KONSEP ANTISIPASI DAN REKOGNISI

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI BAHAYA K3 KONSTRUKSI

Kesehatan Lingkungan Kerja

BUKU PEDOMAN KERJA MAHASISWA

JADWAL SERTIFIKASI. 08 Agust sd 03 Sept. 21 nov sd 17 Des

ZAENAB. Hp: /

I. Pengertian dasar/definisi K3 (Occupational Health and Safety)

OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

Analisa Kecelakaan Menggunakan Metode Event and Casual Factor Analysis Pada Kecelakaan Menghilangkan Waktu Kerja Studi Kasus di PT.

ANALISIS KESELAMATAN SISTEM KERJA PADA AKTIVITAS OVERHEAD TRAVELLING CRANE DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS INDONESIA

MANAJEMEN KESEHATAN KERJA

Hygiene Industry. Sample Case-1

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO K3 PERTEMUAN 3 FIERDANIA YUSVITA KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

ANALISIS IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA GUDANG BAHAN JADI DI PT

PENGARUH POTENSI BAHAYA TERHADAP RISIKO KECELAKAAN KERJA DI UNIT PRODUKSI INDUSTRI MIGAS PT. X ACEH TESIS. Oleh ADE IRMA SURYANI /IKM

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

MODUL I PENGANTAR ERGONOMI

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #9 Ganjil 2016/2017. TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN BAHAYA UNTUK MENCAPAI ZERO ACCIDENT DI PT. FUJI TECHNICA INDONESIA KARAWANG JAWA BARAT

Budiman F. Saragih, Pembimbing Utama: Freddy Tumewu A., dr., MS

ABSTRACT. Keywords: Quality Control, Statistical Assistance Tools, Product Damage. Universitas Kristen Maranatha

Teknik Identifikasi Hazard (Survey Jalan Lintas, Job Safety Analysis, Job Safety Observation)

PENCEGAHAN PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA Oleh : Dewi S. Soemarko Program Studi Kedokteran Kerja FKUI Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA KONTRAKTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT

landasan tempat kerja dan lingkungannya

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TEOSAL DI KELURAHAN ALALAK SELATAN BANJARMASIN.

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

Bisnis Proses Mapping Perusahaan Target Tiap Proses Ruang Lingkup Perusahaan

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Restu Fahmia R

Terminologi. #7 - Pengelolaan Untuk Zero Accident TIN211 - K3I Taufiqur Rachman 1. Aman / Selamat (Safety) Resiko (Risk) Tingkat.

BAB II. Penilaian Keselamatan

INDUSTRIAL ENGINEERING

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

IMPLEMENTASI PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI ACETYLENE PLANT PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

SKRIPSI RISK ASSESSMENT PADA UNIT PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS BENDA TAJAM DI RSI SITI HAJAR SIDOARJO

BAGI OPERATOR HEAVY DUTY TRUCK SAPTAINDRA SEJATI SITE ADARO MINING OPERATION TANJUNG TABALONG KALIMANTAN SELATAN

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

Analisis Keselamatan Probabilistik (Probabilistic Safety Analysis)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan. tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENTAL MANAGEMENT PLAN REQUIREMENT AND STANDARD

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Analisis Gangguan Jaringan Kabel dengan Kombinasi Metode Fault Tree Analysis dan Failure Mode and Effect Analysis (Studi kasus PT.

PENERAPAN JOB HAZARD ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA CENTRAL CONTROL ROOM (CCR) PT WIJAYA ENGINDO NUSA PROJECT PBIBDE


Mengidentifikasi tingkat akurasi dan satuan ukuran sumber daya yang akan diestimasi / diperkirakan

ABSTRAK. Keyword : ITIL V.3, Service Operation. iii Universitas Kristen Maranatha

IMPLEMENTASI HAZARD IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND CONTROL PADA PROSES PRODUKSI BC. CASTING GEDUNG C PT. SHOWA INDONESIA MANUFACTURING CIKARANG

Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN MALPRAKTIK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN

IMPLEMENTASI OHSAS : 2007 KLAUSUL EMERGENCY PREPAREDNESS AND RESPONSE PT. X PLANT 2

BAB II LANDASAN TEORI

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

ABSTRAK PENGARUH PAJANAN DEBU BATUBARA TERHADAP TERJADINYA PNEUMOKONIOSIS. Pembimbing II: Pinandojo Djojosoewarno, dr., Drs, AIF

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGENAI DIARE DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS BLAHBATUH II, KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 2015

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP PERILAKU PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Faktor Kecukupan Organisasi dan Time Of Day pada Pekerjaan Manual OAW Cutting dengan Menggunakan Metode CREAM di PT. Packaging Surabaya

PERILAKU PEDULI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN SANITASI HYGIENE SISWA DI LABORATORIUM TPHP SMK NEGERI 1 PANDAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PENGUKURAN KONSENTRASI TIMBAL (Pb) DALAM DEBU DI RUMAH PENDUDUK KAWASAN DESA KADU, KECAMATAN CURUG, TANGERANG BANTEN (PTKMR) BATAN

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KEPUASA KERJA PT. KALTIM PRIMA COAL SAMARINDA

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN

Analisis Human Error Dengan Pendekatan Cognitive Reliability And Error Analysis Method (CREAM) Pada Operator Forklift Di PT. SMART Tbk.

PENGELOLAAN INTENSITAS PENERANGAN DI AREA TEKNIK FARMASI I DAN II PT. KONIMEX SUKOHARJO

Lampiran 1. Instrumen Penelitian. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Kecelakaan Kerja

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data observasional dan kuesioner.

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

JOB ANALYSIS IKA RUHANA

BEBAN KERJA, KAPASITAS KERJA DAN PRODUKTIVITAS KERJA. Oleh: ENI MAHAWATI, SKM, M.KES

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

PROSEDUR JOB SAFETY ANALYSIS

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PT. INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL, Tbk SEMARANG

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Pelayanan, Informasi Obat.

IMPLEMENTASI SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA KEWASPADAAN TERHADAP KEADAAN DARURAT KEBAKARAN DI PT

ABSTRACT. Keyword : Quality, Defect Product, Statistical Quality Control, and np Control Chart. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

1 Main of Reference 2 KONSEP ANTISIPASI DAN REKOGNISI Hendra 1

3 HISTORY 4 Origin of the term The word hygiene is derived from the name of the Greek goddess of health known as Hygieia. She was the daughter of Asclepius and sister to Panacea. While her father and sister were connected with the treatment of existing disease Hygeia was regarded as being concerned with the preservation of good health and the prevention of disease. In Greek mythology, Hygea or Hygieia, was the daughter of Aesculapius. She was the goddess of health. She was represented as a blooming maid with a bowl in her hand, from which she is feeding a snake, the symbol of health. http://www.probertencyclopaedia.com/d_hygea.htm 2

5 Origins of Industrial Hygiene Seperti halnya profesi yang lain, menentukan kapan pertama kalinya praktek higiene industri dilakukan sangat sulit untuk ditentukan, bahkan hampir mustahil. Namun, kita bisa mulai menjawabnya dengan mengidentifikasi kapan manusia mulai menyadari adanya bahaya di tempat kerja dan bagaimana cara mengendalikannya. 6 Origins of Industrial Hygiene Pada tahun 370 SM, seorang dokter yang bernama Hippocrates (460-370SM) membuat tulisan tentang penyakit akibat kerja, keracuan timbal pada pekerja pertambangan dan metalurgi. Tulisannya ini merupakan tulisan pertama dalam bidang kedokteran kerja (occupational medicine). Pada dasarnya, Hippocrates mempelajari tentang kesehatan masyarakat, bukan hanya pada pekerja. 3

7 Origins of Industrial Hygiene Pada awal abad pertama setelah masehi, Plinius Secundus (Pliny the Elder) menulis bahwa: sedikit penambang..menyelimuti mukanya dengan loose bladder (kain penutup yang terbuat dari kandung kemih binatang), yang memungkinkan mereka melihat tanpa menghirup debu-debu yang berbahaya. Dari tulisannya tersebut kita melihat bahwa pada awal abad pertama setelah masehi, Pliny berhasil mengidentifikasi adanya bahaya debu di tempat kerja dan menuliskan bagaimana sebagian pekerja telah berusaha melakukan kontrol terhadap bahaya tersebut dengan menggunakan alat pelindung diri berupa loose bladder. 8 Origins of Industrial Hygiene Pada tahun 1473, Ellenbog mengenali bahaya dari uap logam dan menggambarkan gejala-gejala akibat keracunan uap logam timbal dan merkuri. Ellenbog juga memberikan beberapa saran bagaimana cara mencegah keracunan tersebut. 4

9 Origins of Industrial Hygiene Pada tahun 1556, Georgius Agricola menerbitkan tulisan De Re Metallica menyatakan bahwa semua aspek di industri pertambangan, peleburan dan penyulingan, tidak ada yang terbebas dari penyakit dan celaka, dan alat yang bisa digunakan untuk mencegah penyakit dan celaka tersebut adalah ventilasi. 10 Origins of Industrial Hygiene Dilanjutkan dengan adanya hasil penelitian yang luar biasa dari Paracelsus, pada tahun 1567 tentang penyakit respirasi pada pekerja pertambangan disertai penjelasan tentang keracunan merkuri. Paracelsus ini dikenal sebagai Bapak Toksikologi karena ungkapannya yang sangat terkenal bahwa: semua zat itu bersifat racun.. Dosis yang tepatlah yang membedakan apakah zat tersebut menjadi obat atau bahkan menjadi racun. 5

11 Origins of Industrial Hygiene De Morbis Artificium Diatriba (penyakit para pekerja) merupakan tulisan pertama yang dianggap sebagai risalah lengkap dalam bidang penyakit akibat kerja. Tulisan ini adalah hasil karya Bernardino Ramazzini (1633-1714), yang dikenal sebagai Bapak kedokteran kerja (occupational Medicine) dan diterbitkan pada tahun 1713. Melalui observasinya sendiri, Ramazzini menggambarkan dengan sangat akurat stratifikasi dari pekerjaan, bahaya yang ada di tempat kerja tersebut dan penyakit yang mungkin muncul akibat pekerjaan tersebut. Meskipun Ramazzini memberikan cara pencegahan penyakit tersebut, seperti perlunya menutupi wajah untuk menghindari debu, tetapi kebanyakan dari rekomendasinya bersifat terapi dan kuratif. Perhatiannya untuk melindungi pekerja dan peringatannya kepada para dokter yang menangani pasien di tempat kerja untuk menanyakan: apakah pekerjaan anda? mengantarkan Ramazzini menjadi Bapak Kedokteran Kerja. 12 Origins of Industrial Hygiene Percival Pott (1714-1788), Pada tahun 1775, menyatakan bahwa para pekerja pembersih cerobong asap di Inggris menderita penyakit kanker skrotum. Percival Pott menekankan bahwa adanya jelaga dan kurangnya higiene di cerobong asap yang menyebabkan terjadinya kanker skrotum. Dari penelitiannya ini, maka Percival Pott menjadi Occupational epidemiologist pertama dalam sejarah. Penelitian ini berhasil melahirkan Chimney-sweeps Act pada tahun 1788. 6

13 Origins of Industrial Hygiene Lebih dari 100 tahun setelah tulisan Ramazinni diterbitkan, tidak ada penambahan yang berarti pada literatur kedokteran kerja. Baru pada abad ke-19, dua orang dokter yakni Charles Thackrah di Inggris dan Benjamin W. Mc Cready di Amerika, memulai lahirnya literatur modern dalam bidang rekognisi penyakit akibat kerja. On the influenece of Trades, Professions, and Occupations in the United States, in the Production of disease, hasil karya Benjamin Mc Cready, merupakan literatur kedokteran kerja pertama yang dipublikasikan di Amerika. 14 Origins of Industrial Hygiene Pada tahun 1910, Dr Alice Hamilton melakukan penelitian di beberapa tempat kerja yang dianggap berbahaya. Penelitian yang dilakukannya meliputi rekognisi penyakit akibat kerja, melakukan evaluasi dan mengontrol penyebab penyakit akibat kerja tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Dr Alice Hamilton ini dianggap sebagai praktek Higiene Industri pertama di Amerika Serikat. 7

15 DEFINISI 16 DEFINISI HI Industrial hygiene has been defined as that science and art devoted to the anticipation, recognition, evaluation and control of those environmental factors or stresses, arising in or from the workplace, which may cause sickness, impaired health and well-being or significant discomfort among workers or among the citizens of the community. Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat. 8

17 Komponen Definisi HI science and art Anticipation Recognition Evaluation Control environmental factors or stresses in or from the workplace may cause sickness, impaired health and well-being or significant discomfort among workers or among the citizens of the community 18 Komponen Definisi HI science and art Merupakan ilmu pengetahuan yang berisikan teori, metode, dan implementasi keilmuan yang memenuhi kaidah ilmiah. Terdapat aspek seni khususnya dalam mengimplementasikan metode dan pendekatan-pendekatan keilmuan HI di tempat kerja. Anticipation Kegiatan memprediksi potensi bahaya yang ada di tempat kerja Recognition Melakukan pengenalan atau identifikasi terhadap bahaya yang ada di tempat kerja Melakukan pengukuran (spot) untuk menemukan keberadaan bahaya di tempat kerja. 9

19 Komponen Definisi HI Evaluation Melakukan sampling dan pengukuran bahaya di tempat kerja dengan metode yang spesifik. Melakukan evaluasi dan analisis risiko terhadap semua bahaya yang ada dengan menggunakan standar dan kriteria tertentu. Control Kegiatan untuk mengendalikan bahaya di tempat kerja sehingga keberadaannya tidak menimbulkan dampak kesehatan bagi pekerja khususnya dan masyarakat umumnya. 20 Komponen Definisi HI Environmental factors or stresses Merupakan faktor lingkungan kerja yang meliputi segala sesuatu yang ada di tempat kerja. Dalam jumlah tunggal disebut stressor, dan dalam jumlah banyak (multi factor) disebut stresses in or from the workplace Terdapat di lingkungan kerja atau di tempat lain namun berasal dari lingkungan kerja may cause sickness, impaired health and well-being or significant discomfort Dapat menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang secara objektif sangat signifikan. 10

21 Komponen Definisi HI among workers or among the citizens of the community Pada pekerja khususnya dan pada warga masyarakat umumnya. Warga masyarakat yaitu yang tinggal atau bermukim berdekatan dengan lingkungan industri. 22 Ruang Lingkup HI A NTISIPASI R EKOGNISI E VALUASI P ENGENDALIAN Merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode dalam implementasi HI Urutan tidak bisa dibolak-balik Merupakan suatu siklus yang tidak berakhir (selama aktivitas industri berjalan) 11

23 Ruang Lingkup HI IN D U S T RI A L P R O C E S S P L A N T B A R U P E R U B A H A N ANTISIPASI REKOGNISI Ya Aman Tidak Tidak (Maintenance Program) PENGENDALIAN Ya Berbahaya Berisiko EVALUASI 24 The Industrial Hygiene Process. (Adapted with permission from Bridge DP. Developing and implementing an industrial hygiene and safety program in industry. AIHA Journal 40:255 263, 1979.) in FIH 5th Edition 12

25 ANTISIPASI DAN REKOGNISI 26 Apa itu Antisipasi Anticipation is ability to forecast, predicts, estimates potential hazards which possibly will arise from or in workplace consequently from working activity. Merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja yang berasal dari semua faktor lingkungan kerja dan aktivitas. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene industri di tempat kerja. 13

27 Tujuan Antisipasi Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko yang nyata Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki 28 Kunci Antisipasi INFORMASI 14

29 In the workplace, the industrial hygienist should review the following to anticipate potential health stressors: Raw materials Support materials Chemical reactions Chemical interactions Products By-products Waste products Equipment Operating procedures 30 Informasi Apa yang dicari? Karakteristik bangunan tempat kerja Mesin-mesin yang digunakan Proses kerja dari mesin dan alat produksi Bahanbaku yang digunakan Alat-alat yang dipakai Cara kerja yang dilakukan Jumlah dan karakteristik pekerja dll 15

31 Apa fokus dari semua Informasi? Potensi bahaya dan risiko baik kesehatan maupun keselamatan 32 Potensi Bahaya apa yang Utama? Potensi terhadap timbulnya gangguan kesehatan pada pekerja jika bekerja di area atau proses tersebut 16

33 Apa potensi yang lain..? Dampak terhadap lingkungan Dampak aspek keselamatan pekerja Dampak terhadap kerusakan alat dan terhentinya proses 34 Ability of anticipation based on knowledge and understanding of hazards and stresses, and past experience of field, althrough : 1. Study all available information: Detail information should be obtained regarding types of hazardous materials used in a facility, the type of job operation, how the workers are exposed, work patterns, level of air contamination, duration of exposure, and control measures used. 2. Study all cases based on past experience and study. 3. Discussion and consultancy with the experts. 17

35 Langkah-Langkah Antisipasi Pengumpulan Informasi Melalui studi literatur Mempelajari hasil penelitian Dokumen-dokumen perusahaan Survey lapangan Analisis dan diskusi Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten Pembuatan Hasil 36 Hasil Antisipasi Daftar potensi bahaya dan risiko yang dapat dikelompokkan: Berdasarkan lokasi atau unit Berdasarkan kelompok pekerja Berdasarkan jenis potensi bahaya Berdasarkan tahapan proses produksi dll 18

37 Perhatian! Hasil antisipasi hanya berupa daftar potensi bahaya yang belum tentu membahayakan pada kondisi yang sebenarnya. Cantumkan semua daftar potensi bahaya sedetil mungkin. Hasil antisipasi belum bisa dijadikan ukuran untuk menyatakan suatu area atau proses berbahaya dan berisiko. 38 Rekognisi Merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan Mengenali Identifikasi Mengukur Untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll 19

39 Tujuan Rekognisi Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran, dll) Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko Mengetahui proses kerja yang berisiko Mengetahui pekerja yang berisiko 40 METODE REKOGNISI BAHAYA 20

41 Accident or Injury Report Berguna untuk rekognisi bahaya yang menimbulkan traumatic injury. Analisis statistik terhadap data kecelakaan dan injury yang ada dapat membantu menemukan proses atau area yang berisiko Memerlukan data investigasi kecelakaan yang detil dan banyak Pada banyak kasus, metode ini hanya bisa dilakukan setelah terjadi banyak kejadian kecelakaan 42 Physical Examinations Pemeriksaan fisik (kesehatan) pekerja dapat dijadikan media untuk rekognisi bahaya yang ada di tempat kerja Sering dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi kronik yang mungkin disebabkan kontak dengan bahaya di tempat kerja. 21

43 Physical Examinations Memerlukan data pemeriksaan awal (pre-employment examination) Harus dilakukan pengukuran/pemantauan kesehatan secara periodik (annual check-up) 44 Physical Examinations Contoh: Kejadian penurunan tingkat pendengaran dari hasil audiometri pada pekerja mengindikasikan bahwa terjadi pajanan bising yang tinggi dan/atau berulang-ulang. Tingginya kadar Pb dalam darah menunjukkan adanya pajanan Pb di tempat kerja. 22

45 Employee Notification Dibeberapa kasus, pekerja di lapangan mengenali bahaya K3 sebelum dilakukan rekognisi oleh petugas K3 Harus didukung oleh kondisi manajemen yang kondusif sehingga pekerja mau menyampaikan masalah yang dihadapi di tempat kerja. 46 Employee Notification Kontribusi pekerja terhadap K3 akan merangsang pekerja untuk mau berdiskusi dengan petugas K3 tentang masalah-masalah K3 yang dihadapi di tempat kerja 23

47 Required Inspection Beberapa bagian dari satu alat memerlukan inspeksi yang rutin Inspeksi ini dapat mengindikasikan masalah-masalah sebelum menjadi bahaya K3 bagi pekerja 48 Literature & Discussion with Other Professional Dengan melakukan review secara periodik terhadap suatu masalah melalui meeting dan training dimana suatu masalah bisa didiskusikan dengan para ahli yang lain Menjaga komunikasi dengan tenaga ahli di industri lain 24

49 Literature & Discussion with Other Professional Mungkin masalah yang dihadapi sekarang pernah dialami oleh perusahaan lain sebelumnya, sehingga input untuk perbaikan sangat mungkin didapatkan dari tenaga ahli yang lain 50 Walk Through Inspection Digunakan untuk melakukan rekognisi bahaya yang sudah jelas diketahui keberadaannya di tempat kerja Sebaiknya ada orang yang memahami berbagai jenis bahaya pada saat melakukan walk through plant 25

51 Walk Through Inspection Tidak semua bahaya dapat direkognisi pada saat melakukan walk through inspection Dilakukan oleh tim Biasanya menggunakan form rekognisi atau check-list 52 Sampling & Spot Inspection Kadang hanya terbatas untuk melakukan rekognisi terhadap bahaya atmosfir (air quality studies) Masalah yang dihadapi adalah untuk menentukan jumlah sampel dan titik pengukuran yang tepat 26

53 Sampling & Spot Inspection Dapat merekognisi berbagai tipe bahaya Efisiensi dari segi waktu Kadangkala hasil spot sampling belum tentu menggambarkan kondisi yang sebenarnya 54 Preliminary Hazard Analysis Dilakukan untuk mempelajari potensi bahaya Pendekatan ini sangat baik jika dilakukan pada sistem operasi baru atau yang sudah dimodifikasi untuk menentukan potensi bahaya yang akan timbul pada sistem tersebut jika dioperasikan. 27

55 Review of Process Flows Rekognisi bahaya dengan mengevaluasi potensi bahaya pada setiap langkah proses produksi atau langkah kerja yang ada dari awal sampai akhir. Sering digunakan hanya untuk mengidentifi-kasi potensi bahaya kimia dan kualitas udara Untuk menentukan reaksi-reaksi mana yang menimbulkan bahaya kimia baik proses awal, intermediate, maupun akhir 56 Review of Process Flows Pendekatan ini juga sering digunakan untuk identifikasi bahaya yang terkait dengan mekanik dan elektrik untuk mereview potensi kontak antara pekerja dengan benda yang bergerak, bahaya ergonomik, dan pajanan panas, dll 28

57 Fault Tree Analysis A system safety analysis technique used as an inductive method (top down, from the known to the unknown) to evaluate fault or failure events in a system or process. Analisis pohon kesalahan, yang berawal dari suatu kejadian, kemudian dicari akar permasalahan atau penyebab dasar dari kejadian tersebut. Merupakan model probabilitas terhadap suatu event atau kejadian. Dapat menentukan besar kemungkinan dan urutan kejadian terhadap suatu event atau kejadian. 58 Fault Tree Analysis Banyak digunakan untuk safety analysis AND OR AND OR 29

59 Critical Incident Technique Beberapa pekerja diinterview untuk mendapatkan informasi tentang perilaku tidak aman (unsafe act) yang mungkin terjadi pada saat mereka bekerja Critical incident kemudian dikelompokkan dan kemudian secara sistematik disusun area yang mempunyai potensi bahaya dan harus dikontrol 60 Failure Mode and Effect Suatu teknik rekognisi bahaya dengan cara mengasumsikan jika terjadi kegagalan pada suatu komponen atau elemen di dalam suatu sistem, lalu ditentukan efek atau dampak dari kegagalan pada komponen atau elemen tersebut. Teknik ini membantu untuk menentukan kemungkinan terjadinya kegagalan kecil yang dapat menghasilkan suatu kejadian yang besar 30

61 Job Safety Analysis Setiap pekerjaan diuraikan dalam bentuk task-task dan komponen lain yang terlibat Setiap task kemudian direview untuk menentukan potensi bahaya yang mungkin akan memajan pekerja Banyak dilakukan untuk mengevaluasi langkah atau prosedur kerja Tindakan yang diambil untuk mengendalikan potensi bahaya adalah dengan memodifikasi prosedur kerja, peralatan yang digunakan, dan pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengurangi pajanan 62 Job Safety Analysis example form 31

63 Metode Apa yang baik? Tidak ada metode yang baik dalam arti bisa digunakan untuk semua jenis bahaya dan semua jenis operasi dan lingkungan kerja Metode rekognisi yang sering digunakan adalah kombinasi dari beberapa metode dan disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan 64 Hazard Recognition Worksheet Date : Area : Investigator : TYPE OF EXPOSUR E DESCRIPTIO N OF POTENTIAL HAZARD EMPLOYEES POTENTIALL Y AFFECTED PRESENT CONTROLS LEVEL OF EFFECT LOW-MED- HI PROBABILIT Y HAZARD EXISTING LOW-MED- HI PRIORIT Y 32