ANALISIS PERHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO BIAYA DAN TINGKAT PENYELESAIAN DALAM RANGKA PENGHEMATAN PAJAK BADAN

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Angka laba ini sangat penting bagi pemakai laporan keuangan untuk pengambilan. keputusan sehingga harus dihitung secara tepat.

Ruang Lingkup Jasa Konstruksi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. salah satunya perlakuan akuntansi pajak atas sewa dan imbalan jasa. Oleh sebab

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB V PENUTUP. PPN sesuai dengan hukum dan undang-undang yang berlaku. PT Tiga Muara Jaya selalu mengalami lebih bayar didalam penghitungan PPN.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI

PENERAPAN PP NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK BADAN PADA CV. ANUGERAH AGUNG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kegiatan Perusahaan Serta Perubahan Peraturan yang Terjadi Pada Perusahaan

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh koperasi KPRI Gotong

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara, pajak adalah salah

Judul : Mekanisme Penerapan PP Nomor 46 atas Omzet pada CV. X ABSTRAK

EVALUASI DAN ANALISIS PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPh BADAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI (STUDI KASUS PT. BUMI ADHI GAS)

Evaluasi Kewajiban Perpajakan PPh Badan Final Pada Perusahaan Jasa Konstruksi Pada PT. Andica Parsaktian Abadi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

BAB 1 PENDAHULUAN. tidaklah sedikit dan tidak mungkin untuk ditanggung oleh pemerintah sendiri.

SILABUS DAN SAP Berdasarkan KKNI September SILABUS PAJAK PENGHASILAN Dosen: Riris R. Sitorus,SE.,Ak.,M.Akt.

BAB II LANDASAN TEORI. Ilyas dan Richard Burton (2010:6), Pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan

Berdasarkan data penghasilan karyawan selama setahun pada tabel 4.1 dan tabel

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan tax planning PPh pasal 21 yang dilakukan oleh PT.

Siti Maimunah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan. Deta Uli Anggreni Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS-UP DALAM. PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA KARYAWAN TETAP KANTOR PDAM KABUPATEN KEBUMEN

Suci Anggreani Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pajak Penghasilan. Jasa Kontruksi. Penyetoran. Tata Cara.

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

Diasumsikan perusahaan melakukan pembayaran denda kurang bayar pada Januari 2016 dan harus membayar Rp

BAB IV PEMBAHASAN. Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB V PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT (2)

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

ANALISIS PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DALAM MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT. LINAS MANDIRI JOMBANG

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187/PMK.03/2008 TENTANG

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT 2. Pasal 4 ayat 2 Undang-undang Pajak Penghasilan menyebutkan, bahwa:

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

S-1081/PJ.313/2005 PENGENAAN TARIF ATAS JASA KONSTRUKSI (SE- 13/PJ.42/2002)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peraturan dan ketetapan, baik itu perubahan dari peraturan yang

BAB III PENUTUP. diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan. untuk membiayai pembangunan negara dan juga merupakan sumber

Copyright (C) 2000 BPHN

2017, No Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

CENDEKIA AKUNTANSI Vol. 1 No. 2 Mei 2013 ISSN

PENERAPAN KOREKSI FISKAL DAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV. A TAHUN PAJAK 2016

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari segala aspek kehidupan. Sebagai Negara yang sedang. pembangunan jembatan layang, atau infrastruktur lainnya.

EVALUASI REKONSILIASI FISKAL PENGHASILAN BADAN TAHUN 2009, 2010 DAN 2011 (STUDI KASUS: PT. TWD)

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

PENGARUH PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK BIAYA PEGAWAI PADA PT XYZ UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan suatu negara dalam

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pajak dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak.

ANALISIS KOMPARATIF PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS BANGUNAN MEMBANGUN SENDIRI DENGAN MEMBANGUN MELALUI JASA KONTRAKTOR ABSTRACT

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PADA BENTUK USAHA TETAP INDONESIA JEPANG (STUDI KASUS: PT TOYOFUJI SERASI INDONESIA)

ABSTRAK. Kata Kunci: Perencanaan Pajak, Penghematan Pajak. vi Universitas Kristen Maranatha

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH: LABORATORIUM PAJAK PENGHASILAN PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu, memajukan kesejahteraan umum. Agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa konsultan teknik, perencanaan konstruksi dan UKDW

PENERAPAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 197/PMK

BAB I PENDAHULUAN. secara keuangan. Sedangkan bagi Pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, , Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2008

ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. KARYA NATAL

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES PADA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI)

2013, No

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA IKLAN GUNA MENGHITUNG PAJAK YANG TERUTANG (Studi Kasus Pada PT. Kediri Intermedia Pers)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Pajak Kontemporer PPh Pasal 4 Ayat 2

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Analisis Pelaksanaan Penghitungan, Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada PT. Asno Horie Indonesia Tahun 2012 SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif

Transkripsi:

ANALISIS PERHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO BIAYA DAN TINGKAT PENYELESAIAN DALAM RANGKA PENGHEMATAN PAJAK BADAN Rully Noviastana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Kadiri ABSTRAK CV.Pramestya Adikarya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Tujuan yang hendak dicapai dengan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan Penghasilan Kena Pajak dengan menggunakan rasio biaya dan tingkat penyelesaian dalam rangka penghematan Pajak Badan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Penghasilan Kena Pajak, rasio biaya dan tingkat penyelesaian, dan Pajak Badan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, berupa data mengenai jasa yang ditawarkan, harga kontrak, akumulasi biaya, taksiran biaya penyelesaian, persentase tingkat penyelesaian, sejarah perusahaan dan struktur organisasi perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan berupa analisis desktiptif kuantitatif dan alat analisis yang digunakan berupa rasio biaya dan tingkat penyelesaian. Dari hasil penelitian CV. Pramestya Adikarya dalam memenuhi kewajiban Pajak Badannya, membayar sebanyak dua kali yaitu PPh Pasal 4 ayat 2 dan sehingga terjadi pemotongan pajak berganda. Dengan adanya pemotongan pajak berganda menghasilkan laba yang diterima perusahaan lebih sedikit. Kesimpulannya perusahaan jasa konstruksi dapat menghitung laba dengan menggunakan rasio biaya atau tingkat penyelesaian. Dalam hal pemotongan Pajak Badan antara perusahaan dengan Peraturan Pemerintah ada perbedaan. Di perusahaan terjadi pemotongan pajak berganda sedangkan dalam Peraturan Pemerintah hanya salah satu saja PPh Pasal 4 ayat 2 atau PPh Pasal 23 saja yang bisa dikenakan pada perusahaan. Dengan perpedoman pada Peraturan Pemerintah maka pajak terutang yang disetorkan ke negara dapat diminimalkan sehingga laba yang diterima juga lebih banyak. Kata kunci : Penghasilan Kena Pajak, Rasio Biaya dan Tingkat Penyelesaian, Pajak Badan. PENDAHULUAN Konstruksi adalah suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana yang meliputi pembangunan gedung, pembangunan prasarana sipil, instalasi mekanikal dan elektrikal. Dalam aktivitasnya perusahaan ini sangat membutuhkan informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu. Informasi yang dibutuhkan tidak hanya untuk pengambilan keputusan, tetapi juga untuk melakukan perencanaan dan pengendalian. Dalam melakukan perencanaan dan pengendalian kewajiban pajaknya, perusahaan jasa konstruksi dapat menggunakan sistem perpajakan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2008 yang diubah menjadi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi. Kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi Perusahaan Jasa Konstruksi sangat banyak diantaranya Pajak Badan yang diatur dalam Undang - undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Untuk menghitung Pajak Badan perusahaan jasa konstruksi, dapat dilakukan dengan 94

menghitung Penghasilan Kena Pajak perusahaan menggunakan rasio biaya dan tingkat penyelesaian untuk penghematan pajak. Rumusan masalah Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana perhitungan Penghasilan Kena Pajak menggunakan rasio biaya dan tingkat penyelesaian dalam rangka penghematan Pajak Badan. Setelah menghitung laba bruto, menghitung selisih laba bruto, dan menghitung Pajak Badan, selanjutnya melakukan analisis dari hasil perhitungan menggunakan cara rasio biaya dan tingkat penyelesaian. Dari kedua cara tersebut didapatkan hasil perhitungan Pajak Badan untuk penghematan pajak perusahaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian Pada perusahaan jasa konstruksi pelaksanaan yaitu pada CV. Pramestya Adikarya yang beralamat di Jalan Ringroad Selatan Perumahan Tamantirto Asri l No. K21 Kasihan Bantul Yogyakarta. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (Lumbantoruan, 1996) 1. Rasio biaya Harga kontrak Ak. biaya pertahun Taksiran biaya () Selisih laba bruto = selisih 2. Tingkat penyelesaian Tingkat penyelesaian (% x harga kontrak) Akumulasi biaya () Laba bruto Adapun langkah langkah analisis data dalam penelitian ini adalah : 1. Menghitung laba bruto 2. Menghitung selisih laba bruto 3. Menghitung Pajak Badan 4. Analisis hasil perhitungan x 95 Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data tahun 2009-2010. Data tahun 2009 untuk proyek peningkatan atau rehabilitasi jalan klodran Gose (NR.224) dengan nilai kontrak sebesar Rp.810.281.691,00. Sedangkan data tahun 2010 untuk proyek pembangunan sarana air bersih dengan nilai kontrak sebesar Rp.180.744.000,00. Dari hasil perhitungan proyek pada tahun 2009 untuk pembangunan jalan raya dengan nilai kontrak sebesar Rp.891.399.000,00 dapat diketahui total laba bruto yang diterima perusahaan baik menggunakan cara rasio biaya maupun dengan cara tingkat penyelesaian yaitu sebesar Rp.151.537.830,00. Sedangkan proyek tahun 2010 untuk pembangunan sarana air bersih dengan harga kontrak Rp.180.744.00,00 dapat diketahui total laba bruto yang diterima perusahaan baik menggunakan cara rasio biaya maupun dengan cara tingkat penyelesaian yaitu sebesar Rp.30.726.480,00. Untuk proyek yang selesai pada bulan September 2009 dengan harga kontrak senilai Rp 891.399.000,00 maka dapat diketahui: 1. Termin pertama = Rp490.269.450,00+(10% xharga kontrak) = Rp 490.269.450,00+(10%xRp891.399.000,00) =Rp 579.409.350,00 Sesuai dengan surat kontrak, uang muka sebesar Rp267.419.700,00 yaitu 30% dari nilai kontrak akan dibayarkan sebanyak tiga kali yaitu pada termin pertama, kedua dan ketiga

dengan perhitungan 10% dari harga kontrak pada masing-masing terminnya. Sehingga total termin Rp579.409.350,00 dan menghasilkan laba bruto sebesar Rp33.105.690,00. : yang harus dibayar = Rp 1.176.647,00+ (1/3 x Rp641.807,00) = Rp 1.390.583,00 PPh final pasal 4 ayat 2 yang harus dibayar =Rp 8.824.850,00+ (1/3 x Rp4.813.555,00) =Rp 10.429.368,00 Laba setelah pajak =Rp33.105.690,00- (Rp1.390.583,00+Rp10.429.368,00) =Rp 21.285.739,00 Karena perusahaan mempunyai nilai pengadaan kurang dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan memenuhi kualifikasi sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang maka menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi hanya dikenai PPh Pasal 4 ayat 2. Maka perhitungan laba yang diterima : = Rp 33.105.690,00 -Rp10.429.368,00 =Rp 22.676.322,00 Laba bruto yang diterima ditermin pertama sebesar Rp33.105.690,00 dikurangi PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar Rp10.429.368,00 sehingga laba bruto yang diterima sebesar Rp22.676.322,00. Selisih perhitungan laba antara perhitungan perusahaan yang memotong dan PPh Pasal 4 ayat 2 pada setiap terminnya dengan PP RI No.40 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan atas Usaha Jasa Konstruksi, yaitu sebagai berikut: = Rp 22.676.322,00- Rp 21.285.739,00 = Rp 1.390.583,00 Perusahaan dapat menghemat pajak Rp1.390.583,00 dari hasil perngurangaan laba bruto setelah penerapan PP RI No.40 dengan yang belum menerapkan, yaitu Rp22.676.322,00- Rp21.285.739,00 2. Termin kedua = Rp53.483.940,00+ Rp89.139.900,00 =Rp 142.623.840,00 Pada termin kedua sebesar Rp53.483.940,00 Rp89.139.900,00. Sehingga total termin Rp142.623.840,00 dan menghasilkan laba bruto sebesar Rp82.351.705,00. Rp128.362,00+Rp 213.936,00 =Rp 342.298,00 Rp962.711,00 + Rp 1.604.518,00 =Rp 2.567.229,00 Laba setelah pajak Rp82.351.705,00-(Rp342.298,00+ Rp2.567.229,00) =Rp 79.442.178,00 Rp342.298,00 Pada termin kedua laba bruto yang diterima sebesar Rp82.351.705,00. Kemudian dikurangi sebesar Rp342.298,00 dan PPh Pasal 4(2) sebesar Rp2.567.229,00 maka laba bruto setelah pajaknya menjadi Rp79.442.178,00. Sesuai dengan PP RI No.40 Tahun 2009 perusahaan dikenakan PPh Pasal 4(2) saja sehingga perusahaan dapat menghemat pajak sebesar Rp342.298,00 dari perhitungan laba bruto dikurangi PPh Pasal 4(2) yaitu Rp82.351.705,00 dikurangi Rp2.567.229,00 hasilnya Rp79.784.476,00 kemudian dikurangi dengan laba setelah pajak Rp79.442.178,00. 3. Termin ketiga = Rp35.655.960,00 + Rp 89.139.900,00 =Rp 124.795.860,00 Pada termin ketiga sebesar Rp35.655.960,00 Rp89.139.900,00. Sehingga total termin 96

Rp124.795.860,00 dan menghasilkan laba bruto sebesar Rp36.080.436,00. Rp85.574,00+ Rp 213.936,00 =Rp 299.510,00 Rp641.807,00+ Rp 1.604.518,00 =Rp 2.246.325,00 Laba setelah pajak RI No.40 Tahun 2009 perusahaan dapat Rp36.080.436,00-(Rp299.510,00 +Rp2.246.325,00) menghemat pajak sebesar Rp2.139.359,00. =Rp 33.534.601,00 Untuk proyek yang selesai pada bulan Agustus 2010 dengan harga kontrak senilai Rp Rp 299.510,00 180.744.000,00 maka dapat diketahui : Perusahaan dapat menghemat pajak sebesar 1. Termin pertama = Rp99.409.200,00 + Rp299.510,00 dari hasil perhitungan laba (10% x harga kontrak) bruto dikurangi yaitu = Rp 99.409.200,00 + 10%xRp180.744.000,00 Rp36.080.436,00 dikurangi Rp2.246.325,00 hasilnya Rp33.834.111,00 kemudian dikurangi dengan laba setelah pajak Rp33.534.601,00 sehingga laba yang bisa diterima sebesar Rp33.834.111,00 =Rp 117.483.600,00 Sesuai dengan surat kontrak, uang muka sebesar Rp54.223.200,00 yaitu 30% dari nilai kontrak akan dibayarkan sebanyak tiga kali yaitu pada termin pertama, kedua dan ketiga 4. Termin keempat = dengan perhitungan 10% dari harga kontrak Rp 44.569.950,00 pada masing-masing terminnya. Sehingga total termin = Rp 106.968,00 =Rp 802.259,00 Setelah dipotong pajak = Rp18.074.400,00 dan menghasilkan laba bruto sebesar Rp6.622.103,00. : Rp44.569.950,00-(Rp106.968,00+Rp802.259,00) =Rp 43.660.723,00 Selisih setelah dikoreksi = Rp 106.968,00 Perusahaan dapat menghemat pajak sebesar Rp106.968,00 dari hasil perhitungan termin keempat dikurangi yaitu Rp44.569.950,00 dikurangi Rp802.259,00 hasilnya Rp43.767.691,00 kemudian dikurangi dengan termin setelah dipotong dan yaitu Rp43.660.723,00. Jadi termin yang bisa diterima sebesar Rp43.767.691,00 Total hasil setelah dikoreksi = Rp 1.390.583,00 97 Rp 342.298,00 Rp 299.510,00 Rp 106.968,00 + Rp 2.139.359,00 Total selisih perhitungan pajak sebelum dan sesudah menerapkan PP RI No.40 Tahun 2009 Konstruksi untuk kontrak dengan nilai Rp 891.399.000,00 adalah sebesar Rp 2.139.359,00. Artinya dengan menerapkan PP yang harus dibayar = Rp 238.582,00 + (1/3 x Rp130.136,00) = Rp 281.961,00 PPh final pasal 4 ayat 2 yang harus dibayar =Rp 1.789.366,00+ (1/3 x Rp 976.018,00) =Rp 2.114.705,00 Laba setelah pajak = Rp6.622.103,00 - (Rp 281.961,00+ Rp 2.114.705,00) =Rp 4.225.437,00 Karena perusahaan mempunyai nilai pengadaan kurang dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan memenuhi kualifikasi sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang maka menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi hanya dikenai PPh Pasal 4 ayat 2. Maka perhitungan laba yang diterima : =Rp 6.622.103,00- Rp 2.114.705,00 =Rp 4.507.398,00 Laba bruto yang diterima pada termin pertama sebesar Rp6.622.103,00 dikurangi PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar Rp2.114.705,00 sehingga laba bruto yang diterima sebesar Rp4.507.398,00. Selisih perhitungan laba antara perhitungan perusahaan yang memotong dan PPh Pasal 4 ayat 2 pada setiap termin yang diterima dengan PP RI No.40 Tahun 2009 Konstruksi, yaitu sebagai berikut: = Rp 4.507.398,00- Rp 4.225.437,00 = Rp 281.961,00 Perusahaan dapat menghemat pajak Rp281.961,00 dari hasil pengurangaan laba bruto setelah penerapan PP RI No.40 dengan yang belum menerapkan, yaitu Rp4.507.398,00- Rp4.225.437,00 2. Termin kedua = Rp10.844.640,00+ Rp 18.074.400,00 =Rp 28.919.040,00 Pada termin kedua sebesar Rp10.844.640,00 Rp18.074.400,00. Sehingga total termin Rp28.919.040,00 dan menghasilkan laba bruto sebesar Rp16.788.549,00. Rp26.027,00+Rp 43.379,00 =Rp 69.406,00 Rp195.204,00 + Rp 325.339,00 =Rp 520.543,00 Laba setelah pajak = Rp16.788.549,00-( Rp69.406,00+ Rp520.543,00) =Rp 16.198.600,00 Rp69.406,00 Pada termin kedua laba bruto yang diterima sebesar Rp16.788.549,00. Kemudian dikurangi sebesar Rp69.406,00 dan PPh Pasal 4(2) sebesar Rp520.543,00 maka laba bruto setelah pajaknya menjadi Rp16.198.600,00. Sesuai dengan PP RI No.40 Tahun 2009 perusahaan dikenakan PPh Pasal 4(2) saja sehingga perusahaan dapat menghemat pajak sebesar Rp69.406,00 dari perhitungan laba bruto dikurangi PPh Pasal 4(2) yaitu Rp16.788.549,00 dikurangi Rp520.543,00 hasilnya Rp16.268.006,00 kemudian dikurangi dengan laba setelah pajak Rp16.198.600,00. 3. Termin ketiga = Rp7.229.760,00 + Rp 18.074.400,00 =Rp25.304.160,00 Pada termin ketiga sebesar Rp7.229.760,00 Rp18.074.400,00. Sehingga total termin Rp25.304.160,00 dan menghasilkan laba bruto sebesar Rp7.315.829,00 Rp17.351,00+ Rp 43.379,00 =Rp 60.730,00 Rp130.136,00+ Rp 325.339,00 =Rp 455.475,00 Laba setelah pajak Rp 7.315.829,00-( Rp 60.730,00+Rp455.475,00) =Rp 6.799.624,00 Rp60.730,00 Perusahaan dapat menghemat pajak sebesar Rp60.730,00 dari hasil perhitungan laba bruto dikurangi yaitu Rp7.315.829,00 dikurangi Rp455.475,00 hasilnya Rp6.860.354,00 kemudian dikurangi dengan laba setelah pajak Rp6.799.624,00 sehingga 98

laba yang bisa diterima sebesar Rp6.860.354,00 4. Termin keempat = Rp 9.037.200,00 = Rp 21.689,00 =Rp 162.670,00 Setelah dipotong pajak = Rp9.037.200,00- (Rp21.689+ Rp162.670,00) =Rp 8.852.841,00 Selisih setelah dikoreksi= Rp 21.689,00 Perusahaan dapat menghemat pajak sebesar Rp21.689,00 dari hasil perhitungan termin keempat dikurangi yaitu Rp9.037.200,00 dikurangi Rp162.670,00 hasilnya Rp8.874.530,00 kemudian dikurangi dengan termin setelah dipotong dan yaitu Rp8.852.841,00. Jadi termin yang bisa diterima sebesar Rp8.874.530,00 Total hasil setelah dikoreksi = Rp 281.961,00 Rp 69.406,00 Rp 60.730,00 Rp 21.689,00 + Rp 433.786,00 Total selisih perhitungan pajak sebelum dan sesudah menerapkan PP RI No.40 Tahun 2009 Konstruksi untuk kontrak dengan nilai Rp 180.744.000,00 adalah sebesar Rp 433.786,00. Artinya dengan menerapkan PP RI No.40 Tahun 2009 perusahaan dapat menghemat pajak sebesar Rp433.786,00. Kesimpulannya dengan menerapkan PP RI No.40 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan atas Usaha Jasa Konstruksi perusahaan dapat melakukan penghematan pajak. Dalam melakukan penghematan pajak perusahaan dapat menghitung Penghasilan Kena Pajak dengan menggunakan rasio biaya dan tingkat penyelesaian sehingga dapat diketahui jumlah laba bruto yang diterima pada masing-masing terminnya. Pada proyek tahun 2009 dengan harga kontrak Rp891.399.000,00 dapat menghemat Pajak Penghasilan sebesar Rp2.139.359,00, sedangkan untuk proyek dengan harga kontrak Rp180.744.00,00 dapat menghemat Pajak Penghasilan sebesar Rp433.786,00. maka total keseluruhan penghematan pajak dari kedua proyek yang selesai tahun 2009 dan 2010 sebesar Rp2.573.145,00. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. CV. Pramestya Adikarya adalah perusahaan jasa konstruksi yang menurut Undang-undang Pajak diharuskan untuk melakukan kewajiban pajak, termasuk memungut pajak tertentu diantaranya Pajak Badan. Nilai pajak yang harus dibayarkan perusahaan kepada negara didasarkan pada perhitungan yang ditetapkan pemerintah dengan menggunakan informasi yang dimiliki perusahaan. 2. Dalam perhitungan laba bruto, perusahaan menyajikan berdasarkan termin yang diterima dari setiap kontrak, dimana dalam termin tersebut ada unsur Pajak Badan. Perusahaan memotong Pajak Badan yaitu PPh Pasal 4 ayat 2 dan pada setiap termin yang diterima sedangkan menurut Peraturan Pemerintah harusnya hanya dikenakan satu kali pada setiap termin yang diterima yaitu PPh Pasal 4 ayat 2 atau saja. Hal ini tentu tidak dapat dibenarkan dan akan mengakibatkan laba yang diterima perusahaan lebih sedikit. 3. Dari membandingkan perhitungan laba perusahaan yang memotong dan PPh Pasal 4 ayat 2 pada setiap termin yang diterima dengan perhitunga laba sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.40 Tahun 2009 Konstruksi yaitu untuk proyek pada tahun 99

2009 dengan nilai kontrak Rp891.399.000,00 dapat menghemat pajak sebesar Rp2.139.359,00 dan untuk proyek tahun 2010 dengan nilai kontrak sebesar Rp180.744.000,00 perusahaan dapat menghemat pajak sebesar Rp433.786,00 sehingga total penghematan pajak untuk tahun 2009 dan 2010 sebesar Rp2.573.145,00. 4. Saran 1. Perusahaan hendaknya dapat mematuhi peraturan dan undang-undang yang berlaku dalam bidang perpajakan, karena dengan memahami peraturan yang berlaku tersebut perusahaan akan dapat memanfaatkan berbagai peluang yang ada misalnya dengan menerapkan perencanaan pajak agar dapat meminimalkan pajak yang harus dibayar. 2. Dalam perhitungan Pajak Badan perusahaan dapat berpedoman pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.40 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan atas Usaha Jasa Konstruksi, sehingga tidak terjadi pemotongan pajak berganda pada satu proyek. 3. Untuk perhitungan laba bruto perusahaan dapat menggunakan cara tingkat penyelesaian karena dalam cara tersebut pada bulan pertama menghasilkan laba bruto yang lebih sedikit sehingga sisa dana yang ada bisa digunakan untuk keperluan yang lain. Lumbantoruan,Sophar, (1996), Akuntansi Pajak, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Mardiasmo, (2011), Perpajakan Edisi Revisi 2011, Yogyakarta : ANDI. Muljono,Djoko, (2006), Akuntansi Pajak, Yogyakarta : ANDI. Setiawan,Agus, (2008), Cara Mudah Menghitung PPh Badan dengan Undang-Undang Pajak, Yogyakarta :Andi. Waluyo, (2010), Akuntansi Pajak Edisi 3, Jakarta: Salemba Empat., (2011), Perpajakan Indonesia Buku 1, Jakarta: Salemba Empat DAFTAR PUSTAKA Barata, Atep Adya, (2011), Panduan Lengkap Pajak Penghasilan, Jakarta: Visi Media. Keiso, & Weygandt, (2002), Akuntansi Intermediate, Edisi Kesepuluh, Jakarta : Erlangga. 100