BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

A. KRITERIA AUDIT SMK3

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Sehingga semua pihak merasa ikut memilki dan merasakan hasilnya. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Sistem Manajemen K3 SMK3

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR: PER.05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA

NO KRITERIA AUDIT PEMENUHAN / DOKUMENTASI AUDIT FAKTA AUDIT STATUS YA TIDAK

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

Lampiran 1 Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak PT. Suka Jaya Makmur

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

SISTEM MANAJEMEN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

KUISIONER PENELITIAN

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem manajemen mutu Persyaratan

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

MANUAL SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

Sistem manajemen mutu Persyaratan

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GUNAWANGSA MERR SURABAYA

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG

BAB III LANDASAN TEORI

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

Elemen 3 ORGANISASI & PERSONIL

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

II. TI JAUA PUSTAKA Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (K3 Umum)

USULAN ELEMEN SMK3 UI BERDASARKAN PERMENAKER No 5 Tahun 1996 dan OHSAS 18001

PERTEMUAN #8 PENGELOLAAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN K3 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

Dany Rahma Saputra 1), Yulianto 2)

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

PRAKUALIFIKASI UMUM CSMS (Contractor Safety Management System)

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3) PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DI WILAYAH SUMATERA BARAT ARTIKEL

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996)

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH

Lampiran 1. Struktur Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

#2: KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 4 ANALISA MANAJEMEN AUDIT ATAS FUNGSI PERSONALIA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA

BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA JL. NGESREP BARAT III NO. 44 SEMARANG TELP SERTIFIKAT ISO TAHUN

Transkripsi:

25 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi K3 PT. Suka Jaya Makmur Kegiatan produksi di perusahaan mengandung bahaya cukup tinggi terutama pada kegiatan penebangan, penyaradan dan pengangkutan. Selain itu, kegiatan mekanik di show room juga memiliki tingkat risiko bahaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu, perusahaan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang menjalankan dan mengembangkan program K3 pada perusahaan. P2K3 adalah suatu panitia yang dibentuk untuk memberikan saran tentang K3. Komposisi panitia tersebut meliputi wakil pengusaha dan wakil pekerja ( ILO 1998). P2K3 dibentuk dengan usulan dari perusahaan yang diajukan ke Depnaker Ketapang kemudian diresmikan pada bulan Juni 2009 oleh petugas di Ketapang. Tujuan dari pembentukan P2K3 yaitu: 1. Agar perusahaan memiliki organisasi yang secara jelas menangani K3 di perusahaan terutama di bagian camp 2. Menunjukkan kepada pemerintah bahwa perusahaan telah melakukan penanganan K3 dengan etika yang baik 3. Untuk melindungi karyawan dari bahaya atau risiko kecelakaan kerja 4. Adanya kejelasan tugas (job description) untuk masing-masing pihak dan disosialisasikan sehingga seluruh pihak bertanggung jawab terhadap tugasnya dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang ada. Kegiatan K3 di perusahaan dilakukan melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kegiatan perencanaan yang dilakukan yaitu analisis dan perincian risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Pelaksanaan K3 dilakukan dengan kegiatan sosialisasi pemakaian alat pelindung diri (APD). Selain itu, perusahaan juga mensosialisasikan cara pengobatan yang sesuai, mengadakan training teknik dan logistik serta sosialisasi penanganan dan pemanfaatan limbah. Kegiatan monitoring yang dilakukan yaitu pemeriksaan penggunaan APD pada seluruh bidang pekerjaan. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi dilakukan setiap 1 tahun sekali dengan mengacu pada berita kecelakaan kerja dan hasil pemeriksaan pengunaan APD pada seluruh bidang pekerjaan. Untuk mendukung pelaksanaan

26 K3, manajemen membuat kebijakan tentang petunjuk kerja K3 berupa Standard Operating Procedure (SOP) TNK 47. Tujuan utama adanya SOP TNK 47 yaitu untuk mencegah kecelakaan, menjaga keselamatan serta kesehatan pekerja yang dapat merugikan dan mengganggu aktivitas produksi atau pekerjaan. SOP tersebut berisi tentang prosedur kerja untuk masing-masing kegiatan yang ada di perusahaan, prosedur tata cara evakuasi terhadap kecelakaan kerja, laporan dan evaluasi K3 serta ketentuan pemakaian APD dan sangsi pelanggarannya. Tingkat kecelakaan di PT. Suka Jaya Makmur dikategorikan atas cara penanganannya, yaitu: 1. Diobati di tempat kejadian, contoh kecelakaannya yaitu kaki tergigit lipan 2. Dibawa ke poliklinik camp, contoh kecelakaannya yaitu terpeleset di atas crane 3. Dibawa ke Puskesmas Nanga Tayap, contoh kecelakaannya yaitu mulut terkena jack hydraulic 4. Dibawa ke Rumah Sakit Agoes Jam-Ketapang, contoh kecelakaannya yaitu terpeleset dan terkena batu 5. Dibawa ke Rumah Sakit Pontianak, contoh kecelakaannya yaitu jatuh dari sepeda motor 6. Dibawa ke rumah sakit provinsi lain, contoh kecelakaannya yaitu pinggang kena tarik jack (korban dibawa ke rumah sakit di Yogyakarta) Sampai saat ini kecelakaan yang terjadi sebagian besar diobati di poliklinik camp sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecelakaan tergolong pada tingkat yang masih rendah. Perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan K3 dengan berbagai cara, seperti: 1. Membuat aturan baku tentang K3 dengan mengacu pada peraturan pemerintah. 2. Melakukan analisis dan perincian kecelakaan kerja yang mungkin terjadi (preventif). 3. Melakukan analisis mengenai kesehatan kerja baik itu dari fisik, biologis maupun kimia. 4. Mengadakan sosialisasi mengenai pemakaian APD. 5. Melakukan monitoring di semua lingkungan kerja setiap bulannya. 6. Melakukan evaluasi sistem K3 yang mengacu pada hasil monitoring bulanan.

27 5.2 Kajian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengkajian SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur mengacu pada Permenaker 05/MEN/1996 dan dilakukan pada P2K3 yang ada di perusahaan. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap P2K3, penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur yaitu: Tabel 6 Kriteria-kriteria SMK3 menurut Permenaker 05/MEN/1996 yang diterapkan pada PT. Suka Jaya Makmur No. Indikator Keterangan 1 Adanya kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang tertulis. 2 Kebijakan yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus. 3 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus. 4 Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok. 5 Kebijakan khusus dibuat untuk masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang bersifat khusus. 6 Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala. 7 Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua personil yang terkait dalam perusahaan yang telah ditetapkan harus disebarluaskan dan didokumentasikan. 8 Penunjukkan penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja harus sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 9 Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada unit kerjanya. 10 Perusahaan mendapatkan saran-saran dari ahli bidang keselamatan dan kesehatan kerja. 11 Petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat mendapatkan pelatihan. 12 Kinerja keselamatan dan dan kesehatan kerja dimasukkan dalam laporan tahunan perusahaan dan dievaluasi. 13 Pimpinan unit kerja diberi informasi tentang tanggung jawab mereka terhadap tenaga kerja kontraktor dan orang lain yang memasuki tempat kerja. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Berasal dari pimpinan perusahaan. Kebijakan ditandatangani oleh main camp manager. Tanggung jawab diserahkan kepada P2K3 yang telah dibentuk dan disahkan oleh main camp manager dan pemerintah setempat.

28 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 14 Tanggung jawab untuk memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru mengenai peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja telah ditetapkan. 15 Pengurusan tanggung jawab secara penuh untuk menjamin sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan. 16 Hasil tinjauan ulang dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan manajemen. 17 Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara berkala 18 Hasil peninjauan ulang dicatat dan didokumentasikan. 19 Keterlibatan tenaga kerja dan penjadwalan konsultasi dengan wakil perusahaan yang ditunjuk didokumentasikan. 20 Dibuatkan prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahan-perubahan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. 21 Perusahaan telah membentuk Panitia Pembina K3 (P2K3). 22 Ketua P2K3 adalah pengurus atau pimpinan puncak. Ada data dan dievaluasi. Contoh kegiatan yang dilakukan yaitu diskusi mengenai pengadaan Alat Pelindung Diri (APD). Ketua P2K3 adalah pengurus yang merupakan manajer PHLP PT. Suka Jaya Makmur. 23 Sekretaris adalah Ahli K3. 24 P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan risiko. 25 P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur. - 26 P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur. 27 Dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih dari wakil-wakil kerja yang ditunjuk sebagai penanggung jawab kesealamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya dan kepadanya diberikan pelatihan. Pelaksanaan K3 juga menjadi tanggung jawab kepala kelompok organisasi terkecil yang ada pada PT. Suka Jaya Makmur. 28 Tenaga kerja diberi informasi tentang struktur kelompok kerja yang telah dibentuk. 29 Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang telah teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi. 30 Perencanaan strategi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan telah ditetapkan dan diterapkan untuk mengendalikan potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi. Analisis risiko kecelakaan telah dibuat dan didokumentasikan. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan

29 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 31 Rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses, proyek atau tempat kerja tertentu telah dibuat. 32 Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan keselamatan dan kesehatan kerja sebelumnya. 33 Rencana tersebut menetapkan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan yang dapat diukur, menetapkan prioritas dan menyediakan sumber daya. 34 Manual Sistem Manajemen K3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana, dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja untuk semua tingkatan dalam perusahaan. 35 Apabila diperlukan, telah dibuat manual khusus yang berkaiatan dengan produk, proses, atau tempat kerja tertentu. 36 Manual Sistem Manajemen K3 mudah didapat oleh semua personil dalam perusahaan. 37 Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja disebarkan kepada seluruh tenaga kerja perusahaan. 38 Catatan-catatan informasi keselamatan dan kesehatan kerja dipelihara dan disediakan untuk seluruh tenaga kerja dan orang lain yang datang ke tempat kerja. 39 Prosedur dan terdokumentasi mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang dilakukan pada tahap melakukan perancangan atau perancangan ulang. 40 Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk, pengoperasian sarana produksi dan proses yang aman disusun selama tahap perancangan. 41 Petugas yang kompeten telah ditentukan untuk melakukan verifikasi bahwa perancangan memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan. 42 Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja diidentifikasi, didokumentasi, ditinjau ulang dan disetujui oleh petugas yang berwenang. 43 Prosedur yang didokumentasikan harus mampu mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan dan masyarakat, di mana prosedur tersebut digunakan pada saat memasok barang dan jasa dalam suatu kontrak. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan - Daerah operasional yang luas. Perusahaan juga telah melakukan pelatihan dan sosialisasi SOP K3, penyebaran slogan-slogan K3 serta pemasangan himbauan/larangan di seluruh areal kerja. Analisis risiko K3 telah dibuat termasuk cara penanggulangannya. Pembaharuan dilakukan agar menghasilkan data yang selalu relevan.

30 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 44 Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan pada tahap tinjauan ulang kontrak oleh personil yang berkompeten. 45 Kontrak-kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. 46 Catatan tinjauan ulang kontrak dipelihara dan didokumentasikan. 47 Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai identifikasi status, wewenang, tanggal pengeluaran dan tanggal modifikasi. 48 Penerima distribusi dokumen tercantum dalam dokumen tersebut. 49 Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja edisi terbaru disimpan secara sistematis pada tempat yang ditentukan. 50 Dokumen usang segera disingkirkan dari penggunaannya sedangkan dokumen usang yang disimpan untuk keperluan tertentu diberi tanda khusus. 51 Terdapat sistem untuk membuat dan menyetujui perubahan terhadap dokumen keselamatan dan kesehatan kerja. 52 Apabila memungkinkan, diberikan alasan terjadinya perubahan dan tertera dalam dokumen atau lampirannya. 53 Terdapat prosedur pengendalian dokumen atau daftar seluruh dokumen yang mencantumkan status dari setiap dokumen tersebut, dalam upaya mencegah penggunaan dokumen yang usang. 54 Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli. 55 Spesifikasi pembelian untuk setiap saran produksi, zat kimia atau jasa harus dilengkapi spesifikasi dan standar keselamatan dan kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi pembelian. 56 Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada saat keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi pembelian. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Kontrak pemasok dievaluasi/dinilai oleh manajemen Pontianak/Jakarta Pengendalian dokumen yang ada dilakukan sesuai dengan SOP yang dimiliki oleh perusahaan. Dokumen dipelihara dalam jangka waktu lima tahun. Tersedia lembar amandemen dan persetujuannya pada SOP-K3. Terdapat SOP pengendalian dokumen. Terdapat SOP pemesanan dan pembelian serta pengeluaran barang Perusahaan juga menerima dan mempertimbangkan masukan dari karyawan yang berpengalaman dibidangnya.

31 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 57 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan terhadap prosedur kerja perlu dipertimbangkan serta ditinjau ulang sebelum pembelian, dan pemakaian sarana dan bahan kimia. 58 Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian. 59 Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum digunakan terlebih dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan dinilai risikonya. Catatan tersebut dipelihara untuk memeriksa prosedur ini. 60 Produk yang disediakan oleh pelanggan dapat diidentifikasikan dengan jelas. 61 Petugas yang bekompeten telah mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja. 62 Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian. 63 Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem Ijin Kerja untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi. 64 Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh risiko yang teridentifikasi didokumentasikan. 65 Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentuan pelaksanaan diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk kerja. 66 Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat untuk ditunjuk. 67 Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai. 68 Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku. 69 Upaya pengendalian risiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan pada proses kerja. 70 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Quality control dilakukan di bagian logistik PT. Suka Jaya Makmur. Contoh kegiatan yang dilakukan yaitu pengecekan part number. Analisis risiko K3 telah dibuat termasuk cara penanggulangan-nya. Karyawan tidak diperbolehkan untuk memaksakan bekerja pada situasi yang berisiko tinggi. Perusahaan mengacu pada UU No.1/1970 dan SOP-K3. Dilakukan pengecekan sesuai dengan spek pesanan.

32 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 71 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat risiko tugas. - Pengawasan dilakukan terhadap setiap jenis pekerjaan dan dievaluasi risikonya. 72 Pengawas ikut serta dalam mengidentifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian. 73 Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengurus. 74 Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi. 75 Persyaratan tugas tertentu, termasuk persyaratan kesehatan, diidentifikasi dan dipakai untuk menyeleksi dan menempatkan tenaga kerja. tersebut harus sehat. 76 Penugasan pekerjaan harus berdasarkan pada kemampuan dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja. 77 Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-daerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk. 78 Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan ijin masuk. 79 Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis. 80 Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat dipasang. 81 Penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis yang berlaku. 82 Semua catatan yang memuat data-data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas sarana produksi harus disimpan dan dipelihara. 83 Sarana produksi yang harus terdaftar memiliki sertifikat yang masih berlaku. 84 Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan personil yang berkompeten. 85 Apabila memungkinkan, sarana produksi yang akan diubah harus sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan yang berlaku. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Penempatan karyawan disesuaikan dengan keahlian dan karyawan Pembatasan ijin yang ada pada perusahaan diantaranya yaitu SOP limbah, portal, pamhut dan pamwil, dan lain-lain. Tidak semua orang diperbolehkan dan masuk dengan mudah ke lingkungan kerja yang berbahaya. Rambu-rambu/petunjuk mengenai keselamatan dan tanda serta slogan K3 dipasang di tempat-tempat yang strategis.

33 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 86 Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan yang mencakup ketentan mengenai peralatanperalatan dengan kondisi keselamatan yang kurang baik dan perlu untuk segera diperbaiki. 87 Terdapat suatu sistem penandaan bagi alat yang sudah tidak aman lagi jika digunakan (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya. 88 Apabila diperlukan, dilakukan penerapan sistem penguncian pengoperasian (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya. 89 Prosedur persetujuan untuk menjamin bahwa peralatan produksi dalam kondisi yang aman untuk dioperasikan. 90 Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan pelayanan yang tunduk pada standar dan undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan memenuhi persyaratan. 91 Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui kontrak, dan pelayanan tunduk pada standar perundangan keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pemberian pelayanan memenuhi persyaratan. 92 Keadaan darurat yang potensial (di dalam atau di luar tempat kerja) telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat tersebut telah didokumentasikan. 93 Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara rutin oleh petugas yang berkompeten. 94 Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko. 95 Petugas penanganan keadaan darurat diberikan pelatihan khusus. 96 Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperhatikan secara jelas/menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja perusahaan. 97 Alat dan sistem keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala. 98 Kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah dinilai oleh petugas yang berkompeten. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Terdapat SOP pemeliharaan dan perbaikan peralatan. - Perusahaan lebih banyak hanya memberikan tanda/label saja. Peralatan yang telah diperbaiki diberikan tanda OK. Hingga saat ini perusahaan belum pernah secara resmi menyediakan pelayanan seperti disebut di atas sehingga prosedur yang disyaratkan belum ada. Prosedur belum ada akan tetapi kegiatan tersebut sudah dilakukan melalui organisasi. Contoh dari tindakan tersebut yaitu dengan adanya SOP penanganan kebakaran. - Hanya sesekali dilakukan. - Hanya sebagian tenaga kerja. - Perusahaan hanya melakukan perencanaan sistem dalam keadaan daruratnya. Perusahaan telah menempatkan alat pemadam kebakaran dan alat-alat lainnya sesuai dengan tempatnya.

34 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 99 Perusahaan telah mengevaluasi alat PPPK dan menjamin bahwa sistem PPPK yang ada memenuhi standar dan pedoman teknis yang berlaku. 100 Petugas PPPK telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 101 Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur. 102 Inspeksi dilaksanakan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga kerja yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi potensi bahaya. 103 Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat yang diperiksa. 104 Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat inspeksi. 105 Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan kebutuhan. 106 Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya. 107 Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan hasilnya dicatat dan dipelihara. 108 Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologis. 109 Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan dan penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji mengenai kesehatan dan keselamatan. 110 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas yang berkompeten. 111 Kesehatan tenaga kerja yang bekerja pada tempat kerja yang mengandung bahaya harus dipantau. 112 Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan di mana pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk membantu pemeriksaan ini. 113 Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 114 Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 115 Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 116 Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya, personil perlu diberitahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Perusahaan melakukan pengecekan kelengkapan dan tanggal kadaluarsanya setiap saat. - Pelaksanaan inspeksi tidak teratur. - Pelaksanaan hanya sesekali/tidak rutin. Kalibrasi alat kesehatan. - Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh juru rawat/mantri. Perusahaan melakukan pendataan mengenai penyakit yang sering diderita karyawan. - Belum ada prosedur secara formal tentang proses pelaporan sumber bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. -

35 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 117 Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta insiden di tempat kerja dilaporkan. 118 Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagai mana ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. 119 Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dilaporkan. 120 Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh petugas atau ahli K3 yang telah dilatih. 121 Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal waktu pelaksanaan usaha perbaikan. 122 Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan tindakan perbaikan sehubungan dengan laporan penyelidikan. 123 Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja di tempat terjadinya kecelakaan. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi dibuat berita acaranya. Setiap kecelakaan kerja dibuat berita acaranya dan dievaluasi penyebabnya. Laporan penyelidikan berisi saran dan solusi perbaikan. Kegiatan ini dilakukan tidak secara formal. 124 Efektivitas tindakan perbaikan dipantau. 125 Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang timbul dan sesuai denngan peraturan perundangan yang berlaku. 126 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan menerima informasi kemajuan penyelesaiannya. 127 Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual dan mekanis. 128 Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten. 129 Perusahaan menerapkan dan meninjau ulang cara pengendalian risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual dan mekanis. 130 Prosedur untuk penanganan bahaya meliputi metode pencegahan tehadap kerusakan, tumpahan dan kebocoran. 131 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa bahan disimpan dan dipindahkan dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 132 Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan pengendalian bahan yang bisa rusak atau kadaluarsa. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan SOP yang ada disosialisasikan. Prosedur mengenai penanganan dan perbaikan alat di lapangan.

36 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 133 Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang dengan cara yang aman. 134 Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur mengenai penyimpanan, penanganan dan pemindahan bahan-bahan berbahaya. 135 Lembar Data Bahan yang komprehensif untuk bahan-bahan berbahaya harus mudah didapat. 136 Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian label pada bahan-bahan berbahaya. 137 Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan perundangan dan standar yang berlaku. 138 Terdapat prosedur yang didokumentasikan mengenai penanganan secara amana bahanbahan berbahaya. 139 Petugas yang menangani bahan-bahan berbahaya diberi pelatihan mengenai cara penanganan yang aman. 140 Perusahaan mempunyai prosedur yang mengidentifikasi, mengumpulkan, mengarsipkan, memeliha dan menyimpan catatan keselamatan dan kesehatan kerja. 141 Undang-undang, peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan dipelihara pada tempat yang mudah didapat. 142 Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga kerahasiaan catatan. 143 Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara. 144 Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan rehabilitasi kesehatan dipelihara. 145 Data keselamatan dan kesehatan kerja yang etrbaru dikumpulkan dan dianalisis. 146 Laporan rutin kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dan disebarluaskan di dalam perusahaan. 147 Audit Sistem Manajemen K3 yang terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut efektif. 148 Audit internal Sistem manajemen K3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan independen di perusahaan. 149 Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan petugas lain yang berkepentingan. 150 Kekurangan yang ditemukan pada saat audit diprioritaskan dan dipantau untuk menjamin dilakukannya tindakan perbaikan. 151 Analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja telah dilaksanakan. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Analisis dilakukan oleh P2K3. Laporan dan evaluasi tahunan ditujukan kepada semua kepala bagian. Dilakukan oleh petugas P2K3. Terdapat analisis training K3.

37 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 152 Rencana pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja telah disusun bagi semua tingkatan dalam perusahaan-perusahaan. 153 Pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkat kemampuan dan keahliannya. 154 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang memadai serta diakreditasi menurut peraturan perundangan yang berlaku. 155 Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan pelatihan yang efektif. 156 Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh pelatihan. 157 Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk me\njamin peningkatan secara berkelanjutan. 158 Program pelatihan ditinjau ulang secara teratur untuk menjamin agar tetap relevan dan efektif. 159 Anggota manajemen eksekutif dan pengurus berperan serta dalam pelatihan yang mencakup penjelasan tentang kewajiban hukum dan prinsip-prinsip serta pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. 160 Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka. 161 Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja termasuk tenaga kerja baru yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara aman. 162 Pelatihan diselenggarakan kepada tenaga kerja apabila di tempat kerjanya terjadi perubahan sarana produksi atau proses. 163 Apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran kepada semua tenaga kerja. 164 Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk semua tenaga kerja dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja. 165 Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk meberikan taklimat (briefing) kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. 166 Perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan pekerjaan atau pengoperasian peralatan. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Pelatihan diberikan oleh pihak Depnaker. Terdapat daftar dan sertifikasinya. Terdapat pelatihan cara pemeliharaan dan pengoperasian untuk setiap alat yang ada. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebanyak 92,17% dari 166 kriteria yang ada telah diterapkan pada PT. Suka Jaya Makmur sehingga SMK3

38 yang telah dan sedang diterapkan oleh perusahaan adalah baik dan merupakan kriteria emas. Kategori baik yang dimaksud dalam penelitian ini melihat dari ketetapan pemerintah Republik Indonesia dalam memberikan sertifikasi tingkat pencapaian kinerja SMK3 pada perusahaan sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996 yang berisikan tiga kategori SMK3 perusahaan. Tiga kategori penghargaan pencapaian kinerja SMK3 yaitu: 1. Kriteria emas (sertifikat dan bendera emas) Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK3 85 100% dari kriteria audit yang digunakan. 2. Kriteria perak (sertifikat dan bendera perak) Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK3 60 84% dari kriteria audit yang digunakan. 3. Tingkat pembinaan (pelanggaran peraturan) Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK3 0 59% dari kriteria audit yang digunakan. 5.3 Penyusunan Struktur Hierarki Penelitian ini menggunakan model hierarki yang terdiri dari lima tingkat, yang rinciannya dapat dilihat pada Gambar 4. Tingkat pertama pada hierarki adalah fokus atau goals, yaitu permasalahan penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur. Tujuan dari pemilihan fokus ini yaitu untuk mengetahui prioritas alternatif yang dilakukan dalam pemecahan masalah penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur. Tingkat kedua dari hierarki adalah faktor atau kriteria masalah yang dipilih yaitu prinsip penerapan SMK3 yang terdiri dari lima prinsip. Prinsip pertama yaitu komitmen dan kebijakan terhadap K3. Prinsip kedua yaitu pembuatan perencanaan untuk perencanaan keberhasilan penerapan SMK3. Prinsip yang ketiga yaitu penerapan, penerapan yang dimaksud yaitu setiap personil mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. Prinsip yang keempat yaitu pengukuran dan evaluasi, dimana perusahaan memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3 dan menganalisis hasil guna menentukan keberhasilan serta untuk melakukan identifikasi tindakan

39 perbaikan. Prinsip kelima yaitu tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen. Pelaksanaan tinjauan ulang SMK3 yang dilakukan oleh perusahaan dilakukan secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan dari K3. Kelima prinsip tersebut terdapat pada pedoman penerapan SMK3 menurut Permenaker 05/MEN/1996. Tingkat ketiga yaitu aktor yang merupakan pihak-pihak yang berhubungan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur. Aktor kunci yang dipilih untuk mengetahui permasalahan penerapan SMK3 pada perusahaan yaitu P2K3 PT. Suka Jaya Makmur. Aktor yang ada pada hierarki ini terdiri dari top management, middle management dan operational management. Top management merupakan pihak yang memberikan persetujuan untuk seluruh kegiatan atau kebijakan yang ada, yaitu ketua P2K3. Middle management merupakan pihak yang bertugas menginterpretasikan kebijakan K3, yaitu sekretaris P2K3 yang merupakan ahli K3 umum yang ada pada perusahaan. Operational management merupakan pihak yang bertindak sesuai dengan prosedur dari kebijakan yang telah diterapkan di perusahaan, yaitu anggota P2K3 yang merupakan perwakilan karyawan perusahaan. Pemilihan aktor tersebut merupakan tingkatan organisasi dalam P2K3 PT. Suka Jaya Makmur. Pada tingkat keempat, yaitu tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur adalah untuk pencegahan kecelakaan kerja yang terjadi pada perusahaan dan untuk pengendalian biaya produksi perusahaan. Tingkat kelima yang ada pada hierarki adalah alternatif tindakan yang dilakukan agar penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur berjalan efektif dan efisien. Terdapat tiga alternatif tindakan yang dilakukan perusahaan, yang pertama yaitu sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, yang kedua yaitu pengadaan pelatihan dan simulasi penanggulangan kebakaran, serta alternatif ketiga yaitu dengan mengikuti perlombaan K3 yang diadakan oleh pemerintah setempat. Kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan diantaranya yaitu sosialisasi K3 terhadap karyawan baru, sosialisasi kesehatan yang bekerjasama dengan dokter puskesmas Nanga Tayap serta training yang berhubungan dengan K3 dan risiko-risiko kecelakaan kerja oleh depnaker, dinas

40 kesehatan dan karyawan perusahaan yang lebih berpengalaman dan telah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu. Untuk kegiatan perlombaan K3, perusahaan mendapatkan undangan dari pihak depnaker untuk mengikuti kegiatan bulan K3. Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuesioner oleh pihak P2K3, didapatkan hasil prioritas aktor atau masing-masing tingkat manajemen pada P2K3 terhadap lima prinsip dalam penerapan SMK3 dan proiritasnya terhadap tujuan penerapan SMK3 seperti terlihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Pada prinsip komitmen dan kebijakan, pihak top management memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 0,709. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam komitmen dan kebijakan, P2K3 berpendapat pihak top management memiliki peran penting. Pendapat ini sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996 yang menyatakan bahwa pada prinsip komitmen dan kebijakan, pengusaha dan pengurus perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 yang diwujudkan dalam menempatkan organisasi P2K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan, menyediakan tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3, menempatkan personil yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3, perencanaan K3 yang terkoordinasi serta melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3. Selain komitmen dari pengurus dan pengusaha, tinjauan awal K3 dan kebijakan K3 juga diperlukan pada prinsip yang pertama ini. Fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa top management memegang peranan penting. Segala kegiatan yang dilakukan haruslah mendapatkan persetujuan dari top management. Pada prinsip perencanaan, nilai tertinggi juga dimiliki oleh pihak top management yaitu sebesar 0,641. Pihak perusahaan, khususnya top management telah melakukan kegiatan analisis keselamatan dan kesehatan kerja yang berisi tentang analisis risiko kesehatan (kimia, biologi dan fisika) kerja dan analisis keselamatan kerja. Analisis keselamatan dan kesehatan kerja ini menjelaskan tentang identifikasi sumber bahaya, penilaian risiko, solusi dan pengendalian risiko, evaluasi dan monitoring serta penunjukan penanggung jawab (PT. Suka Jaya Makmur 2011a). Selain melakukan kegiatan tersebut, pihak top management juga melakukan penetapan tujuan penerapan SMK3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak top management tersebut telah sesuai dengan persyaratan

41 pada Permenaker 05/MEN/1996, yang menyatakan bahwa perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap K3. Pada prinsip penerapan, setiap tingkatan manajemen memiliki nilai yang hampir sama besarnya yaitu 0,381 pada top management, 0,309 pada middle management dan 0,309 pada operational management. Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur tiap tingkat manajemen memiliki peranan yang sama. Pada prinsip pengukuran dan evaluasi, top management dan middle management memiliki nilai yang hampir sama yaitu 0,423 dan 0,416 tetapi pihak operational management memiliki nilai yang kecil yaitu 0,161. Hal ini berarti peran operational management pada pengukuran dan evaluasi sangatlah lemah. Padahal, seharusnya seluruh tingkatan manajemen memiliki peranan yang sama dalam penerapan SMK3. Kegiatan pengukuran dan evaluasi seharusnya tidak hanya melibatkan top management dan middle management akan tetapi pihak operational management juga harus turut serta. Untuk prinsip peninjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen, pihak top management memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 0,646. Hal ini menunjukkan bahwa pihak top management memegang peran penting pada kegiatan peninjauan dan peningkatan oleh pihak manajemen. Hal ini sesuai dengan Suardi (2007) yang menyatakan bahwa manajemen puncak harus meninjau kinerja SMK3 organisasi. Tinjauan manajemen juga menjadi media untuk melakukan evaluasi pencapai sasaran K3 dan melakukan perubahan terhadap kebijakan dan sasaran K3.

42 Tabel 7 Peringkat prioritas aktor pada P2K3 terhadap 5 prinsip dalam penerapan SMK3 Aktor Komitmen dan kebijakan Perencanaan Prinsip dalam penerapan SMK3 Penerapan Pengukuran dan evaluasi Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen Top management Middle management Operational management 0,709 0,641 0,381 0,423 0,646 0,196 0,281 0,309 0,416 0,281 0,095 0,078 0,309 0,161 0,073 Untuk prioritas aktor atau masing-masing tingkat manajemen pada P2K3 terhadap tujuan penerapan SMK3, didapatkan hasil bahwa pencegahan kecelakaan kerja memiliki nilai yang lebih tinggi dari kontrol biaya produksi yaitu 0,888 pada top management, 0,825 pada middle management dan 0,799 pada operational management. Hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan utama diterapkannya SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur yaitu untuk pencegahan kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja ini akan berguna untuk melindungi tenaga kerja dari risiko bahaya. Hal ini sesuai dengan Suardi (2007) yang menyatakan bahwa tujuan inti penerapan SMK3 adalah memberikan perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga kesehatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja. Tabel 8 Peringkat prioritas aktor pada P2K3 terhadap tujuan penerapan SMK3 Tujuan penerapan SMK3 Aktor Pencegahan kecelakaan kerja Kontrol biaya produksi Top management 0,888 0,112 Middle management 0,825 0,175 Operational management 0,799 0,201

43 Fokus Strategi penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Suka Jaya Makmur Faktor/ kriteria masalah Komitmen dan kebijakan (0,514) Perencanaan (0,208) Penerapan (0,150) Pengukuran dan evaluasi (0,083) Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen (0,045) Aktor Top management (0,619) Middle management (0,253) Operational management (0,128) Tujuan Pencegahan kecelakaan kerja (0,861) Kontrol biaya produksi (0,139) Alternatif tindakan Sosialisasi, pendidikan dan pelatihan (0,573) Simulasi penanggulangan kebakaran (0,354) Mengikuti perlombaan K3 (0,072) Gambar 4 Susunan hierarki permasalahan penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur.

44 5.4 Analisis Prioritas Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif Hasil pengolahan dari level dua (faktor atau unsur) menunjukkan bahwa unsur-unsur SMK3 yang ada pada PT. Suka Jaya Makmur berturut-turut adalah komitmen dan kebijakan (0,514), perencanaan (0,208), penerapan (0,150), pengukuran dan evaluasi (0,083) serta tinjauan ulang (0,045) seperti terlihat pada Tabel 9. Unsur utama yang menjadi perhatian dalam penerapan SMK3 dapat diketahui dengan memilih nilai bobot tertinggi sebagai prioritas utama. Dengan demikian, komitmen dan kebijakan, perencanaan serta penerapan menjadi unsur utama yang mendapatkan perhatian lebih dibandingkan dengan unsur-unsur SMK3 lainnya. Dari ketiga unsur utama yang ada, komitmen dan kebijakan menjadi unsur yang dianggap paling penting dalam penerapan SMK3. Hal ini dikarenakan unsur ini merupakan suatu bentuk komitmen yang dimiliki oleh P2K3 terhadap K3 dan cara P2K3 merumuskan kebijakan K3 yang dibuat sehingga K3 yang ada pada perusahaan dapat berfungsi sesuai dengan tujuan. Unsur terpenting berikutnya adalah perencanaan yang berfungsi untuk mencapai keberhasilan dari penerapan SMK3 pada perusahaan. Dengan membuat perencanaan yang efektif, maka penerapan dapat dilakukan sesuai sasaran dan tujuan yang diinginkan. Penerapan menempati peringkat ketiga dari unsur penting yang ada. Unsur ini menjadi penting karena untuk penerapan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan, perusahaan harus menempatkan personil yang mempunyai kualifikasi yang sesuai. Tabel 9 Susunan prioritas faktor atau unsur menyeluruh terbobot Unsur Bobot Prioritas Komitmen dan kebijakan 0,514 1 Perencanaan 0,208 2 Penerapan 0,150 3 Pengukuran dan evaluasi 0,083 4 Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen 0,045 5 Hasil pengolahan pada level tiga (aktor) menunjukkan bahwa aktor yang berperan dalam penerapan SMK3 secara berurutan adalah top management (0,619), middle management (0,253) dan operational management (0,128) seperti terlihat pada Tabel 10. Aktor utama yang bertanggung jawab dalam penerapan SMK3 ini dapat dipilih berdasarkan nilai bobot yang terbesar hingga yang

45 terendah. Dengan demikian top management merupakan aktor terpenting dalam penerapan SMK3. Top management mempunyai peranan yang terpenting dalam pelaksanaan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur. Hal ini dikarenakan semua keputusan yang akan dijalankan organisasi harus berada di bawah persetujuan top management. Selanjutnya pihak middle management akan menginterpretasikan kebijakankebijakan yang telah diputuskan oleh top management. Setelah kebijakan diinterpretasikan oleh middle management, pihak operational management akan melaksanakan kebijakan yang diputuskan sesuai ketentuan yang telah disahkan. Tabel 10 Susunan prioritas aktor menyeluruh terbobot Aktor Bobot Prioritas Top management 0,619 1 Middle management 0,252 2 Operational management 0,128 3 Hasil pengolahan pada level empat menunjukkan bahwa secara berurutan tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan SMK3 adalah pencegahan kecelakaan (0,861) dan kontrol biaya produksi (0,139) seperti yang terlihat pada Tabel 11. Pemilihan tujuan utama dilakukan dengan pemilihan bobot yang tertinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pencegahan kecelakaan menjadi prioritas pertama dan kontrol biaya produksi menjadi proiritas kedua. Dengan adanya jaminan K3 selama bekerja maka karyawan dapat terlindungi dari bahaya kecelakaan, kerusakan atau timbulnya penyakit akibat kerja. Dengan demikian, perusahaan dapat mengurangi pengeluaran biaya yang timbul dari kejadian tersebut. Salah satu biaya yang dapat dikurangi yaitu biaya premi asuransi. Dari nilai prioritas tinggi yang dimiliki oleh prinsip komitmen dan kebijakan, tujuan perusahaan mengurangi kecelakaan keja yaitu untuk pemenuhan Undang-Undang. Akan tetapi, selain itu perusahaan juga bertujuan untuk perlindungan terhadap HAM para tenaga kerja. Dengan adanya jaminan keselamatan dan kesehatan kerja maka tenaga kerja akan bekerja lebih optimal. Tabel 11 Susunan prioritas tujuan menyeluruh terbobot Tujuan Bobot Prioritas Pencegahan kecelakaan kerja 0,861 1 Kontrol biaya produksi 0,139 2

46 Hasil pengolahan pada level lima (alternatif tindakan) menunjukkan bahwa secara berurutan alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk membuat penerapan SMK3 berjalan efektif adalah sosialisasi dan pendidikan (0,573), simulasi penanggulangan kebakaran (0,354) serta mengikuti perlombaan K3 (0,072) seperti yang terihat pada Tabel 12. Prioritas pertama yang harus dilakukan adalah melakukan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada karyawan mengenai SMK3. Kurangnya sosialisasi menyebabkan rendahnya pemahaman karyawan terhadap K3 yang berdampak pada kurangnya keinginan untuk mendukung penerapan K3 yang ada. Selain itu, kegiatan pendidikan dapat dilakukan secara berkala untuk meningkatkan pola pikir karyawan, agar mampu bekerja dengan mengedepankan K3 untuk mendukung penerapan SMK3. Prioritas kedua dalam alternatif yang dilakukan oleh P2K3 PT. Suka Jaya Makmur adalah simulasi penanggulangan kebakaran. Dengan adanya pelatihan dan simulasi kebakaran, diharapkan seluruh karyawan dapat bertindak secara tepat dan tanggap apabila kebakaran terjadi pada areal PT. Suka Jaya Makmur. Mengikuti perlombaan K3 menduduki prioritas ketiga. Dengan demikian, mengikuti perlombaan K3 sebaiknya dilakukan apabila kedua alternatif sebelumnya telah diperbaiki. Mengikuti perlombaan K3 merupakan tindakan yang perlu dilaksanakan oleh perusahaan karena dengan mengikuti perlombaan perusahaan mengharapkan kepedulian akan K3 yang dimiliki oleh karyawan akan meningkat. Tabel 12 Susunan prioritas alternatif tindakan menyeluruh terbobot Alternatif Bobot Prioritas Sosialisasi, pendidikan dan pelatihan 0,573 1 Simulasi penanggulangan kebakaran 0,354 2 Mengikuti perlombaan K3 0,072 3 5.5 Perbandingan Hasil Kajian Penerapan SMK3 dengan Hasil Identifikasi Permasalahan Dalam Penerapan SMK3 Hasil pengkajian penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur melalui kegiatan wawancara menunjukkan bahwa SMK3 yang diterapkan adalah baik. Akan tetapi, dari hasil penyusunan dan pengolahan struktur hierarki dengan

47 menggunakan AHP menunjukkan bahwa untuk kriteria unsur atau prinsip dalam penerapan SMK3 masih terdapat prinsip yang menjadi prioritas utama serta prinsip yang masih diabaikan perusahaan dan dianggap tidak penting. Prinsip yang dianggap prioritas utama oleh perusahaan yaitu komitmen dan kebijakan, perencanaan serta penerapan sedangkan prinsip pengukuran dan evaluasi serta prinsip tinjauan ulang dan perbaikan oleh pihak manajemen dianggap kurang penting oleh perusahaan. Padahal secara teori kelima prinsip dalam penerapan SMK3 tersebut seharusnya memiliki prioritas yang sama karena kelimanya sama penting. Perbedaan prioritas yang dimiliki oleh pihak perusahaan dapat disebabkan oleh SMK3 yang merupakan peraturan wajib oleh pemerintah sehingga kunci utama untuk menerapkan SMK3 pada perusahaan yaitu adanya komitmen dan kebijakan yang besar pada top management.