Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof. Dr. Zahrial Coto

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA POPULASI IKAN

PENGKAJIAN STOK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): ISSN:

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

3. METODE PENELITIAN

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

3. METODE PENELITIAN

PENDUGAAN PERTUMBUHAN, KEMATIAN DAN HASIL PER REKRUT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI WADUK BILIBILI

Mortalitas Ledhyane Ika Harlyan

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) PADA LAUT FLORES (KAB. BULUKUMBA, BANTAENG, JENEPONTO DAN TAKALAR) ABSTRACT

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):43-50

BEBERAPA PARAMETER POPULASI IKAN BAWALAIR TAWAR (Colossoma macropomum) DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

KETERKAITAN ANTARA DAYA DUKUNG PEMBENTUKAN BIOMASSA DAN TINGKAT PEMANFAATAN STOK IKAN TERI MERAH (Encrasicholina heteroloba) DI TELUK AMBON DALAM

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

TUGAS M.K: DINAMIKA POPULASI IKAN (MSP531) Oleh: Nuralim Pasisingi C

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

Study Programme of Management Aquatic Resources Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

LAJU EKSPLOITASI SUMBER DAYA IKAN YANG TERTANGKAP PUKAT CINCIN DI SELAT SUNDA

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment

MODEL DINAMIK PERTUMBUHAN BIOMASSA UDANG WINDU DENGAN FAKTOR MORTALITAS BERGANTUNG WAKTU. Sulanjari 1 dan Sutimin 2

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

BEBERAPA PARAMETER POPULASI IKAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT BALI

PENDUGAAN MUSIM IKAN MALALUGIS BIRU (Decapterus macarellus) DI PERAIRAN SEKITAR LIKUPANG, SULAWESI UTARA.

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

Study Programme of Management Aquatic Resource Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA

BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 :

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

KAJIAN STOK IKAN LAYANG (Decaterus ruselli) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI PASAR IKAN TAREMPA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

DINAMIKA POPULASI KERANG HIJAU (Perna viridis) DI PERAIRAN MANDALLE, KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

Struktur populasi ikan cakalang hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa Kota Manado

HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT IKAN

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

KAJIAN ASPEK PERTUMBUHAN POPULASI POKEA (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) DI SUNGAI POHARA SULAWESI TENGGARA 1

The study of Sardinella fimbriata stock based on weight length in Karas fishing ground landed at Pelantar KUD in Tanjungpinang

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

ANALISIS POTENSI PERIKANAN PELAGIS KECIL DI KOTA TERNATE

3. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

BAB I PENDAHULUAN. dunia merupakan hasil tangkap sampingan dari perikanan rawai tuna (Prager et

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

Growth Analysis and Exploitation rate of Tuna Fish (Auxis thazard) landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

Dinamika Populasi Ikan Cakalang Katsuwonus pelamis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN ASPEK BIOLOGI CAKALANG (Katsuwonus pelamis) HASIL TANGKAPAN HUHATE di BITUNG

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

PARAMETER POPULASI IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DI PERAIRAN LAUT JAWA BAGIAN TIMUR

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA YULI WULANDARI

PARAMETER POPULASI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI LAUT ARAFURA

MODEL PERTUMBUHAN IKAN BERONANG LINGKIS (Siganus canaliculatus) HASIL TANGKAPAN SERO DI PERAIRAN KEPULAUAN SELAYAR

KAJIAN STOK IKAN PELAGIS KECIL DENGAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE DI PERAIRAN LEMPASING, LAMPUNG. Riena F. Telussa

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING

Hardiyansyah Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

c----. Lemuru Gambar 1. Perkembangan Total Produksi Ikan Laut dan Ikan Lemuru di Indonesia. Sumber: ~tatistik Perikanan Indonesia.

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN POTENSI LESTARI DAN PERTUMBUHAN IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA

Abstrak. Kata Kunci : Ikan ekor Kuning, pertumbuhan, laju mortalitas, eksploitasi. Abstract

ELASTISITAS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP KOTA TEGAL PRODUCTION ELASTICITY OF TEGAL MARINE CATCHING FISHERIES

Raja Hasnawati, Andi Zulfikar and Tengku Said Raza'i

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN STOK CUMI-CUMI (loligo sp) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI DAERAH KAWAL PANTAI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4 HASIL. Gambar 18 Grafik kurva lestari ikan selar. Produksi (ton) Effort (trip) MSY = 5.839,47 R 2 = 0,8993. f opt = ,00 6,000 5,000 4,000

2. METODOLOGI PENELITIAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Sardinella sp. merupakan kelompok ikan-ikan pelagis kecil, dari famili

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

PEMBAHASAN 5.1 Tingkat pemanfaatan sumberdaya dan peluang pengembangannya di Maluku

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

PENGKAJIAN STOK DAN MODEL PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI SELAT BALI

KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI PESISIR BARAT SELATAN PULAU KEI KECIL KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA

Estimasi parameter populasi ikan lencam (Lethrinus lentjan) di sekitar perairan Kotabaru (P. Laut) Kalimantan Selatan

FAKTOR KONDISI DAN HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN SELIKUR (Scomber australasicus) DI LAUT NATUNA YANG DIDARATKAN DI PELANTAR KUD KOTA TANJUNGPINANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 2003 O.T.S.Ongkers Posted, 7 November 2003 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor November 2003 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof. Dr. Zahrial Coto PERIKANAN IKAN UMPAN DI TELUK AMBON BAGIAN DALAM DAN PERTIMBANGAN BIOLOGIS BAGI PENGELOLAANNYA (The Baitfish Fisheries in Ambon Inner Bay and the Biological Considerations for Its Management) Oleh: O.T.S. Ongkers E-mail: ots_ongkers@yahoo.com Abstract Beach seine fisheries is the predominant fishery in the inner Ambon bay. Catch of the beach seine are mostly anchovies, sardines, and juveniles of others species which are mainly sold to the pole and line operators fishing for tuna. This gear covers the whole water column and literally sieves every object-small fish and all-in the water where the gear passes. Small individuals are not given a chance to grow. The uses of fine meshed beach seines may be contributing to growth over-fishing in the bay. The main objective of this study is to evaluate what has been being lost in terms of average total yield due to the uses of gears with fine-meshed webbing, and to determine the optimum mesh size of beach seine gears in fishing the multi-species stock comprising anchovies and sardines. The analytical yield model or the Yield Per Recruit (YPR) evaluates the catch in weight one might expect from a fish population under different combinations of the amount of fishing and the age at which the fish become vulnerable to the fishing gear given certain von Bertalanffy growth parameters and mortality rates of the stock in question.

2 Key words: baitfish, yield per recruit, management. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Teluk Ambon Bagian Dalam sejak dulu dikenal sebagai ladang ikan umpan dimana mendukung perikanan tuna-cakalang (skipjack pole and liner) dalam menyediakan ikan umpan hidup. Ikan umpan yang tertangkap umumnya pada malam hari dengan menggunakan pukat pantai (beach seine), kadang-kadang menggunakan bantuan cahaya dalam mengumpulkan ikan; hasil tangkapan pukat pantai terdiri terutama dari jenis teri/anchovy (Stolephorus sp,), tembang/sardine (Sardinella sp), layang (Decapterus sp), kembung (Rastrelliger sp), dan berbagai spesies lainnya pada stadia juwana dalam prosentase kecil seperti baronang (Siganus sp), bubara (Caranx sp), selar (Selar sp) dan lainnya. Hasil tangkapan sebagaian besar dijual kepada operator huhate (pole and line) sebagai umpan dalam penangkapan cakalang (Skipjack). Dari hasil tangkapan dengan alat pukat pantai ini, spesies teri atau anchovy (nama lokal adalah puri) kebanyakan disukai oleh operator huhate sebagai umpan hidup, di samping tembang atau sardine (nama lokalnya make). Spesies tersebut merupakan spesies predominan pada perikanan ikan umpan di teluk ini, baik dalam jumlah maupun dalam waktu. Parairan Teluk Ambon Bagian Dalam telah dipandang oleh naturalis terbesar di abad terakhir (Wallace) sebagai satu dari lingkungan laut terkaya di dunia, dalam arti produksi koral, kerang dan ikannya. Sebelum tahun 1975, ikan umpan berlimpah di teluk ini; keluhan para nelayan akibat menurunnya stok telah dilaporkan oleh Sumadhiharga, (1978) dan Wouthuyzen dkk (1984). Penelitian Pattikawa dan Ongkers (2002) melaporkan telah terjadi kelebihan tangkap pada spesies teri (Stolephorus indicus). Penelitian oleh Latumeten (2003) menggunakan akustik melaporkan bahwa sudah terjadi kelebihan tangkap pada sumberdaya ikan umpan dimana potensi lestari (MSY) sebesar 8,8 ton/bulan dan tingkat pemanfaatan sebesar rata-rata 9,3 ton/bulan. Hasil tangkapan pukat pantai 513 ton /tahun (Anonimous, 1995) menurun menjadi 302.7 ton/tahun (Anonimous, 1999). Pengamatan yang ada, bagaimanapun memberi kesan bahwa dekade dimana salah menggunakan area ini yang mana berhubungan dengan penambahan tekanan populasi. Sebagai contoh, penggunaan jaring bermata

3 halus (fine mesh webbing). Alat ini menyapu semua bagian kolom air dan secara harfiah adalah menyaring setiap objek dalam air dimana dilewati oleh alat ini, ikan berbagai ukuran dan semua objek tersaring. Individu-individu berukuran kecil tidak mempunyai kesempatan untuk bertumbuh. Penggunaan jaring bermata halus pada pukat pantai ini mempunyai kontribusi dalam growth overfishing di teluk ini. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kajian tentang kehilangan hasil tangkapan berhubungan dengan efektifitas dan intensitas penangkapan serta melihat ukuran optimum mata jaring pada perikanan multispesies ini. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan utama dari studi ini adalah mengevaluasi kehilangan (lost) dalam arti rataan hasil tangkapan total yang berhubungan dengan penggunaan alat tangkap yang menggunakan jaring bermata halus dan mengkaji ukuran optimun mata jaring pada perikanan stok multispesies yang terdiri dari anchovy dan sardine. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi nilai maksimum dari Yield Per Recruit (Hasil Tangkapan Per Rekrut) yang dikenal dengan Hasil Tangkapan Maksimum Per Rekrut (MSY/R) demi tercapai pengelolaan yang berkelanjutan dari ikan umpan di Teluk Ambon Bagian Dalam. 1.3. Hipotesis Jika kehilangan hasil tangkapan per recruit tidak melampui hasil tangkapan maksimum lestari per rekrut, maka stok ikan umpan dapat terjaga dan berkelanjutan. II. METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengambilan Contoh Pengambilan contoh dilakukan per minggu dari hasil operasi pukat pantai. Proses pengkoleksian meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Sebelum hasil tangkapan dipindahkan ke jaring apung (gogona), contoh ditanggul (scooped) secara acak dari ikan-ikan yang tercampur secara baik

4 dalam kantong dengan menggunakan tanggul (scoop net). Temperatur air laut akan dicatat selama koleksi pengambilan contoh. 2. Contoh-contoh ikan akan disortir per spesies. Berat dan jumlah setiap spesies dalam contoh akan dicatat. Berat total contoh akan dihitung. 3. Frekuensi distribusi setiap spesies predominant dalam contoh akan ditabulasi. Hasil tangkapan total dari sekali operasi akan diestimasi oleh pemantauan volume hasil tangkapan ketika dipindakan ke ember (pail) dari gogona (floating cage) sebelum dijual ke pasar dan atau ke nelayan penangkap tuna cakalang. Jumlah operasi setiap alat akan dicatat, sama seperti jumlah alat tangkap pukat pantai. Faktor pengali (raising factor) akan dikalkulasi untuk mendeterminasi hasil tangkapan total pukat pantai setiap minggu, dan berbasis bulanan. Ukuran contoh yang layak bagi metode dalam mengestimasi parameter akan diuji dengan menggunakan Tabel 1 sebagai panduan.. Tabel 1. Ukuran contoh yang disarankan untuk mengnalisis metode-metode berbasis panjang (Dari Munro dan Thompson, 1973) Ukuran total Waktu (bulan) sampai data contoh terakumulasi contoh 2 4 6 8 12 (jumlah ikan) 1-99 0 0 0 0 0 100-499 0 0 1 2 2 500-999 1 1 2 3 4 1000-1499 1 2 3 4 5 1500-2 3 4 5 5+ 0=tidak digunakan 1=jelek 2=cukup 3= baik 4=sangat baik 5=terbaik Percobaan Seleksi Mata jaring Suatu prototipe pukat pantai dirancang untuk percobaan seleksi mata jaring. Kantong aring akan mempunyai ukuran mata 2 cm dan akan dilapisi oleh jaring karoro (minnow net), material yang sama ini digunakan oleh nelayan pukat pantai. Percobaan penangkapan dibuat di bawah kondisi yang sama ketika nelayan ikan umpan beroperasi. Distribusi frekuensi panjang dari hasil tangkapan yang tertahan dalam kantong dan pada pelapis akan ditabulasi. Suatu harapan bahwa individu-individu yang berukuran lebih kecil mempunyai peluang yang lebih tinggi meloloskan diri dari kantong, atau peluang

5 yang lebih kecil tertahan dalam kantong. Probabilitas individu yang akan tertahan dalam kantong akan bertambah dengan dengan bertambahnya panjang ikan. Probabilitas penangkapan (P i ) dihitung melalui rasio jumlah ikan pada panjang ke-i yang tertahan dalam kantong dan total jumlah individu-individu dalam kantong dan pelapis. Panjang dimana pada 50% ikan meloloskan diri dari kantong dipandang sebagai panjang pada tangkapan pertama (L c ). Seleksi ogive dirancang dengan mengepas probabilitas penangkapan dengan interval panjang. Probabilitas penangkapan untuk ukuran mata aring lainnya dapat digunakan pada kantong tersebut yang dihitung melalui persamaan 3. Untuk mengurangi bias yang dihasilkan, maka replikasi eksperimen tersebut diperlukan dan analisis hasil menggunakan ANOVA (Analysis of Variance). Determinasi mata jaring optimum dibuat dengan mengevaluasi matriks hasil tangkapan, respons dari total hasil tangkapan terhadap perubahan upaya tangkap dan mata jaring. 2.2 Metode Analisis Data Model analitik Model hasil tangkapan secara analitik atau hasil tangkapan per rekrut (Yield Per Recruit, YPR), yang diperkenalkan oleh Beverton (1956) mengevaluasi hasil tangkapan dalam berat yang berasal dari suatu populasi di bawah sejumlah kombinasi sejumlah penangkapan dan umur pada ikan yang mudah tertangkap dengan alat tangkap dan memberikan parameter-parameter pertumbuhan von Bertalanffy tertentu, serta laju mortalitas dari stok yang dibicarakan. Dengan kata lain, hasil tangkapan per rekrut menguji pengaruh dari dua peubah yang dapat terkontrol secara langsung, yaitu mortalitas penangkapan dan umur pada tangkapan pertama (age at the first capture) dari hasil tangkapan. Jika ikan mempunyai mortalitas penangkapan yang tinggi di umur awal, maka mereka berpotensi mempengaruhi pertumbuhan, dan dengan demikian potensi menaikan hasil tangkapan akan lenyap. Sebaliknya, jika mortalitas penangkapan rendah, atau penangkapan terlambat, ikan yang akan ditangkap berhubungan dengan mortalitas alami. Pada konteks perikanan pukat pantai di Teluk Ambon, umur pada tangkapan pertama dapat diterjemahkan ke ukuran mata jaring dari kantong alat tangkap. Dalam aplikasi praktis dari model, pengaruh (dampak) dari hasil tangkapan

6 dapat dievaluasi di bawah rezim penangkapan yang berhubungan denganperbedaan upaya tangkap dan ukuran mata jaring. Model klasik YPR dari Beverton dan Holt mengasumsikan suatu sistem parameter konstan dan suatu seleksi mata pisau. Adapun bentuk persamaannya: 3 Un exp[-nk( t c t 0 )] YPR = FRW exp[-m(t c t r )] -------------------------- (1) n=0 F + M + nk dimana F = laju instantenous dari mortalitas penangkapan M = laju instantenous dari mortalitas penangkapan R = jumlah yang rekrut W = berat asimtotik dari kurva von Bertalanffy K = koefisien pertumbuhan von Bertalanffy t 0 = umur pada panjang sama dengan nol t r = umur rekrutmen dari stok yang dapat ditangkap t c = umur pada tangkapan pertama Un = konstanta integrasi, U 0 =1; U1 =-3; U 2 =3; U 3 =-1. Umur pada tangkapan pertama dapat diestimasi melalui versi terbalik dari persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, yaitu: t c = - 1/K ln(1- l c /L ) (2) Lambang l c mewakili panjang ikan dimana probabilitas penangkapan (P) = 0.50. dalam hal seleksi mata pisau, nilai l c adalah panjang dimana mata pisau memotong spektrum panjang dengan nilai probabilitas sama dengan nol dan menyatu. Dengan mengasumsi suatu hubungan linear dari panjang pada tangkapan pertama dan ukuran mata jaring, l c = S x D (3) dimana S adalah faktor spesifik spesies (faktor seleksi) yang menerangkan bentuk dari tubuh ikan dan D adalah ukuran mata aring dari kantong pukat pantai. Penulisan kembali persamaan (1) sebagai fungsi ukuran mata jaring dengan menggabungan persamaan (2) dan (3): YPR = FW φ (D) (4)

7 Dimana: SD l c Un (1-SD/L ) n φ (D) = [ 1 - ---- ] M/K x [ 1 - --- ] -M/K -------------------------- L L F + M + nk Yang sama dengan: 3 Un exp[-nk( t c t 0 )] exp[-m(t c t r )] -------------------------- n=0 F + M + nk Dari persamaan (1) Beverton dan Holt (1966) menurunkan tiga peubah mata pisau (knife edged) struktur panjang, dalam persamaan YPR relatif, yaitu: 3(1-C) 3(1-C) 2 (1-C) Y PR= E (1-C) M/K 1 - ------------ + ------------ - -----------] (5) (1-E) 2(1-E) 3(1-E) 1+ ----- 1 + ----- 1 + ----- M/K M/K M/K Dimana E adalah laju eksploitasi [=F/(F+M)], C = l c /L, dan M/K menyatakan rasio mortalitas dan pertumbuhan. Hubungan antar persamaan (1) dan (5) dinyatakan oleh persamaan (1) = W exp[m(t r t o )] dikali persamaan (5). Faktor exp [M(t r t o )] merupakan upaya tangkap dan selektivitas alat tangkap yang bebas/independent (Beverton dan Holt, 1966). Pauly dan Seriano (1986) memodifikasi persamaan (5) untuk mengatasi asumsi mata pisau (knife edge), contohnya memperbolehkan penggabungan dari seleksi alat tangkap ogive. Jadi, Y * --- = P i [ {Y /R) i x G i 1 x G i ] (6) R Dimana (Y /R)i dan (Y /R) i + 1 berhubungan dengan Y/R relatif bagi suatu kelas panjang ke-i tertentu, seperti yang dihitung pada persamaan (5), yang memiliki batas

8 teratas adalah i + 1; dan P i merupakan probabilitas tangkapan antara L i dan L i+1, dan G i didefenisikan sebagai: G i = r j untuk j = 1 sampai ke i (7) Dimana r j merupakan suatu faktor yang menyatakan fraksi rekrut untuk panjang L i yang berhasil hidup (survive), bertumbuh dan muncul sampai panjang L i+1, dan dinyatakn dalam persamaan (8), untuk 0 < E < 1, yaitu: (M/K) (E(1-E))Pi (1-C) rj = -------------------------- (8) (M/K) (E/(1-E))Pi (1-C i -1 ) Dimana r Lmin 1 = 1 dan r L = 0 Perhitungan hasil tangkapan (yield) dari selektivitas penggabungan spesies, kita gunakan: Y* = RW exp[-m(t c t r )] x (6) (9) Dimana tanda * menandakan penggabungan probabilitas penangkapan pada berbagai interval ke i. Persamaan (9) akan digunakan untuk menghitung hasil tangkapan terestimasi pada kombinasi berbagai variasi nilai F dan ukuran mata jaring. Tabel matriks hasil tangkapan yang dihasilkan akan memberikan evaluasi tingkah laku hasil tangkapan jika upaya tangkap dan ukuran mata jaring dirubah. Program komputer FiSAT, yang dikembangkan oleh FAO dan ICLARM mengfasilitasi perhitungan di atas. Peubah-peubah yang diperlukan dalam seleksi YPR terkoreksi adalah K, W. t c, t r, M, F, dan P i. Peubah t o ditentukan sama dengan nol (peubah t o diijinkan untuk mendeterminasi umur absolut dengan berfungsi sebagai titik awal/anchor point pada aksis waktu pada kurva pertumbuhanvon Bertalanffy. Dengan berkembangnya metode berbasis panjang untuk pengkajian stok ikan, pengetahuan dari nilai t o atau umur absolut atau menentukan t o = 0 memiliki ketidakbertalian satu sama lain, oleh karena umur relatif, dimana metode berbasis panjang dapat menurunkan parameter L dan K dan cocok untuk kebanyakan model menurut Pauly (1987). Nlai K bersama-sama

9 dengan L diestimasi menggunakan metode panjang berbasis ELEFAN I yang terintegrasi dalam Paket program komputer FiSAT. Nilai W dihitung melalui fungsi hubungan panjang berat. Peubah t c dan t r dikalkulasi menggunakan fungsi invers von Bertalanffy, dengan memasukan L c dan L r berturut turut. Untuk berbagai ukuran mata jaring, L c dihitung menggunakan persamaan 3. Nilai L r berhubungan dengan ukuran terpendek ikan yang dilaporkan dari spesies ertangkap oleh operator pukat pantai atau selama percobaan ukuran mata jaring. Peubah M dan F akan diestimasi melalui estimasi Z dengan menggunakan analisis kurva hasil tangkapan yang dikonversi ke panjang (length converted catch curve analysis (LCCCA). Metode LCCCA merupakan intergrasi program komputer FiSAT. Mortalitas total, Z akan didapat melalui rumus empiris dari Pauly (1980) dan telah dikonversikan dalam bentuk logaritma natural oleh Sparre dan Venema (1998) yaitu: Ln M = -0.0152 0.279*ln L + 0.6543*ln K + 0.463*ln T (10) dan Z = F + M (11) ELEFAN I akan dilengkapi dengan metode Wetherall dan Bhattacharya. Seperti juga, LCCCA akan dilengkapi dengan metode Beverton dan Holt menggunakan data pada L c dan rataan panjang dari ikan dalam contoh. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 1995. Buku tahunan statistis perikanan 1995. Pemerintah propinsi daerah tingkat I Maluku. Dinas perikanan propinsi Maluku.. Anonimous, 1999. Buku tahunan statistis perikanan 1999. Pemerintah propinsi daerah tingkat I Maluku. Dinas perikanan propinsi Maluku. Beverton, R, J, H, and S, J, Holt, 1956. A review of methods for estimating morality rates in exploited fish population, with special reference to sources of bias in catch sampling. Rapp, P,-v, Reun.CIEM, 140:67-83. Beverton, R, J, H, and S, J, Holt, 1966. Manual of methods for fish stock assessment. Part 2. Tables of yield functions. FAO Fish, Tech. Pap./FAO Doc, (38)Rev, 1-67p. Latumeten, J. 2003. Kelimpahan dan tingkat pemanfaatan sumerdaya ikan pelagis kecil di Teluk Ambon. J. Ichthyos, 2(1):13-20.

10 Munro, J, L, and R. Thompson, 1973. Areas investigated, objectives and methodology, ICLARM, Stud, Rev., (7):15-25. Pattikawa, J. A, and O.T.S. Ongkers. 2002. Dinamika populasi ikan puri putih (Stolephorus indicus) di Teluk Ambon Bagian Dalam. J. Ichthyos, 1(1):42-47. Pauly, D, 1980. On the interrelationships between natural mortality, growth parameters, and mean temperature in 175 fish stocks. J, Cons, CIEM, 39(2):175-179. Pauly, D, 1987. A review of the ELEFAN system for analysis of length frequency data in fish aquatic invertebrates, ICLARM, Conf, Proc., (13):7-34. Pauly, D, and M. Soriano, 1986. Some practical extensions to Beverton and Holt s relative yield per recruit model, p. 491-495. In J.L, MaClean, L.B.Dizon, and L.V, Hosillos (eds.) The First Asian Fisheries Forum. Asian Fisheries Society, Manila, Philippines. Sparre, P. and S.C. Venema, 1998. Introduction to tropical fish stock assessment. Part 1. Manual. FAO Fish, Tech. Pap. No. 306.1, Rev.2. Rome. 407p. Sumadhiharga, O. K. 1978. Beberapa aspek biologi ikan puri (teri) Stolephorus heterolobus (Ruppel). Di Teluk Ambon. Oseanologi di Indonesia (2):29-41. Wouthuyzen, S., A. Suwartana, and O.K. Sumashiharga. 1984. The study of population dynamics of the anchovy puri merah Stolephorus heterolobus (Ruppel) and its relationship wth the bait fish fishery in the Inner Ambon Bay. Oseanologi di Indonesia (18):1-20.