Shuffled Playlist. Andika Hilman

dokumen-dokumen yang mirip
Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Antara keingin- an dan hasrat serta pengorbanan Ber- bagi

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

AKU AKAN MATI HARI INI

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

Kaki Langit. Bulan dan Matahari

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

Suara alunan piano terdengar begitu lembut

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

PATI AGNI Antologi Kematian

The Coffee Shop Chronicles

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Aku belajar bahwa tawa dan airmata bukan sesuatu yangg memalukan, Aku mau menjadi rajawali yang siap setiap saat melewati badai hidup dan tak akan

Sore yang indah bergerak memasuki malam. Langit yang bertabur warna keemasan mulai menghitam dengan taburan bintang-bintang. Aku masih duduk di kursi

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

Cerita Tak Bernama. Reyuni Adelina Barus

Kisah Tentangmu. Sebuah kumpulan kisah-kisah tentangmu.. Zhie & Dilla

Claresta Vania. The Things Left Unsaid

Aku ada dengan dirinya kali ini bukan karena keinginanku. Bukan karena cinta. Bukan karena kenal. Namun ini kebetulan. Diriku berdiri di depan sini.

Untuk Speakers, Okky Avianty, Januari-02. dan keponakan paling kepo sedunia. -Deniz Rausan Fikri.

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

LOVE STORY. Kisahnya beberapa tahun yang lalu.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Cerita Tak Bernama. Re.

Pengendalian Emosi. Rerata Empirik (RE) : 124,95. Rerata Hipotetik (RH) : 107,5. Tergolong Tinggi

BAB I SOSOK MISTERIUS. Vanessa Putri, Vanessa Putri? Bu Ria memanggil nama itu lagi.

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

2. Gadis yang Dijodohkan

Ruang Rinduku. Part 1: 1

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante!

.satu. yang selalu mengirim surat

Kumpulan Prosa Vyna,

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

"Maafin gue Na, hari ini gue banyak melakukan kesalahan sendiri" Tutur Towi yang mengimbangi langkah Leana.

CERITA, INGATAN, DAN KENANGAN. By MID A.K.A ICHISAN A.K.A NEKOVA LIGHT NOVEL SERIES BAB II UNTUK SEMUA YANG MENDUKUNGKU AKU UCAPKAN TERIMAKASIH

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

Then, something unexpected happened.

Butterfly in the Winter

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

Hai Cindy selamat ya sudah jadi anak SMU Suara yang sudah tak asing lagi baginya.

Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.

CINTA TANPA DEFINISI 1 Agustus 2010

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

Ooo ternyata sungai besarnya pun ada tujuh, aku tahu cuma Thames aja, pikirku dalam hati.

Untuk sebuah kehidupan singkat penuh ilusi serta latihan SGV, Ayesha Nadya Muna & Bintang jatuhku -Dimas Arif Firlando

Chapter I. Saudaraku,

Kanuna Facebook on September 07, 2011 Prolog

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

SINOPSIS MENGGAPAI CINTA PANDANGAN PERTAMA

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

Bimo, Ra, Kenapa lagi sama calon lakimu itu duhai Syaqilaku sayang? godaku. Ojo ngenyeklah. Hahaha. Iya, iya. Bimo kenapa? Tadi aku nggak sengaja

Ini tepat tengah malam, Tepat saat aku merasa sendiri, Hanya aku dan hening, Tenggelam bersama aksara-aksara yang kutulisakan,

Sejatinya, semua manusia terlahir untuk dua hal, mendapatkan berita terbaik dan terburuk. Berita ini adalah sebuah misteri, ketika mereka terus

hidup yang sebenarnya tidak hidup. Namun, selalu terlihat sangat nyata. Kadang aku bertanya, apa mungkin yang ku lihat di langit itu adalah apa yang

HW Prakoso. Yang Terabaikan. ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing

Aku sering kali bertanya, Mengapa?

CATATAN KECIL MASA SEKOLAH. dan cerita-cerita lainnya

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba

Getar Rasa... Ada getar rasa yang hadir entah datang dari mana

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

Tidak, sayang. Nanti kau sakit, tegas Maya sambil mengusap rambut Amanda yang panjang terurai.

Sang Pangeran. Kinanti 1

Rambut sepunggungnya dibiarkan tergerai, hanya disisir sedemikian rupa agar tidak terlihat kusut. Aku berangkat! Gadis itu tiba di kampus tempat ia

Last Child Feat Giselle Seluruh Nafas Ini

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I)

Steik Tuna Mr. Obama

AYAH MENGAPA AKU BERBEDA?

HANYA KAMU BAB 1 AMANDA

Alifia atau Alisa (2)

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

Ah sial aku selingkuh!

semoga hujan turun tepat waktu

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura

Cila Aulia. Altocumulus. Aulia Publishing

MUARA HATI. Sedikit rasa curiga yang sempat terlihat dari matanya, kini hilang tak bersisa. Terlebih saat

CERITA, INGATAN, DAN KENANGAN. By MID A.K.A ICHISAN A.K.A NEKOVA LIGHT NOVEL SERIES BAB I UNTUK SEMUA YANG MENDUKUNGKU AKU UCAPKAN TERIMAKASIH

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis.

TUGAS BROADCASTING. Naskah Film Setengah Sendok Teh

Transkripsi:

Shuffled Playlist Sebuah kumpulan cerita pendek, puisi, flash fiction, coret-coretan iseng, karya seni atau apapun namanya, hasil tangan dari seorang laki-laki yang labil, iseng dan lugu bernama Andika Hilman

#NowPlaying Secangkir Teh Susu Novela

Aku suka membaca. Aku suka membaca apa saja! Membaca orang-orang. Membaca kisah-kisah mereka. Membaca raut wajah mereka, yang sedih, senang, bosan, jengkel dan lainnya. Satu ekspresi wajah, sejuta cerita. Meski orang itu sedang sendirian. Meski ia sedang terdiam. Entah ia sedang sibuk dengan hp-nya, laptopnya, pensil dan kertasnya ataupun dengan pikiran mereka sendiri. Aku bisa merasakannya. Sebuah cerita. Sebuah perasaan. Sebuah kehidupan menarik yang menunggu untuk dibaca. Aku suka membaca. Seperti saat ini, aku sedang duduk di cafe favoritku. Di bangku favoritku, dekat dengan jendela, sehingga aku bisa membaca lebih banyak wajah. Ditemani dengan secangkir minuman favoritku, teh susu panas. Minuman yang rumit. Sama seperti kehidupan ini, rumit. Sama seperti pikiranku, rumit. Pikiran dengan berbagai rasa, sangat manis tetapi sangat panas. Begitulah juga hidup. Sepanas apapun yang kau rasa, manislah yang sebenarnya kau telan. Namun orang-orang kadang membaliknya. Semanis apapun yang mereka minum, hanya panaslah yang mereka rasakan. Ada juga yang berpendapat lain lagi. Hal yang manis adalah hal yang panas! Orang-orang seperti ini adalah orang yang telah berputus asa dalam hidupnya. Bukan jiwa, tetapi hatinya. Hatinya telah mati. Namun jiwanya tetap menjilat apapun itu demi merasakan setetes rasa manis. Manis, sebelum mereka mati oleh panas. Aku suka menulis. Aku bisa melakukan apapun saat menulis. Aku bisa ke manapun saat berimajinasi dengan tulisanku. Namun saat ini aku harus duduk. Diam. Menunggu. Di cafe ini, aku sedang menunggu seseorang. Dan, ya seperti yang aku bilang tadi, aku sedang membaca. Aku benar-benar sedang membaca sebuah buku. Sebuah kumpulan cerpen karya seorang maestro Indonesia. Aku pribadi sangat suka tulisannya! Ia begitu bisa bebas saat menulis. Ia tidak pernah takut akan pencitraan atau semacamnya. Ia seringkali mengajakku pergi ke tempat-tempat yang tak pernah kukunjungi, pikiran-pikiran yang tak pernah kuselami, wajah-wajah yang belum

pernah kubaca, tubuh-tubuh yang tak pernah aku dekap. Membaca tulisannya benar-benar membuatku menyadari bahwa aku sedang hidup. Aku sedang bernafas. Aku sedang meminum tehku! Teh yang tak lagi panas. Panasnya telah larut dalam kata-kata yang dirangkainya dalam buku ini. Pintu cafe terbuka, aku bisa melihatnya dari tempatku duduk. Seorang pegawai perempuan menyambutnya, tersenyum. Ia membalas senyumnya, manis sekali. Senyum yang sudah lama tidak aku lihat. Lalu tanpa sadar ia tiba-tiba telah berada hanya beberapa langkah dariku. "Hai!" Sapanya. Ia memamerkan gigi-giginya yang putih bersih. Meski aku tahu, yang ia pamerkan sebenarnya adalah dirinya sendiri. Kepercayaannya kepada dirinya sendiri. Aku tersenyum. "Hai," jawabku dengan suara yang lebih pelan. Aku membenahi kerudungku. Membetulkan kacamataku. Merapikan baju hitamku. Aku ingin terlihat menarik di depannya. "Sudah menunggu lama ya?" "Ah, tidak kok!" "Boleh duduk?" "I.. Iya, silahkan," lalu aku pun duduk di tempatku tadi. Tak kusangka, tiba-tiba ia duduk di sebelahku, bukannya duduk di kursi di hadapanku. Ia tersenyum. Aku hanya bisa tersenyum. "Novela...," tiba-tiba wajahnya tampak lebih serius,"kamu tahu aku di sini tidak untuk berbasa-basi. Setelah 10 tahun aku di Surabaya, akhirnya aku bisa menemuimu di sini. Aku tahu kau tahu apa maksudku menemuimu" Sejujurnya aku tidak tahu. Atau setidaknya aku tidak mau tahu. Tidak mau tahu apakah aku benar atau salah. Aku tidak mau percaya pada firasatku sendiri. Aku hanya bisa membayangkan pertemuan ini sekedar menjadi reuni dua orang teman yang sudah lama tidak saling bertemu. Kukira kami hanya akan tertawa-tawa kecil mengenang masa lalu. Nyatanya aku

salah. Ini adalah pertemuan dua hati yang sudah lama tidak bertemu. Kami berdua tahu pasti, ini lebih dari sekedar pelepas rindu. "Aku mencintaimu Novela..." Hatiku berdegup. Firasatku benar... "Aku di sini karena hatiku memintaku untuk ke sini. Untuk menemuimu, Novela! Aku hanya mencintaimu. Aku bahkan bertahan selama ini tidak mencintai wanita lain. Aku setia. Tidak, aku bahkan tidak sanggup mencintai wanita lain. Hidupku hanya untukmu. Kau tahu itu..." Aku terdiam. Mencoba memaknai setiap kata-katanya. Mencoba membaca wajahnya, cerita hidupnya, perasaannya... itu? "Mengapa kau di sini? Maksudku, mengapa kau percaya semua "Karena takdir... Karena hatiku telah memilihmu. Karena aku sayang padamu. Cinta... Atau entahlah namanya" "Bagaimana kalau yang kau percaya itu salah?" "Maksudmu?" "Bagaimana jika bukan aku wanita takdir hidupmu? Bagaimana kalau aku tidak mencintaimu?" "Itu resiko yang aku ambil. Aku percaya pada cinta ini. Aku percaya pada senyumanmu waktu itu. Aku percaya ada cinta di saat itu," ia tersenyum. Senyumnya yang sama seperti 11 tahun yang lalu. Saat pertama kali kita bertemu. Di suatu kelas. Dalam suatu harapan yang telah sia-sia... "Memangnya kau tahu siapa aku sekarang? 10 tahun adalah

waktu yang lama! Kau tidak tahu kan, apa saja yang telah kulalui? Bagaimana kalau...," kata-kataku tertahan. Mataku sudah mulai panas,"bagaimana kalau aku sudah menikah?" Ia diam sejenak. "Benarkah itu?" Aku tak menjawabnya. Diam... Diam... Diam... Kami berdua diam. Aku melihat wajahnya. Rahangnya telah kuat, beda seperti dulu. Matanya tajam, rambutnya agak gondrong, badannya lebih besar. Beda seperti dulu. Ia sudah tidak lagi memakai seragam SMAnya. Tiba-tiba aku teringat dosaku di masa lalu. Mengapa tidak aku berikan saja sinyal negatif padanya waktu itu? Mengapa saat itu kami berpisah? Mengapa sebelumnya kami saling cinta? Cinta yang terpendam. Cinta yang tak pernah bicara. Cinta yang kurasa setelah kubaca wajahnya saat itu. Ia yang telah membaca hatiku lebih dulu. Ia yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dan bahkan untuk sekarang, aku masih bisa merasakannya. "Maaf, Bram. Aku tidak bisa. Kau harus mengerti itu..." Ia terdiam. Ia menatapku, tetapi masih diam. Diam seribu cerita. Diam satu cinta. "Novela... Kau mungkin harus membaca ini!" Ia lalu maju ke arahku sampai membuatku tertahan oleh jendela. Ia terus maju sampai aku bisa menghirup nafasnya. Sampai aku bisa merasakan dia dalam diriku. Kututup mataku, mencoba membaca apa yang sedang sampaikan. Perasaan ini... Dengan beribu detak jantung yang memburu. Dengan perasaan yang teraduk-aduk. Dengan hangat dirinya menekanku. Aku bisa membacanya! Bertahun-

tahun ia kesepian, sendirian, di tengah perempuan yang menyukainya. Perempuan yang satu per satu ia tolak, demi kepercayaan dalam hatinya. Demi sesuatu yang tak pasti... yaitu aku. Aku tidak pasti. Air mataku mengalir... Kudorong dia kuat-kuat. Aku berteriak,"apa-apaan KAU! APA MAUMU?!" "Nov, aku..." Tanpa ia menyelesaikan kata-katanya aku mendorongnya lebih keras lagi. Sampai ia terjatuh. "TEGANYA KAU PERMAINKAN AKU! RASAKAN INI!" Aku mengambil teh susu panasku dan menyiramnya ke wajahnya. "Aaaaargh!!!" Ia melenguh seperti singa dibakar ekornya. "BACA INI!" Aku melemparkan novel tebal yang tadi ku baca. Pas, kena kepalanya. Kena dahinya yang telah berlumuran darah oleh pecah cangkir tadi. Tanpa sadar ia telah ada dua orang security yang telah siap menggotongya keluar. Mereka pun menggiring paksa Bram keluar dari cafe. Bram membawa pergi novelku. Entahlah mengapa... Seketika aku merasa tenang. Aku merasa damai. Aku tersenyum. Namun perasaan itu semakin menggelora. Aku pun tak sanggup menahannya. Aku tertawa,"hahahahahahahaha..." Aku menutup mataku sejenak lalu membukanya lagi. 2 detik saja, di depanku sekarang hanyalah sebuah tembok. Aku menoleh ke kanan, ke pintu, ada seseorang yang sedang mengintipku dari lubang jeruji. "Haaargh!" Aku menakutinya. Dia pun pergi. Aku tersenyum puas. *** "Haah, ternyata tentang pria itu lagi. Sekarang di cafe toh? Hmm...," gumamku sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Aku pun kembali ke ranjangku. Mengambil novel yang sedang terbuka dan melanjutkan kembali membaca. Air mataku sekarang

sudah mengering, tetapi aku tetap tersenyum. Tak lupa aku melihat kamera yang berada di ujung ruangan kamar ini. Kuberikan jempolku ke arahnya, memberikan tanda bahwa aku sedang baik-baik saja. "Aku hanya sedang membaca!" Kataku padanya di seberang kamera sana. "Bolehkah kau antarkan lagi teh susu hangat kepadaku?"

#NowPlaying Lirik Allison

"Kamu kok diam sih?" Tanyaku sambil tersenyum. Dia hanya diam saja, seperti kataku barusan. Sedangkan aku sendiri tak tahu kenapa aku tersenyum. Aku tak punya satu pun alasan untuk tersenyum. Entahlah. Lalu kutanyakan lagi pertanyaan yang sama ke dia. Dia diam. Aku seakan berbicara sendiri. Ah, tidak, aku melihatnya sekilas melirik ke arahku. Mungkin ia mendengarku. "Kenapa kamu gak mau jawab pertanyaanku?" Tanyaku semakin emosi. Sedari tadi ia hanya memandang ke taman di hadapannya. Sejenak aku ikut melihat taman itu. Tidak ada hal yang spesial. Mungkin tidak baginya. Ia baru saja belum sampai 2 minggu berada di sini. Mungkin hal ini asing baginya. "Hahahaha... Kamu takut ya? Sudah, tidak apa-apa,"aku membelai pipinya yang putih. Lalu kulanjutkan ke rambutnya yang pirang kusut dan bahunya yang kecil. Wanita ini pasti model sebelum ia masuk ke sini. Aku tak tahu mengapa ia bisa berakhir di sini. Sepertinya dia pernah menceritakan hal tersebut kepadaku, tetapi aku sudah lupa. Aku tak suka menyimpan kesedihan lama-lama. "Hahahahaha," entah kenapa aku menjadi senang sekali. Seakan ada yang menggelora di dadaku. Aku loncat-loncat, berputarputar mengelilinginya. Berusaha untuk membuatnya tersenyum. "Hahahaha," aku terus melakukannya sampai tiba-tiba ia memegang kepalaku. Keras sekali. Membuatku berhenti melakukan apapun. Ia mendekatkan kepalanya ke kepalaku. Tak ada wanita sebelumnya yang bibirnya sedekat ini dengan bibirku. Bahkan aku sampai tak sanggup melihat bibir merah mudanya yang tebal. Nafasku tercekat! "I am in misery..."kata wanita itu. "Hah?" "I am in misery. Remember this!"katanya lagu sambil melirikku. Tajam sekali. Aku tak mengerti. Aku lalu melanjutkan tarian senangku, mengelilinya lagi. Loncatloncat lagi. Sampai seseorang memanggilku. Aku pun menoleh ke belakang.

"Pak Dokter, ini obat untuk Allison. Ayo jangan diganggu dulu!" Kata seorang pria yang sedang memakai jas putih kepaaku. Ia tersenyum. 'Siapa orang ini? pikirku. Ayo sini! katanya lagi, Allison tidak akan mengerti maksud Pak Dokter. Ini saya mau kasih obat buat dia. "Lho aku kan dokternya? Aku dong yang bikinin obatnya!" kataku marah. "Iya, Dok. Ini 'kan saya bantu buatkan. Pak dokter sudah minum obat juga?" "Lho?? Kamu siapa sih? Pasienku?" Aku bingung. Aku melirik Allison, dia diam saja. Ada apa sih ini? Dokter kan tidak seharusnya bingung?