ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niki Dian Permana P, 2015

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang memacu pada kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Yaitu sumber daya yang dapat bersaing dan. menetapkan keputusan dengan daya nalar yang tinggi.

2014 PEMBELAJARAN BERMOD EL SIKLUS BELAJAR 7E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS D AN PENGUASAAN KONSEP SISWA PAD A MATERI HID ROKARBON

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 7 MALANG

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang merupakan pengetahuan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

C026 PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

I. PENDAHULUAN. kepada siswa agar mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan. proses dan produk. Salah satu bidang sains yaitu ilmu kimia.

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA di SMA DENGAN MODEL CTL

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

Fathma Fitriani 1, Jimmi Copriady 2, Lenny Anwar 3

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan yang dikembangkan saat ini dalam kurikulum 2013 adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar (Sirhan, 2007:1). Ilmu kimia

BAB I PENDAHULUAN. dominan dalam berbagai bidang kehidupan.. Salah satu bidang yang mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

THE ANALYZING ABILITY OF DRAWING CONCLUSIONS AND APPLYING CONCEPTS

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kemampuan Berpikir Kritis Sebelum Pembelajaran

Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

I. PENDAHULUAN. Saat ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam,

Kata Kunci: model learning cycle tipe 7E; model direct instruction; pemahaman konsep. I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nurul Arini Pratiwi, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

BAB I PENDAHULUAN. hasil belajar para siswanya agar dapat melakukan perbaikan-perbaikan agar hasil

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam pendidikan di sekolah.

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING

III. METODOLOGI PENELITIAN. memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dipilih teknik purposive sampling

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran sains merupakan bagian dari pendidikan yang pada umumnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarina Hanifah, 2013

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi terbatas oleh jarak dan waktu. Perkembangan ini menyebabkan

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013 MAKALAH PENDAMPING PENDIDIKAN KIMIA (Kode : A-01) ISBN : 979363167-8 ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM Yayan Karyani*, Gebi Dwiyanti, dan Anne Rusnita Anwar Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia *Keperluan korespondensi, email: yayankaryani@upi.edu ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa SMA kelas XI dengan model Learning Cycle 5E dan metode praktikum pada pembelajaran materi hidrolisis garam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode pre-experimental dengan desain one shot case study. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA pada salah satu SMA Negeri di kota Bandung yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Instrumen penelitian berupa LKS, tes tertulis KBK, dan pedoman wawancara. Pada penelitian ini diteliti tujuh sub indikator KBK. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana mengenai jenis dan sifat garam yang terhidrolisis untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah berturut-turut dicapai dengan kategori cukup, cukup, dan baik. Pada keterampilan menyebutkan contoh, memberikan alasan, dan merumuskan solusi alternatif mengenai garam yang dapat terhidrolisis untuk kelompok tinggi, sedang, dan rendah dicapai dengan kategori semua baik. Pada keterampilan melaporkan hasil observasi dari suatu kegiatan praktikum mengenai sifat dan jenis garam yang terhidrolisis untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah berturut-turut dicapai dengan kategori sangat baik, sangat baik, dan baik. Pada keterampilan menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki dari kegiatan praktikum tentang sifat dan jenis garam yang terhidrolisis untuk kelompok tinggi, sedang, dan rendah berturut-turut dicapai dengan kategori cukup, baik, dan baik. Pada keterampilan membuat definisi mengenai materi hidrolisis garam untuk kelompok tinggi, sedang, dan rendah berturut-turut dicapai dengan kategori baik, cukup, dan baik. Keterampilan berpikir kritis seluruh siswa dicapai dengan kategori baik. KBK yang paling berhasil dicapai siswa ialah keterampilan melaporkan hasil observasi mengenai sifat dan jenis garam yang dapat terhidrolisis. KBK yang kurang berhasil dicapai siswa ialah keterampilan membuat definisi mengenai sifat dan jenis garam yang dapat terhidrolisis. Sub indikator KBK yang paling berhasil dan yang kurang berhasil dicapai tidak bergantung pada jumlah dan jenis tahapan pada model Learning Cycle 5E dan tahapan metode praktikum. Kata kunci: Berpikir kritis, Learning Cycle 5E, Praktikum, Hidrolisis garam PENDAHULUAN Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Isi dan tujuan mata pelajaran kimia SMA, pembelajaran kimia dilaksanakan untuk menumbuhkan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 34

kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta kemampuan berkomunikasi sebagai aspek penting kecakapan hidup. Dengan demikian, pembelajaran Kimia harus dirancang untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan proses sains dan kecakapan hidup siswa. Selain itu, pelajaran kimia di SMA memiliki tujuan dan fungsi tertentu, diantaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kritis terhadap pernyataan ilmiah yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2008). Untuk mencapai tujuan dan fungsi tersebut maka pola pikir dengan berpikir kritis perlu untuk dikembangkan, karena sumber daya yang profesional dan berkualitas akan tercipta jika ilmu yang diperoleh digali lebih dalam dengan mengembangkan budaya berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis (KBK) merupakan salah satu keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa disamping keterampilan yang lainnya [1]. KBK merupakan dasar dari beberapa keterampilan lainnya sebelum dapat mencapai keterampilan seperti keterampilan proses, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan memecahkan masalah. Oleh sebab itu, KBK dianggap sebagai keterampilan yang penting untuk dilatih dan dikembangkan dalam pembelajaran kimia. Berpikir kritis merupakan berpikir secara beralasan dan reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau diyakini untuk menentukan apa yang akan dikerjakan [2]. Keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu: (1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); (2) Membangun keterampilan dasar (basic support); (3) Menyimpulkan (inferring); (4) Memberikan penjelasan lanjut (advance clarification); (5) Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics). Agar siswa memiliki keterampilan berpikir kritis, seharusnya diadakan upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Misalnya dengan mengubah paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran yakni orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada siswa (student centered). Perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan. Upaya yang dilakukan misalnya dengan melaksanankan suatu metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Salah satu cara pengembangan keterampilan berpikir siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran menggunakan metode praktikum. Melalui metode praktikum, siswa mempunyai kesempatan untuk mengalami/melakukan kegiatan praktikum sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Metode praktikum tidak hanya mempersoalkan hasil akhir tetapi Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 35

bagaimana proses berpikir dapat berkembang [3]. Learning cycle adalah sebuah model pembelajaran dalam ilmu pendidikan yang konsisten dengan teori-teori kontemporer tentang bagaimana individu belajar [4]. Learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap dan pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Ketiga tahapan tersebut meliputi, eksplorasi (explore), menjelaskan (explain), memperluas (elaborate/extend), yang dikenal dengan learning cycle 3E. Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap seperti yang dikemukakan oleh Anthony W. Lorsbach dalam artikelnya yang berjudul The learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. Tahap-tahap Learning Cycle yang dikemukakan oleh Anthony W. Lorsbach ini sering disebut 5E. Kelima tahap itu meliputi: pembangkitan minat (engage), eksplorasi (explore), menjelaskan (explain), memperluas (elaborate), dan menilai (evaluate) [5]. Dilihat dari dimensi guru penerapan model ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran salah satunya melalui kegiatan praktikum yang sama-sama mengacu pada pandangan konstruktivisme. Sedangkan ditinjau dari dimensi siswa, penerapan model ini memberi keuntungan sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran; (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa; dan (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna [6]. Penelitian ini dilakukan dengan fokus penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pencapaian keterampilan berpikir kritis setiap kelompok tinggi, sedang dan rendah pada masing-masing sub indikator KBK dalam pembelajaran hidrolisis garam melalui model Learning Cycle 5E dan metode praktikum? 2. Bagaimanakah pencapaian keterampilan berpikir kritis seluruh siswa pada masing-masing sub indikator KBK dalam pembelajaran hidrolisis garam dengan menggunakan model Learning Cycle 5E dan metode praktikum? 3. Sub indikator keterampilan berpikir kritis manakah yang paling berhasil dicapai dalam pembelajaran hidrolisis garam dengan model Learning Cycle 5E dan metode praktikum? 4. Sub indikator keterampilan berpikir kritis manakah yang kurang berhasil dicapai dalam pembelajaran hidrolisis garam dengan model Learning Cycle 5E dan metode praktikum? Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 36

METODE PENELITIAN A. Metode dan Subyek Penelitian Metode dalam penelitian ini yaitu pre-experimental dengan desain one-shot case study. Ilustrasi desain penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut: Keterangan : X= perlakuan yang diberikan (variabel independen) X O O = Observasi (variabel dependen) Subyek dari penelitian ini ialah siswa kelas XI IPA salah satu SMA Negeri di Bandung yang terdiri dari 45 orang. tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Pengelompokkan siswa tersebut dibuat berdasarkan hasil standar Tabel 1. Sub Indikator yang Diteliti pada Peneliti deviasi yang diolah dari data dua kali ulangan harian siswa. B. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Lembar Kerja (LKS), tes tertulis KBK, dan pedoman wawancara. Instrumen diuji terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Sub indikator yang akan diteliti pada penelitian ini dijabarkan dalam tabel 1. Teknik pengolahan data pada penelitian ini didasarkan pada data atau informasi yang telah dikumpulkan yaitu dari jawaban LKS, tes tertulis KBK, dan wawancara. Kelompok KBK Indikator KBK Sub Indikator KBK 1 Memberikan penjelasan sederhana Bertanya dan menjawab pertanyaan Memberikan penjelasan sederhana Menyebutkan contoh 2 Membangun keterampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi Memberikan alasan Melaporkan hasil observasi 3 Menyimpulkan Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki 4 Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi Membuat bentuk definisi 5 Mengatur strategi dan taktik Menentukan suatu tindakan Merumuskan solusi alternative Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 37

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keterampilan Memberikan Penjelasan Sederhana Dari data hasil penilaian jawaban LKS dan tes tertulis KBK diperoleh nilai persentase pencapaian KBK setiap kelompok siswa pada keterampilan memberikan penjelasan sederhana yang tertera pada tabel 2 Berdasarkan data pada tabel 2, terlihat bahwa siswa kelompok rendah menunjukkan pecapaian keterampilan memberikan penjelasan sederhana paling tinggi dari kelompok lainnya. Hal ini disebabkan karena ketika mengerjakan LKS dan tes tertulis KBK siswa kelompok rendah menyontek pada temannya (berdasarkan data hasil wawancara), sedangkan yang menyebabkan siswa kelompok tinggi dan sedang memiliki pencapaian lebih rendah yaitu karena siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS dan tes tertulis KBK. 2. Keterampilan Menyebutkan Contoh Dari data hasil penilaian jawaban tes tertulis KBK diperoleh nilai persentase pencapaian KBK setiap kelompok siswa pada keterampilan menyebutkan contoh yang tertera pada tabel 3. Berdasarkan data pada tabel 3, terlihat bahwa siswa kelompok tinggi menunjukkan pencapaian paling tinggi dalam keterampilan menyebutkan contoh dibanding siswa kelompok sedang dan rendah. Proses pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa kelompok tinggi lebih baik daripada siswa kelompok sedang dan rendah, sehingga siswa kelompok tinggi mampu mencapai keterampilan menyebutkan contoh lebih baik [7]. Tabel 2. Pencapaian Keterampilan Memberikan Penjelasan Sederhana Kelompok LKS (%) Tes KBK (%) rata-rata (%) 1. Tinggi 55 66 60,5 Cukup 2. Sedang 68 51 59,5 Cukup 3. Rendah 66 57 61,5 Baik Tabel 3. Pencapaian Keterampilan Menyebutkan Contoh Tes KBK (%) 1. Tinggi 77 Baik 2. Sedang 68 Baik 3. Rendah 69 Baik Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 38

3. Keterampilan Memberikan Alasan Dari data hasil penilaian jawaban LKS dan tes tertulis KBK diperoleh nilai persentase pencapaian KBK setiap kelompok siswa pada keterampilan memberikan alasan yang tertera pada tabel 4 Berdasarkan data pada tabel 4, terlihat bahwa siswa kelompok tinggi menunjukkan pencapaian paling tinggi pada keterampilan memberikan alasan dibanding kelompok lainnya. siswa yang tingkat kecerdasannya lebih tinggi memiliki banyak kata-kata untuk menjelaskan suatu permasalahan [7]. Selain itu, keterampilan memberikan alasan termasuk aspek keterampilan dukungan dasar (aspek kedua) pada teori berpikir kritis Ennis, sehingga setiap kelompok siswa mampu mencapai keterampilan memberikan alasan. 4. Keterampilan Melaporkan Hasil Observasi Dari data hasil penilaian jawaban LKS dan tes tertulis KBK diperoleh nilai persentase pencapaian KBK setiap kelompok siswa pada keterampilan melaporkan hasil observasi yang tertera pada tabel 5. Berdasarkan data pada tabel 5, terlihat bahwa siswa kelompok tinggi menunjukkan pencapaian paling tinggi dalam keterampilan melaporkan hasil observasi dibanding kelompok lainnya. Keterampilan melaporkan hasil observasi termasuk aspek keterampilan dukungan dasar (aspek kedua) pada teori berpikir kritis Ennis, sehingga setiap kelompok siswa mampu mencapai keterampilan melaporkan hasil observasi dengan baik. Hal tersebut juga terjadi karena kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum memberikan kesempatan untuk melihat dan mengamati secara langsung gejala yang diamati dalam praktikum sehingga siswa mampu melaporkan hasil observasi secara yakin karena telah mengalaminya sendiri. Tabel 4. Pencapaian Keterampilan Memberikan Alasan LKS (%) Tes KBK (%) Rata-rata (%) 1. Tinggi 78 65 71,5 Baik 2. Sedang 72 58 65 Baik 3. Rendah 71 59 65 Baik Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 39

Tabel 5. Pencapaian Keterampilan Melaporkan Hasil Observasi Penilaian LKS (%) Penilaian Tes KBK (%) (%) 1. Tinggi 88 88 88 Sangat Baik 2. Sedang 88 77 82,5 Sangat Baik 3. Rendah 86 74 80 Baik 5. Keterampilan Menarik Kesimpulan dari Hasil Menyelidiki Dari data hasil penilaian jawaban LKS dan tes tertulis KBK diperoleh nilai persentase pencapaian KBK setiap kelompok siswa pada keterampilan menarik kesimpulan dari hasil meyelidiki yang tertera pada tabel 6. Berdasarkan data pada tabel 6, terlihat bahwa siswa kelompok tinggi menunjukkan pencapaian paling rendah pada keterampilan menarik kesimpulan dari hasil meyelidiki dibanding kelompok lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena siswa kelompok tinggi cenderung cepat menarik kesimpulan tapi kurang kritis [7]. 6. Keterampilan Membuat Bentuk Definisi Dari data hasil pengolahan tes tertulis KBK diperoleh nilai persentase pencapaian KBK setiap kelompok siswa pada keterampilan membuat bentuk definisi yang tertera pada tabel 7. Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa siswa kelompok rendah menunjukkan pencapaian paling tinggi pada keterampilan membuat bentuk definisi dengan kategori baik. Keterampilan membuat bentuk definisi termasuk aspek keterampilan klarifikasi lanjutan (aspek keempat) pada teori berpikir kritis Ennis, keterampilan ini lebih sulit dibanding keterampilan sebelumnya sehingga setiap kelompok siswa kurang dapat mencapai keterampilan membuat bentuk definisi dengan baik. 7. Keterampilan Merumuskan Solusi Alternatif Dari data hasil pengolahan tes tertulis KBK diperoleh nilai persentase pencapaian KBK setiap kelompok siswa pada keterampilan merumuskan solusi alternatif yang tertera pada tabel 8. Berdasarkan data pada tabel 8, diketahui bahwa siswa kelompok tinggi menunjukkan pencapaian paling tinggi pada keterampilan merumuskan solusi alternatif dengan kategori baik. Meskipun demikian, masing-masing kelompok dapat mencapai keterampilan merumuskan solusi alternatif dengan kategori baik. Selain itu, keterampilan merumuskan solusi alternatif termasuk aspek keterampilan strategi dan taktik (aspek tertinggi/kelima) pada teori berpikir kritis Ennis, akan tetapi setiap kelompok siswa mampu mencapai keterampilan merumuskan solusi alternatif dengan baik Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 40

Tabel 6. Pencapaian Keterampilan Menarik Kesimpulan dari Hasil Menyelidiki LKS (%) Tes KBK (%) Rata-rata (%) 1 Tinggi 50 66 58 Cukup 2 Sedang 53 71 62 Baik 3 Rendah 57 69 63 Baik Tabel 7. Pencapaian Keterampilan Membuat Bentuk Definisi Tes KBK (%) 1. Tinggi 61 Baik 2. Sedang 55 Cukup 3. Rendah 64 Baik Tabel 8. Pencapaian Keterampilan Merumuskan Solusi Alternatif No Tes KBK (%) 1. Tinggi 77 Baik 2. Sedang 66 Baik 3. Rendah 69 Baik Secara keseluruhan pencapaian masing-masing sub indikator KBK setiap kelompok dapat dilihat pada gambar 1 Gambar 1. Pencapaian KBK Setiap Kelompok pada Ketujuh Keterangan: Sub Indikator yang Diteliti KBK-1 = keterampilan memberikan penjelasan sederhana KBK-2 = keterampilan menyebutkan contoh KBK-3 = keterampilan memberikan alasan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 41

Berdasarkan data pada gambar 1, Pencapaian seluruh siswa pada terlihat bahwa sub indikator KBK yang paling berhasil dicapai oleh siswa kelompok setiap sub indikator KBK disajikan pada tabel 9. tinggi, sedang dan rendah adalah Berdasarkan sub indikator KBK yang keterampilan melaporkan hasil observasi. diteliti pada pembelajaran hidrolisis garam Sementara sub KBK yang paling kurang dengan model Learning Cycle 5E dan berhasil dicapai oleh siswa kelompok tinggi metode praktikum diperoleh hubungan adalah keterampilan menarik kesimpulan, antara tahapan model dan metode tersebut sedangkan pada siswa kelompok sedang dengan sub indikator KBK yang ingin adalah keterampilan membuat bentuk dicapai yang tertuang dalam tabel 10. definisi dan pada siswa kelompok rendah adalah keterampilan memberikan penjelasan sederhana. Tabel 9. Pencapaian KBK pada Setiap Indikator untuk Seluruh Indikator KBK (%) 1 Memberikan penjelasan sederhana 60,5 Cukup 2 Menyebutkan contoh 71 Baik 3 Memberikan alasan 67 Baik 4 Melaporkan hasil observasi 83,5 Sangat baik 5 Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki 61 Baik 6 Membuat bentuk definisi 60 Cukup 7 Merumuskan solusi alternatif 71 Baik Rata-rata 67,7 Baik Tabel 10. Hubungan Tahapan pada Model Learning Cycle 5E dan Metode Praktikum dengan Sub Indikator KBK Sub Indikator KBK Tahapan dalam Model Learning Cycle 5E Tahapan dalam Metode Praktikum Memberikan penjelasan sederhana Engage, Explore, Explain Mengolah data Menyebutkan contoh Engage, Explain, Elaborate - Memberikan alasan Explore, Explain Mengolah data Melaporkan hasil observasi Explore Mengamati Menarik kesimpulan dari Explore, Evaluate Menyimpulkan hasil menyelidiki Membuat bentuk definisi Explain Menyimpulkan Merumuskan solusi alternatif Elaborate - Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 42

Dari ketujuh sub indikator KBK yang diteliti pada penelitian ini, diperoleh temuan bahwa sub indikator KBK yang paling berhasil dicapai siswa adalah keterampilan melaporkan hasil observasi. Sementara sub indikator KBK yang kurang berhasil dicapai siswa adalah keterampilan membuat bentuk definisi. Selain itu, dari data penelitian (tabel 9), diperoleh temuan bahwa keterampilan berpikir kritis dapat dicapai sebesar 67,7% oleh siswa dengan kategori baik. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pencapaian KBK untuk masing-masing kelompok siswa: a. Keterampilan memberikan penjelasan sederhana mengenai jenis dan sifat garam yang terhidrolisis untuk kelompok tinggi dan sedang dapat dicapai dengan kategori cukup, sedangkan untuk kelompok rendah dapat dicapai dengan kategori baik. b. Keterampilan menyebutkan contoh mengenai garam yang dapat terhidrolisis untuk kelompok tinggi, sedang, dan rendah dapat dicapai dengan kategori baik. c. Keterampilan memberikan alasan atas jawaban dari pertanyaanpertanyaan terkait sifat dan jenis garam yang terhidrolisis untuk kelompok tinggi dan sedang dan rendah dapat dicapai dengan kategori baik. d. Keterampilan melaporkan hasil observasi dari suatu kegiatan praktikum mengenai sifat dan jenis garam yang terhidrolisis untuk kelompok tinggi dan sedang dapat dicapai dengan kategori sangat baik, sedangkan untuk kelompok rendah dapat dicapai dengan kategori baik. e. Keterampilan menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki dari kegiatan praktikum tentang sifat dan jenis garam yang terhidrolisis untuk kelompok tinggi dapat dicapai dengan kategori cukup, sedangkan untuk kelompok sedang dan rendah dapat dicapai dengan kategori baik. f. Keterampilan membuat bentuk definisi mengenai materi hidrolisis garam untuk kelompok tinggi dan rendah dapat dicapai dengan kategori baik, sedangkan untuk kelompok sedang dapat dicapai dengan kategori cukup. g. Keterampilan merumuskan solusi alternatif mengenai sifat dan jenis garam yang dapat terhidrolisis untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah dapat dicapai dengan kategori baik. 2. Pencapaian KBK seluruh siswa dapat dicapai siswa dengan kategori baik. 3. Sub indikator KBK yang paling berhasil dicapai siswa ialah keterampilan melaporkan hasil observasi mengenai sifat dan jenis garam yang dapat terhidrolisis. 4. Sub indikator KBK yang kurang berhasil dicapai siswa ialah keterampilan membuat bentuk definisi Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 43

mengenai sifat dan jenis garam yang dapat terhidrolisis. 5. Sub indikator KBK yang paling berhasil dan yang kurang berhasil dicapai tidak bergantung pada jumlah dan jenis tahapan dalam model Learning Cycle 5E dan tahapan metode praktikum. B. Saran 1. Pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 5E dan metode praktikum disarankan lebih sering diterapkan karena dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa. 2. Pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 5E dan metode praktikum disarankan lebih memperhatikan alokasi waktu dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pada pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan seluruh tahapan dapat bermakna bagi siswa. 3. Perlu dilakukan penelitian pada pembelajaran kimia lain yang juga berpotensi dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. DAFTAR RUJUKAN [1] Liliasari, 2001, Model Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Calon Guru sebagai Kecenderungan Baru pada Era Globalisasi, Jurnal Pengajaran MIPA 2. (1). [2] Ennis, R. H., 2002, Goal for a Critical Thinking Curricullum. [Online]. Tersedia: http://www.criticalthinking.net. [4 November 2010] [3] Arifin, M., et al., 2003, Strategi Belajar Mengajar Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung. [4] Lorsbach, Anthony W., 2002, The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction [Online], Tersedia: http://www.coe.ilstu.edu/ scienceed/lorsbach/257lrcy.html [4 November 2010] [5] Szesze, Michael J., 2006, Learning Cycle [Online], Tersedia: http://www.mcps.k12.md.us/2006/learn ing-cycle.html [4 November 2010] [6] Fajaroh, F dan I Wayan Dasna, 2008, Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) [Online], Tersedia: http://www.wordpress.com [16 November 2010] [7] Hamalik, Oemar, 2001, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta. TANYA JAWAB Nama penanya : Pritha Ariyanti Nama pemakalah : Yayan Karyani Pertanyaan : 1. Jelaskan tentang model learning 5E! 2. Apakah yang dimaksud dengan KBK? Adakah buku referensinya? Kalau ada apa? Jawaban : 1. Model learning cycle 5E ini suatu model pembelajaran yang baik untuk karakter materi kimia yang bisa disajikan dalam suatu tahapan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 44

merupakan siklus. Bisa 1 putaran atau lebih. Langkah learning cycle 5E berbeda dengan learning cycle 3E atau 7E. Langkah: LC 5E: 1. Engage 2. Explore 3. Explain 4. Extend 5. Evaluate 2. Keterampilan berfikir kritis adalah proses yang melibatkan operasi mebtal seperti induktif, deduktif, klasifikasi dan penalaran. Menurut John Dewey dan Fisher (2009), KBK sebagai berfikir reflektif yaitu pertimbangan yang aktif, persistent (terus menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan yang mendukungnya dan kesimpulankesimpulan lanjutan menjadi kecenderungannya. Referensi KBK: Ennis. R.H. 2002. Goal for a critical Thinking Curriculum Muhtahroyin.2009. Memberdayakan kemampuan berfikir kritis. Schaferman,S.D. 1991. An Introduction to Critical Thinking Suprapto. 2008. Menggunakan Keterangan Berfikir Untuk Meningkatakan Minat Belajar Trianto. 2007.Model Pembelajran Inovatif berorientasi konstruktivis. Pertanyaan : a. Siklus 5E maksudnya? b. kurva batang itu, sumbu teganya prosentase apa? Jawaban : a. Model pembelajaran yang langkahlangkahnya: 1. Engage (pembangkitan minat) 2. Explore (menyelidiki) 3. Explain (menjelaskan) 4. Extend (memperluas) 5. Evaluate ( evaluasi) b. seumbu tegaknya adalah prosentase KBK Nama pemakalah : Yayan Karyani Nama Penanya : Aliya Pertanyaan : seperti apa kegiatan praktikum yang digunakan pada penelitian ini? Bisa dijelaskan/ diceritakan proses praktikum yang dilakukan? Jawaban: praktikum dengan LCSE berbeda dengan praktikum berbasis inquiry. Alurnya: 1. Tujuan praktikum 2. Teori dasar 3. Alat dan bahan 4. Langkah-langkah kegiatan praktikum 5. Tabel pengamatan 6. Analisis, pada tahap ini memegang peran penting mencerminkan KBK. Tahap ini menggiring siswa berfikir dari fakta ke konsep. Sehingga tahap demi tahap pembentukan konsep sarat dengan nalar Nama pemakalah Nama penanya : Yayan Karyani : Suyanta Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V 45