1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Sebagai unit pelaksanan teknis kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan meyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (Depkes RI, 2004). Dalam upaya menyelenggarakan pembangunan kesehatan, puskesmas memiliki program kesehatan wajib dan program kesehatan pengembangan puskesmas. Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009). Puskesmas melaksanakan kegiatan proses pemyelenggaraan, pemantauan dan penilaian terhadap rencana kagiatan yang telah ditetapkan baik rencana upaya wajib maupun pengembangan dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayahnya. Salah satu bentuk pemantauan yang dilakukan dengan menggunakan system informasi manajemen puskesmas (SIMPUS). SIMPUS adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu
2 proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya (Depkes RI, 2004). Sumber informasi SIMPUS salah satunya adalah Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP merupakan kegiatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di masyarakat (SK Menkes No. 63/Menkes/SK/11/1981). Terkait pelaporan SP2TP, sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat No. 590/BM/DJ/V/96 telah diberlakukan formulir laporan yang ada. Sedangkan untuk kebutuhan Dati II dan Dati I diberikan kesempatan mengembangkan variable laporan sesuai dengan kebutuhan, dengan memperhatikan kemampuan atau beban kerja petugas di puskesmas. Adapun salah satu jenis laporan puskesmas ke dati II yaitu, laporan bulanan penyakit (LB1), laporan bulanan pemakaian obat (LB2), laporan bulanan gizi, kesehatan ibu anak, imunisasi dan pengamatan penyakit menular (LB3), laporan hasil kegiatan Puskesmas (LB4), (Depkes RI, 1997b). Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju SIMPUS sudah dikembangkan secara komputerisasi dalam suatu perangkat lunak (software) yang bekerja dalam sebuah system operasi. Dalam sebuah penelitian terhadap software SIMPUS Kota Semarang menemukan bahwa Software SIMPUS Kota Semarang sebagai sistem informasi rekam medis gigi dan Identifikasi Manusia yang sesuai standar rekam medis gigi dan dapat digunakan oleh puskesmas untuk mengelola data pendaftaran pasien, catatan medis, dan mampu menghasilkan laporan
3 bulanan kepenyakitan/lb1, laporan tindakan gigi dan laporan pencarian pasien. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta pada tanggal 24 september 2013 diketahui bahwa puskesmas tersebut menggunakan SIMPUS bedasarkan Keputusan Bupati Sleman Nomor 114/Kep.KDH/A/2007 tentang sistem kesehatan daerah kabupaten sleman terkait strategi manajemen kesehatan yaitu pengembangan sistem informasi kesehatan (SIK) dengan information technology (IT). SIMPUS yang digunakan di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta bernama Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SISFOMAS). SIMPUS tersebut merupakan milik Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. SIMPUS ini menyediakan berbagai jenis menu dengan fungsinya masingmasing dan salah satunya adalah menu laporan yang berfungsi untuk membuat beberapa jenis laporan, diantaranya laporan bulanan. Dari hasil rekap laporan bulanan puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Puskemas Mlati 1 Sleman Yogyakarta masuk ke dalam daftar puskemas yang belum tepat waktu dan belum lengkap mengirimkan laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Dari wawancara yang dilakukan di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta, SIMPUS ini belum digunakan oleh pihak puskesmas dalam hal pembuatan laporan bulanan. Salah satu alasan tidak digunakannya SIMPUS adalah format laporan bulanan yang dihasilkan SIMPUS tidak sesuai dengan format laporan bulanan dari dinas kesehatan. Pembuatan laporan bulanan masih dilakukan secara manual. Berdasarkan masalah diatas maka, peneliti melakukan penelitian tentang Faktor
4 Penyebab Tidak Digunakannya SIMPUS Dalam Pembuatan Laporan Bulanan Di Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak digunakannnya Aplikasi SIMPUS dalam pembuatan laporan bulanan di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab tidak digunakannya SIMPUS dalam pembuatan laporan bulanan di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui proses pembuatan laporan bulanan secara manual dan menggunakanan SIMPUS di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta. b. Mengetahui faktor penyebab (Man, Money, Materials, Mechines, Methods) tidak digunakannya SIMPUS dalam pembuatan laporan bulanan di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta.
5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktisi a. Bagi Puskesmas Sebagai bahan usulan dan masukan kepada puskesmas terkait dengan penggunaan SIMPUS dalam pembutan laporan bulanan. b. Bagi Peneliti Peneliti dapat memperoleh wawasan dan kemampuan serta memperoleh ilmu dan pengalaman yang berharga secara langsung, yakni dari puskesmas dengan menerapkan teori yang peneliti peroleh dari institusi pendidikan khususnya penggunaan SIMPUS dalam pembuatan laporan bulanan. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian dapat memberikan masukan ilmu yang berguna sebagai bahan pembelajaran dan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya penggunaan SIMPUS dalam pembuatan laporan bulanan. b. Bagi Peneliti Lain Dapat digunakan sebagai dasar ataupun acuan dalam pendalaman materi serta dalam sebuah kelanjutan penelitian khususnya penggunaan SIMPUS dalam pembuatan laporan bulanan.
6 E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang faktor penyebab tidak digunakannya SIMPUS dalam Pembuatan laporan bulanan di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta penelitian yang hampir sama pernah dilakukan, antara lain: 1. Prasetya (2011), dengan judul Faktor Penyebab Ketidaklancaran Pelaksanaan SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas) Di Puskesmas Danurejan II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab ketidaklancaran pelaksanaan SIMPUS (Sistem informasi Puskesmas) di Puskesmas Danurejan II. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor penyebab ketidaklancaran Pelaksanaan SIMPUS (Sistem informasi Puskesmas). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan menggunkan rancangan fenomenologis. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan SIMPUS belum terlaksana pada semua bagian, entry data SIMPUS dilakukan oleh petugas pendaftaran/registrasi sehingga sering terjadi penumpukan berkas. Faktor penyebab ketidaklancaran pelaksanaan SIMPUS adalah sumber daya manusia sebagian belum memahami tentang penggunaan SIMPUS, prosedur yang digunakan untuk pelaksanaan SIMPUS belum ada, hardware yang sering error, software yang digunakan masih belum lengkap dan masalah infrastruktur fisik yaitu listrik yang terkadang putus dikarenakan tidak stabilnya aliran listrik. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang SIMPUS dan perbedaannya adalah pada tujuannya yaitu mengetahui
7 penyebab tidak digunakannya SIMPUS dalam pembuatan laporan bulanan di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta. 2. Presetyo (2011) Evaluasi Menu Aplikasi SIMPUS Di Bagian Tempat Pendaftaran Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tujuan penelitian ini adalah untuk evaluasi menu aplikasi SIMPUS di tempat pendaftaran puskesmas umbulharjo 1 dan mengaetahui sistem keamanan aplikasi simpus di puskesmas umbulharjo I. metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data melalui wawancara dan observasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah menu pada aplikasi SIMPUS di bagian pendaftaran Puskesmas Umbulharjio I mulai dari entry data social pasien yang dilakukan setelah pasien selaesai berobat kerena pada lembar registrasi pasien ada diagnosis dan nama obat. Sensus kunjungan harian pasien belum bisa menampilkan tujuan dan jenis pasien, pasien bisa menmpilkan jenis pasien asuransi atau pasien umum/bayar sendiri, tidak ada fasilitas janjian pendaftaran, tidak bisa mengirimkan data kunjungan ke klinik, laboratorium atau apotik karena tidak terhubung dengan LAN. Pada aplikasi SIMPUS di puskesmas Umbulharjo I belum ada system keamanan- -nya yang berupa menu login, password dan prosedur keamanan. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang SIMPUS dan perbedaan nya adalah pada tujuannya yaitu mengetahui penyebab tidak digunakannya SIMPUS dalam pembuatan laporan bulanan di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta.
8 3. Sukendro (2013) Evaluasi Penggunaan Software Simpus Kota Semarang Sebagai Sistem Informasi Rekam Medis Gigi Dan Identifikasi Manusia Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran penerapan sistem informasi rekam medis gigi yang sesuai standar serta terwujud dan terujinya sistem informasi rekam medis gigi yang mampu digunakan sebagai sarana pengambilan keputusan terhadap identifikasi manusia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dari pengambilan data melalui wawancara dan observasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Software SIMPUS Kota Semarang sebagai Sistem Informasi Rekam Medis Gigi dan Identifikasi manusia sistemnya mudah digunakan, lengkap, hasil data sesuai dengan masukan yang diberikan, sesuai dan benar. Sedangkan untuk uji penerimaan sistem kaitannya dengan hasil identifikasi manusia melalui peta gigi, sudah di ketahui dan disetujui oleh pihak yang membutuhkan dalam hal ini adalah Biddokkes Polda Jawa Tengah. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang SIMPUS dan perbedaannya adalah pada tujuannya yaitu mengetahui penyebab tidak digunakannya SIMPUS dalam pembuatan laporan bulanan di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta.
9 F. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat Sebelum didirikan Puskesmas Mlati I,Sleman Yogyakarta di wilayah Kecamatan Mlati hanya terdapat satu rumah sakit yang lokasinya berada di lingkungan perkebunan tebu dan pabrik gula di wilayah Cebongan (saat ini menjadi Puskesmas Mlati II). Rumah sakit tersebut merupakan Rumah Sakit Kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1930 dan termasuk dalam cagar budaya, hingga saat ini arsitektur bergaya belanda masih sangat dominan. Dalam perkembangannya pada tahun 1980, sudah dirasakan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Mlati sudah selayaknya mengembangkan pelayanan dengan 2P (prima dan professional) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), sehingga berdirilah Puskesmas Mlati I di Jalan Intan, KutuTegal, Sinduadi, Mlati, Sleman. Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakrta ini membawahi dua desa yakni Desa Sinduadi dan Desa Sendangadi. bangunan pada saat itu, masih menggunakan bangunan yang belum sesuai standar, dimana tanah yang digunakan masih merupakan tanah pinjaman dari kas Desa Sinduadi Mlati. Selanjutnya selama tahun 1980 sampai 2008, puskesmas ini sudah mulai banyak mengalami perkembangan pelayanan, mulai dari dalam gedung hingga luar gedung. Dan bersamaan dengan itu, pemerintah Kabupaten Sleman mengagendakan pembangunan gedung Puskesmas Mlati I yang berstandar. Bangunan berstandar memenuhi kriteria minimal yang mencakup pelayanan kesehatan dasar.
10 Pada tahun 2009 komitmen dari seluruh pelayanan akan dilakukan penilaian kualitas mutu dengan menggunakan standar mutu Internasional ISO 9001:2008. Sampai saat ini komitmen tersebut masih tetap berlanjut. 2. Keadaan Geografis Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta merupakan salah satu puskesmas di Kecamatan Mlati yang secara geografis terletak pada posisi strategis yaitu di Jalan Intan, Kutu Tegal, Sinduadi, Berada di sekitar lintasan jalur padat lalu lintas yaitu Jalan Nasional (Jalan Magelang). Wilayah kerja Puskesmas Mlati I meliputi dua desa (40% dari desa di kecamatan Mlati), yaitu satu desa terletak di perkotaan (Sinduadi), satu desa terletak di pedesaan (Sendangadi). Luas keseluruhan adalah 1,273 Ha, dengan penggunaan lahan : 23,25% (295,98 Ha) untuk pemukiman dan perdagangan. Wilayah Puskesmas Mlati I mempunyai perbatasan sebagai berikut : a. Sebelah Barat dengan Desa Tlogoadi Kecamatan Mlati Sleman b. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Gamping dan Kota Madya Yogyakarta c. Sebelah Timur dengan Kecamatan Depok Sleman d. Sebelah Utara dengan Kecamatan Ngaglik dan Sleman Secara administrasi wilayah Puskesmas Mlati I, terdiri atas dua desa, 32 dusun, 97 RW, 300 RT. Berdasarkan data dari seksi pemerintahan Kecamatan Mlati 2011, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Mlati I adalah 48.486 Jiwa (naik 2,10%). Dengan komposisi penduduk berdasarkan Sex adaleah
11 24.292 Jiwa (50,10%) Laki-laki dan 24.194 Jiwa (49,90%) Perempuan atau Sex Ratio (L/P)=1. Sedangkan jumlah KK 17.881 dimana 12% atau 1.123 KK terdaftar sebagai KK miskin atau 7392 Jiwa (15%) sebagai KK miskin atau 7392 Jiwa (15%) sebagai penduduk miskin. Penyebaran penduduk tidak merata yaitu 68% atau 32.391 Jiwa tinggal di satu desa yaitu Sinduadi. Sedangkan kepadatan penduduk rata-rata 370/KM 2. 3. Visi dan Misi a. Visi Menjadi puskesmas mitra keluarga dan masyarakat dengan pelayanan prima dan professional. b. Misi 1) Meningkatkan profesinalisme secara berkesinambungan dalam pengelolaan organisasi dan pelayanan kesehatan 2) Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu 3) Memberdayakan masyarakat untuk lebih mandiri dalam upaya kesehatan 4) Meningkatkan kualitas pencatatan dan pelaporan dalam rangka pengembangan sistem informasi kesehatan (SIK) 5) Berkoordinasi dan bekerjasama dengan semua pihak yag terkait dalam pelayanan dan pembangunan kesehatan. 6) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan pelayanan masyarakat.
12 4. Jenis Pelayanan a. Pelayanan Klinis 1) BP Umum 2) BP Gigi 3) KIA 4) Pelayanan Tindakan atau Gawat Darurat 5) Laboratorium 6) Pelayanan Obat 7) Puskesmas Keliling 8) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 9) Fisioterapi b. Pelayanan Masyarakat 1) Promosi Kesehatan 2) Imunisasi 3) Gizi 4) Psikologi 5) Penyelidikan Epidemiologi 6) Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan c. Pelayanan Khusus 1) LASS (Layanan Alat Suntik Steril) 2) Klinik IMS (Infeksi Menular Seksual) 3) P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
13 5. Performance Performance pada Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta berupa data kunjungan pasien yang menjelaskan jumlah kunjungan puskesmas selama satu tahun. Tabel 1. Data jumlah kunjungan di dalam maupun di luar gedung Puskesmas Mlati1 Sleman Yogyakarta Tahun 2013 No. Data Jumlah 1. Jumlah seluruh kunjungan 40408 2. Jumlah Kunjungan Induk 34420 3. Jumlah Kunjungan Pustu 2234 4. Rincian jumlah kunjungan a. BPU 19423 b. BPG 4712 c. KIA 7540 d. Laboratorium 3754 e. Konsultasi 964 f. Pusling 4015 Sumber : Buku Profil Puskesmas Mlati I tahun 2013
14 Performance pada Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta berupa data 10 besar penyakit yang menjelaskan jenis penyakit beserta jumlah yang terdapat di Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta. Tabel 2. 10 Besar Penyakit Puskesmas Mlati I Sleman Tahun 2013 No. Kode ICD Jenis Penyakit Jumlah Urut 10 1. J06 Infeksi Akut lain pada saluran 3895 pernapasan bagian atas 2. K04 Penyakit Pulpa dan jaringan periapikal 2606 3. I10 Hipertensi primer 2478 4. M62 Gangguan lain pada jaringan otot 1561 5. E10 Diabetes Mellitus (IDDM) 988 6. G44 Sindroma nyeri kepala 958 7. K30 Dyspepsia 932 8. J00 Common Cold/Nasopharyngitis Akut 815 9. K02 Karies Gigi 810 10. K00 Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi Sumber : Buku Profil Puskesmas Mlati I tahun 2013 622