BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB II TINJAUAN TEORI. menjadi dua yaitu gigi berjejal simpel dan gigi berjejal kompleks. Gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB 1 PENDAHULUAN. Empat Sehat atau dikenal dengan istilah Kuartet Nabati yang dijalankan oleh

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. 1 Proses ini ditandai timbulnya white spot pada permukaan gigi. White spot merupakan bercak putih pada permukaan gigi. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati. 3 Karies memiliki kedalaman yang berbeda. Derajat keparahannya dikelompokan menjadi 12 : 1. Karies pada email Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada ransangan yang berasal dari makanan atau minuman yang dingin akan terasa linu. 2. Karies pada dentin Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan. Apabila sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan berkurang. 3. Karies pada ke pulpa Gigi terasa sakit terus menerus sifatnya tiba tiba atau muncul dengan sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit. 2.1.1 Faktor Etiologi Faktor etiologi dibedakan atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. 1 Karies

merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor yang memegang peranan yaitu: a.faktor host atau tuan rumah Faktor host meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Permukaan enamel yang kasar menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. 1 b. Faktor agen atau mikroorganisme Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. 1 Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. 3 Sesaat setelah selesai menyikat gigi, akan tampak suatu lapisan tipis. Lapisan ini dinamakan plak dan berisi berbagai macam bakteri. Makanan manis yang kita konsumsi akan membuat semacam plak di sela sela gigi berubah menjadi asam sehingga merusak gigi. 13 c. Faktor substrat atau diet Diet adalah penyebab utama karies gigi, khususnya gula. 10 Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. 1 Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti permen dan coklat memudahkan terjadinya karies. 3 d. Faktor waktu Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. 1

2.1.2 Faktor Risiko Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko karies adalah : a. Pengalaman karies Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies dimasa mendatang. Sensitifitas parameter ini hampir mencapai 60%. Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi terjadinya karies pada gigi permanennya. 1 b. Penggunaan fluor Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. 1 Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor karena pemberian fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis. Hasil penelitian WHO pada tahun 2004 menunjukkan fluoridasi pada air mium menurunkan prevalensi karies sebesar 15%. 11 c. Oral higiene Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin dapat membantu mendeteksi masalah gigi yang berpotensi menjadi karies. 1 d. Jumlah bakteri Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu. 1 e. Saliva Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa sisa makanan di dalam mulut. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, aktivitas karies akan meningkat secara signifikan. 1

makan. 1 g. Umur f. Pola makan Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal dari pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevelensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar. 1 h. Jenis kelamin Selama masa kanak kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMFT yang lebih tinggi dari pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang (M, missing) lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen tumpatan pada gigi (F, filling) yang lebih banyak dalam indeks DMFT. 1 i. Sosial ekonomi Orang orang dari status sosial ekonomi rendah memiliki kesehatan yang lebih buruk dari orang dari status sosial ekonomi tinggi. 14 Secara khusus, anak-anak dari kelompok ekonomi yang lebih rendah cenderung berada pada risiko karies yang parah. Penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi mempengaruhi asupan makanan, maka kemungkinan bahwa perbedaan dalam diet dan asupan gula khususnya, dapat menjadi penentu dari variasi karies yang terlihat antara kelaskelas sosial. 10

Pendidikan dapat mempengaruhi kesehatan dalam beberapa hal, seperti akses yang berbeda, penggunaan jasa/fasilitas kesehatan, sifat medis perawatan kesehatan. Orang dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki sifat yang positif tentang kesehatan dan mempromosikan perilaku hidup sehat. 17 Penelitian tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan rongga mulut oleh ibu yang memiliki anak prasekolah di Nigeria menyatakan bahwa ibu dengan pendidikan yang rendah cenderung tidak mementingkan dan acuh terhadap pelayanan kesehatan rongga mulut yang ada. Ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan hal yang berpengaruh terhadap persepsi ibu terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan rongga mulut. Setiap ibu hendaknya mengetahui dan memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat menerapkannya bagi anak anaknya. 18,19 Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah berupa barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan, apabila pendapatan tinggi maka tingkat ekonomi juga tinggi. Dengan demikian pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan/ tingkat ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu. 22 2.1.3 Waktu Erupsi Gigi Permanen Rahang atas: 15 Insisivus Satu : 7-8 tahun Insisivus dua : 8-9 tahun Kaninus : 11-12 tahun Premolar satu : 10-11 tahun Premolar dua : 10-12 tahun Molar satu : 6-7 tahun Molar dua : 12-13 tahun

Rahang bawah: 15 Insisivus Satu Insisivus dua Kaninus Premolar satu Premolar dua Molar satu Molar dua : 6-7 tahun : 7-8 tahun : 9-10 tahun : 10-12 tahun : 11-12 tahun : 6-7 tahun : 11-13 tahun 2.1.4 Indeks Karies Indeks karies adalah ukuran yang dinyatakan dalam angka dari keadaan suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit karies gigi. Indeks yang biasa digunakan adalah indeks Klein. Indeks DMFT merupakan indeks yang paling sederhana dan paling umum digunakan dalam survei epidemiologi karies gigi. 16 Pada orang dewasa digunakan DMFT (decay, missing, filling, teeth) dan pada anak anak digunakan deft (decay, extracted, filling, teeth). Semua gigi diperiksa kecuali molar tiga karena molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi.. Nilai reratanya adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa. 1 2.2 Prevalensi Karies Hasil NOHS (National Oral Health Survey) tahun 2006 di Pilipina, menunjukkan anak SD pada umur 6 tahun mengalami karies sebesar 97,1% dan pada umur 12 tahun sebesar 78,4%. Selain itu, hal yang lebih parah lagi ditemukan hampir 50% anak menderita infeksi dentogenic dengan karakteristik adanya karies yang sudah mencapai ke pulpa, ulserasi, fistula dan abses (PUFA) yang disertai nyeri yang menyebabkan keadaan yang lebih ekstrem lagi yaitu ketidaknyamanan dan bahkan mengurangi kapasitas belajar pada anak. 17 Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies di Indonesia telah mencapai 90,05% dengan rata-rata indeks DMFT sebesar 4,85 yang berarti sebagian besar penduduk Indonesia menderita karies

lainnya. 1 Di Indonesia sebanyak 89% anak di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi gigi. Angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang dan mulut. Penyakit gigi dan mulut, akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan, proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak. 18 Hasil penelitian di Sumatera Utara pada tahun 2007 menunjukkan penduduk berumur 12 tahun ke atas yang mengalami karies sebesar 62,1% dengan rata rata indeks DMFT sebesar 3,43. 4 2.3 Bebas Karies Seseorang dikategorikan bebas karies jika indeks karies gigi orang tersebut DMFT/S = 0, dengan kata lain orang tersebut tidak memiliki pengalaman karies. 6,7,19 Hasil penelitian di Tanzania menunjukkan sebagian besar siswa memiliki status bebas karies yaitu sebebsar 79,8% dan kebutuhan akan perawatan gigi yang tinggi. 6 Hasil penelitian di Iran pada tahun 2004 menunjukkan status bebas karies pada anak usia 7 tahun sebesar 88,5%, pada anak usia 9 tahun sebesar 58% dan pada anak usia 12 tahun sebesar 47,7%. 7,21 Hasil penelitian di Sumatera utara pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi bebas karies di Sumatera Utara sebesar 59,9%. Prevalensi bebas karies pada anak usia 12 tahun sebesar 75,7% dan prevalensi bebas karies di kota Medan sebesar 57,9%. 4