BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

HUBUNGAN ANTARA PERTAMBAHAN UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI BALI BETINA DI PTPN VI PROVINSI JAMBI

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

IV HASIL dan PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

MATERI DAN METODE. Materi

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

PENGGEMUKAN SAPI Oleh : Arif fachul anam BP3K Binangun

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

MANAJEMEN PEMELIHARAAN KLASIFIKASI PENGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

MATERI DAN METODE. Materi

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

MATERI DAN METODE. Materi

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PASUNDAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER PADA BERBAGAI SKOR KONDISI TUBUH DI KECAMATAN TEGAL BULEUD KABUPATEN SUKABUMI

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di

Karya ilmiah Peluang bisnis

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Kelompok Tani Marga Rahayu Sri Murni (KTMRSM)

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

BAB V RENCANA AKSI. Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

METODE. Materi. Metode

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

Gambar 3. Peta Sulawesi Utara

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan Pengembangan Ternak (P3T Wonggahu) dikelola oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Gorontalo. Tahun 2007 berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) pengembangan ternak sesuai dengan Peraturan Daerah No. 6 tahun 2007 dan Peraturan Gubernur No. 59 tahun 2007. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengembangan Ternak Wonggahu dilihat dari letak geografisnya terletak di posisi yang sangat strategis karena dilintasi oleh akses jalan yang menghubungkan dari Kecamatan Wonosari menuju ibukota Kabapaten Boalemo. Lahan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengembangan Ternak Wonggahu memiliki luas 9 Ha, dengan lahan kandang sapi dan gudang pakan serta peralatan seluas 1,2 Ha, kantor, perumahan dan asrama seluas 1,8 Ha, halaman kantor seluas 0,7 Ha dan kebun rumput seluas 5,3 Ha. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengembangan Ternak Wongghu memiliki suhu udara berkisar antara 22-23 0 C. Temperatur terendah terjadi di bulan Februari dan tertinggi terjadi pada bulan Mei. Kelembaban udara berkisar antara 20-30%. terendah pada bulan Februari dan tertinggi pada bulan Maret. Curah hujan 19

tertinggi tercatat terjadi pada bulan Desember yaitu 600-1200 mm/tahun dan ketinggian 61-128 meter di atas permukaan laut. Populasi sapi Bali di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengembangan Ternak Wonggahu tahun 2013 sebanyak 93 ekor yang terdiri 91 ekor Sapi Bali betina dan 2 ekor Sapi Bali jantan. B. Bobot Badan dengan Ukuran-Ukuran Tubuh Sapi Bali Betina Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa bobot badan dan ukuran tubuh ternak Sapi Bali betina yang dipelihara secara intensif di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengembangan Ternak Wonggahu memiliki rataan bobot badan 171.84 kg; tinggi pundak 107.42 cm; lingkar dada 139.19 cm; lebar dada 31.258 cm; dalam dada 54.645 cm; panjang badan 106.52 cm; tinggi pinggul 107.35 cm, Bobot badan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Purnomoadi dan Dartosukarno (2012) bahwa rataan bobot badan Sapi Bali umur 2,5 tahun adalah 178,02 kg. Tabel 4.1. Rataan Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Sapi Bali Betina Variabel N Bobot badan Bobot badan Rataan CoefVar terendah tertinggi Bobot Badan 31 152 193 171,84 ± 12,77 kg 7,43 Tinggi Pundak 31 102 116 107,42 ± 3,48 cm 3,24 Lingkar Dada 31 130 154 139,19 ± 6,41 cm 4,61 Lebar Dada 31 29 35 31,258 ± 1.505 cm 4,81 Dalam Dada 31 50 58 54.645 ± 2.199 cm 4,02 Panjang Badan 31 100 113 106,52 ± 4,25 cm 3,99 Tinggi Pinggul 31 103 114 107,35 ± 2,90 cm 2,71 Data olahan 2013 20

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat pula rataan ukuran-ukuran tubuh Sapi Bali betina yang dipelihara secara intensif di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengembangan Ternak Wonggahu lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Purnomoadi dan Dartosukano (2012) yang menyatakan bahwa bobot badan Sapi Bali betina dewasa adalah 178,02 kg, tinggi pundak 106,6 cm; lingkar dada 136,3 cm; lebar dada 29,45 cm; panjang badan 98,5 cm. pakan yang diberikan di UPTD berupa pakan hijauan dan konsentrat. Pemberian hijauan dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput gajah dan jerami padi, serta pemberian konsentrat berupa dedak padi, jagung giling, suplemen dan garam. Bobot badan Sapi Bali betina dewasa yang lebih rendah dapat disebabkan oleh pemberian pakan yang tidak efektif, cuaca yang tidak menentu khususnya perubahan suhu udara yang menyebabkan stress pada ternak sapi yang dipelihara (Guntoro. 2002). Pakan dan air yang digunakan dalam areal peternakan harus terbebas dari kontaminan untuk mengurangi resiko infeksi serta memperhatikan jumlah dan mutu pakan yang berikan harus diperhatikan agar sesuai dengan bobot badan ternak. Hijauan sebaiknya diberikan setelah diangin-anginkan terlebih dahulu, tujuannya agar sapi tidak mengalami bloat (perut kembung) akibat bahan kimia beracun dalam hijauan basah. (Soeprapto dan Abidin, 2010). Kebersihan kandang yang berada di UPTD Pengembangan Ternak wonggahu sudah maksimal karena dilakukan secara rutin, lokasi kandang terletak diposisi paling tinggi dengan lahan sekitar UPTD sehingga air hujan tidak tergenang. kandangnya sangat mudah dijangkau sehingga pemberian pakan, minum dan perawatan sangat 21

mudah di lakukan, memperoleh sinar matahari yang cukup serta terdapat ventilasi udara. Kandang yang kurang dibersihkan akan menimbulkan penyakit pada ternak, karena kandang merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam membudidayakan ternak (Pamungkas,2012). Guntoro (2002) menyatakan bahwa kandang bagi ternak berfungsi sebagai tempat berlindung dari sengatan sinar matahari, guyuran hujan dan tiupan angin kencang sehingga dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan. Abidin (2002) mentayakan bahwa kondisi ideal yang dibutuhkan agar ternak sapi dapat tumbuh dan berkembang harus memperhatikan suhu lingkungan, arah angin, curah hujan, arah sinar matahari, kelembaban, ketersediaan pakan dan air, alat transfortasi dan pekerja. pekerja peternakan juga harus terbebas dari penyakit yang bisa menular ke ternak (zoonosis). Sanitasi peralatan dan kandang harus diperhatikan agar tidak ada penyakit yang berasal dari kedua hal tersebut. C. Analisis Korelasi Antara Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Hasil perhitungan analisis korelasi antara ukuran tubuh dengan bobot badan Sapi Bali betina yang dipelihara secara intensif diperoleh koefisien korelasi (r) memiliki tingkat keeratan yang berbeda-beda. Koefisien korelasi menunjukkan nilai keeratan hubungan antara variabel pengamatan ukuran tubuh dengan bobot badan untuk menduga bobot badan Sapi Bali betina. Tabel 4.2. Analisis Korelasi Bobot Badan dengan Ukuran-Ukuran Tubuh Ukuran Bobot Tinggi Lingkar Lebar Dalam Panjang 22

Tubuh Badan pundak Dada Dada Dada Badan Tinggi Pundak 0.167 0.371 Lingkar Dada 0.769 0.065 0.000 0.728 Lebar dada 0.073 0.425-0.053 0.695 0.776 0.320 Dalam Dada 0.115 0.090 0.310-0.193 0.537 0.631 0.090 0.298 Panjang Badan 0.486 0.379 0.535-0.199 0.298 0.006 0.035 0.002 0.284 0.103 Tinggi Pinggul 0.038 0.423 0.095-0.067 0.161 0.360 0.841 0.018 0.613 0.719 0.386 0.047 Data olahan 2013 Berdasarkan Tabel 4.2 hasil analisis korelasi antara bobot badan dengan ukuran-ukuran tubuh diperoleh korelasi tertinggi dengan bobot badan adalah lingkar dada (0.769 cm) diikuti panjang badan (0,486 cm), tinggi pundak (0,167 cm), dalam dada (0,115 cm), lebar dada (0,038 cm) dan tinggi pinggul (0,013cm). Nilai korelasi antara bobot badan dengan lingkar dada (0,769 cm) pada hasil penelitian ini termasuk kategori tinggi, antara bobot badan dengan panjang badan (0,468 cm) termasuk kategori sedang, dan antara bobot badan dengan tinggi pundak (0,167 cm), dalam dada (0,115 cm), lebar dada (0,038 cm), tinggi pinggul (0,013 cm) termasuk kategori rendah. Sugiyono (2012) menyatakan bahwa inverval koefisien korelasi antara 0,00 0,20 menunjukan tingkat hubungan korelasi rendah, interval koefisien kolerasi antara 23

0,20 0,50 tingkat hubungan korelasi adalah sedang, serta interval koefisien korelasi 0,5 1,00 menunjukan tingkat hubungan korelasi sangat kuat atau kategori tinggi. Guntoro (2002) yang menyatakan kondisi tubuh Sapi Bali dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori, yakni kategori tinggi atau gemuk, kategori sedang dan kategori kurus atau rendah. Nilai korelasi yang mendekati 1 artinya terdapat keeratan hubungan positif antara lingkar dada dengan bobot badan. Supranto (1996) dalam Purnomoadi dan Dartosukarno (2012), menyatakan bahwa nilai korelasi mendekati 1 menunjukkan adanya hubungan sangat kuat dan positif antara dua variabel, Winter (1961) dalam Wendri (2010) menyatakan bahwa ternak yang sedang tumbuh setiap pertumbuhan 1 % lingkar dada diikuti oleh kenaikan bobot badan sebesar 3 %, ditambahkan oleh Kidwel (1965) dalam Wendri (2010) penafsiran yang paling tepat dalam pendugaan bobot badan ternak Sapi Bali adalah melalui ukuran lingkar dada. D. Analisis Regresi Bobot Badan dengan Ukuran- ukuran Tubuh Analisis regresi berganda adalah persamaan regresi dengan satu peubah tak bebas (Y) dengan lebih dari satu peubah bebas (X). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel peubah bebas (X) berhubungan positif atau negatif dengan variabel peubah tak bebas (Y). Umumnya data hasil pengamatan Y terjadi akibat variabel-variabel bebas, sehingga diperoleh persamaan regresi Y = a + b 1 x 1 + b 2 x 2 + b 3 x 3 + b 4 x 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6. Dalam penelitian ini variabel bebas (X) yang digunakan adalah tinggi pundak (X 1 ), lingkar dada (X 2 ), lebar dada (X 3 ), dalam dada 24

(X 4 ), panjang badan (X 5 ), tinggi pinggul (X 6 ) dan variabel terikat (Y) adalah bobot badan. Metode analisis regresi berganda yang digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian adalah metode analisis regresi berganda metode stepwise, sebab metode ini dapat menghindari adanya pengaruh korelasi antara variabel X (multikoleneritas) yang akan mempengaruhi persamaan regresi yang diperoleh. Tabel 4.3. Perhitungan Analisis Berganda Metode Stepwise Step 1 Constant -41.55 Lingkar Dada 1.53 T-Value 6.49 P-Value 0.000 Data olahan 2013 Berdasarkan hasil analisis regresi berganda metode stepwise pada Tabel 3 diperoleh persamaan regresi Y = -41.55 + 1,53X1, dengan (Y) adalah bobot badan, (a) adalah intersep, (X1) adalah lingkar dada. Variabel tinggi pundak (X2), lebar dada (X3), dalam dada (X4), panjang badan (X5) dan variabel tinggi pinggul (X6)tidak dimasukkan dalam persamaan regresi sebab ditemukan multikoleneritas antar kelima variabel tersebut. Variabel (Y) adalah bobot badan, (a) adalah intersep dengan nilai - 41.55, (b1) dengan nilai 1.53 untuk variabel lingkar dada. Nilai persamaan regresi berganda yang diperoleh pada hasil penelitian dengan nilai a sebesar -41.55 berarti bila nilai X 1 adalah 0 maka nilai Y (bobot badan) adalah 25

sebesar 41.55 kg. Nilai b yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar 1,53 artinya bila nilai X 1 bertambah 1 cm maka nilai Y (bobot badan) akan bertambah sebesar 1,53. Nilai R-Sq dalam hasil penelitian ini adalah sebesar 57.79% artinya pada pengukuran bobot badan Sapi Bali betina yang dipelihara secara intensif 57,79% dipengaruhi oleh lingkar dada, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor lingkar dada yang belum diketahui. 26