BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara. Pelayanan publik berbentuk pelayanan barang publik maupun

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

I. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pengguna jasa sering dihadapkan pada begitu banyak. enggan berhadapan dengan pemerintah.

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994;768) dalam buku

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu

PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

WALIKOTA BLITAR, PROVINSI JAWA TIMUR

SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 2017

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PENCEGAHAN KKN DAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TUGAS DAN FUNGSI SKPD

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

2 Ruang lingkup Penyelenggara Pelayanan Publik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dijabarkan agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penerap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Luas Wilayah Ha / 127,78 km² (2,18% dari luas Bali) Terdiri dari 4 Kecamatan, 27 Desa dan 16 Kelurahan

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU BUPATI MADIUN,

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/26/M.PAN/2/2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi berdiri dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk

I. PENDAHULUAN. Pada konstelasi otonomi daerah, persoalan manajemen pertanahan daerah yang

PROVINSI JAWA TENGAH

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. administrasi pembangunan yang telah ada, sehingga merupakan kebutuhan

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. buruk terhadap kinerja suatu Pemerintah Daerah (Pemda).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT TAHUN 2016 A. LATAR BELAKANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG

PROVINSI JAWA TENGAH

Kebutuhan Pelayanan Publik

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

Rencana Kerja Perubahan Tahun 2016

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 333 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik merupakan tanggungjawab pemerintah dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat, di Daerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara. Pelayanan publik berbentuk pelayanan barang publik maupun pelayanan jasa. Dewasa ini Masyarakat semakin terbuka dalam memberikan kritik bagi pelayanan publik, oleh sebab itu substansi administrasi sangat berperan dalam mengatur dan mengarahkan seluruh kegiatan organisasi pelayanan dalam mencapai tujuan. Pada penyelenggaraan pelayanan publik orientasi kekuasaan yang sangat kuat, keadaan yang semacam ini menyebabkan birokrasi semakin jauh dari misi utamanya untuk memberikan pelayanan publik sehingga pejabat birokrasi lebih menempatkan dirinya sebagai penguasa daripada sebagai pelayan atau abdi masyarakat (server/provider) (Tarigan, 2003:58). Kondisi ini membawa implikasi pada buruknya sikap dan prilaku birokrasi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada publik, bahkan ada kecendrungan mengabaikan kepentingan masyarakat dan aspirasi yang sangat kuat. Berkembangnya budaya paternalistik dalam birokrasi sebagai variabel dominan dalam menyelenggarakan pelayanan publik elit politik, ekonomi, birokrasi dan anggota masyarakat yang mempunyai hubungan dekat dengan birokrasi,

2 seringkali memperoleh kemudahan akses dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Diskriminasi pelayanan itu seringkali mengusik rasa keadilan dalam masyarakat yang merasa diperlakukan secara tidak wajar oleh birokrasi publik. Kesempatan dan ruang yang dimiliki publik untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik sangat terbatas, sehingga banyak kebijakan dan program pemerintah tidak responsif serta mengalami kegagalan karena tidak ada dukungan dari masyarakat. Pelayanan publik merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelayanan ini wajib diberikan seperti yang telah diamanatkan dalam dalam Undang Undang Dasar 1945 bahwa negara wajib melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka pelayanan umum dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah merupakan aktor yang berperan sebagai penyedia dan penyelenggara layanan. Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan fungsi dari pemerintah selain distribusi, regulasi, dan proteksi, dimana hal tersebut merupakan aktualisasi riil kontrak sosial dengan masyarakat. Pemerintah secara mutlak memiliki tanggungjawab untuk memberikan pelayanan sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat. Bentuk pelayanan baik berupa bentuk pelayanan administratif, pelayanan barang maupun jasa. Hakekat pelayan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur negara sebagai abdi masyarakat (Tarigan, 2003:58).

3 Berawal dari paradigma usang yang menyesatkan namun hingga saat ini masih diimplementasikan dalam pelayanan yaitu motto, Kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah?. Pola pikir yang salah ini telah melekat dalam pelayanan di sektor publik dan akan mempengaruhi misi dari keberadaan birokrasi publik itu sendiri, jati diri, fungsi, dan aktivitas yang dilakukan birokrasi tersebut sehari-hari. Pola pikir ini kemudian mengawali munculnya penyimpangan-penyimpangan dalam sektor ini (Dwiyanto, 2006: 27). Pada intinya penyelenggaraan pelayanan perizinan yang baik akan berdampak pada optimalnya fungsi perizinan tersebut, secara khusus pelayanan pada unit layanan. Unit layanan merupakan wahana tempat bertemunya penyelenggara pelayanan dengan pengguna layanan. Tempat ini hendaknya juga menjadi sarana penjaringan aspirasi masyarakat akan kebutuhannya terhadap suatu pelayanan, sehingga selayaknya pelayanan yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan maksimal. Hal ini akan memberikan motivasi bagi masyarakat untuk berbondong-bondong mengurus perizinan tersebut. Hasil penelitian Oktariyanda (2013) tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Dalam Mencapai Kualitas Pelayanan Publik yang Optimal, Hasil penelitian menunjukkan bahwa BPPT Kabupaten Sidoarjo pada pelaksanaan pelayanan IMB dalam rangka mencapai kualitas pelayanan publik sudah berjalan dengan baik walaupun masih ada beberapa kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya optimalisasi kualitas pelayanan publik, seperti SDM dan sarana prasarana. Kesimpulan penelitian bahwa pelayanan IMB pada BPPT Sidoarjo sudah dilakukan dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang kurang

4 optimal. Hasil penelitian Hului (2014) Studi Tentang Pelaksanaan Standar Pelayanan Imb Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) Kota Samarinda Hasil penelitian pengaturan tata cara pengajuan permohonan pembuatan IMB di BPPTSP telah diterapkan. Prosedur pelayanan IMB telah memenuhi kriteria dalam prinsip pelayanan publik yaitu keserderhanaan: prosedur tidak berbelitbelit, mudah dipahami dan dilaksanakan, kejelasan persyaratan teknis dan administrasi. Waktu penyelesaian pembuatan IMB telah memenuhi kriteria kepastian waktu penyelesaian, namun dalam pelaksanaannya masih tidak maksimal, masih terdapat keterlambatan dalam penyelesaian pembuatan IMB. Biaya pelayanan telah memenuhi kriteria kejelasan biaya pelayanan publik dan tata cara pembayarannya. Produk pelayanan IMB telah memenuhi kriteria yang terdapat pada prinsip pelayanan publik yaitu akurasi; produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah dan memiliki legalitas atau kepastian hukum. Sarana dan prasarana telah memenuhi kriteria yaitu kelengkapan sarana dan prasarana kerja guna menunjang dalam pelayanan pembuatan IMB. Faktor yang mendukung adalah dasar hukum yang jelas, kesiapan petugas pelaksana dalam melaksanakan pelayanan perijinan, sarana dan prasarana yang memadai. Faktor penghambat adalah kurangnya jumlah pegawai di BPPTSP, kesadaran masyarakat masih rendah terhadap kepemilikan Sertifikat IMB. Hasil penelitian Nurhidayah (2014), Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Makassar belum akuntabel dalam memberikan pelayanan

5 kepada pengguna jasa yang berdasarkan pada acuan pelayanan belum berorientasi sepenuhnya kepada pengguna jasa dalam memperoleh pelayanan. Oleh karena itu, perlu kiranya pemerintah meningkatkan transparansi dan akuntabel dalam pelayanan terutama pada biaya pelayanan dan lamanya proses pelayanan yang dikeluhkan masyarakat pengguna jasa. Fungsi perizinan tersebut dapat berjalan optimal, karena adanya upaya saling mendukung antara kepentingan masyarakat dan pemerintah kota sendiri. Hal ini kemudian melatarbelakangi perlu adanya kajian yang membahas mengenai upayaupaya peningkatan kualitas manajemen pelayanan pada unit pelayanan perizinan khususnya IMB. Apa saja yang telah dilakukan untuk mendukung keoptimalan fungsi suatu pelayanan perizinan. Pelayanan yang baik pada unit layanan akan memberikan implikasi pada optimalnya fungsi perizinan IMB pada aspek yang lebih luas yaitu dalam pengendalian pemanfaatan ruang, kontribusi pada perekonomian daerah, mendukung keseimbangan lingkungan dan pada akhirnya akan mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang ditempuh oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Bandar Lampung adalah terus menggiatkan sosialisasi perizinan. Salah satunya adalah kesadaran masyarakat untuk mengajukan IMB (Izin Mendirikan Bangunan). IMB adalah perizinan bangunan yang diterbitkan untuk melakukan kegiatan mendirikan bangunan. Ruko merupakan akronim dari rumah toko, artinya sejenis rumah yang sekaligus berfungsi sebagai toko. Besaran biaya/ retribusi penerbitan izin sangat bervariasi tergantung jenis perizinannya. Besaran retribusi ini telah diatur dan ditetapkan dalam peraturan daerah. Kesadaran

6 masyarakat untuk membuat IMB memang sudah meningkat. Dalam satu bulan, rata-rata mencapai lebih dari seratus berkas pemohon. IMB itu tidak sekedar untuk memenuhi keadministratifan saja, namun juga mengandung nilai ekonomis. Misalnya, jika seseorang akan mengajukan kredit ke bank dengan jaminan rumah, maka IMB sangat dibutuhkan. Karena itu, IMB sangat penting fungsinya. (Sumber: Dokumentasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Bandar Lampung. Tahun 2014) Pembentukan Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Bandar Lampung ini merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, di mana untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah perlu dibantu oleh perangkat daerah yang dapat menyelenggarakan seluruh urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah. Dalam Pasal 46 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 disebutkan bahwa Pemerintah daerah yang membentuk perangkat daerah sebagai badan layanan umum berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Langkah yang ditempuh Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan membentuk Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Bandar Lampung sebagai badan yang membidangi masalah perizinan dengan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PT SP), merupakan salah satu bentuk kebijakan. Kebijakan merupakan upaya- upaya yang dilakukan oleh organisasi dengan berbagai langkah secara logis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada masa mendatang dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan menggunakan

7 sumber daya yang tersedia Fenomena yang terjadi pada Pelaksanaan standar pelayanan administratif Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Bandar Lampung tahun 2013 adalah dimana Wali Kota Bandarlampung Herman HN menjanjikan pemerintah kota ini akan meningkatkan pelayanan publik, menyusul survei Komisi Pemberantasan Korupsi yang menempatkan pada peringkat kedua terbawah paling rendah pelayanan masyarakatnya. Walikota menegaskan, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terutama menyangkut proses perizinan, pembuatan KTP, kartu keluarga, akta kelahiran, dan pelayanan publik lainnya. Hasil survei indeks integritas pelayanan publik oleh KPK untuk tahun 2012, Pemkot Bandarlampung mendapatkan nilai integritas di bawah enam dengan kriteria rendah. ( http://www.antarasumsel.com/print/273486/wali-kotabandarlampung-janji-tingkatkan-pelayanan-publik, diunduh tanggal 3 Maret 2015). Pelayanan Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) telah beroperasi di Gedung Pelayanan Satu Atap Kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung. Sekretaris Daerah Kota Bandar Lampung, Badri Tamam mengatakan memiliki izinmendirikan bangunan (IMB) merupakan kewajiban bagi setiap pemilik bangunan, karena untuk menjamin kejelasan eksistensi bangunan atau legalitas bangunan."manfaat telah memiliki IMB diantaranya pemerintah akan membayar ganti rugi atas bangunan yang beralih fungsi menjadi fasilitas umum atau terkena pelebaran jalan. Dengan membayar retribusi IMB berarti telah ikut menyumbang pendapatan asli daerah dan pembangunan di Kota Bandar Lampung. Wilayah

8 Kota Bandar Lampung akan tertata dengan baik, teratur, dan indah karena bangunannya dibangun sesuai lokasi peruntukan," ucapnya saat diwawancara Saibumi.com, Kamis, 8 Januari 2015 (http://www.saibumi.com/artikel-61224- inilah-alasannya-kenapa-harus-buat-imb.html, diunggah 26 Maret 2015). Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung terus gencar melakukan sosialisasi dispensasi retribusi izin mendirikan bangunan (IMB) hingga bulan Desember 2013. Saat ini setiap yang mengurus IMB akan mendapat potongan 50 persen dari total biaya pengurusan IMB. Sehingga kegiatan publikasi dan promosi tentang pelayanan perizinan serta pengaduan pun meningkat. Selain itu, Pemkot Bandar Lampung melalui pihak Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) melakukan intensifikasi terhadap penerimaan retribusi IMB dengan cara melakukan sosialisasi. Pernyataannya tersebut disampaikan dalam rapat paripurna penyampaian jawaban wali kota atas pemandangan umum fraksi terhadap Raperda tentang Perubahan APBD Kota Bandar Lampung tahun anggaran 2013 dan penandatanganan nota kesepakatan kebijakan umum anggaran dan prioritas plafon anggaran sementara (KUA PPAS) APBD Ko ta Bandar Lampung tahun anggaran 2014. Agenda tersebut dihadiri pula oleh Wakil Wali Kota Bandar Lampung Tobroni Harun dan Sekkot Bandar Lampung Badri Tamam. Rapat paripurna ini dipimpin Ketua DPRD Budiman AS serta dihadiri wakil ketua DPRD Heru Sambodo, Fahmi Sasmita, dan Yose Rizal (http://lampost.co/berita/pemkot-sosialisasi-dispensasi-retribusi-imb-hinggadesember-2013, diunggah tanggal 14 Maret 2015).

9 Berdasarkan kajian dari berbagai berita tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: a. Pelaksanaan standar pelayanan administratif Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Bandar Lampung tahun 2013 masih pada peringkat kedua terbawah paling rendah pelayanan masyarakatnya. b. Memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan kewajiban bagi setiap pemilik bangunan, karena untuk menjamin kejelasan eksistensi bangunan atau legalitas bangunan. c. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampun g gencar melakukan sosialisasi dispensasi retribusi izin mendirikan bangunan (IMB) hingga bulan Desember 2013, dimana Saat ini setiap yang mengurus IMB akan mendapat potongan 50 persen dari total biaya pengurusan IMB. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Analisis Pelaksanaan standar pelayanan administratif Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Bandar Lampung tahun 2013 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan standar pelayanan administratif Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Bandar Lampung tahun 2013?

10 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan standar pelayanan administratif Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Bandar Lampung tahun 2013. D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, dari penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dalam bidang Akademik mahasiswa Jurusan Administrasi Negara khususnya yang berkaitan pelayanan publik. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung agar dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap pelaksanaan standar pelayanan administratif Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Bandar Lampung tahun 2013.