BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Ruang Simpan, Media Simpan dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Propagul Rhizophora mucronata

Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Rhizophora stylosa Griff.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MEDIA SIMPAN, RUANG SIMPAN, DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS PROPAGUL Rhizophora stylosa Griff. MUHAMMAD KALINGGA F

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

I. PENDAHULUAN. kakao unggul dalam pembudidayaan tanaman kakao (Mertade et al., 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

TINJAUAN PUSTAKA. rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%

Tipe perkecambahan epigeal

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini,

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. Regenerasi mangrove secara alami dapat berlangsung lambat, karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Buah per Tandan. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti jumlah buah,

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT)

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN Jl. Pakuan Ciheuleut, PO Box 105 Bogor, Telp/Fax :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Tembakau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan

Transkripsi:

24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap propagul R. mucronata selama periode pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Variabel pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah persen berakar (PB), kadar air (KA), daya berkecambah (DB), nilai perkecambahan (NP), kecepatan tumbuh (KT), dan nisbah pucuk akar (NPA). Adapun rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap setiap variabel pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Perkecambahan Propagul dari Perkecambahan semai R. mucronata pada Setiap Perlakuan Selama Periode Penelitian Variabel A*B*C A*B A*C B*C Persen Berakar (PB) Lama Penyimpanan (A) Ruang Simpan (B) Media Simpan (C) tn * tn tn * * tn Kadar Air (KA) tn tn tn tn ** tn ** Daya Berkecambah (DB) Nilai Perkecambahan (NP) Kecepatan Tumbuh (KT) * tn tn tn ** * ** tn tn tn tn ** tn ** tn tn tn tn ** tn * Nisbah Pucuk tn tn * tn ** tn tn Akar (NPA) Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf uji 0,05 ** = berbeda nyata pada taraf uji 0,01 tn = tidak nyata Berdasarkan informasi pada Tabel 2, perbedaan lama penyimpanan propagul R. mucronata menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap semua variabel pertumbuhan propagul yang diamati. Begitu pula perbedaan media simpan, kecuali terhadap persen propagul berakar (PB) dan nisbah pucuk akar

26 Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan ruang simpan terhadap rata-rata presentase berakar propagul dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 3). Adapun kondisi fisik propagul R. mucronata pada setiap akhir periode simpan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 3 Uji Duncan Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan (A) dan Ruang Simpan (B) terhadap Presentase Berakar Propagul R.mucronata (PB) Interaksi 2 Faktor A2B2 A3B2 A4B2 A0B1 A1B1 A2B1 A3B1 A1B2 A4B1 A0B2 Perlakuan Rata-rata PB (%) 10 a 3,34 b 1,11 b 0 b 0 b 0 b 0 b 0 b 0 b 0 b Pada Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa propagul R. mucronata yang disimpan selama dua minggu penyimpanan memberikan nilai rata-rata presentase berakar propagul yang paling tinggi dan kemudian menurun pada minggu ketiga dan minggu keempat. Dapat diketahui dari Tabel 3 di atas bahwa interaksi antara lama penyimpanan selama dua minggu dengan ruang kamar sebagai ruang simpan memberikan nilai rata-rata presentase berakar propagul paling tinggi (PB = 10 %). Sedangkan propagul yang disimpan di ruang AC memiliki nilai PB 0 %. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ruang AC dapat menghambat kemunculan akar propagul R. mucronata. 4.1.2 Kadar Air Propagul (KA) Hasil pengukuran kadar air dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1 yang menunjukkan bahwa kadar air propagul menurun dengan semakin bertambahnya lama waktu penyimpanan. Untuk lebih jelasnya nilai ratarata kadar air propagul R. mucronata pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.

28 (Tabel 4) dapat diketahui pada pengaruh faktor media simpan menunjukkan bahwa rata-rata kadar air propagul yang disimpan dalam media sabut kelapa (38,11 %) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air propagul yang disimpan dalam media serbuk gergaji (35,83 %). Sementara itu, propagul yang diberikan perlakuan penyimpanan mempunyai kadar air yang lebih kecil daripada kadar air propagul tanpa penyimpanan. Adapun kadar air propagul yang disimpan selama 1 dan 2 minggu relatif lebih besar daripada propagul yang disimpan selama 3 dan 4 minggu. Fenomena di atas menunjukkan bahwa propaul yang disimpan baik di ruang AC maupun ruang kamar dengan media sabut kelapa lebih dapat mempertahankan kadar air propagul R. mucronata selama 4 minggu penyimpanan dibandingkan ruang kamar dan media serbuk gergaji. Tabel 4 Uji Duncan Pengaruh Faktor Tunggal Lama Penyimpanan (A), Ruang Simpan (B) dan Media Simpan (C) terhadap Kadar Air Propagul R. mucronata (KA) Perlakuan Rata-rata KA (%) Lama Penyimpanan (A) 0 Minggu (A0) 44,57 a 1 Minggu (A1) 38,97 b 2 Minggu (A2) 37,17 b 3 Minggu (A3) 33,35 c 4 Minggu (A4) 30,77 c Ruang Simpan (B) AC (B1) Kamar (B2) Media Simpan (C) Sabut Kelapa (C2) Serbuk Gergaji (C1) 37,15 a 36,78 a 38,11 a 35,83 b 4.1.3 Daya Berkecambah (DB) Hasil pengamatan perkecambahan selama penelitian (Lampiran 1) menunjukkan bahwa daya berkecambah propagul R.mucronata tanpa penyimpanan dan penyimpanan selama 1 minggu di ruang AC dengan media simpan sabut kelapa serta di ruang kamar, baik dengan media serbuk gergaji mapun sabut kelapa, dan penyimpanan sampai 2 minggu di ruang AC dengan

30 bahwa pada kurun waktu penyimpanan selama 3 minggu, propagul R. mucronata baik yang disimpan di ruang AC maupun ruang kamar dengan media simpan serbuk gergaji dan sabut kelapa mempunyai DB yang relatif tinggi (DB = 80%), kecuali propagul yang disimpan di ruang suhu kamar dengan media simpan serbuk gergaji. Pada periode waktu penyimpanan selama 4 minggu, semua propagul baik yang disimpan di ruang suhu kamar maupun ruang AC dengan media simpan serbuk gergaji dan sabut kelapa mempunyai DB yang rendah, terutama terhadap propagul yang disimpan di media simpan sabut kelapa di ruang bersuhu kamar. Tabel 5 Uji Duncan Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan (A), Ruang Simpan (B) dan Media Simpan (C) terhadap Daya Berkecambah Propagul R.mucronata (DB) Perlakuan Rata-rata DB (%) Interaksi 3 Faktor A0B1C1 100 a A0B1C2 100 a A0B2C1 100 a A0B2C2 100 a A1B1C2 100 a A1B2C1 100 a A1B2C2 100 a A2B1C2 100 a A1B1C1 97,78 a A3B2C2 95,56 a A2B2C2 95,55 a A2B1C1 93,33 ab A2B2C1 91,11 ab A3B1C2 86,67 ab A3B1C1 80 b A3B2C1 64,44 c A4B1C2 46,67 d A4B1C1 28,89 e A4B2C1 25,55 e A4B2C2 15,55 e 4.1.4 Nilai Perkecambahan (NP) Nilai perkecambahan (NP) merupakan nilai yang menunjukkan kecepatan dan kesempurnaan propagul untuk berkecambah. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Tabel 2) diketahui bahwa pemberian faktor tunggal lama penyimpanan dan faktor tunggal media simpan berpengaruh nyata terhadap nilai perkecambahan

32 selama 2, 3 dan 4 minggu. Dalam hal ini propagul yang disimpan selama 4 minggu mempunyai nilai perkecambahan paling rendah (NP = 0,08) bila dibandingkan dengan propagul yang disimpan selama periode waktu lainnya. Adapun pengaruh pada faktor media simpan (Tabel 6) menunjukkan bahwa rata-rata nilai perkecambahan propagul yang disimpan dalam media sabut kelapa (NP = 0,56) lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang disimpan dalam media serbuk gergaji (NP = 0,44), baik yang disimpan di ruang AC maupun di ruang bersuhu kamar. Fenomena di atas menunjukkan bahwa propagul yang disimpan selama satu minggu penyimpanan, baik di ruang AC maupun di ruang bersuhu kamar dengan media sabut kelapa memberikan pengaruh paling baik terhadap nilai perkecambahan propagul R. mucronata. Tabel 6 Uji Duncan Pengaruh Faktor Tunggal Lama Penyimpanan (A), Ruang Simpan (B) dan Media Simpan (C) terhadap Nilai Perkecambahan Propagul R.mucronata (NP) Perlakuan Rata-rata NP Lama Penyimpanan (A) 1 Minggu (A1) 0,81 a 0 Minggu (A0) 0,61 b 2 Minggu (A2) 0,59 b 3 Minggu (A3) 0,40 c 4 Minggu (A4) 0,08 d Ruang Simpan (B) AC (B1) 0,52 a Kamar (B2) 0,48 a Media Simpan (C) Sabut Kelapa (C2) 0,56 a Serbuk Gergaji (C1) 0,44 b 4.1.5 Kecepatan Tumbuh (KT) Dari Lampiran 1 dapat diketahui bahwa semakin lama waktu simpan maka kecepatan tumbuh propagul semakin menurun. Hal ini berarti vigor propagul juga semakin menurun. Untuk lebih jelasnya nilai KT propagul selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

34 Tabel 7 Uji Duncan Pengaruh Faktor Tunggal Lama Penyimpanan (A), Ruang Simpan (B) dan Media Simpan (C) terhadap Kecepatan Tumbuh Propagul R.mucronata (KT) Perlakuan Rata-rata KT Lama Penyimpanan (A) 0 Minggu (A0) 1,98 a 1 Minggu (A1) 1,93 a 2 Minggu (A2) 1,71 b 3 Minggu (A3) 1,38 c 4 Minggu (A4) 0,46 d Ruang Simpan (B) AC (B1) 1,54 a Kamar (B2) 1,45 a Media Simpan (C) Sabut Kelapa (C2) 1,55 a Serbuk Gergaji (C1) 1,44 b Dapat diketahui juga dari hasil uji Duncan di atas bahwa pada pengaruh faktor media simpan menunjukkan bahwa propagul yang disimpan dengan media sabut kelapa memiliki rata-rata nilai kecepatan tumbuh yang signifikan lebih tinggi (KT = 1,55) dibandingkan dengan propagul yang disimpan dengan media serbuk gergaji (KT = 1,44), baik yang disimpan di ruang AC maupun di ruang bersuhu kamar. Fenomena di atas menunjukkan propagul yang mendapat perlakuan tanpa penyimpanan dan satu minggu penyimpanan, baik di ruang AC maupun di ruang kamar dengan media sabut kelapa relatif lebih mampu mempertahankan viabilitas propagul R. mucronata. 4.1.6 Nisbah Pucuk Akar (NPA) Berdasarkan Lampiran 1 diketahui bahwa nisbah pucuk akar semai R. mucronata menurun dengan semakin bertambahnya lama waktu penyimpanan. Hasil pengamatan nilai rata-rata nisbah pucuk akar semai propagul pada setiap perlakuan penyimpanan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 6.

36 Tabel 8 Uji Duncan Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan (A) dan Media Simpan (C) terhadap Nisbah Pucuk Akar Semai Propagul R. mucronata (NPA) Perlakuan Interaksi 2 Faktor A0C1 A0C2 A1C2 A2C1 A1C1 A2C2 A3C2 A4C1 A3C1 A4C2 Rata-rata NPA 0,10 a 0,10 a 0,10 a 0,08 a 0,07 b 0,07 bc 0,06 bc 0,06 cd 0,05 cd 0,04 d 4.1.7 Pendugaan Viabilitas Berdasarkan Uji Belah (Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung Data selengkapnya mengenai hasil uji perkecambahan langsung dan hasil uji belah propagul R. mucronata disajikan pada Lampiran 2. Adapun secara garis besar daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung dan daya berkecambah propagul hasil uji cepat (uji belah) disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan Lampiran 13 dapat diketahui bahwa daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 dengan daya berkecambah hasil uji belah (cutting test). Dalam hal ini nilai rataan daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung sebesar 81,06 %, sedangkan nilai rataan daya berkecambah uji belah sebesar 86,67 %.

38 4.2 Pembahasan 4.2.1 Pendugaan Viabilitas Propagul R. mucronata Berdasarkan Uji Perkecambahan Langsung Berdasarkan hasil pengamatan perkecambahan selama 90 hari (Lampiran 1), propagul Rhizophora mucronata yang ditanam langsung (tanpa penyimpanan) dan sampai penyimpanan satu minggu mempunyai daya berkecambah rata-rata mencapai 100 %, begitu pula dengan penyimpanan sampai dua minggu dengan perlakuan di ruang AC dalam media sabut kelapa. Daya berkecambah propagul mulai mengalami penurunan pada penyimpanan satu minggu dengan perlakuan di ruang AC dalam media serbuk gergaji dan cenderung semakin turun dengan semakin lamanya waktu penyimpanan. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa semakin lama propagul R. mucronata disimpan maka semakin rendah pula ratarata daya berkecambah propagulnya. Byrd (1983) juga menyatakan bahwa daya berkecambah benih akan semakin menurun sebanding dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Hasil uji Duncan (Tabel 5) menunjukkan bahwa daya berkecambah propagul yang disimpan di ruang AC relatif lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang disimpan di ruang kamar. Terbukti pada propagul yang disimpan di ruang AC dalam media sabut kelapa sampai empat minggu penyimpanan memiliki rata-rata daya berkecambah sebesar 46,67 %. Propagul yang disimpan di ruang kamar mengalami penurunan daya berkecambah lebih cepat dibandingkan dengan propagul yang disimpan diruang AC terutama terjadi pada propagul yang disimpan dalam media sabut kelapa yang setelah empat minggu penyimpanan daya berkecambahnya turun menjadi 15,55 %. Hal di atas disebabkan karena pada ruang kamar suhu udara lebih tinggi dibandingkan dengan ruang AC sehingga kelembaban nisbi ruang kamar rendah, apabila kelembaban nisbi rendah maka propagul akan semakin mudah dan semakin cepat kehilangan kelembaban yang dapat menyebabkan kadar air mengalami penurunan. Menurut Juctice and Bass (2002), pada kondisi kadar air yang sangat rendah atau mendekati kritis, gejala kerusakan benih akan tampak dan diikuti oleh penurunan daya berkecambah setelah benih disimpan. Justice and Bass (2002) juga menyatakan bahwa dengan meningkatnya suhu ruang simpan,

39 maka laju proses biokimia dalam benih semakin tinggi sehingga laju perombakan cadangan makanan dan laju respirasi menjadi lebih tinggi. Sebagai akibatnya viabilitas benih semakin menurun. Sedangkan penyimpanan propagul di ruang AC mempunyai suhu lebih rendah dengan kelembaban nisbi yang lebih tinggi. Kondisi tersebut mengakibatkan kadar air propagul tidak mengalami penurunan yang cepat sehingga viabilitas propagul dapat lebih dipertahankan dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan propagul yang disimpan di ruang kamar. Propagul R. mucronata yang disimpan dalam media sabut kelapa mempunyai daya berkecambah lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang disimpan dalam media serbuk gergaji. Hal ini disebabkan oleh kemampuan media sabut kelapa yang mampu mempertahankan kelembabannya relatif lebih tinggi (KA awal = 59,78%) dibandingkan dengan serbuk gergaji (KA awal = 17,31%). Dengan kelembaban yang tinggi tersebut, maka kemampuan sabut kelapa untuk mempertahankan kadar air propagul menjadi lebih tinggi pula. Penentuan kadar air suatu kelompok benih sangat penting dilakukan, mengingat laju kemunduran viabilitas benih dalam penyimpanan sangat dipengaruhi oleh kadar air. Berdasarkan Lampiran 1 terdapat hubungan yang sangat erat antara kadar air benih dengan daya berkecambah propagul R. mucronata. Dengan melihat Gambar 8 dapat diketahui bahwa hubungan tersebut bersifat positif dimana propagul dengan kadar air yang tinggi akan mempunyai daya berkecambah yang tinggi pula, sedangkan propagul dengan kadar air yang semakin menurun maka daya berkecambah propagul akan semakin rendah pula. Gambar 8 Daya Berkecambah dan Kadar Air Propagul R. mucronata pada Berbagai Perlakuan Lama Penyimpanan.

40 Berdasarkan Lampiran 1, penurunan kadar air benih terjadi seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Penurunan kadar air paling cepat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji dimana penurunannya sebesar 15,95 % dari kadar air awal sebesar 44,57 % menjadi 28,62 % setelah empat minggu penyimpanan. Sedangkan penurunan kadar air paling lambat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang AC dalam media simpan sabut kelapa dimana setelah empat minggu penyimpanan penurunan kadar air yang terjadi sebesar 10,07 %. Hal tersebut disebabkan karena sabut kelapa memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk gergaji, sehingga sabut kelapa lebih mampu mempertahankan kadar air propagul selama masa penyimpanan. Menurut Justice and Bass (2002), kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidup benih tersebut. Kehilangan viabilitas benih berkorelasi dengan kadar air benih serta lama benih disimpan pada suhu tertentu. Hasil uji Duncan (Tabel 4) menunjukkan bahwa propagul yang disimpan di ruang AC memiliki nilai rata-rata kadar air propagul yang lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang di simpan di ruang kamar. Hal ini disebabkan karena ruang kamar memiliki suhu yang lebih tinggi sehingga kelembaban nisbinya lebih rendah dibandingkan dengan ruang AC. Harrington dalam Byrd (1983) menyatakan bahwa apabila temperatur meningkat udara dapat memegang lebih banyak uap air, sehingga bila udara menjadi panas maka presentase kelembaban nisbi menurun, akibatnya kadar air propagul menurun. Sadjad (1975) menyatakan bahwa apabila temperatur meningkat akan memperbesar pengeluaran zat cair dalam benih sehingga berpengaruh terhadap daya hidup embrio benih, dimana kondisi tersebut menyebabkan benih kehilangan daya imbibisi dan berkurangnya persediaan makanan yang akhirnya embrio dapat mati akibat kekeringan sebagian atau seluruhnya. Ada dua faktor yang penting dalam setiap usaha penyimpanan benih yaitu suhu dan kelembaban (Sadjad, 1980). Interaksi kedua faktor tersebut akan mempengaruhi kadar air propagul yang berpengaruh pula terhadap kemampuan propagul berakar selama penyimpanan. Dengan kadar air yang tinggi, propagul cenderung lebih mudah berakar. Sedangkan pada kadar air tertentu yang rendah

41 maka viabilitas benih juga akan rendah. Dari histrogram (Gambar 1) diketahui bahwa propagul yang berakar selama penyimpanan adalah propagul yang mendapat perlakuan penyimpanan di ruang kamar yang mempunyai suhu lebih tinggi, baik dalam media simpan sabut kelapa maupun media simpan serbuk gergaji yang terjadi setelah satu minggu penyimpanan. Sedangkan propagul yang disimpan di ruang AC yang mempunyai suhu lebih rendah, baik dalam media simpan sabut kelapa maupun serbuk gergaji mampu menghambat kemampuan propagul untuk berakar sampai dengan waktu empat minggu. Hasil uji Duncan (Tabel 3) menunjukkan bahwa rata-rata presentase berakar propagul R. mucronata yang disimpan di ruang kamar, baik dalam media simpan serbuk gergaji maupun media simpan sabut kelapa berbeda nyata dan lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang disimpan di ruang AC. Gambar 1 juga menunjukkan bahwa propagul yang mendapat perlakuan penyimpanan di ruang kamar dalam media simpan sabut kelapa memiliki nilai presentase berakar propagul yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Propagul yang disimpan dalam media simpan sabut kelapa mempunyai kelembaban yang cukup tinggi sehingga mampu memicu perkecambahan. Sebaliknya bagi propagul yang disimpan dalam media simpan serbuk gergaji akan lebih banyak kehilangan kelembaban sehingga akan menghambat pertumbuhan akar. Hal tersebut berhubungan dengan kecepatan aktivitas metabolisme dimana dengan ketersediaan air yang cukup maka akan memperlancar metabolisme yang didukung juga oleh kondisi suhu yang tinggi sehingga mempercepat perkecambahan atau pertumbuhan akar seperti yang terjadi pada propagul yang disimpan dalam media simpan sabut kelapa di ruang kamar. Menurut Kijkar (1992), adanya fluktuasi suhu di ruang kamar dapat memicu perkecambahan apalagi didukung dengan media sabut kelapa yang lembab yang cocok sebagai media perakaran yaitu berserat, mempunyai kemampuan menahan air, longgar dan ringan. Schaefer dalam Schmidt (2000), menyatakan bahwa penggunaan media serbuk gergaji yang lembab dan dingin membantu menahan kelembaban untuk mencegah pengeringan juga membantu mengurangi infeksi jamur. Propagul yang disimpan di ruang AC, baik yang disimpan dalam media simpan serbuk gergaji maupun sabut kelapa tidak ada yang mengalami

42 pertumbuhan akar. Hal ini berhubungan dengan suhu di ruang AC yang lebih rendah dan konstan dibandingkan dengan suhu di ruang kamar sehingga menyebabkan aktivitas metabolisme propagul yang disimpan di ruang AC juga lebih rendah dibandingkan dengan propagul yang disimpan di ruang kamar yang mengakibatkan terhambatnya kemunculan akar atau perkecambahan. Schmidt (2000) menyatakan bahwa perkecambahan kadang-kadang dapat dihambat dengan penurunan suhu. Taniguchi, Takashima dan Suko (1990) dalam Anggraini (2000) menyatakan bahwa penyimpanan propagul mangrove dengan cara merendamnya di air payau dan terlindung dari sinar matahari secara langsung membuatnya bertahan selama lima hari. Lampiran 1 menunjukkan bahwa penyimpanan propagul di ruang kamar baik dalam media sabut kelapa maupun media serbuk gergaji merupakan perlakuan penyimpanan yang menyebabkan propagul berakar selama penyimpanan mulai dari penyimpanan dua minggu sampai penyimpanan empat minggu. Kemunculan akar tersebut tidak mempengaruhi pada daya berkecambah propagul R. mucronata. Propagul yang berakar selama penyimpanan tidak menyebabkan daya berkecambah menurun, bahkan propagul cenderung mempunyai vigor sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang tidak berakar. Sedangkan pada propagul yang tidak berakar selama penyimpanan daya berkecambahnya pun tidak menurun, bahkan dapat lebih tinggi dibanding daya berkecambah propagul yang telah berakar. Bila dihubungkan dengan kepraktisan dan kemudahan praktek di lapangan maka kemunculan akar pada propagul sebelum disemaikan akan menjadi tidak menguntungkan. Propagul yang telah berakar akan membutuhkan penanganan yang lebih hati-hati karena akar yang muncul pada hipokotil sebelum penanaman cenderung rentan terhadap sentuhan yang berarti mudah patah dimana nantinya akan mempengaruhi viabilitas propagul itu sendiri. Propagul R. mucronata adalah benih rekalsitran yang berupa buah vivipar, benih berkecambah sementara masih berada pada pohon induk dan menghasilkan pertumbuhan yang terus menerus (Anwar dan Subandiono, 1996). Oleh karena itu sangatlah penting digunakan perlakuan penyimpanan yang mampu menghambat kemunculan akar selama periode penyimpanan dengan viabilitas propagul yang

43 harus masih dapat dipertahankan dengan baik setelah melampaui masa penyimpanan. Variabel pertumbuhan lainnya yang diukur sebagai indikator viabilitas propagul R. mucronata adalah nilai perkecambahan (NP), kecepatan tumbuh (KT), dan nisbah pucuk akar (NPA). Nilai perkecambahan merupakan nilai yang menunjukkan kecepatan dan kesempurnaan benih untuk berkecambah. Nilai perkecambahan yang tinggi menunjukkan perkecambahan yang sempurna dan cepat sebagai indikator bahwa vigor benih masih baik sehingga mampu menghadapi kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Benih yang memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi menunjukkan bahwa benih tersebut memiliki vigor kekuatan tumbuh yang tinggi. Sadjad (1980) menyatakan bahwa benih yang lebih cepat tumbuh menjadi kecambah normal mampu menghadapi kondisi lapang yang sub optimum. Hasil uji Duncan (Tabel 6) menunjukkan bahwa rata-rata nilai perkecambahan R. mucronata yang disimpan selama satu minggu berbeda nyata dan lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang tanpa penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa propagul dengan perlakuan tanpa penyimpanan mempunyai kondisi vigor propagul lebih rendah bila dibandingkan dengan propagul dengan perlakuan penyimpanan sampai minggu pertama. Peningkatan vigor propagul pada perlakuan penyimpanan sampai satu minggu diduga terjadi karena faktor karakteristik dari propagul dimana dengan perlakuan penyimpanan yang relatif singkat, maka kevigoran propagul justru meningkat. Peningkatan vigor tersebut dapat terjadi karena selama proses penyimpanan, propagul tetap bermetabolisme, merombak cadangan makanan untuk ditranslokasikan ke titik-titik pertumbuhan termasuk embrio sehingga embrio nantinya lebih siap untuk berkecambah pada saat dikecambahkan. Sedangkan pada propagul tanpa penyimpanan, proses tersebut terjadi pada saat propagul berada di persemaian sehingga nilai perkecambahan lebih rendah dibandingkan dengan propagul yang mendapat perlakuan penyimpanan selama satu minggu. Justice and Bass (2002) menyatakan bahwa vigor benih tertinggi tercapai pada saat benih masak secara fisiologis dan sejak itu benih perlahan-lahan kehilangan vigor dan akhirnya mati.

44 Hasil uji Duncan (Tabel 6) juga menunjukkan bahwa nilai perkecambahan kemudian mengalami penurunan dan berbeda nyata mulai dari perlakuan penyimpanan dua minggu sampai penyimpanan empat minggu. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi vigor propagul mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya periode simpan. Begitu pula berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 7 dan Tabel 8) menunjukkan bahwa nilai rata-rata kecepatan tumbuh dan nisbah pucuk akar semai propagul R. mucronata yang disimpan mengalami penurunan dan berbeda nyata dengan propagul yang tidak mendapat perlakuan penyimpanan (langsung tanam). Hal tersebut dapat terjadi karena dengan periode simpan yang semakin lama, maka akan semakin banyak cadangan makanan dalam propagul yang digunakan untuk proses metabolisme. Disamping itu kondisi fisik dan fisiologis juga semakin menurun termasuk kandungan kadar airnya sehingga viabilitasnya menurun. Schmidt (2000) juga menyatakan bahwa benih yang disimpan akan mengalami penurunan fisiologis secara alami atau penuaan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan hilangnya viabilitas. Dalam pengukuran NPA ini, pada propagul yang langsung tanam memiliki nilai NPA sebesar 0,0955 yang menunjukkan bahwa sampai umur semai 90 hari bagian terbesar dari semai adalah bagian akar. Dapat diketahui pula bahwa semakin lama disimpan, propagul akan menghasilkan semai yang mempunyai perakaran yang semakin berkurang baik dari segi jumlah, kekompakan maupun kekokohan akarnya bila dibandingkan dengan propagul yang langsung tanam. Pertumbuhan bagian akar yang lebih menonjol daripada bagian semai diduga karena jenis-jenis mangrove khususnya R. mucronata memerlukan perakaran yang kuat untuk tumbuh pada ekosistemnya. Nilai NPA yang kecil menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan pucuk lebih lambat dibanding akar pada propagul yang disimpan. Dengan kata lain, biomassa pucuk lebih kecil dibanding biomassa akar. Dari hasil uji Duncan (Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8) diketahui bahwa ratarata nilai perkecambahan, kecepatan tumbuh dan nisbah pucuk akar semai propagul yang di simpan di ruang AC lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang disimpan di ruang kamar. Hal tersebut menunjukkan bahwa ruang AC lebih mampu mempertahankan viabilitas propagul dibandingkan dengan ruang kamar

45 karena ruang AC memiliki suhu yang konstan atau stabil dibandingkan dengan ruang kamar. Sadjad (1980) menyatakan bahwa pada umumnya benih lebih dapat bertahan dalam viabilitasnya pada temperatur rendah daripada temperatur tinggi. Fluktuasi suhu berakibat jelek kepada viabilitas benih dibanding dengan suhu yang konstan. Begitu pula dengan propagul yang disimpan dalam media simpan sabut kelapa memiliki rata-rata nilai perkecambahan, kecepatan tumbuh dan nisbah pucuk akar semai dari propagul yang berbeda nyata dan lebih tinggi dibanding propagul yang disimpan dalam media simpan serbuk gergaji. Hal di atas berhubungan positif dengan hasil kadar air dan daya berkecambah propagul R. mucronata. Dimana perlakuan penyimpanan propagul R. mucronata yang paling baik adalah dengan perlakuan penyimpanan di ruang AC dengan media simpan sabut kelapa karena lebih dapat mempertahankan viabilitas propagul dibandingkan dengan propagul yang disimpan di ruang kamar dengan media simpan serbuk gergaji. Selain memiliki kelembaban yang lebih tinggi, sabut kelapa juga memilki sifat menahan air, longgar, mudah di dapat dan tidak mahal. Keberhasilan suatu kegiatan penyimpanan ditunjukkan apabila suatu benih atau propagul selama penyimpanan tidak berakar atau kondisi penyimpanannya dapat mencegah perkecambahan propagul selama penyimpanan. Pada hasil presentase berakar pun dinyatakan bahwa dengan perlakuan penyimpanan di ruang AC sampai empat minggu penyimpanan mampu menghambat terjadinya perakaran. Pada hasil penelitian Anggraini (2000) tentang penyimpanan benih R. apiculata pada ruang kamar dengan media serbuk gergaji mampu mempertahankan viabilitas benih sampai empat minggu penyimpanan dengan daya berkecambah benih masih 100%. Sedangkan hasil penelitian Handayani (2003) tentang penyimpanan benih B. gymnorrhiza pada ruang AC dengan media sabut kelapa mampu mempertahankan viabilitas benih sampai empat minggu penyimpanan dengan daya berkecambah benih masih 100%. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyimpanan propagul R. mucronata dalam media sabut kelapa di ruang AC mampu membuatnya bertahan selama empat minggu dengan daya berkecambah 46,67%. Hasil ini akan bermanfaat untuk kegiatan penyimpanan R. mucronata yang waktu berbuahnya tidak setiap saat.

46 4.2.2 Pendugaan Viabilitas Propagul R. mucronata Berdasarkan Uji Belah (Cutting Test) Selain pengujian viabilitas propagul R. mucronata secara langsung, dapat pula dilakukan dengan cara pengujian viabilitas propagul secara tidak langsung dengan uji cepat viabilitas yaitu salah satunya dengan cara uji belah (Cutting Test). Uji belah merupakan uji cepat viabilitas paling sederhana, cepat dan murah dibandingkan dengan uji cepat viabilitas lainnya. Pengujian R. mucronata dilakukan setelah masa akhir periode simpan propagul, yaitu dengan cara membungkus propagul dengan menggunakan kertas merang terlebih dahulu selama 24 jam. Penggunaan kertas merang tersebut bertujuan untuk melembabkan propagul. Setelah itu, propagul dibelah secara vertikal atau memanjang dan kemudian mengamatinya secara langsung dengan mata telanjang atau dengan menggunakan kaca pembesar. Kriteria propagul R. mucronata viabel dan non viabel didasarkan pada penampakkan struktur tumbuh propagul, bila tampak segar dengan warna yang putih atau agak kekuningan maka benih tersebut dikatakan benih yang viabel. Sedangkan bila struktur tumbuh propagul tersebut nampak kering/keriput dan berwarna kecoklatan maka propagul dikategorikan sebagai propagul yang non viabel. Alfiani (2003) juga menyatakan bahwa kriteria benih viabel pada uji belah (Cutting Test) untuk benih jati adalah embrio dan kotiledon berwarna putih atau agak kuning dan segar. Sedangkan benih non viabel mempunyai ciri-ciri embrio dan kotiledon berwarna coklat dan kering/layu. Walaupun uji belah ini dapat dilakukan dengan cepat dan mudah tetapi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pendugaan viabilitas propagul bisa saja terjadi, karena dalam pengujian ini hasil yang diperoleh sangat tergantung pada penilaian dan ketelitian peneliti dalam mengamati struktur tumbuh propagul, sehingga pengalaman, keahlian dan latihan dalam pengerjaan pengujian viabilitas propagul dengan metode ini sangat diperlukan untuk meningkatkan ketelitian hasilnya.

47 Gambar 9 Penampakan Struktur Tumbuh Propagul R. mucronata yang Viabel pada Uji Belah. Gambar 10 Penampakan Struktur Tumbuh Propagul R. mucronata yang Non Viabel pada Uji Belah. Dari data yang diperoleh terlihat bahwa semakin lama perlakuan penyimpanan, maka semakin rendah struktur tumbuh propagul yang berwarna putih agak kekuningan hasil uji belah yang sejalan dengan hasil daya berkecambah yang semakin rendah pula. Dari Lampiran 12 menunjukkan bahwa rataan daya berkecambah hasil uji belah (Cutting Test) tidak berbeda nyata dan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rataan daya berkecambah hasil uji

48 perkecambahan langsung. Hal ini menunjukkan bahwa uji belah pada benih yang berukuran lebih besar cenderung lebih akurat dibandingkan dengan benih yang berukuran kecil. Pada hasil penelitian Alfiani (2003) tentang pendugaan viabilitas benih jati (Tectona grandis) menunjukkan bahwa hasil daya berkecambah benih jati untuk uji perkecambahan langsung lebih rendah dibandingkan dengan hasil daya berkecambah untuk uji belah. Hal ini diduga karena pendugaan viabilitas benih dengan uji belah hanya memberikan informasi bahwa benih tersebut viabel atau non viabel dan benih yang digunakan pun relatif berukuran kecil. Willan (1984) juga menyatakan bahwa pengujian dengan menggunakan uji belah kurang teliti bagi benih yang berukuran kecil karena menghasilkan angka perkecambahan yang lebih tinggi dari keadaan sebenarnya, serta pengujian ini sangat subjektif. Leloup (1955) menyatakan bahwa uji belah merupakan suatu metode uji cepat yang biasanya digunakan untuk menguji viabilitas benih dalam jumlah banyak. Uji ini dapat digunakan dilapangan untuk memperkirakan benih yang masak atau kualitas kumpulan benih dalam kegiatan pengumpulan benih. Tetapi uji ini cenderung kurang dapat dipercaya hasilnya karena terkadang hanya dengan melihat penampilannya secara langsung, benih tersebut seperti hidup padahal kalau dikecambahkan gagal berkecambah.