I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

Polymorphism of GH, GHRH and Pit-1 Genes of Buffalo

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Ternak Lokal

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banteng liar. Para ahli meyakini bahwa penjinakan tersebut telah dilakukan sejak

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERAGAMAN GENETIK GEN HORMON PERTUMBUHAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA SAPI SIMMENTAL. Disertasi HARY SUHADA

BIO306. Prinsip Bioteknologi

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Sumber :

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein

PENDAHULUAN Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna dkk. (2005) mengemukakan taksonomi ayam kampung adalah

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

POLIMORFISME GEN GROWTH HORMONE SAPI BALI DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH NUSA PENIDA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Sapi Friesian Holstein (FH) Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (2009)

Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects

PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi

PROGRAM DOKTOR ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN IPB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

STUDI KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK KERBAU BENUANG DI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

I. PENDAHULUAN. Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang populasinya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen BMPR-1B dan BMP-15

PENETAPAN RUMPUN KAMBING MARICA SEBAGAI PLASMA NUTFAH KAMBING LOKAL ASLI SULAWESI SELATAN Oleh : M. Nuryadi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

IDENTIFIKASI VARIASI GENETIK KERBAU (Bubalus bubalis) LOKAL LUMAJANG BERBASIS PENANDA MIKROSATELIT

EKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG. Tujuan : Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan frekuensi alel dan gen.

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD)

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

I. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung

II. TINJAUAN PUSTAKA. runcing mendukung burung ini untuk terbang lebih cepat. Burung walet sarang

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh

I. PENDAHULUAN. Madura, Aceh, Pesisir, dan sapi Peranakan Simmental. Seperti sapi Pesisir

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6. Analisis Frekuensi Gen GHPada Populasi Sapi PO

TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang

I.PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keragaman Protein Plasma Darah

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) LINGKAR DADA TERNAK SAPI PO

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 7. Analisis Polimorfisme Gen GHUntuk ProduktivitasTernak Sapi PO

TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Sapi Lokal Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul Sapi di Indonesia

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) PANJANG BADAN TERNAK SAPI PO

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendirikan FAO Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan mengatur pemanfaatan dan konservasi keanekaragaman sumber daya genetik ternak lokal negara negara anggotanya dan salah satu anggotanya adalah Indonesia (Tiesnamurti et al., 2011). Ternak lokal di Indonesia memiliki keanekaragaman plasma nutfah yang berlimpah, salah satunya adalah domba lokal. Domba lokal ini menyebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia, termasuk di Provinsi Jambi. Di Provinsi Jambi ternak domba lokal sudah cukup lama dipelihara oleh petani dengan penyebaran hampir merata mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Domba lokal yang terdapat di Provinsi Jambi adalah Domba Ekor Tipis (DET). Luasnya penyebaran DET karena ternak ini sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat, mempunyai fungsi ekonomis, sosial dan budaya serta mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi pakan yang berkualitas rendah, memiliki ketahanan yang cukup tinggi pada tekanan iklim setempat, memiliki daya tahan terhadap berbagai macam penyakit, tahan terhadap perubahan temperatur, kelembaban dan pengaruh iklim ekstrim, umur dewasa kelamin relatif cepat, tidak mengenal musim kawin sehingga dapat beranak sepanjang tahun. DET ini telah dipelihara masyarakat setempat secara turun-temurun, sehingga sudah menghasilkan puluhan generasi dan membentuk karakteristik khas, yang hanya dimiliki oleh ternak tersebut (Sumantri et al., 2007 ; Jarmuji, 2010). Di samping itu pengembangan DET perlu dilakukan untuk mengurangi impor daging, meningkatkan kesejahteraan petani peternak, menjaga

2 kelestarian sumberdaya hayati (plasma nutfah) dan membangun budaya masyarakat berkearifan lokal. Populasi DET di Provinsi Jambi dalam kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2014 terjadi peningkatan populasi dari 61.169 ekor menjadi 80.163 ekor, rata rata 6,21% per tahun. Namun peningkatan populasi ini disebabkan oleh adanya pemasukan ternak DET dari luar Provinsi sebanyak rata rata 1.702 ekor (2,37% ) pertahun, sedangkan pemotongan dalam kurun waktu yang sama meningkat dari 10.494 ekor menjadi 16.064 ekor dengan kenaikan rata rata 6,93%. (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi, 2014). Tingginya tingkat pemotongan DET dibandingkan dengan peningkatan populasi tentu akan menyebabkan kesenjangan. Kesenjangan ini jika dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan ternak DET yang ada di Provinsi Jambi akan menuju kepunahan sebagaimanai halnya terjadi pada ternak asli dunia yang diperkirakan 30% telah dikategorikan menuju kepunahan. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam upaya pelestarian plasma nutfah DET yang ada di Provinsi Jambi, di antaranya melalui pengumpulan data dasar berupa karakteristik penotipik dan genetik serta keragaman dalam populasi melalui karakterisasi. Karakterisasi pada umumnya, dapat dilakukan terhadap sifat yang bernilai ekonomis yang dikenal dengan karkteristik kuantitatif. Beberapa karakteristik kuantitatif diantaranya adalah bobot badan, pertambahan bobot badan, panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dalam dada dan lebar dada. Karaktristik kuantitatif ini banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan luar seperti ketersediaan pakan dan iklim. Hal ini menjadikan seleksi berdasarkan karakteristik kuantitatif membutuhkan waktu lebih lama serta jumlah ternak yang lebih banyak. Kemajuan teknologi di bidang molekuler pada awal tahun 1990 telah memainkan peran utama dalam mengkarakterisasi keragaman genetik dengan cepat dan

3 murah. Karakterisasi keragaman genetik yang berhubungan dengan sifat produksi yang bernilai ekonomis seperti pertumbuhan dapat dilakukan melalui analisis mendalam pada gen strukturalnya atau bagian lain yang berperan penting untuk pertumbuhan ternak. Salah satu gen yang diduga memiliki pengaruh pada pertumbuhan ternak adalah gen Growth Hormone (GH). Hormon pertumbuhan merupakan hormon anabolik yang disintesis dan disekresikan oleh sel somatotrof pada lokus anterior yang merupakan pengontrol sifat pertumbuhan yang keberadaan dan polimorfismenya penting untuk mendukung seleksi terhadap sifat pertumbuhan. (Ayuk dan Sheppard, 2006), gen penanda molekuler untuk sifat sifat pertumbuhan, gen (GH1 and CH2, IGF-1, POUIF1 and MSTN) (Alakili et al,. 2012) dan variasi biometrik (Hajihosseinlo et al., 2013). Karakterisasi dan identifikasi gen GH salah satunya dapat menggunakan penciri molekul Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP). PCR adalah suatu metode in vitro yang digunakan untuk mensintesis sekuens tertentu DNA dengan menggunakan dua primer oligonukleotida yang menghibridisasi pita yang berlawanan dan mengapit dua target DNA. Kesederhanaan dan tingginya tingkat kesuksesan amplifikasi sekuens DNA yang diperoleh menyebabkan teknik ini semakin luas penggunaannya. RFLP dapat mendeteksi sifat kodominan, artinya dapat membedakan antara yang homozigot dan heterozigot. RFLP juga memiliki tingkat polimorfisme yang tinggi dan secara luas telah digunakan untuk mendapatkan gambaran populasi genetik dan telah mempercepat karakterisasi sifatsifat yang bernilai ekonomi tinggi seperti pertumbuhan. Keberadaan dan keragaman gen GH menarik dikaji dihubungkan dengan karakteristik kuantitatif DET yang ada di Provinsi Jambi. Apakah perbedaan

4 keragaman ini disebabkan perbedaan gen GH yang dimiliki atau ragam dari variasi lingkungan. Hal ini diperlukan dalam rangka kajian genetika molekuler pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian di atas, dan terbatasnya informasi mengenai keragaman gen GH pada DET yang ada di Provinsi Jambi serta diharapkan diperoleh strategi pengelolaan dan seleksi dini DET, menjadi dasar dilakukan penelitian tentang Karakterisasi Keragaman Penotip dan Gen Hormon Pertumbuhan Domba Lokal Menggunakan Penciri PCR-RFLP di Provinsi Jambi. 1.2. Perumusan Permasalahan Penyebaran ternak DET cukup merata di Provinsi Jambi mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, sehingga cukup potensial untuk dikembangkan karena cukup adaptif pada berbagai kondisi lingkungan, Namun tingginya permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara produksi dan permintaan. Selama kurun waktu lima tahun terakhir 2010 2014, kenaikan populasi pertahun hanya 3,84 % sedangkan permintaan (pemotongan) meningkat rata rata 6,93% per tahun. Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus tentu mengakibatkan DET yang ada di Provinsi Jambi akan menuju kepunahan sebagaimana ternak asli dunia yang diperkirakan 30% telah dikategorikan menuju kepunahan, untuk itu agar DET yang ada di daerah ini tidak mengalami kepunahan perlu dilakukan upaya pelestarian. Salah satu upaya dalam rangka pelestarian DET yang ada perlu dicari data dasar melalui karakterisasi terhadap sifat kuantitatif yang bernilai ekonomis. Namun karakterisasi sifat kuantitatif umumnya kurang efektif karena memerlukan jumlah ternak yang lebih banyak dan waktu yang lama. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

5 teknologi yang cepat di bidang genetika molekuler dengan dilengkapinya genom domba dari waktu ke waktu memainkan peran utama dalam mengkarakterisasi keragaman genetik dengan cepat dan murah. Karakterisasi keragaman genetik yang berhubungan dengan sifat produksi yang bernilai ekonomis seperti pertumbuhan dapat dilakukan melalui analisis mendalam pada gen strukturalnya atau bagian lain yang berperan penting untuk pertumbuhan ternak di antarnya gen GH. Gen GH merupakan pengontrol sifat pertumbuhan yang keberadaan dan polimorfismenya penting untuk mendukung seleksi terhadap sifat pertumbuhan. Keberadaan dan keragaman gen GH menarik dikaji dihubungkan dengan karakteristik kuantitatif pada DET yang ada di Provinsi Jambi. Apakah perbedaan keragaman ini disebabkan perbedaan gen GH yang dimiliki atau ragam dari variasi lingkungan. Hal ini diperlukan dalam rangka kajian genetika molekuler pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan karakteristik kuantitatif ternak DET yang ada pada dataran tinggi dan dataran rendah di Provinsi Jambi? 2. Apakah ada perbedaan karakteristik gen hormon pertumbuhan DET pada dataran tinggi dan dataran rendah di Provinsi Jambi? 3. Apakah ada hubungan antara karakteristik gen hormon pertumbuhan dengan Karakteristik kuantitatif DET di Provinsi Jambi? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendapatkan data karakteristik kuantitatif DET pada dataran tinggi dan dataran rendah di Provinsi Jambi.

6 2. Mendapatkan data polimorfisme gen hormon pertumbuhan DET pada dataran tinggi dan dataran rendah di Provinsi Jambi. 3. Mendapatkan hubungan antara genotipe gen hormon pertumbuhan dengan karakteristik kuantitatif DET di Provinsi Jambi. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan ; 1. Dapat digunakan untuk menspesifikasi karakterisasi kuantitatif DET di Provinsi Jambi. 2. Dapat digunakan untuk menspesifikasi gen hormon pertumbuhan DET di Provinsi Jambi menggunakan penciri MspI dan AluI. 3. Dapat digunakan untuk seleksi dini ternak DET di Provinsi Jambi. 4. Menyediakan informasi yang dapat digunakan stakeholder sebagai pedoman perencanaan pembangunan peternakan DET dalam rangka pengembangan dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. 1.5. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan karakteristik kuantitatif ternak DET antara dataran tinggi dan dataran rendah di Provinsi Jambi. 2. Terdapat perbedaan polimorfisme penciri MspI dan AluI gen hormon pertumbuhan DET antara dataran tinggi dan dataran rendah di Provinsi Jambi. 3. Terdapat hubungan yang nyata antara genotipe MspI dan AluI gen hormon pertumbuhan dengan karakteristik kuantitatif DET di provinsi Jambi.

7 1.6. Kerangka Pemikiran Domba Lokal Ekor Tipis di Provinsi Jambi Apakah ada Perbedaan Fenotip Genetik Bagaimana Populasi DET Dataran Tinggi Dataran Rendah Ragam Penotipe Ragam Genotipe Sifat Kuantitatif BB dan PBBH, TP, PB, LD dan DD Deskriptif Uji t Keragaman Uji T-Hotelling AKU Sifat Kuantitatif BB dan PBBH, TP, PB, LD dan DD Gen GH PCR-RFLP MspI dan AluI Gen GH PCR-RFLP MspI dan AluI Analisi Penciri MspI dan AluI Frekuensi Genotipe dan Alel gen GH MspI dan AluI Nilai Heterozigositas PIC Keseimbangan Hardy-Weinberg Polimorfisme Polimorfisme Hubungan Gen GH dengan Sifat Kuantitatif Penciri Genetik untuk Seleksi Dini DET di Provinsi Jambi Gambar 1. Alur kerangka pemikiran penelitian