BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE

: Kasar pada sebelah bawah daun

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009)

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Abstrak

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman umur 40 HST setelah aplikasi pupuk organik padat

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 572/Kpts/SR.120/10/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MCL-5 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA MANIS 5

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 519/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. merupakan makanan pokok lebih dari separuh penduduk dunia. Berdasarkan

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

Analisa Ekonomi Usaha Penangkar Benih Padi Ciherang (di Kelurahan Tamanan Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung) Oleh : Yuniar Hajar Prasekti

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

Lampiran I. Lay Out Peneltian

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl 2.2H 2 O K 2 SO mm. 195 mg/l MgSO 4.7H 2 O. 12 mg/l Ket: 1 mm = 300 mg/l.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman padi dapat tumbuh dilahan pasang surut. Hanya saja padi yang ditanaman dilahan ini haruslah yang toleran terhadap keadaan air yang asin (saliniti). Hal ini disebabkan karena masuknya air laut ke lahan pertanian padi. Pada dasarnya, padi adalah tanaman yang agak toleran (moderately toleran) terhadap keasinan. Namun, tidak ada varietas padi yang bertahan terus menerus dalam satu periode tumbuhan terhadap keasinan dan tidak ada padi yang ditanam secara kering dilahan yang berkadar garam tinggi. Yang perlu diperhatikan adalah respon tanaman padi terhadap keasinan selama priode tumbuh. Tanpa disengaja petani yang menanam padi dilahan asin telah memiliki varietas-varietas yang toleran terhadap keasinan secara alami. Pada tingkat keasinan tertentu, tanaman padi akan lebih sensitif pada intensitas cahaya yang lebih tinggi dan kelembapan yang relatif rendah. Tanaman padi lebih dapat bertahan pada tingkat keasinan (salinitas) tertentu selama musim hujan dari pada musim kemarau (Suparyono, 1997) Varietas padi merupakan salah satu teknologi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dan pendapatan petani. Dengan tersedianya varietas padi yang telah dilepas pemerintah, kini petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi. Varietas padi

merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini mudan dan penggunaannya sangat praktis. Dalam rangka usaha peningkatan produksi padi, pemerintah selalu berupaya untuk mendapatkan jenis-jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik. Jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik itu disebut dengan padi jenis unggul atau disebut varietas unggul. Caranya dengan mengadakan perkawinanperkawinan silang antara jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik dengan jenis padi lain yang juga mempunyai salah satu sifat baik pula, sehingga akan didapat satu jenis padi yang mempunyai sifat yang paling baik atau unggul (Sugeng, 2001) Pilihan kebijakan teknologi yang utama di era reformasi ini adalah pengembangan teknologi dibidan agribisnis. Usulan pemerintah menjadikan agribisnis sebagai salah satu unggulan teknologi sangat tepat. Keunggulan komperatif Indonesia (seperti sumber daya alam yang melimpah, jumlah tenaga kerja yang besar, dan pasar yang besar) sebaiknya dijadikan basis untuk pengembangan teknologi sesuai dengan kondisi sosial budaya Indonesia. Pengembangan teknologi dibidang agribisnis diharapkan dapat berperan dalam : 1. Peningkatan produksi dan efisiensi. 2. Meningkatkan teknologi baru yang tepat guna dan tepat sasaran. 3. Memberi nilai tambah (value added) produk akhir. 4. Meningkatkan cadangan devisa (Sa id dkk, 2001)

Peningkatan produktifitas usaha tani tanaman padi sangat dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Dimana padi merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Untuk itu Badan Pengkajian Teknologi Pertanian menciptakan komponen teknologi PTT yaitu pengelolaan tanaman terpadu yang terdiri dari varietas unggul, persemaian, bibit muda, sistem tanam, pemupukan berimbang, penggunaan bahan organik, pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen. Kesinergisan komponen PTT mampu meningkatkan produktifitas padi (Sembiring, 2001) Budidaya padi dengan pendekatan PTT pada prinsipnya memadukan berbagai komponen teknologi saling menunjang (sinergis) guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi usaha tani seperti selama ini telah dikembangkan dilahan irigasi. Dilahan rawa pasang surut, kemajuan teknologi seperti perakitan varietas baru, pengelolaan tata mikro, pengelolaan hara tanaman sesuai tipologi lahan, peningkatan monitoring hama/penyakit, ameliorasi lahan yang disertai dengan penerapan beberapa komponen teknologi lain yang saling menunjang diharapkan dapat juga berhasil seperti halnya pendekatan pengembangan PTT dilahan irigasi. Akan tetapi dilahan rawa pasang surut suatu perhatian khusus diperlukan karena lahan ini terdiri dari beberapa tipologi lahan sehingga memerlukan penerapan teknologi sfesifik lokasi dan tidak bisa disamaratakan (Suryana, 2007) Komponen teknologi yang dapat di introduksikan dalam pengembangan usaha tani melalui pendekatan PTT padi lahan pasang surut terdiri dari : 1. Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan, bentuk gabah maupun rasa nasi yang diinginkan oleh petani setempat.

2. Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi). 3. Jumlah bibit 2-3 batang per lubang dan tanam dengan sistem jajar legowo 2:1, 4:1, dan lainnya dengan populasi minimum 250.000 rumpun/ha, atau tanam dengan sistem tabela. 4. Pengelolaan tata air mikro dengan sistem tata air satu arah dengan saluran keliling dan kemalir, pintu-pintu air (flapgate) masuk dan keluar serta stoplong, saluran kemalir dibuat dengan interval 6-8 m yang disertai caren-caren. 5. Mengaplikasi pupuk urea tabel/granul dengan dosis 200kg/Ha. Pemberian pupuk N berdasarkan pembacaan BWD bisa merancu karena gejala keracunan besi dan defisiensi hara N sukar dibedakan. 6. Pemberian pupuk P dan K didasarkan pada status hara tanah. Pemakaian Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau menggunaka petak omisi dilahan pasang surut masih perlu penelitian yang lebih mendalam. 7. Ameloirasi lahan dengan mengaplikasi 1-2 t/ha kapur pertanian (kaptan) atau dolomit. 8. Pengendalian gulma secara terpadu. 9. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT). 10. Panen beregu dan pasca panen menggunakan alat perontok. (Suryana, 2007) Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi dan penelitian hasil pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik (feedback) guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Untuk keperluan ini diadakan pemantauan dan monitoring dan selanjutnya dilaporkan perkembangan.

Kegiatan ini dibuat pada waktu rencana dilaksanakan. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program/proyek. Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal-hal positip maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat dihubungkan dengan pengawasan. Dengan menentukan norma-norma atau kriteria mengenai hasil yang harus dicapai, sekaligus pelaksana-pelaksana diawasi melalui norma-norma tersebut (Reksopoetranto, 1992) Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efesiensi, efektifitas dan dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Dengan demikian kegiatan ini merupakan proses untuk memperbaiki dan menyempurnakan aktifitas yang sedang berjalan. Evaluasi juga dimaksud untuk membantu manajemen dalam merumuskan program dan pengambilan keputusan (Suryana, 2007) 2.2 Landasan Teori Lahan rawa pasang surut telah diusahakan sebagai usaha tani yang berbasis padi, yang dikombinasikan dengan tanaman jeru, kelapa, dan tanaman lainnya secara tradisional oleh petani Banjar dan Bugis di sepanjang pantai dan tepian sungai Kalimantan dan Sumatera sejak ratusan tahun yang lalu. Luas lahan pasang surut di Indonesia diperkirakan 24,7 juta Ha yang sebagian besar terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Irianjaya. Dari total luas lahan pasang surut berikut 9,53 juta ha diantaranya berpotensi dikembangkan untuk pertanian, 3 juta ha

sudah direklamasi oleh penduduk setempat dan 1,8 juta ha direklamasi oleh pemerintah. tipe : Berdasarkan tipologinya, lahan rawa pasang surut dibedakan kedalam 4 Lahan potensial : lahan yang mempunyai kedalaman pirit (lapisan beracun) pada kedalaman >50 cm di atas permukaan tanah, luasnya diperkirakan sekitar 10%. Lahan sulfat masam : Lahan yang mempunyai lapisan parit pada kedalaman 0-50 cm di atas permukaan tanah, luasnya sekitar 33%. Lahan gambut : Lahan yang mengandung lapisan gambut dengan kedalaman yang sangat bervariasi, luasnya sekitar 5% dan Lahan salin : lahan yang mendapat intruksi air laut sehingga mengandung garam dengan konsentrasi yang tingi, terutama pada musim kemarau, luasnya sekitar 2% (Suryana, 2007) Dalam usaha pemerintah meningkatkan produksi pertanian daerah pantai mulai dimanfaatkan untuk tanaman padi, yang dimungkinkan berkat teknologi pertanian yang sangat canggih. Di pilih varietas yang tahan sementara waktu pada permulaan pertumbuhannya terhadap salinitas dan sampai pada tahap pengisian butir-butir pdi sampai masa panen (Muljani, 1988) Kendala dan masalah yang umum dihadapi petani di dalam usaha tani padi di lahan rawa pasang surut berdasarkan tipe lahan adalah sebagai berikut :

a. Lahan potensial : Masalah kesuburan tanah relatif kecil. b. Lahan Sulfat masam : PH tanah sangat rendah (sangat masam). Keracunan besi (permukaan air di lahan adakalanya nampak berwarna kecoklatan, berbau besi). Keracunan aluminium. Kadar hara P dan K. c. Lahan gambut : Konsentrasi asam-asam organik tinggi. PH rendah. Kadar hara N, P, K, Si. Kadar hara mikro (Cu dan Zn). d. Lahan salin : Konsentrasi garam (NaCl) di dalam tanah tinggi, terutama pada musim kemarau (Suryana, 2007) Varietas unggul baru (VUB) tanaman padi yang telah di lepas hingga tahun 2006 lebih dari 190 varietas, dan sekitar 85% diantaranya adalah hasil penelitian Badan Litbang Pertanian. Sekitar 90% lahan sawah irigasi di Indonesia ditanami oleh sekitar 80 jenis varietas, namun jumlah VUB yang ditanam dalam luasan lebih dari 10.000 hektar per musim hanya sekitar 31 varietas. Sebelas varietas diantaranya merupakan varietas yang dilepas pada tahun 2002-2003. Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab kurang berkembangnya VUB adalah diseminasi VUB yang belum efektif. survei mengungkapkan bahwa jumlah

daerah petani belum mengenal VUB yang dilepas tiga tahun terakhir. Salah satu strategi diseminasi untuk mempercepat adopsi inovasi teknologi VUB oleh petani adalah komersialisasi benih bermutu VUB. Data distribusi benih menunjukan bahwa ketersediaan volume benih bernutu yang cukup dari varietas IR64, Ciherang dan Ciliwung menjadikan varietas tersebut paling tinggi tingkat komersialisasinya yang diukur dengan volume permintaan benih yang dapat disertakan dengan luas arel pertanaman, luas penyebaran varietas dan kontinuitas permintaan yang dapat disertakan dengan umur pengguna varietas. Penggunaan benih bermutu varietas unggul adalah salah satu penentu untuk keberhasilan budidaya tanaman. Melalui penggunaan benih varietas unggul dan teknik budidaya yang sesuai diharapkan produksi padi tradisional dapat meningkat (Suprihatno, 2008) Varietas Indragiri dengan nomor seleksi B7952F-KN-18-2, berasal dari persilangan B6256-MR-3-5P/Barumun/Rojolele/IR68 termasuk kepada golongan cere dengan bentuk tegak dan tinggi tanaman 100 cm serta memiliki anakan produktif sebanyak 15-20 batang dan dilepas pada 25 februsri 2000 dengan No. SK Pelepasan 57/Kpts/TP.240/2/2000.

Adapun ciri-ciri lain dari varietas Indragiri adalah sebagai berikut : No Uraian Ciri-ciri 1. Warna Kaki Batang Daun Telinga daun Lidah daun Hijau Hijau Hijau Tidak berwarna Tidak berwarna 2. Muka daun Kasar 3. Posisi daun Tegak 4. Daun bendera Miring 5. Gabah Bentuk Warna Bobot 1000 butir (g) Sedang Kurang bersih 24-25 butir 6. Nasi Tekstur Kadar amilosa (%) Sedang 23,5 7. Panen Hasil gabah (GKP) Umur (hari) Kerontokan 4,5-5,5 ton/ha 117 Sedang Sumber : Situmorang, dkk 2004 Varietas Indragiri tahan terhadap rebah, terhadap hama wereng coklat populasi IR42 (biotipe 2) serta tahan terhadap penyakit blast dan tahan terhadap hawar daun bakteri strain 3. Varietas Indragiri ini juga toleran terhadap keracunan Fe dan Al. Baik ditanam pada lahan potensial, gambut, dan sulfat masam (Situmorang, dkk 2004)

Dampak dalam arti sederhana merupakan manfaat yang paling akhir. Beberapa penulis mereflesikan dampak sebagai outcomes dan manfaat suatu program. Evaluasi program yang baik, diperlukan langkah yang sistematis, terarah dan konsisten. Program yang telah selesai dilaksanakan perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan itu sudah tepat. Evaluasi program bertujuan : (a) mempertanggung jawabkan keberhasilan program kepada masyarakat atau instansi yang membiayai program yang bersangkutan, dan (b) keberhasilan maupun ketidakberhasilan program ini selanjutnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh mereka yang berwenang (Kunarjo, 2002) Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha transformasipola pertanian tradisional tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani dalam meningkatkan produktifitasnya saja, akan tetapi yang lebih penting lagi semua itu tergantung pada kondisi-kondisi sosial, kondisi komersial dan kondisikelembagaan yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi petani (Torado, 1998) Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, maka petani harus mampu mengelola faktor-faktor produksi tersebut secara efisien. Faktor produksi yang dimaksud adalah tanah, modal, tenaga kerja, dan sarana produksi. Permasalahan yang dihadapi petani adalah kemampuan petani dalam menguasai suatu teknologi baru. Tujuan dari suatu penerapan teknologi dalam usaha tani adalah untuk mencapai produktifitas pertanian yang lebih tinggi. Hasil yang diperoleh akan berbentuk uang yang akan diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi

atau diperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan usaha tani atau pendapatannya akan mendorong petani dapat mengalokasikan kebutuhan seperti biaya produksi priode selanjutnya, tabungan dan pengeluaran lainnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efesien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Efisiensi usaha tani dapat diukur dengan cara menghitung efesiensi teknis, efesiensi harga dan efisiensi ekonomis. Ketiga macam efisiensi ini penting untuk diketahui dan diraih oleh petani bila ia menginginkan keuntungan yang sebesarbesarnya, umumnya petani tidak mempunyai catatan usaha tani (farm recording), sehingga sulit bagi petani untuk melakukan usaha taninya. Petani hanya mengingat-ingat cash flow (anggaran arus uang tunai) yang mereka lakukan.

2.3 Kerangka Pemikiran Usaha tani padi sawah banyak diusahakan pada kualitas lahan yang subur dan topografi yang relatif landai (sawah) dengan unsur klimatologi yang khas pada umumnya. Namun dengan sejalan perkembangan teknologi dilakukan pengujian varietas unggul yakni varietas Indragiri yang toleran terhadap keasinan tanah di daerah pinggir pantai. Maka dilakukan kegiatan evaluasi terhadap proses pelaksanaan penerapan varietas Indragiri dan faktor-faktor sosial ekonomi yang menilai relevansi, efisiensi, efektivitas pada petani yang melaksanakan program penerapan varietas Indragiri secara keseluruhan melalui berbagai variabel-variabel yang telah ditentukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, untuk kemudian dibandingkan hasilnya dengan sebelum petani melaksanakan penerapan varietas Indragiri di daerah penelitian.

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN Usaha Tani Padi setelah menerapkan varietas Indragiri Sebelum menerapkan varietas Indragiri Kegiatan PP Kegiatan PP input produktivitas Proses output produksi input produktivitas Proses output produksi Biaya Penerimaan Kegiatan bersama Kegiatan bersama Biaya Penerimaan Pendapatan Pendapatan Evaluasi Dampak Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : menyatakan hubungan

2.4 Hipotesis Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Pelaksanaan penerapan varietas Indragiri di daerah penelitian sesuai dengan pedoman tata laksana penerapan teknologi BPTP. 2. a. Penerapan varietas Indragiri meningkatkan kegiatan penyuluhan pertanian di daerah penelitian. b. Penerapan varietas Indragiri meningkatkan kegiatan bersama di daerah penelitian. 3. a. Produksi padi pada lahan yang menerapkan varietas Indragiri lebih besar dibandingkan sebelum menerapkan varietas Indragiri. b. Pendapatan petani padi yang menerapkan varietas Indragiri lebih besar dibandingkan sebelum me nerapkan varietas Indragiri. c. Produktifitas lahan petani padi yang menerapkan varietas Indragiri lebih besar dibandingkan sebelum menerapkan varietas Indragiri.