengah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan 2

sebagai rasio persentase dari total aktivitas perikanan tangkap pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Adapun formula dari LQ (Budhiharsono 2000, Hendayana 2003, adalah : LQ ij = X X ij. j X i. X.. Keterangan: x ij = produksi ikan jenis ke-j pada Kabupaten Cilacap x i. = produksi total perikanan tangkap Kabupaten Cilacap X. j = produksi total jenis ikan ke-j di Jawa Tengah X.. = produksi total perikanan tangkap Jawa Tengah e) Interpretasi nilai LQ Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, maka: (1) Jika nilai LQ > 1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi perikanan di Kabupaten Cilacap secara relatif dibandingkan dengan total Jawa Tengah atau terjadi pemusatan aktivitas di Kabupaten Cilacap. Atau terjadi surplus produksi pada Kabupaten Cilacap dan komoditas tersebut merupakan sektor basis di Kabupaten Cilacap. (2) Jika nilai LQ = 1, maka pada Kabupaten Cilacap mempunyai pangsa aktivitas perikanan tangkap setara dengan pangsa total Jawa Tengah. (3) Jika nilai LQ < 1, maka Kabupaten Cilacap mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas perikanan tangkap di Jawa Tengah, atau telah terjadi defisit produksi di Kabupaten Cilacap. Penentuan Sektor Unggulan dan Prioritas Untuk dapat menentukan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap, dibuat matrik dari pendekatan Location Quetion (LQ). Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan tangkap dengan LQ dibedakan dalam 2 kelompok, kelompok-kelompok tersebut masing-masing terdiri atas 3 kriteria dan 2 kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu sendiri, yaitu terpusat (LQ > 1), mendekati terpusat (LQ = 0,80 sampai 0,99) dan tidak terpusat (LQ < 1). Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan nilai 2, 1, dan 0. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan 3

diberi bobot 2, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 1, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 0. Dari kedua hasil pembobotan LQ tersebut, nilai penjumlahan tertinggi merupakan komoditas ikan unggulan dan yang dijadikan prioritas untuk pengembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pemusatan Analisis pemusatan ini dilakukan dengan metode LQ (Location Quetion). Dengan analisis ini dapat ditentukan apakah jenis kegiatan perikanan tangkap terkonsentrasi pada suatu wilayah atau tersebar pada beberapa wilayah. Hasil penghitungan LQ data produksi perikanan tangkap yang dibedakan atas kelompok ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, ikan demersal, udang-udangan, dan kelompok binatang laut lainnya di Kabupaten Cilacap tahun 1999 sampai tahun 2003 ditampilkan secara berturut-turut pada Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5. 0.03000 0.02500 0.02000 0.01500 0.01000 0.00500 0.00000 1999 2000 2001 2002 2003 Belanak 0.00000 0.00000 0.02460 0.00172 0.00103 Teri 0.01160 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 Lemuru 0.00246 0.00000 0.00000 0.00046 0.00003 Kembung 0.00304 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 Kuro 0.00000 0.00000 0.01068 0.00000 0.00000 Tetengkek 0.00000 0.00000 0.02745 0.02745 0.00000 Gambar 1. Nilai LQ Ikan-ikan Pelagis Kecil di Kabupaten Cilacap tahun 1999 sampai 2003 Nilai LQ semua ikan pelagis kecil yang didaratkan di Kabupaten Cilacap selama 5 tahun memiliki nilai LQ kurang dari 1, hal ini menunjukkan bahwa ikan pelagis kecil pangsa yang dimilikinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas perikanan tangkap di Jawa Tengah, dengan demikian telah terjadi defisit produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Cilacap (Gambar 1). Rendahnya nilai LQ tersebut disebabkan karena setelah terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, masih memiliki dampak sampai tahun 2001, seperti makin sedikit dan jarangnya nelayan melaut sebagai akibat dari harga solar yang mahal. Dengan mahalnya harga solar tersebut, berimplikasi pada biaya produksi yang 4

meningkat, dan semakin rendah hasil tangkapan ikan yang di dapatkan, karena kapal tidak mampu menjangkau fishing ground yang semakin jauh dan sumberdaya ikan semakin sedikit. 25 20 15 10 5 0 1999 2000 2001 2002 2003 Tenggiri 0.50477 0.00005 0.00047 0.00040 0.00079 Cakalang 23.36858 0.01102 0.02733 0.02720 0.02742 Tongkol 0.62721 0.00002 0.00000 0.00031 0.00018 Kakap 1.21563 0.00013 0.00066 0.00064 0.00027 Tuna 0.04821 0.00145 0.02745 0.02745 0.02745 Terbang 0.00000 0.00000 0.01420 0.00000 0.00000 Gambar 2. Nilai LQ Ikan-ikan Pelagis Besar di Kabupaten Cilacap tahun 1999 sampai 2003 Nilai LQ kelompok ikan pelagis besar (Gambar 2) Kabupaten Cilacap selama 5 tahun yang mempunyai nilai lebih besar dari 1 ada 2 jenis ikan yaitu ikan Cakalang sebesar 23,37 dan ikan Kakap sebesar 1,22. Dengan demikian, Jenis ikan pelagis besar yang mengalami surplus produksi atau terpusat di Kabupaten Cilacap dan mempunyai potensi untuk diekspor adalah ikan Cakalang dan ikan Kakap. Besarnya nilai LQ untuk ikan Cakalang dan Kakap ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Cilacap merupakan daerah didaratkannya ikan Cakalang dan Kakap yang cukup besar (Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut 1998), hal ini karena potensi sumberdaya ikan Cakalang dan Kakap cukup melimpah sehingga hasil tangkapan yang didapatkan oleh nelayan semakin besar. 5

12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 1999 2000 2001 2002 2003 Layur 8.37706 0.00016 0.00121 0.00027 0.00160 Manyung 0.71607 0.00018 0.00136 0.00016 0.00059 Merah 0.25176 0.00001 0.00025 0.00000 0.00000 Tigawa 0.00522 0.00057 0.00145 0.00035 0.00064 Cucut 6.14963 0.00059 0.00324 0.00331 0.01793 P ari 0.84040 0.00015 0.00024 0.00022 0.00014 B.Hitam 6.74870 0.00002 0.00026 0.00015 0.00003 B.P utih 9.71540 0.00023 0.00033 0.00027 0.00170 Swanggi 0.00000 0.00000 0.00121 0.00000 0.00000 Gambar 3. Nilai LQ Ikan-ikan Demersal di Kabupaten Cilacap tahun 1999 sampai 2003 Nilai LQ kelompok ikan demersal (Gambar 3) Kabupaten Cilacap selama 5 tahun yang memiliki nilai lebih besar dari 1 adalah ikan Bawal Putih (LQ=9,72), ikan Layur (LQ=8,38), ikan Bawal Hitam (LQ=6,75), dan ikan Cucut (LQ=6,15), sehingga produksi ikan tersebut dapat diekspor. Dengan demikian Kabupaten Cilacap sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi ikan demersal yang besar (Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut 1998), dan dengan aktivitas penangkapan yang dilakukan akan memperoleh hasil tangkapan ikan demersal yang meningkat. 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 1999 2000 2001 2002 2003 Udang 8.77356 0.00017 0.01295 0.02267 0.01129 Rajungan 0.00000 0.00000 0.00364 0.00000 0.00125 Kepiting 0.00000 0.00000 0.00211 0.00000 0.00000 Gambar 4. Nilai LQ Udang-udangan di Kabupaten Cilacap tahun 1999 sampai 2003 Nilai LQ kelompok udang-udangan (Gambar 4) Kabupaten Cilacap selama 5 tahun hanya komoditas udang yang memiliki nilai lebih besar dari 1 yaitu sebesar 8,77, hal ini mengindikasikan bahwa udang merupakan komoditas ikan yang surplus di Kabupaten Cilacap dan telah terjadinya konsentrasi produksi udang, sehingga komoditas udang mempunyai potensi untuk dilakukan ekspor. Besarnya nilai LQ untuk udang tersebut, 6

sebagai indikasi di Kabupaten Cilacap mempunyai potensi sumberdaya udang yang besar (Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut 1998) dan mampu dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi hasil tangkapan dan pendapatan nelayan. 1.50 1.00 0.50 0.00 1999 2000 2001 2002 2003 Cumi-cumi 1.40309 0.00004 0.00118 0.00050 0.00060 Ubur-ubur 0.00592 0.00957 0.00000 0.00102 0.00254 Tiram 0.00000 0.00000 0.02745 0.00000 0.00000 Remis 0.00000 0.00000 0.00000 0.02745 0.02745 Gerot-gerot 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.02745 0.00000 0.00000 0.02745 0.00000 0.00000 Gambar 5. Nilai LQ Binatang Laut Lainnya di Kabupaten Cilacap tahun 1999 sampai 2003 Nilai LQ jenis binatang laut lainnya (Gambar 5) Kabupaten Cilacap selama 5 tahun hanya Cumi-cumi yang memiliki nilai lebih besar 1, yaitu sebesar 1,40, hal ini dapat diartikan bahwa cumi-cumi merupakan salah satu komoditas ikan yang terpusat di Kabupaten Cilacap dan terjadinya surplus produksi sehingga berpotensi untuk diekspor. Penentuan Sektor Unggulan dan Prioritas Untuk menentukan komoditas ikan unggulan di Kabupaten Cilacap digunakan analisis lebih lanjut terhadap nilai LQ dan SI, dengan teknik pembobotan nilai. Dari 27 komoditas jenis ikan yang didaratkan di Kabupaten Cilacap selama 5 tahun dari tahun 1999 sampai tahun 2003, terdapat 8 jenis ikan unggulan, yang jika dikembangkan komoditas tersebut akan memiliki dampak yang besar terhadap peningkatan pendapatan nelayan, yaitu antara lain ikan : cakalang, layur, cucut, udang, cumi-cumi, kakap, bawal hitam, dan bawal putih. Komoditas unggulan tersebut, dapat dijadikan sebagai salah satu prioritas pengembangan komoditas ikan di Kabupaten Cilacap. Dengan pengembangan yang diprioritaskan pada komoditas ikan unggulan tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah hasil tangkapan yang didapatkan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan kontribusi pada perekonomian Kabupaten Cilacap. 7

Tabel 1. Penentuan komoditas ikan unggulan berdasarkan nilai LQ dan SI di Kabupaten Cilacap, tahun 1999-2003 No. Jenis Ikan Bobot Pertumbuhan Total LQ LQ Bobot Keterangan 1 Belanak 0 0 0 Bukan Unggulan 2 Teri 0 0 0 Bukan Unggulan 3 Lemuru 0 0 0 Bukan Unggulan 4 Kembung 0 0 0 Bukan Unggulan 5 Tenggiri 0 0 0 Bukan Unggulan 6 Cakalang 2 0 2 Unggulan 7 Layur 2 0 2 Unggulan 8 Tongkol 0 0 0 Bukan Unggulan 9 Manyung 0 0 0 Bukan Unggulan 10 Merah 0 0 0 Bukan Unggulan 11 Tigawaja 0 0 0 Bukan Unggulan 12 Cucut 2 0 2 Unggulan 13 Pari 1 0 1 Bukan Unggulan 14 Udang 2 0 2 Unggulan 15 Cumi 2 0 2 Unggulan 16 Kuro 0 0 0 Bukan Unggulan 17 Kakap 2 0 2 Unggulan 18 Rajungan 0 0 0 Bukan Unggulan 19 B.Hitam 2 0 2 Unggulan 20 B. Putih 2 0 2 Unggulan 21 Ubur 0 0 0 Bukan Unggulan 22 Tuna 0 0 0 Bukan Unggulan 23 Terbang 0 0 0 Bukan Unggulan 24 Tetengkek 0 0 0 Bukan Unggulan 25 Swanggi 0 0 0 Bukan Unggulan 26 Kepiting 0 0 0 Bukan Unggulan 27 Tiram 0 0 0 Bukan Unggulan KESIMPULAN 1. Secara keseluruhan antara tahun 1999 sampai tahun 2003 jenis komoditas ikan di Kabupaten Cilacap yang mempunyai nilai LQ lebih besar dari 1 antara lain ikan : Cakalang, Bawal Putih, Udang, Layur, Bawal hitam, Cucut, Cumi-cumi dan Ikan Kakap. Nilai LQ tersebut jika dilihat dari tingkat pertumbuhan, maka semua jenis ikan mengalami penurunan atau pertumbuhan negatif, dari data tahun 1999-2003. Pertumbuhan negatif tersebut antara lain dikarenakan semakin rendahnya jumlah ikan hasil tangkapan yang didaratkan di Kabupaten Cilacap dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah. 2. Dari 27 komoditas jenis ikan yang didaratkan di Kabupaten Cilacap, terdapat 8 jenis komoditas ikan unggulan, antara lain ikan : cakalang, layur, cucut, udang, cumi-cumi, kakap, bawal hitam, dan bawal putih. Dengan diketahuinya komoditas unggulan tersebut, dapat dijadikan sebagai salah satu prioritas pengembangan komoditas ikan di 8

Kabupaten Cilacap yang dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan kontribusi pada perekonomian. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistika. 1999. Tinjauan Ekonomi Regional Jawa Tengah 1996-1998. Semarang : Badan Pusat Statistika Jawa Tengah. Budiharsono, S. 2001. Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Tengah. 1999. Buku Tahunan 1997 Statistik Perikanan Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Semarang : Dinas Perikanan Daerah Tingkat I Jawa Tengah.. 2000. Perikanan Jawa Tengah Dalam Angka. Semarang : Dinas Perikanan, Daerah Tingkat I Jawa Tengah. [LP Undip] Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro. 2000. Studi Pemberdayaan Potensi dan Rasionalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Laut di Provinsi Jawa Tengah. Semarang : Kerjasama Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. Hendayana R. 2003. Aplikasi Metode Location Quetient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian 12 (1) : 658-675. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut. 1998. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Editor: Johanes Widodo, Kiagus Abdul Azis, Bambang Edi Priyono, Gomal H Tampubolon, Nurzali Naamin dan Asikin Djamil. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Syafaat N dan Supena F. 2000. Analisis Dampak Krisis Ekonomi terhadap Kesempatan Kerja dan Identifikasi Komoditas Andalan Sektor Pertanian di Wilayah Sulawesi : Pendekatan Input Output. Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Vol. XLVIII No.4. 9