BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia ini semakin pesat. Perhatian masyarakat akan bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang dari kayu lebih disukai. Terdapat bukti bahwa implikasi penggunaan kayu sebagai sumber energi dari bahan yang dapat diperbaharui telah mendapat dukungan psikologis dari masyarakat dan memberikan dampak sampai sekarang dan tahun mendatang. Keuntungan-keutungan dari segi alamiah dari kayu yaitu; dapat digunakan sebagai bahan baku sumber energi untuk menghasilkan produk. Sejalan dengan penambahan penduduk, kebutuhan terhadap tekstil dan kertas mengalami peningkatan yang tinggi. Pemakaian kertas meningkat sekitar 50% selama sepuluh tahun terakhir. Dengan meningkatnya kebutuhan akan kertas, maka secara langsung kebutuhan akan pulp sebagai bahan setengah jadi untuk pembuatan kertas meningkat pula. Pulp merupakan bahan baku untuk pembuatan kertas, rayon, dan senyawa-senyawa kimia turunan selulosa. Pulp dan kertas termasuk salah satu komoditi andalan yang diharapkan dapat meningkatkan kontribusinya dalam pengumpulan Devisa Negara. Hal inilah yang melatarbelakangi didirikannya PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.
PT. Toba Pulp Lestari merupakan sebuah industri pulp yang berlokasi di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir yang berjarak ± 220 km dari kota Medan, Sumatera Utara. Salah satu yang merupakan bahan baku pabrik untuk pembuatan pulp diperoleh dari Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Toba Pulp Lestari. Jenis kayu yang digunakan ada dua jenis,yaitu: kayu Eucalyptus dan kayu Alam. Proses pembuatan pulp di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk dilakukan dengan proses secara kimia sulfat (kraft) yang terdiri dari beberapa unit pengolahan. Pembuatan pulp secara kimia adalah proses dimana lignin dihilangkan sehingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada proses pemasakan(digester) dalam bejana. 1. Digester Digester adalah alat pemasak chip atau serpihan kayu yang berbentuk silinder dalam suatu bejana, yang mempunyai volume 200 m³, tinggi 18,67 mm dan diameter 4,2 m. Didalam digester terdapat 2 saringan yang terletak dibagian atas disebut dengan Relief strainer dan yang satunya terletak dibagian tengah digester yang disebut dengan Middle strainer yang berfungsi untuk menjaga agar serat kayu yang sedang diimasukan tidak keluar dari digester pada waktu mensirkulasi cairan pemasak dan pada waktu membuang gas yang ada di digester. Pada proses pemasakan ini menggunakan bahan kimia sebagai cairan pemasak,yaitu ;NaOH,Na 2 S dan Na 2 CO 3 atau yang dikenal dengan lindi putih(white Liquor) dan juga dengan bantuan lindi hitam (Black Liquor) yang merupakan sisa hasil pemasakan yang sebelumnya telah di daur ulang.
2.Washing/Screening Washing dan screening berfungsi untuk memisahkan Black liquor yang terkandung dalam pulp dengan menggunakan air pencuci seminimum mungkin. Setalah washing, bubur pulp kemudian masuk ke washer stock selanjutnya dimasukkan ke unit screening. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pulp yang benar-benar bersih. 3.Bleaching Plant Bleaching plant adalah peralatan yang dapat mengubah bubur pulp berwarna coklat menjadi bubur pulp berwarna putih dengan menggunakan bahan kimia tertentu atau untuk menaikkan derajat keputihan (Brightness) dan kemurnian pulp. Bahan kimia yang digunakan pada proses ini sebagai zat pengelatangan yaitu; klorin dioksida(clo 2 ) dan Hidrogen peroksida (H 2 O 2 ). Bahan kimia inilah yang digunakan untuk menghilangkan lignin yang terkandung dalam bubur pulp. Pada PT.Toba Pulp Lestari proses bleaching dibagi atas empat tahap, yaitu: tahap Do, tahap E/O/P, tahap D1 dan tahap EP2. Secara umum, standart mutu pulp diukur dari brightness dan kekuatan serat pulp tersebut. Brightness yang diinginkan adalah 88% ISO. Untuk mencapai target brightness tersebut, maka pemakain Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) merupakan faktor yang harus diperhatikan. Jika penambahan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) kurang, maka derajat keputihan (brightness) dari pulp tersebut tidak tercapai sesuai dengan target yang diinginkan bahkan warna pulp yang dihasilkan cenderung berwarna gelap. Sebaliknya jika penambahann hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) berlebih, maka warna pulp ini menjadi terang dan cemerlang. Tetapi masalahnya adalah terjadi kerusakan pada serat(fibre)
selulosa pada pulp itu sendiri, yang menyebabkan pulp menjadi rapuh dan mudah rusak. Berdasarkan pola pemikiran ini, maka penulis tertarik untuk melihat bagian judul : PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) PADA TAHAP EP2 TERHADAP BRIGHTNESS PULP DI UNIT BLEACHING PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA 1.2 Permasalan Pada proses bleaching merupakan suatu perlakuan dengan proses kimia terhadap pulp untuk mengubah atau menghilangkan bahan /zat pewarna sehingga pulp tersebut memiliki brightness yang lebih tinggi. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk menghasilkan warna pada pulp. Dari uraian diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah: 1.Bagaimana pengaruh jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) terhadap derajat keputihan (brightness) pulp pada tahap EP2. 2.Berapa jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) untuk memperoleh derajat keputihan (brightness) pulp pada tahap EP2 sesuai dengan standart ISO. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) terhadap derajat keputihan (brightness) pulp pada tahap EP2.
2. Untuk mengetahui jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) untuk memperoleh derajat keputihan (brightness) pulp pada tahap EP2 sesuai dengan standart ISO. 1.3.2 Manfaat Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemakaian Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) terhadap derajat keputihan pulp (brightness) dan mengetahui variabel-variabel dalam proses pegolahan pulp serta mengetahui standart kecerahan (brightness) pulp yang diproduksi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.