KOREOGRAFI TARI BARUKLINTING DI SMA NEGERI 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
Desain Estetik Dalam Komposisi Tari Berpasangan Oleh: Lilin Candrawati.S.

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI

ANALISIS BENTUK GERAK TARI KREASI GEUNTA PADA SANGGAR SEULAWEUET

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi

Teknik dan Kriteria Evaluasi Pendidikan Seni Tari Dewi Karyati dan Maman Tocharman

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala *

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

KOREOGRAFI TARI OREK-OREK DI SANGGAR ASRI BUDAYA LASEM KABUPATEN REMBANG

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

Garapan Abimanyu Wigna Kiriman: Kadek Sidik Aryawan, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

PROSES PENCIPTAAN TARI SILONGOR DI SMP NEGERI 2 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE ABSTRAK

3. Karakteristik tari

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

TARI KENYA LENGGER KARYA MULYANI KABUPATEN WONOSOBO (KAJIAN KOREOGRAFI)

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

SEKARTAJI. Kata Kunci: Karakter, Tokoh, dan Sekartaji

PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

PROSES PENCIPTAAN KOREOGRAFI TARI RENGGO MANIS DI KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

TARI MANGESTHI DALAM RANGKA DISKUSI DAN PELUNCURAN BUKU THE POLITIC OF OPENING CEREMONY

KOREOGRAFI TARI NYAI BRINTIK GARAPAN YOYOK BAMBANG PRIYAMBODO

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas

MODEL DESAIN GERAK TARI KELOMPOK UNTUK PELATIHAN GURU SENI BUDAYA SMP

TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

TARI SELOKA KUSUMAYUDA

KAJIAN KOREOGRAFI TARI WANARA PARISUKA DI KELURAHAN KANDRI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG Putri Nuur Wulansari Moh. Hasan Bisri., S.Sn., M.

BAB. Eksplorasi Gerak Tari: Konsep, Teknik, dan Prosedur. Di unduh dari : Bukupaket.com. Alur Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan

PEMBELAJARAN TARI KREASI LAMPUNG MELALUI KOREOGRAFI DI SMAN 5 BANDAR LAMPUNG. (Jurnal Penelitian) Oleh NABILLA KURNIA ADZAN

KAJIAN KOREOGRAFI TARI CANGKLAK DI SANGGAR RAMPOE KOTA BANDA ACEH ABSTRAK

PENYAJIAN VISUAL KOREOGRAFI PENDIDIKAN MBLEKOK NULOG SHEOCIANA RAMELIAH

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

BAB V KESIMPULAN. atau gangguan jiwa, dalam karya ini kegilaan tersebut di kemas dengan lebih

KOMPOSISI TARI 1. Gerak Tari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku

SENI BUDAYA (TARI) SMA/MA

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

MENGUNGKAP NILAI PERJUANGAN MELALUI KETERBATASAN RUANG GERAK DALAM KARYA STRUGGLE

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARI TARI KLASIK GAYA SURAKARTA MELALUI PENDEKATAN APRESIASI

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA

Gambar 2.4. Eksplorasi langsung melihat kegiatan di tempat pembuangan sampah Koleksi : Program nstudi Pendidikan Tari Tari FBS UNJ

Proses Penciptaan Tari. Oleh : Joko Pamungkas, M.Pd.

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

SILABUS PEMBELAJARAN

S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II. Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP

Berdasarkan hasil pengematan buatlah definisi tari menurut Anda:

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

Kata Kunci : In Control, Keseimbangan, Liris

ESTETIKA TARI KUDA KEPANG DESA PENIRON KABUPATEN KEBUMEN

SENI BUDAYA (TARI) SMA/MA

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Skripsi

BAB IV KESIMPULAN. putri menggunakan properti dhodhog. Tari Reog Dhodhog mulai dikenal oleh

Dasar Kreativitas Tari

VISUALISASI ADEGAN KEPRAJURITAN DALAM PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG JATIDUWUR JOMBANG DALAM KARYA TARI NAYAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

TARI KURDHA WANENGYUDA

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

PERJUANGAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI TANAH ARON DALAM KARYA FOTOGRAFI DOKUMENTER

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah prosedur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ARIF RAMDAN, 2014

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

UPAYA PENINGKATKAN KUALITAS GARAP KOREOGRAFI ANAK MELALUI METODE INDIVIDUAL MAHASISWA JURDIK SENI TARI FBS UNY

PEMBELAJARAN SENI TARI MELALUI BASIC LEARNING DI SMP NEGERI 17 SURABAYA. Oleh: VINA NUR INDAH SARI NIM:

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

Transkripsi:

KOREOGRAFI TARI BARUKLINTING DI SMA NEGERI 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Fitri Dwiningrum R. Indriyanto Universitas Negeri Semarang Email: Fitridwi_n@yahoo.co.id Abstrak Koreografi tari baruklinting merupakan karya tari baru yang digarap oleh koreografer guru seni tari SMA Negeri 2 Ungaran. Idenya berasal dari legenda rawa pening di Kabupaten Semarang yang menggambarkan anak bajang dan terjadinya legenda rawa pening. Tarian ini tertata secara koreografis dan mempunyai keindahan yang khas. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana koreografi dengan kajian pokok bagaimana bentuk koreografi tari Baruklinting, proses koreografi tari baruklinting, dan nilai estetis koreografi tari baruklinting. Hasil penelitian koreografi tari Baruklinting dibagi menjadi dua tahap yaitu bentuk koreografi tari Baruklinting dan proses koreografi tari Baruklinting. Bentuk koreografi tari Baruklinting memiliki 5 adegan, proses koreografi tari Barukliting melalui penemuan ide, eksplorasi, improvisasi dan komposisi.. Nilai estetis dapat dilihat dari bentuk koreografi yang terdiri dari aspek gerak yaitu tenaga, ruang dan waktu yang lincah dan enerjik. Komponen koreografi terdiri dari iringan laras pelog, tata rias karakter dan korektif serta tata busana yang sesuai dengan peran agar mampu membangun karakter tokoh. Kata kunci: Koreografi, Tari Baruklinting, Estetis, CHOREOGRAPHY BARUKLINTING DANCE IN SENIOR HIGH SCHOOL OF 2 UNGARAN IN SEMARANG REGENCY Absract Baruklinting choreography dance is a new creation dance created by the dance teacher of SMA Negeri 2 Ungaran, this dance inspired from the folk story of Rawa Pening in Semarang regency that describing the child of Bajang and tell the story of how Rawa Pening happens. This dance orderly in choreography and has its own beuty in peculiar. The issue conducting into this research are how choreography related with the basic studies how the form choreography Baruklinting dance related with the basic study, the process of choreography of Baruklinting dance and aesthetic value choreography Baruklinting dance. The result of this research showed that choreography Baruklinting dance consist of two stages, there are : the form of choreography Baruklinting dance and process choreography Baruklinting dance. Form of choreography Baruklinting dance has five scenes in one story. The process choreography Baruklinting dance is found through the process of idea, exploration, composition, and improvisation. Aesthetic value can be seen from the choreography consisted of aspects of movement, namely, the power, space, and time which is agile and full of energy. Component choreography consists of the accompaniment of Laras Pelog, make up character korektif and also wardrobe which is corresponding with the role so that it is able to built the character figure. Keywords: Choreography, Baruklinting Dance, Aesthetic.

PENDAHULUAN Tari adalah ungkapan yang diaplikasikan ke dalam gerak ritmis. Seni pertunjukan khususnya seni tari, bahwa maksud seni tari adalah menampalkan suatu gagasan melalui serangkaian-serangkaian gerak ritmis yang harmonis, sebuah tarian adalah penyajian serangkaian gerak, bukan potongan-potongan gerak. Tari sebagai bentuk seni merupakan salah satu santapan estetik manusia. Keindahan dalam tari hadir demi suatu kepuasan, kebahagiaan dan harapan batin manusia, baik sebagai pencipta peraga, maupun penikmatnya (Jazuli, 1994:14). Tari atau koreografi bagaikan sebuah kejadian, sehingga ekspresi gerak yang diungkapkan secara abstrak adalah pandangan yang sangat dalam dari seorang penari. Proses menyusun gerak ke dalam sebuah tari agar memiliki nilai estetis, harus melalui beberapa tahap yaitu dengan eksplorasi, improvisasi dan komposisi, setelah melakukan tahap eksplorasi, improvisasi, dan komposisi maka sebuah garapan tari telah tercipta dan menjadi satu tarian yang utuh Proses penciptaan tari dan unsurunsur yang ada didalam tari tersebut biasa disebut dengan koreografi. Ditinjau dari koreografi tari Baruklinting memiliki keunikan pada ragam gerak yaitu kerakyatan dengan menceritakan kegiatan masyarakat pada gerakan kaki, tangan, dan kepala yang lugu, lugas ritmis, nglangut dan keras enerjik disesuaikan dengan cerita adegan yang penuh sengat dan enerjik, demikian juga dengan properti yang membawa replika Naga Baruklinting yang memiliki panjang ± 7 Meter dan berat. Karakteristik yang paling menonjol di tari Baruklinting yaitu replika Naga Baruklinting, bahwa tari Baruklinting yang tercipta di SMA Negeri 2 ungaran sehingga sangat menarik dan sebagai ciri khas Kabupaten Semarang. Tari Baruklinting yang merupakan salah satu unsur kebudayaan dari Kabupaten Semarang. Tari Baruklinting merupakan sendratari kreasi baru karena tarian inovasi dari seorang koreografer atau pencipta tari untuk menciptakan tarian baru. Tari Baruklinting diciptakan oleh Bapak Joko Priyanto dan Ibu Kaeksi pada tahun 2006 beliau adalah guru seni tari di SMA Negeri 2 Ungaran yang terletak di jalan Diponegoro No 277 Ungaran, pada awalnya Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Ungaran meminta sebuah karya tari mengambil ide cerita legenda rawa pening dalam bentuk sendratari kolosal yang menceritakan terjadinya rawa pening yang akan ditampilkan di Gelar Inovasi Siswa pada tahun 2006, awal pembuatan replika Naga Baruklinting panjang 17 Meter yang akan dibawa pada acara 17 Agustus 2006. Menurut Murgiyanto (1983: 4-7) koreografi lebih diartikan sebagai pengetahuan tari atau hasil susunan tari, sedangkan seniman atau penyusunannya dikenal dengan korografer, dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai piñata tari. Seorang seniman tari jadi pelatih tari atau guru tari dan satu dua orang yang beruntung memiliki bakat alami sebagai piñata tari, bahkan ada yang berhasil menciptakan karya-karya baru. Seorang penata tari adalah seorang yang merencana, mengatur,

dan bertanggung jawab atas sebuah karya tari. Meliputi pekerjaan mendesain, merencana, dan membangun ditambahi dengan bagaimana membuat sebuah karyanya efektif diatas pentas lewat penafsiran penari-penarinya. Penata tari atau koreografer adalah orang yang membuat atau menggarap koreografi. Penata tari dalam suatu produksi tari adalah seorang pemimpin atau director yang dalam dunia teater sering disebut sutradara (Hadi 2003:37). (dibuang saja) Proses koreografi melalui eksplorasi, improvisasi, dan juga seleksi adalah pengalaman-pengalaman tari yang dapat memperkuat kreativitas, dalam proses koreografi kelompok, baik penata tari maupun penari harus memahami pengertian hubungan atau keterkatan. Khususnya dalam koreografi kelompok. Seorang penata tari sebaiknya tidak terlibat sebagai penari dalam kelompok, agar prosesnya senantiasa dapat mengamati dan merasakan keutuhan kelompok dari jarak hubungan tertentu (Hadi 1996:36). Ide, isi atau gagasan tari adalah bagian dari tari yang tak terlihat yang merupakan hasil pengaturan unsur-unsur psikologis dan pengalaman emosional. Proses memilih dan mengolah elemenelemen inilah yang merupakan proses garapan isi tari dari sebuah komposisi, yang menjadi sumber inspirasi tari begitu diserap penata tari akan menjadi pribadi sifatnya (Murgiyanto 1986:144) Eksplorasi Eksplorasi adalah suatu proses penjajagan yaitu sebagai pengalaman untuk menanggapi obyek dari luar. Hayes sebagaimana dikutip Hadi(dalam Indriyanto 2012:9) menjelaskan bahwa eksplorasi meliputi berfikir, berimajinasi merasakan, dan merespon, pada tingkat pengembangan kreativitas, eksplorasi sebagai pengalaman pertama bagi seorang penata tari/penari untuk menjajagi ide-ide, rangsang dari luar (Hadi 1996:39-40). Improvisasi Improvisasi adalah pengalam tari yang sangat diperlukan dalam proses koreografi kelompok. Melalui improvisasi diharapkan para penari mempunyai keterbukaan yang bebas untuk mengekspresikan perasaannya lewat media gerak improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak secara kebetulan atau spontan, walaupun gerak-gerak tertentu muncul dari gerak-gerak yang pernah dipelajari atau ditemukan sebelumnya, tetapi ciri spontanitas menandai hadirnya improvisasi. Kreativitas melalui improvisasi sering diartikan sebagai terbang ke yang tidak diketahui, dari pengalaman hadirlah suatu kesadaran baru yang bersifat ekspresif yaitu gerak (Hadi 1996:43). Hal tersebut sependapat dengan Murgiyanto (1986:21) improvisasi dilakukan untuk memperoleh gerakan-gerakan baru yang segar dan spontan. Komposisi Murgiyanto(1983:11)menjela skan tentang pengertian komposisi atau compotition berasal dari kata to compose yang artinya meletakkan, mengatur, atau menata bagian-bagian sedemikian rupa sehingga satu sama

lain saling berhubungan dan secara bersama membentuk kesatuan yang utuh. Senen(2005:135) menambahkan bahwa proses pencitaan tari dilakukan melalui tahapan-tahapan yang meliputi pengamatan dan penjelajahan terhadap sumber (eksplorasi), pengolahan sumber dengan berbagai teknik (improvisasi), dan penyusunan elemen-elemen (pembentukan), dan penyajian(pertunjukan). METODE Peneliti menggunakan pendektan kualitatif untuk mengetahui, memahami dan menjelaskan secara deskrpsi tentang bagaimana koreografi tari baruklinting dengan kajian pokok bagaimana proses koreografi, bagaimana bentuk koreografi, dan bagaimana nilai estetis koreografi tari baruklinting. Memiliki tahapantahapan yang dilakukan meliputi penemuan ide, proses garap yaitu eksplorasi, improvisasi dan komposisi. bentuk koreografi tari Baruklinting yang meliputi gerak, musik iringan, tata rias, tata busana, dan properti yang digunakan. Sifat kualitatif mengarah pada mutu uraian dan pemahaman tentang koreografi tari Baruklinting. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang sasaran penelitian ini adalah koreografi tari Baruklinting yang terdiri dari poses koreografi, bentuk koreografi, dan nilai esteti koreografi tari Baruklinting. Data penelitian tersebut diperoleh melalui: 1. Observasi Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu observasi non sistematis dan observasi sistematis. 2. Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara ( Interview) untuk memperoleh informasi daru terwawancara ( interview). Teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiproses koreografi, bentuk koreografi, dan nilai estetis koreografi tari baruklinting. 3. Dokumentasi Dokumentasi yang diperoleh dari lapangan diolah dan dipilih sesuai dengan materi penelitian. Dalam hal ini penulis memilih objek yang dapat dijadiakan di dokumentasi sesuai dengan guna dan keterkaitannnya dengan tari Baruklinting khususnya koreografi tari Baruklinting karena tidak mudah mendapatkan dokumentasai dari tari baruklinting. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bentuk koreografi Tari Baruklinting yang sudah dikembangkan dari gerakan namun tetap berpatokan pada gerakan rakyat dengan aspek gerak yang sesuai dengan cerita rawa pening yang didominasi dengan gerakan kaki dan tangan yang menggunakan tenaga yang besar, sedang dan kecil sehingga gerak yang dihasilkan

adalah gerak yang bersifat lincah dan enerjik. Kostum yang sederhana sesuai dengan peran tokoh masingmasing yang mencerminkan status sosial yang didukung dengan tata rias yang berbeda-beda pula yang menggambarkan peran masingmasing penari, properti yang sesuai dengan tema tari yaitu legenda rawa pening dengan menggunakan pedang, lidi, dan replika naga. Tempat pertunjukan dari pementasan tari Baruklinting ini adalah sesuai dengan kebutuhan di ruang tertutup dan di lapangan terbuka. Proses koreografi tari Baruklinting memliki tahap-tahap yang harus dilalui yaitu penemuan ide, proses garap eksplorasi, improvisasidan komposisi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menemukan klasifikasi dari tahapan-tahapan dalam proses penemuan ide, proses garap eksplorasi, improvisasi dan komposisi. Serta nilai estetis koreografi tari Baruklinting. Proses penemuan ide Tahap awal koreografi tari baruklinting adalah proses penemuan ide. Koreografer menemukan ide cerita tentang legenda rawa pening diawali melalui rangsang visual. Rangsang visual yang dimaksud adalah koreografer mengamati legenda asal usul rawa pening. Koreografer mengamati isi cerita pada masyarakat di rawa pening. Proses Eksplorasi Pada proses eksplorasi melihat beberapa kejadian yang ada didalam cerita legenda rawa pening, seperti ada pesta rakyat yang sedang memotong-motong daging anak bajang. Kemudian koreografer membuat pola-pola pada adegan cerita karena sebagian besar gerakan sesuai kegiatan yang ada di cerita legenda rawa pening. Proses eksplorasi yang terjadi pada tari Baruklinting melalui rangsang gagasan yang dilalui koreografer dibentuk dengan intensif untuk menyampaikan gagasan atau menggelarkan cerita. Berdasarkan imajinasinya mengerti cerita legenda rawa pening yang ada di Ambarawa. Pengamatan Ibu Kaeksi terhadap gerakkan yang Ki Hajar Salukantoro memberikan sebuah pusaka kepada Ari wulan itu ada didalam cerita legenda rawa pening, yang akhirnya Ari Wulan hamil dan lahir anak bajang. Sehingga gerak yang tercipta pada tari Baruklinting adalah gerak yang didominasi oleh cerita rakyat yang asli legenda Rawa Pening. Ibu Kaeksi juga melihat refrensi gerakan-gerakan dari tari kerakyatan yang tayub kemudian gerakan pada tari tayub dimasukkan ke dalam tari Baruklinting. Proses Improvisasi Proses improvisasi yang dilakukan oleh Ibu Kaeksi adalah spontan dan dilakukan dilokasi latihan saat proses latihan tari Baruklinting berlangsung. Pada saat itu Ibu Keksi sudah mempelajari cerita asal usul legenda rawa pening, sehingga Ibu Kaeksi langsung berimajinasi secara langsung pada saat latihan dan mencari gerakan yang didapat tidak jauh berbeda dengan cerita aslinya.

Improvisasi yang terdapat pada tari baruklinting masih berpatokan sesuai dengan isi cerita legenda rawa pening, hanya beberapa bagian yang sudah dikreasikan agar penonton tidak bosan jika melihat pentas tari Baruklinting. Pada iringan tari Baruklinting menggunakan gamelan lengkap, ceng-ceng, bas dram, dan rebana. Agar pada saat penampilan tari Baruklinting penonton tertarik untuk melihatnya dan mengetahui adanya cerita Baruklinting. Proses Komposisi Pada komposisi tari Baruklinting telah diberi pengembangan gerak dengan motif yang berbeda yang dilakukan dengan mengorbankan kekuatan ekspresif dari gerak, dalam hal ini, yang lebih dipentingkan adalah urutan dan kejelasan cerita, tanpa memperhatikan kekuatan medium ungkap tari sendiri, yaitu gerak. Ada beberapa variasi gerakan dengan formasi yang terdiri dari formasi serempak, berselang-seling, berimbang. Hal itu dilakukan sebagai usaha untuk memberikan kesan estetik/indah pada tari Baruklinting dan terlihat lebih menarik sehingga penonton tidak merasa bosan ketika menonton pertunjukan tari Baruklinting. Komposisi tari dibagi menjadi beberapa unsur yaitu: 1) kesatuan yang utuh (unity) Tari Baruklinting kesatuan dapat dilihat antar bagian tari, dimana setiap unsure pokok maupun unsure pendukung tari saling mempengaruhi. Seperti halnya dalam gerak sebagai unsure pokok tidak akan baik jika tidak ada iringan maupun tata rias dan tata busana yang menyertainya. Misalnya pada ragam gerak jurus geyol menggunakan iringan prau layar, dimana iringan tersebut menggunakan ritme yang bertempo cepat. Selain itu tata rias dan busana juga terlihat pada baik dimana penari menggunakan rias korektif, busana yang digunakan hanya menggunakan baju kostum lengan pendek, jarik, legging pendek, dan sampur. 2) Keragaman (variasi) Keragaman gerak pada tari Baruklinting ini dapat dilihat pada ragam gerak srisig, karena pada ragam gerak ini merupakan ragam gerak yang sering diulang dengan variasi yang berbeda. Ragam gerak srisig digunakan saat akan peralihan keragam gerak yang selanjutnya. Variasi juga terlihat pada ragam gerak sindet kanan yang dilakukan ditempat saja, tenaga yang digunakan yaitu sedang. Penggunaan warna busana yang digunakan juga bervariasi yaitu menggunakan warna merah dan biru dengan aksesoris yang menarik, sehingga memberikan kesan yang mewah. 3) Pengulangan (repitisi) Penggarapan tari Baruklinting ini didapat berbagai pengulangan ragam gerak disetiap gerak-gerak yang sudah ada. Seperti pada ragam gerak sindhet kanan, ragam gerak ini digunakan, ragam gerak ini digunakan saat penari akan melakukan ragam gerak selanjutnya yaitu tumpang tali. Selain itu pengulangan gerak sendi pada setiap ragam gerak juga dilihat dari adanya keterkaitan antar ragam gerak satu dengan ragam gerak yang lain. Misalnya ragam gerak tmpang tali

kemudian dilanjutkan dengan badan hoyog kedepandan langkah loro. 4) Transisi Transisi pada tari Baruklinting ini terlihat pada gerakan penghubung yang digunakan. Seperti ragam gerak sindhet kanan, srisig, tumpang tali, ragam gerak ini digunakan sebagai gerak penghubung antar ragam gerak satu dengan ragam gerak yang lain. Sindhet kanan, srisig, tumpang tali ini dilakukan setiap kali akan melakukan ragam gerak selanjutnya. Dengan adanya gerak penghubung disetiap gerakan akan terlihat bagian gerakan yang indah dan antar bagian gerakan itu saling terkait. 5) Urutan (sequence) Urutan pada tari baruklinting terlihat dari masing-masing gerakan. Misalnya setelah ragam laras sawit kemudian dilanjutkan dengan ukel karno dan lembeyan separo. Setiap urutan pada tari Baruklinting ini memiliki makna tersendiri pada setiap ragam gerak yang digunakan. Hal ini dapat dilihat pada ragam gerak berdoa, pada ragam gerak ini penari seperti melakukan berdoa memohon ampun. Ragam gerak dari awal sampai akhir juga harus menjadi pertimbangan koreografer pada saat menciptakan sebuah karya tari. 6) Keseimbangan (Balance) Keseimbangan tari Baruklinting dapat dilihat dari ragam gerak awal yaitu srisig sampai ragam gerak akhir srisig menthang tang kiri, dalam hal ini penari harus menguasai atau menyeimbangkan setiap gerakan terhadap penari yang lain. Ragam gerak awal sampai akhir juga harus dilihat dari pengaturan pola lantai yang telah dibuat, dalam tari Baruklinting ini pola lantai antar bagian ragam gerak tari berbeda pola. Jumlah penari pada tari Baruklinting juga sangat berpengaruh pada setiap ragam gerak yang dilakukan, banyak penari pada tari baruklinting yang berjumlah kurang lebih 30 anak ini memperlihatkan gerakan-gerakan penari yang lembut dapat mengimbangi gerakan yang kuat dan dinamis. Begitupun dengan area pentas yang lemah dapat diperkuat dengan gerak yang secara proposional mempunyai kekuatan yang besar, seperti halnya pada ragam gerak srisig. 7) Harmoni Harmoni dapat dilihat dari ragam gerak geyol bokong yang menggunakan kekuatan sedang kemudian dilanjut dengan ragam gerak langkah siji yang hanya menggunakan kekuatan sedikit. Banyak sedikitnya kekuatan yang digunakan dam tari Baruklinting ini sangat berpengaruh terhadap ragam gerak satu dengan ragam gerak yang lain. Keselarasan antar ragam gerak awa; sampai akhir juga harus dipoerhatikan, termasuk keselarasan antar unsur pokok dan unsur pendukung tari tersebut. 8) Klimaks Tari Baruklinting sudah mencapai tahap akhir dimana makna yang terkandung dalam ragam gerak harus lebih ditonjolkan, hal ini dapat dilihat dari gerak inti yang berupa ragam gerak cabut lidi. Gerak cabut lidi ini menggambarkan seorang yang sedang mencabut lidi pada akhirnya keluar air dari lubang tersebut sehingga menjadi sebuah rawa, yaitu rawa pening, dalam gerakan inti ini penari bersama-sama

memasuki adegan cabut lidi dengan menggunakan tempo yang sedang yang terlihat kesannya tegang. Nilai Estetika Gerak Koreografi Tari Baruklinting Nilai estetis yang nilai estetis yang terdapat pada gerak tari Baruklinting adalah gerakan yang lugu, lugas, ritmis, nglangut, keras, dan enerjik di setiap gerakan tari Baruklinting. Penggunaan tenaga yang besar pada ragam gerak anak bajang tranjalan, naga digerakkan berputar-putar dengan aksen yang besar. Tempo yang cepat dengan ritme yang cepat dan gerakn enerjik agar terkesan tegas dan mencengangkan. Nilai Estetika Iringan Koreografi Tari Baruklinting Nilai estetis yang terdapat pada iringan tari Baruklinting yaitu pola-pola musik kerakyatan khas Baruklinting yang terdapat instrument ceng-ceng, bas dram dan rebana. Misalnya gending lagu ungaran serasi, prau layar, masku mambang, dengan irama yang dinamis yang mampu membangun suasana bersemangat dan menarik untuk ditonton. Nilai Estetis Tata Rias dan Tata Busana Koreografi Tari Baruklinting Nilai estetis yang terdapat pada tari Baruklinting adalah sesuai dengan peraga tokoh masing-masing penari yang member kesan cantik, gagah, seperti masyarakat biasa. Karena tari Baruklinting ini adalah tari yang menceritakan legenda yang ada di masyarakat sehingga busana yang dipakai pada tiap-tiap peraga memberikan kesan masing-masing. Nilai Estetis Properti Koreografi Tari Baruklinting Properti yang diguanakan adalah pedang, lidi, dan replika naga. Pedang merupakan properti yang digunakan untuk menari memberi kesan pada gerak memotong daging. Replika naga adalah identitas cerita legenda rawa pening awal cerita adanya Baruklinting atau naga. Lidi yang digunakan untuk menandakan pada saat air rawa yang akan muncul di adegan terkhir. Tarian ini menggambarkan legenda rawa pening sehingg pada gerakan yang memakai properti sesuai dengan cerita rawa pening. SIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil bahwa tari Baruklinting yang ada di SMA Negeri 2 Ungaran memiliki bentuk koreografi yang sudah dikembangkan dari gerakan namun tetap berpatokan pada gerakan rakyat dengan aspek gerak dengan elemen-elemen gerak yang mencangkup ruang, waktu, dan tenaga. Gerak yang terdapat di tari baruklinting adalah gerakan yang sesuai dengan cerita rawa pening yang didominasi dengan gerakan kaki dan tangan dengan menggunakan tenaga yang besar, sedang, dan kecil sehingga gerak yang dihasilkan adalah gerak yang bersifat enerjik dan lincah. Kostum yang sederhana sesuai dengan peran tokoh masing-masing yang mencerminkan status sosial yang didukung dengan tata rias yang berbeda-beda pula yang menggambarkan peran masing-

masing penari, properti yang sesuai dengan tema tari yaitu legenda rawa pening dengan menggunakan pedang, lidi, dan replika naga. Tempat pertunjukan dari pementasan tari Baruklinting ini adalah sesuai dengan kebutuhan di ruang tertutup dan di lapangan terbuka. proses koreografi dilakukan oleh Ibu Kaeksi melalui proses penemuan ide yang mngambil ide dari cerita legenda rawa pening di kecamatan Ambarawa, proses garap yang terdiri dari eksplorasi gerak yang mnyesuaikan setiap adegan. Improvisasi gerak, dan komposisi tahapan yang mengkomposisikan gerak, iringan, tata rias dan tata busana, untuk mencapai sebuah komposisi yang memenuhi syarat estetis dan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan seperti kesatuan, keragaman, pengulangan, kontras, transisi, berurutan, klimaks, keseimbangan, dan harmoni, sehingga tercipta nilai keindahan yang utuh, bervariasi, dan seimbang antar bagian tari Baruklinting. Nilai estetis yang terdapat pada gerak adalah menggunakan pola-pola gerakan yang dinamis, rampak, lincah, dan tegas di setiap gerakan tari Baruklinting pada iringan menambah dan memperkuat gerakan rampak dan tegas menggunakanirama pelog dan didukung oleh tata rias korektif dan karakter mengingat tarian ini tema legenda rawa pening yang didalam tarian ini ada beberapa peran dan busana yang sederhana sesuai dengan peran yang mampu membangun suasana tata rias penari pada karakter tokoh. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengamati bahwa proses koreografi tari Baruklinting merupakan tahapan penciptaan sebuah karya tari oleh laku kreatif seorang koreografer, proses penciptaan tari Baruklinting yang menggunakan penemuan ide, eksplorasi, improvisasi dan komposisi, yang memerlukan waktu untuk menyesuaikan adegan cerita tari Baruklinting dalam suatu proses karena adanya keterbatasan waktu dan fasilitas, oleh karena itu peneliti menyarankan agar koreografer menuangkan ide agar susunan gerak lebih bervariatif, bentuk koreografi tari Baruklinting dalam penyajiannya menggunakan pola-pola penyajian yaitu ada 5 adegan, sehingga koreografer dapat menyesuaikan adegan yang pertama sampai adegan klimaks agar lebih menghidupkan suasana dari cerita rawa pening, dan nilai estetis koreografi tari Baruklinting dilihat dari sisi koreografi, gerak, iringan, tata rias dan tata busana, dari semua nilai estetis koreografi tari Baruklinting agar dapat menambah kesan-kesan yang dilihat dari gerak, iringan, tata rias dan tata busana. DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sumandiyo.1996.Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Manthili Hadi, Sumandiyo. 2003. Aspek- Aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: e LKAPHI Indriyanto.2012. Handout Paparan Mata Kuliah Analisis Tari.Sendratasik

Jazuli, M. 2001. Metode penelitian kualitatif. Semarang: Jurusan Sendratasik UNNES Jazuli, M.2008. Paradigma Konstektual pendidikan Seni. Semarang: Unesa University Press Murgiyanto, Sal. 1983. Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. DEPDIKBUD Murgiyanto, Sal.1986. Komposisi Tari Dalam Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Senen, I Wayan. 2008. Perempuan dalam seni pertunjukan di Bali. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta