PENGANTAR (LANJUTAN )

dokumen-dokumen yang mirip
AKUNTANSI INFLASI DALAM MENILAI RELEVANSI LAPORAN KEUANGAN SUATU PERUSAHAAN

KONSEP METODE HISTORICAL COST VERSUS GENERAL PRICE LEVEL ACCOUNTING DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Pwee Leng Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra ABSTRAK

PELAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE GENERAL PRICE LEVEL ACCOUNTING PADA PT GUDANG GARAM Tbk PERIODE 2011

BAB II LANDASAN TEORI

perusahaan. Dengan analisis tersebut, maka dapat membantu pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Jadi untuk mengetahui kondisi

perusahaan pada masa yang lalu, yang merupakan dasar utama dalam melakukan pengukuran dalam laporan keuangan dan biasanya digunakan dalam mengukur per

ANALISIS TERHADAP PERLUNYA PENYESUAIAN LAPORAN KEUANGAN HISTORIS (CONVENTIONAL ACCOUNTING) MENJADI BERDASARKAN TINGKAT HARGA UMUM (GENERAL PRICE LEVEL

BAB I PENDAHULUAN. dampak ekonomi bagi sendi-sendi perekonomian Indonesia. Hal ini ditandai dengan

AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA

terakhir yaitu Lower ofcost or Market yaitu aset dinilai dengan membandingkan

INCOME DAN PELAPORANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKUNTANSI INFLASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEANDALAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN. Fatmasari Sukesti Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

Latihan Soal Teori Akuntansi ATA 2013/2014

PENDAHULUAN Inflasi telah menjadi kenyataan yang penting dan konstan dalam kehidupan hampir semua negara di dunia. Berubahnya nilai mata uang sekarang

BAB 1 MANAJEMEN KEUANGAN (Pengantar)

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk mencari dana dalam jumlah

PERBANDINGAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HISTORICAL COST DAN GENERAL PRICE LEVEL ACCOUNTING PADA MASA INFLASI

PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 )

LAPORAN KEUANGAN & KAS

karena informasi yang ada menjadi tidak relevan dan tidak sesuai dengan keadaan pasar yang sesungguhnya. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan bia

KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG

1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi!

Keuntungan GPL adalah sebagai berikut :

TINJAUAN AKUNTANSI DAN LANDASAN TEORITISNYA (Materi 1)

BAB II BAHAN RUJUKAN

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

ABSTRACT. Keywords: Historical Cost, General Price Level Accounting, Inflation, and Financial Statement. vii. Universitas Kristen Maranatha

AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM

BAB I PENDAHULUAN. modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Manajemen Keuangan. Analisis Kondisi dan Kinerja Keuangan. YANANTO MIHADI PUTRA, S.E., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asset (aktiva) 1. Definisi dan klasifikasi asset 2. Pengakuan dan pengukuran asset 3. Penyajian (pelaporan)

Modul laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masa arus globalisasi pada masa masa ini yang ditandain

KONSEP dan TRANSAKSI MATA UANG ASING

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode Historical Cost Accounting dan General Price Level Accounting pada Masa Inflasi

CURRENT COST ACCOUNTING

PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

Relevansi dan Interpretatif Laporan Keuangan Berdasarkan Metode General Price Level Accounting

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 11 Analisa Dana dan Aliran Kas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan

M 1 KARTIKA SARI. Universitas Gunadarma. Tujuan. MATERI AKPER 1 Hal -1

BAB 1. KONSEP DASAR. Asumsi dan Konsep dasar. Standar Akuntansi. Metode dan Prosedur. Laporan Keuangan. Laporan Laba Tidak Dibagi

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang dinilai akan terus tumbuh ke depannya. Selayaknya negara-negara

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB IV. Analisis Hasil dan Pembahasan

LAPORAN KEUANGAN BANK

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawab terhadap konsumsi dan alokasi sumber daya perusahaan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB II LANDASAN TEORI. lagi bahwa akuntansi disebut sebagai bahasa dari keputusan-keputusan. Hal ini

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN. Tentang ANALISA LAPORAN ARUS KAS

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

VII. SIMPULAN DAN SARAN

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS EKONOMI. Accounting Measurement Systems (Sistem Pengukuran Akuntansi) JURUSAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baridwan dalam As ad (2010:26) merupakan ringkasan dari suatu

PENGAKUAN DALAM NERACA

BAB II LAPORAN ARUS KAS

Iman P. Hidayat, SE., M.,Si., Ak., CA.

BAB I PENDAHULUAN. investor, informasi akuntansi merupakan data dasar dalam melakukan analisis

BAB II LANDASAN TEORI

Yudhistiro Ardy Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta (021)

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan mempunyai harta (aktiva) untuk mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

Transkripsi:

AKUNTANSI INFLASI

PENGANTAR Negara kita menganut ekonomi terbuka, akibatnya Indonesia memiliki masalah inflasi dari tahun ke tahun. Pencatatan akuntansi di Indonesia menganut Historical Cost, dimana konsep ini tidak mengenal adanya perubahan seperti pengaruh inflasi tetapi stable monetary unit yang mengakibatkan semua transaksi yang terjadi dicatat atas dasar nilai historis atau nilai yang didapat saat terjadi transaksi. Ini menyebabkan dilema relevansi laporan keuangan perusahaan.

PENGANTAR (LANJUTAN ) Para investor dan pemain saham, untuk mengetahui ketahanan perusahaan dalam menghadapi persaingan dan moneter yang tidak dapat diprediksi, laporan tambahan berupa General Price Level accounting atau dikenal sebagai Akuntansi tingkat harga umum sangat dibutuhkan. Konsep ini menyatakan bahwa nilai sesungguhnya dari Rupiah ditentukan oleh barang atau jasa yang dapat diperoleh, yang biasa disebut daya beli. Dalam masa inflasi ataupun deflasi, jumlah barang/jasa yang dapat diperoleh berubah dengan nilai uang nominal yang konstan, yang berarti bahwa daya beli Rupiah berubah. Laporan tambahan diharapkan dapat memenuhi tujuan dari pelaporan akuntansi yaitu sebagai rujukan untuk membuat keputusan yang tepat.

INFLASI Inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan structural bottlenecks.

STRUCKTURAL BOTTLENECK TERUTAMA TERJADI DALAM TIGA HAL, YAITU : 1. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis berakibat supply dari sektor pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya. 2. Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan. 3. Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja, sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing of money).

PENGGUNAAN NILAI HISTORIS DALAM AKUNTANSI FINANSIAL DISEBABKAN KARENA: 1. Relevan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Bagi manajer dalam membuat keputusan masa depan diperlukan data transaksi masa lalu. 2. Nilai historis yang berdasarkan data obyektif dapat dipercaya, dapat diaudit dan lebih sulit untuk memanipulasi bila dibandingkan dengan nilai yang lain seperti current cost ataupun replecement cost. 3. Karena telah disepakati berlakunya prinsip akuntansi pada penggunaan nilai historis memudahkan untuk melakukan perbandingan baik antara industri maupun antar waktu untuk suatu industri.

KELEMAHAN PENGGUNAAN NILAI HISTORIS ANTARA LAIN: 1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut. 2. Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang dikuasai perusahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang tepat 3. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan mengakibatkan laba dihitung terlalu besar.

KELEMAHAN PENGGUNAAN NILAI HISTORIS ANTARA LAIN: 4. Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada asumsi adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan perkembangan daya beli uang yang sedang berlangsung. 5. Adanya stable monetary unit. Perusahaan tidak akan memperahankan real capital-nya dan ada kecenderungan terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan dan pembangian laba yang lebih besar daripada semestinya. 6. Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidak sama dijumlahkan menjadi satu. 7. Di samping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi

GENERAL PRICE LEVEL ACCOUNTING (GPLA) GPLA dikenal sebagai Akuntansi tingkat harga umum menyatakan bahwa nilai sesungguhnya dari Rupiah ditentukan oleh barang atau jasa yang dapat diperoleh, yang biasa disebut daya beli. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan penyajian kembali komponen-komponen laporan keuangan ke dalam Rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi berdasarkan nilai histories. Perubahan tingkat harga umum dapat dihitung atau diukur dengan indeks harga. Indeks harga yang biasa digunakan adalah indeks harga konsumen, yaitu suatu indeks yang menyajikan perubahan periodic dalam biaya kelompok barang-barang terpilih yang dibeli konsumen yang digunakan sebagai ukuran inflasi.

CARA MENGKONVERSIKAN NILAI HISTORIS DENGAN FACTOR KONVERSI MENJADI TINGKAT HARGA UMUM, DENGAN RUMUSAN SEBAGAI BERIKUT: Faktor konversi = Indeks sekarang Indeks tahun dasar

POS-POS YANG AKAN TERPENGARUH DENGAN ADANYA PENURUNAN DAYA BELI RUPIAH, YAITU: 1. Monetery assets, seperti kas ditangan, surat-surat berharga, dan pos-pos piutang dan lain-lain yang sifatnya sebagai dormant account akan mengalami pengaruh penurunan daya beli secara berarti karena rekeningrekening tersebut tidak dapat lagi dinilai (di-appraisal) 2. Non monetary assets secara riil tidak mengalami pengaruh penurunan daya beli, tetapi dari sudut akuntansi merupakan pos yang terkena pengaruh penurunan harga beli. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah yang serius karena rekening-rekenig tersebut dapat dinilai. 3. Assets dalam bentuk valuta asing tidak dipengaruhi oleh penurunan daya beli Rupiah karena dapat dinilai dengan kurs yang terakhir.

ARGUMENTASI YANG MENDUKUNG KONTROVERSI YANG BERKAITAN DENGAN KERELEVANAN GPL A TEL AH DIKEMBANGKAN (RICHARD & MYRTLE 1995): 1. Laporan keuangan yang disajikan berdasarkan nilai historis tidak mencerminkan perubahan kemampuan atau daya beli (purchasing power) dari bermacam-macam aset dan klaim dalam perusahaan. 2. Conventional historical-cost accounting tidak mengukur pendapatan (income) dengan sewajarnya sebagai hasil matching Rupiah dalam laporan laba rugi. Beban-beban yang telah terjadi pada periode sebelumnya dikontrakan dengan pendapatan-pendapatan yang umumnya dicerminkan dalam nilai Rupiah tertentu pada saat ini.

ARGUMENTASI YANG MENDUKUNG KONTROVERSI YANG BERKAITAN DENGAN KERELEVANAN GPL A TEL AH DIKEMBANGKAN (RICHARD & MYRTLE 1995): 3. General price-level accounting relatif mudah diterapkan. Hanya sekedar mengganti nilai lama dengan nilai saat ini. General price-level accounting mencerminkan konsep terakhir dari Prinsip Akuntansi Umum (General Accepted Accounting Principles). Sebagai akibatnya, dirasa relatif lebih obyektif dan dapat diuji kebenarannya. 4. General price-level accounting menyediakan informasi yang relevan bagi manajemen dalam evaluasi dan penggunaannya. Jadi laba dan rugi berdasarkan tingkat harga umum dihasilkan dari penanganan item-item moneter yang merefleksikan respon manajemen terhadap inflasi.

ARGUMENTASI PENOLAKAN TERHADAP GENERAL PRICE- LEVEL ACCOUNTING DIDASARKAN PADA: 1. Kebanyakan studi empiris mengindikasikan bahwa relevansi dari informasi tingkat harga umum juga lemah atau dengan kata lain tidak dapat diterima. 2. Tingkat harga umum merubah rekening hanya untuk perubahan dalam tingkat harga secara umum dan tidak merubah rekening ke dalam tingkat harga tertentu. 3. Pengaruh atau akibat adanya inflasi akan berbeda dalam berbagai perusahaan. 4. Biaya-biaya diimplementasikan lebih besar dari nilai pokoknya dalam general price-level accounting dibanding benefitnya.

. Beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB) di USA juga masih tidak memberikan kepastian mengenai perlu tidaknya penggunaan general price-level accounting, diantaranya: 1. Statement no.33 yang mengharuskan beberapa perusahaan tertentu untuk menyajikan informasi tambahan dengan menggunakan general price-level accounting dan current cost accounting. 2. Statement no.89 menyatakan bahwa informasi tambahan dengan general price-level accounting dan current cost accounting sebaiknya disajikan tetapi tidak diharuskan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia bahwa informasi tambahan antara lain mengenai pengungkapan pengaruh perubahan harga bersifat tidak mengikat

TERIMA KASIH...