BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
salah satunya melalui media periklanan. Iklan memiliki dampak yang luas bagi khalayak serta dapat dikemas sedemikian rupa, sehingga produk yang ditawa

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang tidak mengenal batas membuat dunia bisnis harus dapat

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi pemasaran yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas sekarang ini, tingkat persaingan usaha di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu : Indomie, Mie Sedap, Sarimi dan Supermi 2. Pasar makanan mi instan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan

BAB I PENDAHULUAN. linguistik, sosiologi, psikologi, antropologi, politik dan ekonomi. Sifat

I. PENDAHULUAN. Sudah lama sektor consumer goods diwarnai ingar-bingar produk baru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. cepat tak terkecuali di Indonesia sendiri. Beragamnya produk yang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Teknologi yang berkembang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab ini, penulis akan menyimpulkan hasil penelitian yang telah dibahas di

BAB I PENDAHULUAN. Melihat perkembangan zaman dan teknologi yang ada pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. pesaing baru maupun pesaing yang sudah ada yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Setiadi (2003) Consumer Attitude merupakan makna. objek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menyebabkan terjadinya perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. memasarkan produknya. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya industri baru yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen makin kritis dalam memilih produk. Agar dapat unggul dalam

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. pastinya dapat mendatangkan keuntungan bagi produsennya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk membeli. Konsumen dalam melakukan suatu keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia periklanan saat ini semakin marak dengan ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Promosi atau promotion yang dalam dekade terakhir ini sering disebut juga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan produknya dan merebut pangsa pasar (market share) Durianto,

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan mampu mengelola dan menyampaikan informasi kepada konsumennya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari bauran komunikasi pemasaran atau bauran

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perhatian yang lebih, terutama dalam menghadapi kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat perkembangan ekonomi yang terbilang pesat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha Latar Belakang. Persaingan bisnis yang dilakukan antar perusahaan dalam mendapatkan calon

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Sikap..., Ferina Rahmawati, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Puspitasari 2009).

Marcomm Management RUANG LINGKUP BISNIS JASA PENDUKUNG EKSTERNAL MARCOMM/ADVERTISING AGENCY. Berliani Ardha, SE, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, Membangun dan mempertahankan identitas perusahaan, Meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. luas. Iklan juga sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan telepon seluler membutuhkan suatu jasa penyelenggara

MODUL MANAJEMEN PERIKLANAN (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari iklan yang beredar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis saat ini membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. data Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan Dan Minuman Indonesia

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan penuh dengan

PENDAPAT MAHASISWA TENTANG PENGGUNAAN HERJUNOT ALI SEBAGAI CELEBRITY ENDORSER DALAM IKLAN TVC NU GREEN TEA MADU VERSI HAUS BANDEL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu dari ujung tombak dala m menunjang keberhasilan pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh

I. PENDAHULUAN. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung. alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin terintegrasi tanpa rintangan dan batas teritorial negara. Hal ini membuat

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mempertahankan konsumen dan memperluas pangsa pasar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

BAB I PENDAHULUAN. dan dampaknya bagi perusahaan adalah semakin beragam pilihan jenis media

BAB I PENDAHULUAN. produsen harus pintar dan jeli dalam memasarkan produk yang dijualnya kepada

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan makin berkembangnya teknologi komunikasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Periklanan di Indonesia mengalami perkembangan semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkat-/2 (diakses 10 Desember 2012) 1

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. yaitu mengenai iklan TVC NU Green Tea versi Haus Bandel terkait dengan irasionalitas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Salah satu teknologi yang berkembang pesat yaitu media massa.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang besar dalam persaingan usaha. Setiap perusahaan akan

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta

BAB I PENDAHULUAN. ternyata dihabiskan di media digital antara lain untuk mengelola website personal

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, berbagai sektor industri mengalami tantangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan berbagai macam produknya kepada masyarakat. Berkembangnya industri

BAB I PENDAHULUAN. Iklan adalah sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan komunikasi

I. PENDAHULUAN. melakukan komunikasi pemasaran atau yang lebih dikenal dengan promosi.

ANALISIS PENGARUH ATRIBUT PRODUK MIE SEDAP TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Teh Hijau merupakan jenis teh tertua yang dalam pembuatannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pemasaran merupakan segala kegiatan usaha untuk membujuk,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. juga semakin ketat hal ini terjadi seiring munculnya beberapa produk obat -

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini, media massa tidak akan mungkin berdiri statis di tengah-tengah, media

BAB I PENDAHULUAN. (produsen atau pengiklan), pesan, media massa, komunikan (audiens), dan efek

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bergerak di bidang pertanian dan perkebunan karena Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sehebat apapun teknologi, tanpa adanya suatu kreativitas, ibarat sayur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dengan perkembangan ini membuat segala hal dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini banyak

Selain itu, dari segi perencanaan anggaran periklanan, media primer biasanya mendapatkan dana yang jauh lebih besar daripada media sekunder.

Tugas: Analisis Strategi Pemasaran Teh Botol Sosro (STP&4P) Strategi Pemasaran STP (Segmentation, Targetting and Positioning)

BAB I PENDAHULUAN. dapat merebut pangsa pasar yang lebih luas. oleh perusahaan untuk mengarahkan komunikasi dalam rangka

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Iklan yang setiap hari kita lihat dan dengar bukan merupakan hal yang baru dalam sejarah komunikasi dan pemasaran Indonesia, bahkan dunia. Perpustakaan Nasional menyimpan bukti sejarah yang menunjukkan bahwa iklan telah ada di Indonesia sejak lebih dari seratus tahun yang lalu (Kasali 7). Iklan itu sendiri muncul sebagai bentuk kebutuhan produsen untuk mengkomunikasikan produk, baik barang maupun jasa, atau pun perusahaannya kepada khalayak tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain memberikan informasi, menurut Frank Jefkins, iklan biasanya juga mempersuasi khalayak untuk membeli produk (Kapoyos 1). Iklan-iklan ini dapat tersampaikan kepada khalayak melalui bantuan media. Wells, Burnett, dan Moriarty menyatakan bahwa media itu sendiri adalah saluran komunikasi yang membawakan pesan dari pengiklan kepada khalayak (12). Media dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu media tradisional dan non-tradisional atau sering disebut juga media baru atau new media (Sissors dan Bumba 4). Media tradisional adalah media massa yang umum digunakan untuk beriklan antara lain koran, majalah, televisi, radio, dan media luar ruang seperti billboard dan lainnya. Sedangkan media baru ialah media selain yang termasuk dalam kelompok tradisional yang dapat digunakan untuk beriklan seperti internet, ambience, dan banyak lainnya. Dari sekian banyak media yang dapat digunakan untuk beriklan, sampai saat ini televisi masih menjadi media favorit para pengiklan untuk mengkomunikasikan produknya. Hal ini dikarenakan televisi mempunyai kelebihan dibandingkan media-media lainnya. Menurut Wells, Burnett, dan Moriarty hal ini disebabkan karena iklan televisi yang efektif menggabungkan elemen audio dan visual atau sebaliknya (350). Oleh karena itu, tidak heran apabila hingga saat ini televisi sering dijadikan sebagai media utama untuk beriklan.

2 Di Indonesia sendiri, posisi televisi sebagai media yang paling sering digunakan dalam beriklan terlihat jelas dalam belanja iklan. Hasil data Nielsen Advertising Services dari Nielsen Media Research Indonesia menyatakan bahwa total belanja iklan di media cetak dan televisi sampai dengan semester I tahun 2008 telah mencapai Rp19,56 triliun ( Pangsa Pasar Iklan di Media Cetak Naik ). Di situs berita online Media Indonesia dikatakan bahwa belanja iklan semester I tahun ini tercatat paling tinggi selama tiga tahun terakhir. Dalam situs ini juga disebutkan Maika Randini sebagai Manajer Senior Pengembangan Bisnis dari Nielsen Media Research mengungkapkan bahwa televisi meraih 62% dari total belanja iklan semester I tahun 2008, sementara media cetak meraih 34% dan majalah 4% sisanya. Maika sendiri juga menyatakan bahwa para pengiklan masih lebih memilih media televisi sebagai tempat mereka beriklan ( Belanja Iklan Semester 1/2008 Tertinggi dalam Tiga Tahun Terakhir ). Melalui belanja iklan di atas, tampak jelas dominasi televisi sebagai media paling favorit digunakan untuk beriklan di Indonesia. Tingginya persen total belanja iklan televisi ini ternyata telah terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya. Dalam situs My Media Blogs disebutkan belanja iklan televisi meraih 66% dari total keseluruhan belanja iklan pada tahun 2006 yaitu sejumlah Rp 20,51 triliyun. Di tahun berikutnya, jumlah belanja iklan televisi meningkat hingga Rp 23,121 triliyun. Jumlah ini merupakan 63% dari total keseluruhan belanja iklan tahun 2007 ( Belanja Iklan 2007 Bergeser dari Media TV ke Surat Kabar ). Dari data dua tahun terakhir, dapat kita lihat bahwa jumlah pemasangan iklan di televisi meningkat setiap tahunnya. Seiring dengan semakin banyaknya iklan yang ditayangkan, maka televisi pun menjadi semakin penuh oleh pesan-pesan dari produk. Menurut situs Detik Finance, jumlah iklan baru yang melibatkan rumah produksi diperkirakan mencapai 1.400 iklan per tahunnya atau sekitar 116 judul film iklan ( Belanja Iklan Triwulan I-2008 Naik 23% ). Jumlah stasiun televisi baik lokal maupun nasional yang selalu bertambah juga membuat benak khalayak semakin bertambah penuh oleh ribuan pesan yang diterima setiap harinya. Hal ini menjadikan iklan tidak efektif dan efisien lagi. Penonton tidak mampu lagi mengingat iklan yang ditayangkan karena terlalu banyak pilihan. Oleh karena itu, untuk merebut

3 perhatian khalayak diperlukan pendekatan-pendekatan yang unik dalam iklan. Salah satunya adalah dengan menggunakan budaya. Dalam memasarkan suatu produk, penting untuk memperhatikan aspek budaya lokal di mana produk akan dipasarkan. Iklan diharapkan mampu mengkomunikasikan produk atau jasa kepada masyarakat dengan lebih baik melalui pendekatan budaya etnik yang dianggap dekat dan sesuai dengan budaya lokal di tempat di mana suatu produk dipasarkan. Menurut penelitian Media Monitoring PT Surindo Utama tentang dampak iklan beberapa produk yang mereka teliti, ditemukan adanya fenomena bahwa iklan yang menggunakan identitas etnik atau pendekatan budaya lokal lebih cepat diterima dan diingat oleh masyarakat (Hidayati 6). Hal ini kemudian menjadi perhatian bagi para pengiklan Indonesia. Kekayaan multikultural di Indonesia sangat potensial bagi para pengusaha produk/jasa yang memberikan perhatian pada aspek kultural. Perusahaan dapat memanfaatkan keanekaragaman etnis dan budaya di Indonesia dalam strategi pemasaran produk atau jasa mereka. Begitu pula dengan biro iklan yang memanfaatkan unsur budaya lokal sebagai pendekatan dalam beriklan. Salah satu contoh iklan televisi yang menggunakan unsur budaya lokal ialah iklan televisi produk susu kental manis Indomilk versi Ini teh Susu yang dikeluarkan oleh agensi periklanan Leo Burnett. Contoh iklan lainnya yang juga menggunakan unsur budaya lokal antara lain iklan televisi produk mie instan Indomie versi Satu Selera, rangkaian iklan televisi produk rokok Sejati, dan iklan televisi produk minuman Coca Cola versi All People Drinking It. Para biro iklan menggunakan unsur-unsur budaya lokal dengan tujuan agar khalayak merasa bahwa iklan tersebut dekat dengan (budaya) mereka sehinga iklan tersebut mudah diterima dan diingat oleh khalayak. Penggunaan unsur budaya lokal dalam iklan ini pun diharapkan mampu menarik respon khalayak, khususnya respon positif. Hal ini tentunya dengan mempertimbangkan bahwa khalayak akan menyukai iklan tersebut karena di dalamnya terdapat unsur-unsur dari budaya yang juga dipegang oleh khalayak tersebut. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan perusahaan ABC President. Di tengah kebangkitan iklan yang menggunakan budaya lokal untuk menarik respon

4 yang lebih dari khalayaknya, produsen ABC President justru memilih menggunakan unsur budaya asing dalam salah satu iklan produk minumannya dengan merek Nu Green Tea. Pada artikel Men Behind NU TEA Gun di majalah Marketing Mix disebutkan bahwa Nu Green Tea dari ABC President merupakan pionir di kategori minuman green tea dalam kemasan. Produk ini baru masuk ke pasar pada bulan September 2005. Kemudian diikuti oleh sejumlah pesaing diantaranya Zest Tea dari PT Tang Mas, Frestea dari perusahaan patungan Nestle dan Coca-Cola, dan Joy Tea dari Teh Sosro (80-81). Menurut Nurkori, Product Manager PT ABC President, hingga tahun 2008 ini Nu Green Tea masih menguasai lebih dari 50% pangsa pasar green tea di Indonesia. Dalam majalah ini, Nu Green Tea juga disebut sebagai merek yang pertama kali agresif berpromosi dan berhasil merebut awareness melalui iklan dan berbagai kampanye below the line. Hal inilah yang kemudian sukses menjadikan Nu Green Tea dipersepsikan sebagai pionir di kategorinya. Kesuksesan ini tak lepas dari munculnya iklan televisi Nu Green Tea yang tampil unik dan berbeda dengan unsur budaya asingnya. Iklan Nu Green Tea yang menggunakan unsur budaya asing ini ialah iklan televisi versi Traditional Japanese Song. Adapun unsur budaya asing yang digunakan pada iklan ini tepatnya berasal dari Jepang. Iklan ini dimulai dengan munculnya seorang tokoh pria pribumi berjalan sambil membawa sebotol Nu Green Tea di tangannya. Pria ini lalu duduk bersebelahan dengan seorang wanita yang memiliki ciri fisik layaknya seorang Jepang di sebuah bangku di pinggir jalan dengan latar gedung-gedung tinggi perkotaan. Pria ini lalu meminum Nu Green Tea yang dibawanya dan setelah itu tiba-tiba ia bisa bernyanyi dalam bahasa Jepang. Sesaat pria ini berhenti bernyanyi dan tampak keheranan akan apa yang baru saja ia lakukan. Melihat si pria dapat berbicara bahasa Jepang, si wanita pun lalu mengajak pria tadi berbicara dalam bahasa Jepang. Si pria ini bertambah heran karena ia tidak mengerti apa yang diucapkan si wanita kepadanya. Dengan wajah bingung, ia lalu berkata dalam bahasa Indonesia Ga ngerti... kepada si wanita. Kemudian lokasi berubah menjadi kebun teh dengan latar belakang sebuah gunung yang tampak seolah-olah

5 seperti Gunung Fuji yang terkenal dari Jepang. Dan muncul para petani yang mengenakan kimono menyanyikan lanjutan lagu Jepang yang semula dinyanyikan si tokoh pria. Para petani ini bernyanyi sambil menarikan tarian tradisional Jepang yang sering disebut bon odori. Di situs resmi perusahaan ABC President disebutkan bahwa PT ABC President adalah perusahaan hasil kerjasama PT ABC Central Food of Indonesia dan Uni-President Enterprise Corporation of Taiwan. Meskpun bekerjasama dengan perusahaan Taiwan, namun PT ABC President merupakan perusahaan Indonesia dengan lokasi pabrik seluas 7,6 hektar di Karawang, Jawa Barat. Produk hasil perusahaan ini antara lain adalah Mi ABC dan Nu Green Tea adalah produk buatan Indonesia. Iklan televisi ini sendiri dibuat oleh biro iklan lokal yaitu Neo Indonesia yang berkantor di Jalan Cibeber III nomor 1 Jakarta Selatan. Pada saat proses produksi, iklan ini juga ditangani oleh sutradara iklan yang berasal dari Indonesia yaitu Sim F. Penggunaan unsur-unsur budaya asing dalam iklan Nu Green Tea ini cukup unik dan kontradiktif. Ketika iklan-iklan lain menggunakan unsur budaya lokal untuk membuat khalayak merasa dekat dengan iklan sehingga diharapkan lebih mudah menerima, mengingat iklan dan memberikan respon yang positif, iklan Nu Green Tea ini justru memilih menggunakan unsur budaya asing yang jauh dari khalayak. Keingintahuan akan bagaimanakah khalayak akan merespon iklan dengan unsur budaya asing yang diasumsikan jauh dari khalayak inilah yang memicu peneliti memutuskan untuk meneliti iklan ini. Selain itu, peneliti juga melakukan penelitian ini dikarenakan masih sedikitnya penelitian mengenai budaya dalam iklan. 1. 2 Permasalahan Penelitian Pada iklan televisi Nu Green Tea ini terlihat jelas penggunaan unsur budaya asing di dalamnya yaitu budaya Jepang. Penggunaan unsur budaya asing dalam iklan ini tampak jelas pada penggunaan bahasa Jepang yang digunakan dalam dialog tokoh dalam iklan dan pada penggunaan lagu tradisional daerah Jepang sebagai musik pengiring iklan. Selain itu unsur budaya Jepang juga

6 muncul dalam bentuk perlengkapan berupa kimono yang dikenakan tokoh dalam iklan serta setting tempat yang dibuat seolah-olah seperti berada di Jepang. Inti pesan yang ingin disampaikan dalam iklan ini adalah bahwa produk teh dalam kemasan (dalam penelitian ini adalah produk Nu Green Tea) yang mereka jual berkualitas tinggi karena berasal dari pucuk daun teh terbaik. Gambaran pucuk daun teh terbaik dalam iklan ini diwakilkan oleh daun teh yang seolah-olah berasal dari Jepang. Hal ini menjadikan seolah-olah produk Nu Green Tea tersebut benar-benar berasal dari Jepang. Padahal sebenarnya Nu Green Tea diproduksi oleh produsen Indonesia yaitu PT ABC President. Iklan ini sendiri dibuat oleh biro iklan Indonesia yaitu Neo Indonesia. Penggunaan unsur budaya asing yang dilakukan oleh pengiklan dalam iklan televisi Nu Green Tea ini memang unik dan berbeda. Iklan-iklan lain muncul dengan menggunakan salah satu atau lebih ciri etnis yang ada di Indonesia agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Khalayak juga diharapkan lebih mudah memberikan respon positif terhadap iklan dengan adanya unsur budaya lokal yang dekat dengan khalayak dalam iklan. Iklan Nu Green Tea ini justru muncul dengan menggunakan unsur budaya asing yang bisa dibilang kurang dipahami oleh masyarakat Indonesia yang merupakan khalayak sasarannya. Unsur budaya Jepang yang ada dalam iklan ini bisa dikatakan jauh dari budaya yang dipegang oleh khalayak Indonesia. Hal ini tentunya berpotensi membuat iklan dengan budaya asing ini jadi lebih sulit untuk diterima oleh khalayak. Hal ini juga memungkinkan khalayak jadi lebih sulit untuk memberikan respon positif terhadap iklan dengan unsur budaya asing. Peneliti pun tertarik melakukan penelitian ini untuk melihat bagaimana sesungguhnya respon khalayak terhadap penggunaan unsur budaya asing dalam iklan? 1. 3 Tujuan Penelitian Untuk mendeskripsikan respon khalayak terhadap penggunaan unsur budaya asing dalam iklan.

7 1. 4 Signifikansi Penelitian 1. 4. 2 Signifikansi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmiah tentang penggunaan unsur-unsur budaya dalam iklan yang bisa dibilang belum banyak dalam dunia periklanan Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi para akademisi yang tertarik akan studi tentang respon khalayak terkait dengan budaya dalam iklan atau topik lain yang berkaitan. 1. 4. 1 Signifikansi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada para pengiklan tentang respon yang diberikan khalayak pada iklan yang menggunakan unsur budaya asing di dalamnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan, khususnya bagi divisi kreatif yang ingin menggunakan atau mengadaptasikan unsur budaya asing dalam iklannya. Peneliti juga berharap penelitian ini dapat membantu para pengiklan menentukan penggunaan unsur budaya yang seperti apa yang efektif untuk mencapai tujuan beriklan yang diinginkan.