KARAKTERISASI LIMBAH HASIL PEMURNIAN Fe 3 O 4 DARI BAHAN BAKU LOKAL PASIR BESI

dokumen-dokumen yang mirip
1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL MAGNETIT (Fe 3 O 4 ) BERBASIS BATUAN BESI. Skripsi. Program Studi Fisika. Jurusan Fisika

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

KARAKTERISTIK PASIR BESI DARI PANTAI SELATAN KULONPROGO UNTUK MATERIAL PESAWAT TERBANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR

Bab III Metoda Penelitian

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL PASIR PANTAI LOSARI KOTA MAKASSAR MENGGUNAKAN XRF DAN XRD.

STUDI REDUKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS FASA MINOR DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR

KONSENTRASI PASIR BESI TITAN DARI PENGOTORNYA DENGAN CARA MAGNETIK

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4

Sintesis Nanopartikel MnO 2 dengan Metode Elektrolisa Larutan KMnO 4

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

Sumber Daya Alam. Yang Tidak Dapat Diperbaharui dan Yang Dapat di Daur Ulang. Minggu 1

PENGARUH WAKTU PELINDIAN PADA PROSES PEMURNIAN SILIKON TINGKAT METALURGI MENGGUNAKAN LARUTAN HCl

REDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

PENUMBUHAN NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA SUBSTRAT FTO DENGAN METODE ELEKTRODEPOSISI. Saidatun Khofifah *, Iwantono, Awitdrus

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI ph PADA SINTESIS Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

BAB 1 PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli hingga September 2012 di

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi

Bab III Metodologi Penelitian

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Bab III Metodologi Penelitian

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA

Molekul, Vol. 10. No. 2. November 2015: SINTESIS DAN KARAKTERISASI PIGMEN WARNA HITAM, MERAH DAN KUNING BERBAHAN DASAR PASIR BESI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

ANALISIS KARAKTERISTIK PADUAN LOGAM OKSIDA FE 2 O 3 DAN SLAG NIKEL

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua

PREPARASI ULTRA FINE-GRAINED PADUAN HIDRIDA LOGAM SISTEM Mg-Fe MENGGUNAKAN TEKNIK MECHANICAL MILLING UNTUK HYDROGEN STORAGE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)

Karakterisasi Kandungan Bijih Besi Alam Sebagai Bahan Baku Magnetit Nanopartikel

Bab III Metodologi Penelitian

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

PERILAKU PELARUTAN LOGAM NIKEL DAN BESI DARI BIJIH NIKEL KADAR RENDAH SULAWESI TENGGARA

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012

I. PENDAHULUAN. pencapaian sekitar 54 juta ton per tahun yang mencerminkan bahwa negara kita

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ekstraksi Titanium Dioksida (Tio2) Berbahan Baku Limbah Peleburan Pasir Besi (Slag) Dengan Metode Kaustik.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Konsumsi Baja Per Kapita (Yusuf, 2005)

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN MIKROSTRUKTUR, STRUKTUR KRISTAL, DAN KRISTALIT PERTUMBUHAN FASA Mg 2 Al 3 HASIL MECHANICAL ALLOYING

STUDI ANALISIS KARAKTERISASI DAN MIKROSTRUKTUR MINERAL SEDIMEN SUMBER AIR PANAS SULILI DI KABUPATEN PINRANG

Transkripsi:

KARAKTERISASI LIMBAH HASIL PEMURNIAN Fe 3 O 4 DARI BAHAN BAKU LOKAL PASIR BESI Tria Madesa 1, Yosef Sarwanto 1 dan Wisnu Ari Adi 1 1) Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia ABSTRAK KARAKTERISASI LIMBAH HASIL PEMURNIAN Fe 3 O 4 DARI BAHAN BAKU LOKAL PASIR BESI. Salah satu komoditas mineral terbesar di Indonesia yang dapat dijadikan unggulan produk bahan baku adalah pasir besi. Hasil pengolahan pasir besi ini adalah produk bahan baku besi oksida (Fe 3 O 4 ) dan limbah produk. Pada penelitian ini telah dilakukan karakterisasi menggunakan difraktometer sinar-x (XRD), scanning electron microscope (SEM) dan energy dispersive spectroscopy (EDS) pada limbah hasil pengolahan besi oksida (Fe 3 O 4 ) dari bahan baku lokal pasir besi. Fasa-fasa mineral yang terkandung di dalam sampel limbah hasil pengolahan dari pasir besi adalah TiO 2 (rutile) dan masih mengandung beberapa pengotor yaitu SiO 2 (quartz), Al 2 O 3 (Alumina), dan Fe 3 O 4 (magnetite). Hasil karakterisasi limbah hasil pengolahan besi oksida (Fe 3 O 4 ) dari bahan baku lokal pasir besi ini disimpulkan bahwa sampel limbah tersebut adalah nanopartikel konsentrat titanium dioksida (TiO 2 ) yang memiliki fasa rutile dengan kandungan titanium sebesar lebih dari 30%. Kata kunci: Pasir besi, limbah, pengolahan, XRD, SEM, EDS, dan TiO 2. ABSTRACT CHARACTERIZATION OF THE WASTE OF IRON OXIDE (FE 3 O 4 ) PROCESSING RESULTS FROM IRON SAND RESOURCES. One of the largest mineral commodities in Indonesia that can be used as a flagship product is the raw material iron sand. The processing results of Iron sand produce raw material of iron oxide (Fe 3 O 4 ) and waste products. This study has been carried in characterization by the waste productsusing X-ray diffractometer (XRD), scanning electron microscope (SEM), and energy dispersive spectroscopy (EDS) on the waste from processing results of iron oxide (Fe 3 O 4 ) from local resources of iron sand. Mineral phases contained in the waste sample processing results from iron sand is TiO 2 (rutile) and still contains some impurities are SiO 2 (quartz), Al 2 O 3 (alumina), and Fe 3 O 4 (magnetite). The characterization results of waste from processing results of iron oxide (Fe 3 O 4 ) from local resources of iron sand is concluded that the waste sample is concentrated nanoparticles of titanium dioxide (TiO 2 ) with more than 30 % of Ti. Key words: Iron sand, waste, processing, XRD, SEM, EDS, and TiO 2. PENDAHULUAN Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Tahun 2010 bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam mineral yang sangat kaya terbentang dari Sabang sampai Merauke, sedangkan pengolahan mineral ini sangat terbatas [1-5]. Pada tahun 2010 tercatat eksplorasi tambang pasir besi lebih dari 1 juta ton. Selama ini eksplorasi dan eksploitasi mineral di Indonesia diekspor dalam bentuk bahan mentah tanpa pengolahan terlebih dahulu. Tercatat bahwa ekspor bijih nikel Indonesia pada tahun 2011 ke negara Jepang mencapai 1,95 juta ton, dan ekspor bauksit Indonesia ke beberapa negara termasuk China dan Eropa mencapai 2,36 juta ton per Mei 2012. Namun berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, No. 07 Tahun 2012 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral memutuskan bahwa peningkatan nilai tambah komoditas tambang meliputi pengolahan atau 59

pemurnian untuk komoditas tambang mineral logam, bukan logam, dan tambang batuan berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, No. 07 Tahun 2012 [6]. Sumber daya mineral yang sangat melimpah di Indonesia salah satunya adalah pasir besi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Sumber daya mineral dan cadangan bijih besi di Indonesia tahun 2008 [2]. Bijih besi Sumber daya mineral (ton) Bijih Logam Primer 381.107.206,95 198.628.764,63 Sekunder 1.585.195.899,30 631.601.478,77 Pasir besi 1.014.797.646,30 132.919.134,62 Cadangan (ton) Primer Bijih Logam Sekunder 2.216.005 1.383.256,80 Pasir besi 80.640.000 18.061.569,20 Salah satu produk samping komoditas mineral pasir besi yang dapat dijadikan unggulan produk adalah titanium dioksida (TiO 2 ) yang berupa konsentrat titanium dioksida. Konsentrat titanium dioksida ini merupakan hasil limbah dari pengolahan besi oksida dari pasir besi. Pengolahan besi oksida ini digunakan proses kimia dengan memanfaatkan larutan asam dan basa sehingga hasil produk konsentrat titanium dioksida yang diperoleh memiliki ukuran partikel sangat kecil atau disebut dengan konsentrat nanopartikel titanium dioksida. Perkembangan teknologi nano-partikel titanium dioksida dewasa ini sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi di sektor industri pengolahan mineral terutama di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan sudah banyaknya produk hasil teknologi nanopartikel titanium dioksida yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, seperti komponen barang-barang elektronik, rumah tangga, kosmetik, pigmen warna putih hingga sebagai katalis untuk pengolahan limbah dan lain-lain [7-9]. Mengingat jumlah cadangan mineral pasir besi sebagai sumber bahan baku konsentrat titanium dioksida sangat melimpah di Indonesia, untuk itu merujuk pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengolahan pasir besi dan menghasilkan limbah yang diharapkan berupa konsentrat titanium dioksida [10]. Namun limbah ini belum dikarakterisasi dengan baik, maka tujuan pada penelitian ini adalah melakukan identifikasi fasa, unsur, morfologi dan ukuran partikel pada limbah permurnian Fe 3 O 4 dari hasil pengolahan pasir besi. METODE PERCOBAAN Mineral pasir besi digiling dengan menggunakan penggilingan energi tinggi (HEM) jenis Spex 8000 selama 10 jam pada suhu kamar. Tujuan dari penggilingan ini agar diperoleh partikel halus untuk memudahkan dalam karakterisasi dan proses pengolahan. Serbuk halus pasir besi ini kemudian akan dipisahkan menggunakan pemisah magnetik (separator magnetik) untuk menghilangkan pengotor yang terkandung di dalam pasir besi. Separator magnetik ini berfungsi untuk memisahkan serbuk pasir besi yang bersifat ferromagnetik dan non magnetik. Serbuk ferromagnetik pasir besi kemudian dicuci terlebih dahulu sebelum dilarutkan dalam larutan asam klorida. Hasil pelarutan serbuk pasir besi ini akan terbentuk larutan besi klorida dan menyisakan serbuk limbah. Antara larutan besi khlorida dan limbah dipisahkan dengan menggunakan centrifuge. Limbah ini selanjutkan akan dikarakterisasi untuk mengetahui fasa-fasa yang terkandung di dalamnya. Analisis kualitatif dan kuantitatif fasafasa yang ada di dalam sampel limbah diukur menggunakan alat X ray diffractometer (XRD) Rigaku Miniflex 600 di Nanotech Indonesia. Pengukuran pola difraksi sampel dilakukan dengan berkas sinar-x dari tube anode Cu (copper) dengan panjang gelombang, = 1,5406 Å, mode: continuous-scan, step size : 0,02, dan time per step : 0,5 detik. Profil difraksi sinar-x dianalisis menggunakan Tabel Hanawalt [11]. Morfologi permukaan diamati dengan scanning electron microscope. Analisis unsur diukur dengan energy dispersive spectroscopy (EDS). Sedangkan ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan alat particle size analyzer (PSA). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Gambar 1 ditunjukkan hasil pengamatan struktur mikro pada sampel 60

limbah hasil pengolahan dari pasir besi dengan menggunakan scanning electron microscope. (a) Partikel pasir besi awal Sampel limbah ini sebelum dilakukan pengujian ukuran partikel terlebih dahulu disonikasi untuk menghindari adanya aglomerasi pada bahan sehingga akan diperoleh tingkat dispersivitas yang sangat baik. Sonikasi pada sampel konsentrat titanium dioksida ini dilakukan selama 60, 90 dan 120 menit. Pada Gambar 2 ditunjukkan hasil pengujian ukuran ukuran partikel pada sampel limbah hasil pengolahan dari pasir besi dengan menggunakan PSA ( partikel size analyzer ) yang telah disonikasi selama 60, 90 dan 120 menit. (a) Waktu sonikasi selama 60 menit (b) Partikel limbah hasil pengolahan Gambar 1. Morfologi partikel pasir besi sebelum dan sesudah pengolahan. Pada Gambar 1 tampak bahwa hasil pengamatan morfologi partikel menunjukkan bahwa sampel pasir besi dan sampel limbah hasil pengolahan memiliki bentuk partikel yang beragam, baik bentuk, ukuran partikel, maupun kontras warna. Hal ini menunjukkan sampel memiliki fasa yang sangat beragam. Namun foto dari morfologi permukaan ini tidak dapat menentukan fasa-fasa yang terkandung di dalam sampel limbah hasil pengolahan dari pasir besi ini. Disamping itu pada Gambar 1(b) memperlihatkan bahwa sampel limbah hasil pengolahan dari pasir besi berbentuk seperti gumpalan-gumpalan atau aglomerasi sehingga sebelum dilakukan identifikasi fasa dengan menggunakan XRD diperlukan pemisahan aglomerasi tersebut sehingga partikel dari sampel limbah tersebut dapat terdispersi satu dengan yang lain menggunakan sonikator dengan berbagai lama waktu sonikasinya. Tujuannya adalah disamping untuk mendispersikan partikelnya, juga dapat diperoleh data ukuran partikel yang sebenarnya dari sampel limbah ini hasil proses pengolahan. (b) Waktu sonikasi selama 90 menit (c) Waktu sonikasi selama 120 menit Gambar 2. Ukuran diameter partikel sampel limbah hasil pengolahan dari pasir besi Pada Gambar 2(a), Gambar 2(b) dan Gambar 2(c) menunjukkan bahwa ukuran diameter rata-rata partikel sampel limbah hasil pengolahan pasir besi ini adalah ~ 25 nm, ~ 13 nm dan ~ 12 nm berturut-turut untuk waktu sonikasi selama 60, 90 dan 120 menit. Dengan demikian tampak bahwa sampel limbah hasil pengolahan pasir besi ini telah terdispersi dengan baik dengan waktu optimum sonikasi selama 90 menit. 61

Langkah berikutnya adalah diperlukan analisa lebih lanjut pada sampel hasil sonikasi 90 menit untuk dapat menunjukkan bahwa sampel limbah hasil pengolahan dari pasir besi ini memiliki fasa yang beragam, yaitu dengan menggunakan analisa difraksi sinar-x. Untuk menganalisa fasa-fasa dengan difraksi sinar-x diperlukan data dukung berupa analisa elementer dari konsentrat titanium hasil pengolahan dari pasir besi ini menggunakan alat energy dispersive spectroscopy ( EDS ). Pada Gambar 3 diperlihatkan hasil analisis elementer menggunakan energy dispersive spectroscopy pada sampel limbah hasil pengolahan dari pasir besi. relatif kecil. Secara rinci kandungan unsur yang ada di dalam konsentrat titanium hasil pengolahan dari pasir besi ini ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis elementer menggunakan energy dispersive spectroscopy No. Unsur Uji EDS 1 Kandungan (% berat) Uji EDS 2 Kandungan (% berat) 1. Besi (Fe) 2,19 ± 0,40 13,47± 0,42 2. Silikon (Si) 0,33 ± 0,13 0,22 ± 0,14 3. Alumunium (Al) 0,41 ± 0,14 0,56 ± 0,16 4. Titanium (Ti) 29,81 ± 0,21 33,93 ± 0,21 5. Chlor (Cl) 0,55 ± 0,10 0,51 ± 0,11 6. Karbon (C) 16,96 ± 0,08 17,76 ± 0,10 7. Oksigen (O) 49,74 ± 0,58 33,55 ± 0,68 (a) Kurva EDS pengukuran-1 (b) Kurva EDS pengukuran-2 Gambar 3. Analisa unsur dengan menggunakan energy dispersive spectroscopy Spektrum energi yang dihasilkan seperti yang terlihat pada Gambar 3 menunjukkan bahwa unsur yang sangat dominan adalah oksigen (O), silikon (Si), titanium (Ti) dan besi (Fe) yang berturut-turut berada pada energi 0,525 kev, 1.739 kev, 4.508 kev dan 6,398 kev dengan panjang gelombang K. Hal ini berarti bahwa batuan ini memiliki kandungan unsur yang kaya akan titanium (Ti). Walaupun masih terdapat beberapa unsur lain yang terkandung di dalamnya dalam jumlah yang Pada Tabel 2 tampak bahwa kandungan Titanium total konsentrat titanium hasil pengolahan dari pasir besi ini sebesar ~ 30 %. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan titanium pada konsentrat titanium hasil pengolahan dari pasir besi ini lebih potensial dan ekonomis untuk diolah lebih lanjut menjadi titanium dioksida dengan kemurnian tinggi [6]. Menurut hasil analisis elementer ini diperlihatkan juga bahwa kandungan unsur di dalam konsentrat titanium hasil pengolahan dari pasir besi ini sangat komplek. Beberapa unsur yang terkandung dalam konsentrat titanium hasil pengolahan dari pasir besi ini kemungkinan besar tidak berdiri sendiri melainkan berikatan satu sama yang lain membentuk senyawa tertentu sesuai kandungan terbesar dari konsentrat titanium hasil pengolahan dari pasir besi ini. Dengan demikian diperlukan analisis struktural yang dapat mengidentifikasi fasa-fasa yang terdapat dalam konsentrat titanium hasil pengolahan dari pasir besi tersebut. Pada Gambar 3 diperlihatkan hasil pengukuran dan identifikasi pola difraksi sinar- X sampel konsentrat titanium hasil pengolahan dari pasir besi. 62

Tabel 3. Hasil identifikasi fasa TiO 2 (rutile) pada sampel limbah No. TiO 2 Referensi Int. Sudut Relatif [ 2 ] [%] Sudut [ 2 ] Sampel Limbah d spacing [Å] Int. Relatif [%] Fasa Fasa 1 21.9721 4.04543 10.03 SiO 2 2 27.446 100 27.4107 3.25387 100 TiO 2 Gambar 3. Pola difraksi sinar-x sampel konsentrat titanium hasil pengolahan dari pasir besi Gambar 3 menunjukkan bahwa telah terbentuk puncak-puncak difraksi Bragg yang menurut referensi terdiri dari fasa TiO 2 (rutile) dan fasa pengotor. 3 28.0199 3.1845 81.71 SiO 2 4 30.2323 2.95631 21.72 Fe 3 O 4 5 30.975 2.8871 40.46 Al 2 O 3 6 32.646 2.74304 52.04 Al 2 O 3 7 35.0943 2.55708 27.65 Al 2 O 3 8 36.085 50 36.0644 2.4905 96.04 TiO 2 9 41.225 25 41.1861 2.19185 36.35 TiO 2 10 42.8463 2.11069 19.45 SiO 2 11 44.05 10 44.0904 2.05398 6.74 TiO 2 12 46.0826 1.96972 12.29 SiO 2 13 54.322 60 54.3412 1.68828 66.48 TiO 2 14 56.64 20 56.5167 1.62835 18.63 TiO 2 15 63.3103 1.469 26.52 Fe 3 O 4 Gambar 4. Identifikasi pola difraksi sinar-x dengan menggunakan program Match. Identifikasi fasa pengotor ini berdasarkan hasil analisis elementer pada Tabel 2 dan menggunakan pencocokan dengan Tabel Hanawalt ditunjukkan pada Gambar 4. Secara detail identifikasi fasa-fasa ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 ditunjukkan bahwa fasa-fasa mineral yang terkandung di dalam sampel limbah hasil pengolahan dari pasir besi adalah TiO 2 (rutile) dan masih mengandung beberapa pengotor yaitu SiO 2 (quartz), Al 2 O 3 (Alumina), dan Fe 3 O 4 (magnetite). Secara umum hasil karakterisasi sampel limbah tersebut adalah sebuah sampel yang memiliki kandungan titanium yang tinggi atau disebut juga dengan konsentrat titanium dioksida. Karena sampel limbah ini memiliki partikel yang sangat halus berikuran nanometer, dengan demikian hasil karakterisasi sampel limbah ini teridentifikasi sebgai bahan nanopartikel konsentrat tinanium dioksida (TiO 2 ). KESIMPULAN Karakterisasi limbah hasil pengolahan besi oksida dari sumber daya alam local pasir besi telah berhasil dilakukan. Hasil karakterisasi limbah hasil pengolahan besi oksida (Fe 3 O 4 ) dari bahan baku local pasir besi ini disimpulkan bahwa sampel limbah tersebut adalah nanopartikel konsentrat titanium dioksida (TiO 2 ) yang memiliki fasa rutile dengan kandungan titanium sebesar atau lebih dari 30%. 63

UCAPAN TERIMAKASIH Pada penelitian ini kami mengucapkan terimakasih kepada Kuasa Pengguna Anggaran Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju, DIPA Kelompok Magnet PENGEMBANGAN SAINS BAHAN MAJU SMART MAGNETIK DARI BAHAN BAKU LOKAL DENGAN TEKNOLOGI NUKLIR UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI NASIONAL, Renstra 2015 2019, yang telah mendukung kegiatan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Bappenas, Laporan Pertambangan dan Energi, 2010. 2. Badan Pusat Statistik, Produksi Barang Tambang Mineral, 2010. 3. Pramusanto, Tanjung F., Koesnadi, Muljono D., Satrio M.A. dan Subandi,A., 2000, Potensi Pemanfaatan Bijih Besi Lokal untuk Kemandirian Industri Baja Nasional, Proseding Seminar Sehari Bidang Logam MMI 2000, Jakarta. 4. Edi H., 2008, Studi pemanfaatan bijih besi (hematite dan magnetit) low grade dan up grade di Indonesia sebagai bahan baku pembuatan besi cor, Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2008 Serpong. 5. Eko S., Agus B.P., Uji Karakteristik Bijih Besi Hasil Penambangan Bijih Besi dari Pulau Belitung, Prosiding Seminar Nasional Pengolahan Bijih Besi Bandar Lampung. 2008 6. Badan Pusat Statistik, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri, 2012.. 7. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral, BPPT, Pemanfaatan Pasir Besi sebagai salah satu alternative Penyediaan Bahan Baku Industri Besi Baja Nasional, makalah dalam Seminar Lokakarya Pemanfaatan Bahan Baku Lokal untuk Industri Baja Nasional, PT Krakatau Steel, Cilegon, 2005. 8. Teuku Ishlah, Potensi Bijih Besi Indonesia dalam rangka kerangka Pengembangan Klaster Industri Baja, Pusat Sumber Daya Geologi, 2010, merujuk pada Setiawan B., Pardiarto B., Sunuhadi.D.N., Peluang Pemanfaatan Bijih Besi di Indonesia, Mineral and Energy, Vol.2 No.5 Desember, hal 45-50, 2004, dan merujuk pada Guilbert, John M., and Park Charles F, 1986, The Geology of Ore Deposits, W.H. Freeman and Company, Newyork, p.603-629. 9. Azwar Manaf, Kegiatan Litbang Pasir Besi (Iron Sand) di Universitas Indonesia, Seminar Lokakarya Pemanfaatan Bahan Baku Lokal untuk Industri baja Nasional, PT Krakatau Steel, Cilegon, 2005. 10. Rudi Subagja, 2005, Pengalaman Pusat Penelitian Metalurgi LIPI dalam Penelitian Pemanfaatan Bijih Besi Titan, Seminar Lokakarya Pemanfaatan Bahan Baku Lokal untuk Industri Baja Nasional, PT Krakatau Steel, Cilegon. 11. Swope R. J., Smyth J. R., Larson A. C., "H in rutile-type compounds: I. Single-crystal neutron and X-ray diffraction study of H in rutile Sample: X-ray", American Mineralogist 80, 448-453 (1995). TANYA JAWAB Pertanyaan 1. Dari hasil pemurnian pasir besi selain TiO 2 masih ada carbon sebanyak 17% dan O sebanyak 40%; apakah pengotor tersebut masih berpengaruh terhadap hasil Tio 2? 2. Berapa kadar Ti dalam pasir besi awal dan apakah sudah pernah dihitung analisis ekonominya? Jawaban 1. Tidak berpengaruh dengan unsur lainnya, karena yang kita perlukan konsentrat titanium 2. Kadar Ti dalam pasir besi sekitar 30%, mengenai analisisi ekonominya belum kita perhitungkan karena penelitian ini masih dalam tahap awal. 64