BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu

BAB II MADZHAB-MADZHAB TEOLOGI DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB II PENGENALAN TERHADAP TUHAN

BAB IV ANALISA. dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas.

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA

Dalam sejarah pemikiran Islam klasik, ada kontroversi qadarîyahjabarîyah

BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA

= DAILY MOTIVATION SKILL = disampaikan oleh

`BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

TERJEMAH KITAB JAWAHIRUL KALAMIYYAH

Aqidah beliau tentang tauhid (Pengesaan Allah) dan tentang tawassul syar i serta kebatilan taw assul bid i

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

BAGIAN 3 TELAAH NORMATIF

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

JIKA ALKITAB SATU-SATUNYA OTORITAS KITA DALAM AGAMA, MENGAPA MANUSIA MENAFSIRKAN ALKITAB SECARA BERLAINAN?

SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan)

QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid

Pilihlah Jawaban yang paling tepat

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Agama Sebagai Sarana Mengenal Tuhan POKOK GAGASAN

BAB VI KESIMPULAN. Sebagai sebuah cerita yang diciptakan pada awal abad ke sebelas, Risalah al-

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan.

ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono. Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4)

ASTA CITRA ANAK INDONESIA

Bimbingan Ruhani. Penanya:

BAB I PENDAHULUAN. tindakan-tindakan tertentu untuk bertahan hidup. Tindakan-tindakan. tersebut selanjutnya menjadi sebuah kebudayaan.

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan karena manusia diciptakan

A: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini?

SYAHADAT Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seorang mualaf sebagai Muslim baru, mereka membutuhkan teman,

KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH. Makalah. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : ILMU TAUHID. Dosen Pengampu : Drs.

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

Kitab (Al-qur an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, (sebagai) petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa (Q.S. Al-Baqarah : 2) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat

BAB II LANDASAN TEORI

Apakah Allah Mengharapkan Terlalu Banyak?

Ringkasan Putusan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

Kerohanian Zakharia Luk 1:5 7, Ev. Andrew Kristanto

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.

BAB I. Pendahuluan. melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam membangun keluarga

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

Ordinary Hope. Timothy Athanasios

Bismillah MAKNA BERSAKSI Apakah bersaksi artinya kita mesti melihat apa yang kita persaksikan?

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

Ellen White & Tes Kesempurnaan yang Salah

I Pendahuluan. Proses Usaha. Doa. Peluang

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas tentang

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

TINJAUAN TENTANG HUBUNGAN TENTANG KEHENDAK TUHAN DENGAN KEADILAN TUHAN Oleh : sariah

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #32 oleh Chris McCann

UKDW BAB I PENDAHULUAN

KRITIK TERHADAP ALIRAN AL MATURIDIYAH

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

4/12/2013 RABBANIYYAH RABBANIYYAH 1) PRINSIP RABBANIYYAH

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. plato, dia lebih menghargai kebenaran ketimbang plato. Aristoteles pernah

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

Transkripsi:

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM Dari hasil paparan bab sebelumnya, yang telah mengupas secara jelas problematika ataupun permaslahan teologi, baik dalam prespektif para teolog dan masing-masing tokoh agama Suku Samin yang ada di Desa Tapelan. Dari hal itu kiranya dapat dianalisa berkenaaan dengan pandangan teologis dari para tokoh agama dengan menggunakan pisau analisa konsep teologis yang ada, yang telah dikembangkan oleh para teolog Islam terdahulu dengan madzhabnya masingmasing. Juga menggunakan pisau analisa konsep teologi yang ada pada aliranaliran kebatinan dan kepercayaan yang berkembang di Indonesia, dengan begitu kita bisa mengetahui pandangan teologi dari ajaran Samin. Sehingga nantinya akan terlihat pergeseran dari teologi aliran kebatinan dan kepercayaan yang dulu di yakini yang berupa teologi ajaran Samin, dengan teologi Islam yang sekarang ini di jadikan pegangan hidup sebagai orang yang memeluk agama Islam. Serta akan terlihat kecenderungan pandangan para tokoh agama terhadap teologi Islam atau bahkan mungkin muncul konsep baru yang lain dari konsep-konsep teolog terdahulu yang dengannya menepati posisi tersendiri dalam problematika teologi. A. Sifat-sifat Tuhan Berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan, dalam ajaran Samin para tokoh agama Suku Samin berpandangan dan memahami bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat, karena seperti manusia yang mempunyai sifat-sifat yang melekat 70

71 pada dirinya, ini akibat dari keyakinan dalam ajaran Samin yang mengganggap diri manusia adalah Tuhan bagi dirinya sendiri Tuhan bagi istrinya dan Tuhan bagi keluarganya, diri manusia sejatinya adalah Tuhan. Dengan begitu sifat-sifat Tuhan dan sifat-sifat manusia sama. Menganggap dirinya inkarnasi dari dzat yang luhur, bersemangat, sakti, kebal dari kematian, manunggal dengannya, menguasai wujud penampilannya, tidak mendapat suatu kesulitan, berkelana kemana-mana, tidak merasa haus dan lesu, tanpa sakit dan lapar, tiada menyembah Tuhan yang lain kecuali setia terhadap hati nurani, segala sesuatu yang terjadi adalah ungkapan dari kehendak dzat luhur yang melebur dalam dirinya. Dengan demikian jelas bahwa dalam ajaran Samin Tuhan mempunyai sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat manusia. Oleh karenanya sifat-sifat Tuhan melebur pada diri manusia yang kemudian timbul sifat-sifat pada manusia. Adanya kesatuan antara manusia dan Tuhan inilah yang mengakibatkan Tuhan mempunyai sifat-sifat konsekuensi dari keyakan bahwa diri manusia sejatinya adalah Tuhan. Sedangkan yang berkaitan dengan persoalan sifat-sifat Tuhan dalam Islam para tokoh agama Suku Samin tetap berpandangan bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat. sifat-sifat itu tidak kekal seperti kekekalan dzat Tuhan. Jika sifat-sifat itu kekal maka Tuhan bukan lagi dzat yang Maha Esa karena tidak ada suatu mahkluk yang kekal di dunia ini kecuali Tuhan itu sendiri jika sifat-sifat itu kekal justru akan menyamai Tuhan.

72 Sifat-sifat Tuhan jelas berbeda dengan sifat-sifat manusia memang dirasa ada kemiripan tetapi hal itu tidak sama, karena sifat-sifat yang dimiliki manusia masih terbatas oleh waktu dan tempat sedangkan sifat-sifat Tuhan tidak terbatas. Inilah yang membedakan antara sifat-sifat yang dimiliki manusia dengan sifat-sifat Tuhan. Manusia mempunyai sifat pengasih begitu juga Tuhan mempunyai sifat maha pengasih, manusia hanya mempunyai sifat pengasih yang terbatas oleh waktu dan tempat sedangka Tuhan tidak terbatas karena Ia maha pengasih. Dalam hal ini pemahaman tokoh agama Suku Samin di desa Tapelan mengenai sifat-sifat Tuhan, mempunyai kemiripan dengan pemikiran madzhab Asy ariah, yang mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat. Menurut madzhab Asy ariah, tidak dapat dipungkiri bahwa Tuhan mempunyai sifat, karena perbuatan-perbuatan-nya, disamping menyatakan bahwa Tuhan mengetahui, menghendaki dan sebagainya, juga menyatakan bahwa Tuhan mempunyai pengetahuan, kemauan dan sebagainya. 1 Dengan demikian dapat diketahui bahwa para tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan mengenai persoalan teologi berkenaan dengan sifat-sifat Tuhan lebih ada kemiripan pada pemikiran Asy ariah dibaanding dengan Mu tazilah ataupun Maturidiah. Dan hal ini yang dijadikan pegangan dan pedoman oleh sebagian para tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan sekarang ini. Sedangkan tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan yang lain masih memegang teguh ajaran 1 Harun Nasution, Teologi Dalam Islam Aliran-Aliran Sejarah: Analisa perbandingan (Jakarta: UI Press, 2007), 136.

73 Samin yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan. Mungkin ini akibat keterbatasan pengetahuan dan ruang lingkup pendidikan mengenai agama Islam. Dengan demikian, bisa dilihat bahwa ada pergeseran pandangan berkaitan dengan teologi mengenai sifat-sifat Tuhan, dimana sebagian para tokoh agama sudah menganut pandangan teologi Islam dan meninggalkan ajaran Samin, dan sebagian lagi masih tetap berpegang teguh pada ajaran Samin walau mereka sudah mengaku memeluk agama Islam. B. Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan Para tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan, mengakui bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan dan kehendak mutlak dalam ajaran Samin, hal itu karena sama halnya dengan manusia yang mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan apa yang ia inginkan. Kekuasaan manusia merupakan kekuasaan Tuhan. Diri manusia sendiri yang dianggapnya sebagi Tuhan mampu berkuasa, yaitu berkuasa terhadap dirinya sendri dan berkuasa terhadap apa yang ia inginkan. Manusia secara utuh mempunyai kekuasaan dann kehendak untuk melakukan sesuatu yang mereka bisa, kekuasaan untuk berbuat kekuasaan untuk bicara dan kekusaan untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini para tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan dalam ajaran Samin percaya kepada kekusaan dan kehendak mutlak Tuhan hanya saja kekuasaan dan kehendak itu ada pada diri manusia itu sendiri, konsekuensi dari ajaran yang menganggap dirinya sendiri adalah Tuhan.

74 Mengenai kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dalam Islam, para tokoh agama Suku Samin berpandangan tetap percaya pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Tuhan sebagai khalik dan manusia sebagai hamba atau ciptaan-nya, manusia tanpa kehendak Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi manusia tetap mempunyai kemampuan untuk bertindak berbuat dan melakukan apapun selama manusia berusaha penuh untuk hal itu. Karena kalau tidak berkeyakinan seperti itu tentu manusia tidak perlu mengerjakan perintah Tuhan dan hanya cukup berpangku tangan saja menunggu nasib. Dalam hal ini pandangan tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan ada kemiripan dengan pemikiran Asy ariah yang mengatakan bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan dan kehendak mutlak. 2 Tetapi lebih lanjut para tokoh agama menegaskan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk bertindak dan berbuat sesuai apa yang diinginkannya, tentunya dengan ikhtiyar yang sungguh-sungguh dengan begitu manusia tidak hanya pasrah menunggu nasib tanpa berusaha dan menjadikannya seseorang yang hanya bersikap pasif. Pandangan demikian agaknya lebih mirip dengan pemikiran Mu tazilah, yang memberi daya besar terhadap manusia yang berupa akal. Dengan demikian, pandangan para tokoh agama mencari jalan tengah diantara keduanya antara Asy ariah dan Mu tazilah dan tidak saling menyalahkan. Dalam hal ini yang diyakini dan dijadikan pegangan oleh tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan saat ini adalah ajaran Islam, mengenai persoalan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Walau ada di antaranya masih tetap 1990), 76. 2 Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas,

75 meyakini ajaran Samin dikarenakan mereka hanya sebatas tahu permaslahan tersebut dalam Islam dan tidak mengerti secara sepesifik sehingga yang diyakini benar dan dijadikan pedoman masih ajaran Samin, mereka hanya sebatas mendengar tetapi tidak meyakininya. Dengan demikian, bisa dilihat bahwa ada pergeseran pandangan berkaitan dengan teologi mengenai kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, dimana tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan sudah menganut pandangan teologi Islam dan meninggalkan ajaran Samin, dan diantaranya masih tetap berpegang teguh pada ajaran Samin. Meskipun mereka sudah mengaku memeluk agama Islam, yang mungkin bisa di akibatkan kurangnya pengetahuan dan kepahaman secara mendalam tentang ajaran Islam. C. Takdir dan Kebebasan Manusia Kaitanya dengan persoalan ini, para tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelaan berpendapat, bahwa berkaitan dengan takdir dan kebebasan manusia dalam ajaran Samin, sebenarnya kembali kepada keyakinan ajaran Samin yang menganggap dirinya sendiri adalah Tuhan. Sehingga takdir sebenarnya sudah melekat pada diri manusia itu sendiri, karena manusia yang membuat takdir itu, oleh karenanya diri manusia sudah diatur oleh dirinya sendiri yang mengaku sebagai Tuhan. Secara langsung dapat dipahami bahwa yang menentukan takdir adalah diri manusia sendiri. Konsekuensi dari hal itu maka kebebasan manusia dalam ajaran Samin tidak ada, karena telah ditentukan oleh takdir yang di buat oleh dirinya sendiri. Semua peristiwa akan terjadi berdasarkan dengan ketentuan yang

76 telah dibuat dirinya sendiri. Tetapi manusia mempunyai kebebasan dalam membuat dan menentukan apa yang akan ditakdirkan untuk dirinya sendiri. Maka dalam persoalan ini para tokoh agama Suku Samin berpandangann bahwa takdir itu ada dan telah ditentukan sedangkan mengenai kebebasan manusia para tokoh agama berpandangan bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan setelah dirinya sendiri menciptakan takdir itu, tetapi mempunyai kebebasan untuk membuat ketentuan takdir itu. Mengenai persoalan takdir dan kebebasan manusia dalam Islam, para tokoh agama Suku Samin berpendapat bahwa, takdir adalah ketentuan yang telah di ciptakan Tuahan untuk setiap manusia. Tetapi manusia juga di beri kebesan untuk memilih dan tanggung jawab atas pilihan itu, ada konsekuensi atas pilihan itu yaitu berupa takdir. Manusia diberi kebebasan untuk bertindak dan berusaha sesuai dengan kemampuan yang telah diberikan Tuhan yang berupa akaal pikiran. Dalam hal ini para tokoh agama memiliki kemiripan pada pemikiran Asy ariah, dimana semua kejadian itu adalah atas kehendak Tuhan dan bukan manusia. 3 Semua manusia sudah mempunyai takdirnya sendiri-sendiri yang telah diciptakan oleh Tuhan. Walaupun begitu mereka tetap percaya pada kehendak yang dimiliki manusia dengan diberi akal pikiran oleh Tuhan agar bisa menggunakan segenap kemampuan untuk berbuat dan bertingkah laku sebatas tidak melangggar rambu-rambu yang di tentukann Tuhan. Pandangan ini kalau ditelaah agaknya ada kemiripan pada pemikiran Mu tazilah yang 3 Harun Nasution, Teologi Dalam, 110.

77 memberikan daya yang besar terhadap akal manusia, tetapi penggunaan akal disini tidak sebebas sepaerti apa yang dikemukakan Mu tazilah. Hal tersebut yang dijadikan pegangan dan pedoman oleh sebagian para tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan sekarang ini. Sedangkan tokoh agama Suku Samin yang lain, masih memegang teguh ajaran Samin yang berkaitan dengan takdir dan kebebasan manusia. Dengan demikian, bisa dilihat bahwa ada pergeseran pandangan berkaitan dengan teologi mengenai takdir dan kebebasan manusia, dimana sebagian para tokoh agama suku Samin di desa Tapelan sudah menganut pandangan teologi Islam dan meninggalkan ajaran Samin, dan sebagian lagi masih tetap berpegang teguh pada keyakinan ajaran Samin mengenai takdir dan kebebasan manusia meskipun sudah mengaku memeluk Islam. D. Konsep Iman Mengenai konsep iman, para tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan dalam ajaran Samin menegaskan bahwa iman merupakan kepercayaan dalam hati kemudian di ucap dengan lisan dan dilakukan dengan tindakan tidak cukup diyakini dalam hati tetapi juga di ucapkan dan dibuktikan dengan tindakan. Dengan demikian, antara hati, ucapan dan tindakan itu harus sesuai dan saling terkait. Menurut mereka, aku tidak akan bicara kalau tidak ada keyakinan dalam hatinya dan tidak akan bertindak kalau tidak ada keyakinan dalam hatinya. Antara keyakinan dalam hati, ucapan dan tindakan itu harus sama seperti orang Samin yang selalu jujur dan lugu dalam kehidupan sehari-hari. Maka dalam persoalan iman, tokoh agama

78 Suku Samin di Desa Tapelan berpandangan bahwa iman harus diyakini dalam hati di ucapkan denngan lisan dan harus direalisasikan dengan tinndakan. Kaitanya dengan persoalan konsep iman dalam Islam, para tokoh agama Suku Samin berpendapat sama dengan halnya dengan ajaran Samin bahwa iman adalah berupa keyakinan dalam hati dan diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan tindakan. Tidak hanya berupa keyakinan dalam hati saja. Akan tetapi ada diantara para tokoh agama yang berpendapat bahwa iman dalam Islam hanya keyakinan dalam hati. Hal ini menurut mereka karena dalam Islam yakin dalam hati saja sudah termasuk orang yang beragama Islam. Dalam hal ini para tokoh agama Suku Samin mempunyai kemiripan dengan pemikiran Mu tazilah, bahwa iman tidak hanya pembenaran dalam hati tetapi juga berbentuk pengalaman jasmani. 4 Akan tetapi tidak semua tokoh agama mempunyai kecondongan seperti itu, karena diantara mereka justru mempunyai kecenderungan dengan pemikiran Asy ariah, dimana konsep iman menurut Asy ariah al-iman huwa al-tasdiq bi Allah (menerima sebagai benar informasi tentang adanya Allah). 5 Oleh karena itu, iman berarti tasdiq (pembenaran dalam hati). Penerimaan dalam hati dengan lisan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Hal tersebut yang dijadikan pegangan dan pedoman oleh para tokoh agama Suku Samin di Desa Tapelan sekarang ini, berkaitan dengan konsep iman. Para tokoh agama tidak semua ada kemiripan dengan pemikiran 4 Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu tazilah (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 89. 5 Harun Nasution, Akal dan wahyu dalam Islam (Jakarta: UI Press, 1986), 143.

79 Mu tazilah tetapi juga ada di antara mereka ada kemiripan dengan pemikiran Asy ariah. Dengan demikian, bisa dilihat bahwa ada pergeseran pandangan berkaitan dengan teologi mengenai konsep iman, dalam ajaran Samin semua tokoh agama berpandangan, iman yaitu keyakinan dalam hati kemudian di ucapkan dengan lisan dan diwujudkan dalam tindakan. Tetapi ketika menanggapi konsep iman dalam Islam sebagian tokoh agama diantaranya sama dengan iman dalam konteks ajaran Samin, hanya saja yang di imani berbeda kalau dalam Islam iman kepada Tuhan Allah, tetapi kalau dalam ajaran Samin berhubung ajarannya mengganggap dirinya sendiri Tuhan berarti konsekuensi Iman kepada dirinya sendiri. Dan sebagian tokoh agama yang lain berpandangan bahwa konsep iman dalam Islam hanya keyakinan dalam hati tentang pembenaran tentang adanya Allah.