PENERAPAN TEKNOLOGI DEFAUNASI DAN TAPE JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK YANG DIPELIHARA SECARA TRADISIONAL. RAMAIYULIS dan SUJATMIKO

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI WILAYAH BENCANA GEMPA MELALUI PERTANIAN TERPADU. Abstrak

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

MANFAAT BIOPLUS DALAM PENGGEMUKAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) JANTAN DI KECAMATAN LELES KABUPATEN DT II GARUT

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

sering tidak sesuai dengan perkembangan harga produk (ANONIM, 2004). Di lain pihak untuk pengembangan tanaman makanan ternak, baik untuk bahan baku ko

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM SAPI POTONG DI KELOMPOK SAIYO SAKATO KECAMATAN IV ANGKEK KABUPATEN AGAM

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

MATERI DAN METODE. Materi

ABSTARCT PENDAHULUAN. Keywords : cows, quail feces fermentation, feed cost efficiency. Efsiensi Biaya... 58

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

METODE. Materi. Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

dengan bakteri P. ruminicola (98-100%), B. fibrisolvens (99%), C. eutactus (99%) dan T. bryantii (94%). Bakteri-bakteri tersebut diduga sering

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

PENGGUNAAN INKUBATOR UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DADIH SUSU KAMBING. Syuryani Syahrul 1 dan Ramaiyulis 2 1 Prodi Teknologi Pangan, 2 Prodi Peternakan

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

MATERI DAN METODE. Materi

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

HASIL DAN PEMBAHASAN

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

Peternakan PENERAPAN TEKNOLOGI DEFAUNASI DAN TAPE JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK YANG DIPELIHARA SECARA TRADISIONAL RAMAIYULIS dan SUJATMIKO Abstrak Kegiatan Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) telah dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan laju pertumbuhan sapi potong melalui penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami. Sepuluh ekor ternak digunakan sebagai Demplot, lima ekor dipelihara secara tradisional dan lima lagi diberi teknologi defaunasi dan tape jerami. Defaunasi dilakukan dengan pemberian bahan defaunasi ektrak tanin gambir, sedangkan tape jerami dibuat dengan menfermentasi jerami segar menggunakan inokulan Aspergillus niger. Evaluasi hasil kegiatan menunjukan bahwa penerapan teknologi dapat meningkatkan laju pertambahan berat badan dari 0,518 menjadi 0,642 kg/ekor/hari, mempersingkat lama penggemukan 9 bulan menjadi 8 bulan. Dampak penerapan teknologi dapat meningkatkan keuntungan peternak dari Rp 1.335.751/ ekor menjadi 1.534.181/ ekor. Kata kunci : defaunasi, tape jerami, sapi potong, tanin gambir I. PENDAHULUAN Pengembangan usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Tanah Datar semakin digiatkan dan mendapat perhatian khusus dari Pemda setempat, mengingat daerah ini sangat strategis sebagai sentra produksi peternakan di Sumatera Barat. Populasi sapi potong di daerah ini tahun 2007 adalah 63.517 ekor (BPS, 2008). Masyarakat di daerah ini umumnya menggantungkan ekonomi pada sektor pertanian tanaman pangan dan peternakan, luas lahan sawah di kabupaten Tanah Datar tahun 2007 tercatat 36.121 Ha dengan produksi gabah kering 177.824 ton/ tahun dan menghasilkan produk sampingan yaitu jerami padi 45.513 ton/ tahun. Data profil usaha dan hasil observasi lapangan ditemukan bahwa, rata-rata laju pertambahan berat badan sapi potong yang dipelihara masyarakat secara 1 Staf Pengajar Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Seminar Nasional Pengembangan Agroindustri untuk Mendukung Perekonomian Rakyat

tradisional hanya 0,21-0,64 kg/hari, lama penggemukan 8-12 bulan, biaya pakan Rp 1.200/ekor/hari, keuntungan usaha Rp. 837.000/ekor/periode pemeliharaan. Berdasarkan data ini ternyata produktivitas sapi potong yang dipelihara masih rendah. Jenis sapi yang banyak dipelihara adalah jenis Simental, standar pertambahan bobot badan sapi Simental bisa mencapai 1,80 kg/hari (BPTU, 2004). Penyebab rendahnya produktivitas ternak yang dipelihara karena rendahnya kualitas pakan yang diberikan. Pakan terdiri dari hijauan jerami padi, dan rumput lapangan ditambah dengan konsentrat berupa dedak dan mineral. Hasil evaluasi kualitas ransum, ternyata ransum yang diberikan kepada sapi hanya mengandung protein 7,82 % dan energi (TDN) 59,79%, sedangkan rekomendasi Ditjen Peternakan (1995) kualitas ransum sapi potong dengan pemberian hijauan berkualitas rendah sampai sedang minimal mengandung protein 13 %, energi (TDN) 65 %. Upaya meningkatkan kualitas konsentrat dirasakan berat oleh peternak, karena akan meningkatkan biaya ransum. Salah satu alternatif yang dianggap cukup tepat untuk mengatasi hal ini adalah penerapan teknologi defaunasi, yaitu pengendalian mikrofauna (protozoa rumen) karena dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas ternak sapi dengan kualitas ransum yang rendah (Ramaiyulis, 1996; Salvia dkk, 2005). Pemberian jerami padi segar dilaporkan kurang menguntungkan karena rendahnya daya cerna, pengolahan menjadi tape jerami merupakan solusi terbaik karena mampu meningkatkan degradasi serat detergen netral (NDF) sebesar 64-78 % (Haryanto dkk, 2004). II. MATERI DAN METODE Pengujian teknologi dilakukan melalui kegiatan penerapan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) dengan membuat dua plot demontrasi (demplot) yaitu plot sapi potong yang dipelihara secara tradisional dan plot sapi dengan penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami. Demplot dibuat di dua lokasi yaitu di kelompok tani Karatau Sakato Rambatan dan Kelompok tani Simpang Mata Air Sungai Tarab kabupaten Tanah Datar. Masing-masing plot berisi 5 ekor sapi 2

dengan lama pemeliharaan 2 bulan. Pemeliharaan tradisional adalah pemeliharaan sapi potong di dalam kandang dengan pemberian hijauan rumput dan jerami padi segar serta pemberian dedak 1 kg/ hari, pada kondisi yang sama teknologi defaunasi dan tape jerami dilakukan dengan pemberian bahan defaunasi dan pemberian tape jerami. Teknologi Defaunasi diterapkan dengan cara pemberian bahan defaunasi yang mengandung senyawa anti protozoa rumen yaitu ekstrak tanin gambir (Sujatmiko dan Ramaiyulis, 2008). Ekstrak tanin gambir dibuat dari gambir (Uncaria gambir Roxb) kualitas I yang mengandung tanin 84,88 % (Kasim 2002). Pertama gambir diekstrak dengan metanol dan air perbandingan 1:1 yang digunakan sebanyak 0,1 ml pelarut/ mg gambir. Hasil ekstraksi kemudian dirotavor sehingga didapat ekstrak kental yang kemudian diendapkan selama satu malam hingga didapatkan endapan, selanjutnya endapan ini dikeringkan dalam oven (60 0 C) menghasilkan ekstrak kering. Ekstrak kering digiling halus dan kemudian dicampur dengan vitamin dan mineral sapi hingga akhirnya dikemas dengan isi ± 8 gram/ bungkus. Pemberian kepada sapi potong dilakukan dengan cara mencampurnya dengan dedak (1 bungkus ekstrak + 1 kg dedak) yang ditambah dengan air dan siap diberikan kepada sapi. Frekwensi pemberian satu kali sehari yang diberikan pada pagi hari ± 2 jam sebelum pemberian rumput dan tape jerami. Tape jerami dibuat dengan melakukan fermentasi terhadap jerami padi segar menggunakan inokulan kapang Aspergillus niger. Kapang diperoleh dari biakan stock dari Lab. Mikrobiologi Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh yang kemudian dijadikan ragi dengan cara membiakan kapang pada media nasi dengan inkubasi selama 72 jam pada suhu kamar. Biakan yang didapat kemudian dikeringkan dan ditepungkan, lalu dicampur dengan tepung beras 1:1 dan dibasahi kembali dengan aquades untuk bisa dicetak bulat cakram sampai akhirnya dikeringkan kembali untuk siap dijadikan ragi guna pembuatan tape jerami di lapangan. Pengamatan terhadap sapi demplot dilakukan dengan parameter laju pertambahan berat badan yang diukur setiap minggu dengan metode pengukuran 3

lingkar dada (cm) yang dikonversi menjadi berat sapi (kg) menggunakan rumus Schoorl yaitu Berat sapi = (Lingkar dada + 22) 2 /100. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Laju Pertambahan Bobot Badan Berdasarkan hasil evaluasi demplot didapat informasi seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Laju Pertambahan Berat Badan Sapi Demplot Pemeliharaan Tradisional Teknologi Defaunasi dan Tape Jerami Demplot Jenis Bobot Badan Laju Bobot Badan Laju Nomor Sapi Pertambahan Pertambahan Awal Akhir Bobot Badan Awal Akhir Bobot Badan (kg/hr) (kg/hr) 1 Simental 386 435 0,811 371 425 0,897 2 Simental 354 395 0,683 368 417 0,821 3 Brahman 228 252 0,406 252 281 0,475 4 PO 205 229 0,392 186 221 0,583 5 Lokal 183 201 0,297 162 188 0,434 Rata-rata (kg/ekor/hr) 0,518 0,642 Peningkatan (%) 23,986 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami dapat meningkatkan laju pertambahan berat badan sapi 24 % dibanding pemeliharaan tradisional. Pemeliharaan tradisional hanya mendapatkan rata-rata laju pertambahan bobot badan 0,52 kg/ekor/hari sedangkan dengan teknologi defaunasi dan tape jerami mampu mencapai rata-rata 0,64 kg/ekor/hari. Peningkatan terbesar terjadi pada sapi jenis PO dan ikuti jenis Lokal seterusnya Simental dan Brahman. Peningkatan laju pertambahan bobot badan pada ternak yang mendapat perlakuan terjadi karena teknologi defaunasi memberikan dampak peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan (Bird, 1999; Widhya, 2004; Ramaiyulis, 2007). Efisiensi pemanfaatan pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh imbangan protein dan energi (imbangan P/E), yaitu imbangan protein mikroba dan protein by-pass dengan energi yang diserap (Leng 1991). 4

Pemberian ekstrak tanin gambir sebagai bahan antiprotozoa rumen dapat mengeliminasi 63.8 % dari total populasi protozoa di dalam rumen (Ramaiyulis, 2005), sehingga menyebabkan peningkatan sistesis protein mikroba di rumen dan peningkatan imbangan P/E yang telah terbukti dengan peningkatan 70% laju pertambahan bobot badan pada ternak sapi yang diberi bahan defaunasi ekstrak tanin gambir (sujatmiko dan Ramaiyulis, 2008). Berkurangnya populasi protozoa rumen sebagai pemangsa bakteri menyebabkan peningkatan biomassa bakteri dalam rumen (Veira, 1986), akibatnya meningkatkan kualitas dan kuantitas protein mikroba yang didapatkan ternak dan meningkatkan imbangan protein mikroba yang diserap (Bird et al., 1990). Protein mikroba merupakan sumber protein utama yang mengalir ke usus halus terutama pada pada ternak ruminansia yang mendapat ransum basal berkualias rendah dengan protein by-pass yang rendah, kebutuhan proteinnya dipenuhi dari protein mikroba yang masuk ke usus halus (Leng, 1995). Hal ini tergambar pada peningkatan laju pertambahan bobot badan yang meningkat 118,03 % pada ternak jenis lokal yang hanya diberi rumput tanpa pemberian konsentrat. Peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan terjadi karena bahan defaunasi menekan populasi protozoa dalam rumen sehingga berkurangnya pemangsa bakteri yang memberi dampak positif terhadap peningkatan massa mikroba yang tersedia sebagai protein mikroba bagi ternak. Pertambahan berat badan sapi dipengaruhi oleh faktor kualitas pakan, serta kemampuan ternak untuk memanfaatkan pakan tersebut. Rataan pertambahan berat badan harian menunjukkan bahwa sapi yang diberi perlakuan defaunasi dan tape jerami memberikan respon pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi dibanding dengan pemeliharaan tradisional (0,64 vs 0,52). Pertambahan berat badan yang lebih tinggi dipengaruhi oleh konsumsi pakan yang juga tinggi. Makin tinggi jumlah pakan yang dikonsumsi akan menghasilkan pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi (McDonald et al. 1988). Jerami padi yang telah difermentasi menjadi tape jerami daya cernanya lebih baik karena kandungan serat terutama lignin yang merupakan faktor pembatas yang menghambat daya 5

Laju PBB (kg/hr) cerna jerami padi telah mengalami perombakan (rendah) sehingga memberikan pertumbuhan ternak yang lebih baik pula (Syamsu, 2001). 1,000 0,800 0,600 0,400 0,200 0,000 1 2 3 4 5 No Demplot Tradisional Defuansi+Tape Jerami Jenis Sapi : 1.Simental 2.Simenta 1.Brahman 2.PO 3.Lokal Gambar 1. Perbandingan Laju Pertambahan Bobot Badan Sapi yang Dipelihara Tradisional dengan Teknologi Defaunasi dan Tape Jerami 2. Lama Penggemukan Berdasarkan data laju pertambahan bobot badan sapi demplot, dampak penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami terhadap lama penggemukan sapi dapat dilihat pada Tabel 2 Jenis Sapi Tabel 2. Dampak Penerapan Teknologi Defaunasi dan Tape Jerami terhadap Lama Penggemukan Sapi awal penggemukan Bobot badan akhir penggemukan (siap jual) Lama Penggemukan Tradisional Teknologi Hari Bulan Hari Bulan Simental 386 600 264 9 239 8 Simental 354 600 360 12 300 10 Brahman 228 400 424 14 362 12 PO 205 400 497 17 334 11 Lokal 183 400 731 24 500 17 Pada Tabel 2 terlihat bahwa penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami dapat mempersingkat lama penggemukan sapi hingga siap jual sebagai sapi 6

potong. Pada pemeliharaan tradisional yang selama ini dilakukan masyarakat lama penggemukan sapi hingga siap jual berkisar 9-24 bulan, tetapi dengan penerapan teknologi lama penggemukan dapat dipersingkat menjadi 8-17 bulan. Usaha penggemukan sapi potong sangat tergantung pada lama penggemukan hingga sapi siap dijual, semakin lama waktu penggemukan semakin lambat perputaran modal usaha. Gunawan, dkk (1996) melaporkan bahwa usaha penggemukan sapi potong memerlukan pakan dengan kwantitas yang cukup dengan kualitas yang baik secara kontinyu. Pemberian konsentrat sebagai pakan penguat biasanya dilakukan terbatas oleh petani yang memiliki tingkat kemampuan ekonomi yang baik (Kusnadi, dkk. 1993). Akibatnya secara umum produktivitas sapi potong yang dipelihara petani di pedesaan menjadi rendah. Menurut Ramaiyulis (2000) lama penggemukan sapi potong secara tradisional berkisar antara 12-18 bulan. Pada ternak yang mendapat perlakuan defaunasi dan tape jerami, kisaran lama penggemukan sangat ditentukan oleh bobot badan awal dan laju pertambahan bobot badan harian. Hubungan bobot badan awal berbanding terbalik dengan dengan lama penggemukan mengikuti persamaan Y = 519,2-30,78 x dengan koefisien regresi R 2 = 0,845. Demikian juga laju pertambahan bobot badan berbanding terbalik dengan lama penggemukan dengan persamaan Y= 515,5-30,10 x dengan koefisien regresi R 2 = 0,808. Dengan demikian lama penggemukan sapi potong menggunakan teknologi defaunasi dan tape jerami dapat diduga melalui garis trend seperti pada gambar 2 dengan rumus pendugaan Y = -30,78x + 519,2 dengan R 2 = 0,845. 7

Lama Penggemukan (hari) 600 500 400 y = -30,78x + 519,2 R² = 0,845 300 200 100 0 162 183 186 205 228 252 354 368 371 386 427 455 484 512 541 569 598 Bobot Badan Awal Penggemukan (kg) Gambar 2. Garis Trend untuk Menduga Lama Penggemukan Sapi Potong Berdasarkan Bobot Badan Awal Penggemukan 3. Analisis Biaya dan Pendapatan Hasil analisis usaha penggemukan sapi potong demplot penggunaan teknologi defaunasi dan tape jerami dibanding pemeliharaan tradisional ditampilkan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa pendapatan peternak meningkat dari Rp 1.335.751/ekor sebelum penerapan Ipteks menjadi Rp 1.534.181/ekor setelah penerapan Ipteks. Artinya pemberian hijauan berupa tetape jerami 60% dan rumput 40% bersama 1 kg konsentrat ditambah perlakuan defaunasi secara ekonomi layak dilakukan karena dapat meningkatkan keuntungan rata-rata 15%. Adanya peningkatan pendapatan sebesar Rp 198.470/ ekor/ bulan melalui penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami sangat berarti bagi peternak karena rata-rata setiap peternak memelihara ternak 3-5 ekor sehingga terjadi peningkatan pendapatan peternak sebesar Rp 595.000 sampai 1.990.000 per bulan. 8

Tabel 3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan Demplot Uraian Tradisional Teknologi Defaunasi + Tape Jerami Perhitungan Biaya Tetap Penyusutan kandang 33.000 33.000 Penyusutan peralatan 120.000 120.000 Total 153.000 153.000 Perhitungan biaya variabel Bibit sapi bakalan 7.720.000 7.720.000 Biaya rumput 667.008 266.803 Biaya tape jerami - 183.427 Bahan Defaunasi - 21.827 Biaya konsentrat 347.400 347.400 Biaya obat-obatan 50.000 50.000 Biaya tenaga kerja 480.000 480.000 Total 9.264.408 9.069.457 Biaya Operasional 94.174 90.695 Biaya total 9.511.582 9.313.152 Total Pemasukan 10.847.333 10.847.333 Keuntungan bersih 1.335.751 1.534.181 Peningkatan (%) 14,86 IV. KESIMPULAN DAN SARAN Penerapan teknologi defaunasi dan tape jerami dapat meningkatkan laju pertambahan berat badan harian sapi potong dari rata-rata 0,52 menjadi 0,64 kg/ ekor/ hari atau peningkatan sebesar 17 %. Lama waktu penggemukan dapat dipersingkat dari 9-24 bulan menjadi 8-10 bulan dan pendapatan peternak meningkat 15% dari Rp 1.335.751/ ekor menjadi 1.534.181/ ekor. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada DP2M DIKTI yang telah membiayai kegiatan ini, juga kepada P3M Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh yang telah menfasilitasi pelaksanaan kegiatan serta ketua dan peternak demonstrator kelompok tani Karatau Sakato dan Simpang Mata Air kabupaten Tanah Datar 9

DAFTAR PUSTAKA Anonymus. 1995. Konsep Peraturan Makanan Ternak tentang Standar Makanan Sapi Potong. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Bird, S.H. 1999. The influence of the presence of protozoa on ruminant production: A Review. Dalam Recent Advances in Animal Nutrition in Australia. Eds. Farell. D.J. dan P.Vohra. University of New England, Armidale. BPTU. 2004. Laporan Tahunan BPTU-SP Padang Mengatas Kab. Lima Puluh Kota Sumbar. Gunawan., M.A. Yusron., Aryogi dan A. Rasyid. 1996. Peningkatan produktivitas pedet jantan sapi perah rakyat melalui penambahan pakan konsentrat. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid 2. Puslitbangnak. Bogor. Kasim, A. 2002. Gambir dan Penggunaannya Sebagai Bahan Perekat Kayu. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI V. Kusnadi, U., M. Sabrani., Wiloeto., S. Iskandar., D. Sugandi., Subiharta.., Nandang dan Wartiningsih. Hasil Penelitian Usahatani Ternak Terpadu di Dataran Tinggi Jawa Tengah. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Leng, R.A. 1995. Rational Use of Molases/ urea Multinutrient Bokcs for Suplementation of Ruminants. FAO. Ramaiyulis. 2000. Memasyarakatkan Pemberian Permen Jilat Sapi Potong pada Peternakan Tradisional. Jurnal P&PT. II : 1 (48-49). Ramaiyulis. 2005. Pengaruh Penambahan Ekstrak Tanin Gambir terhadap populasi dan Laju Pertumbuhan mikrofauna rumen secara In Vitro. Lap. Penelitian Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Salvia, P.S.Noor dan Ramaiyulis. 2005. Penerapan Teknologi Defaunasi untuk Meningkatkan Produktivitas Reproduksi Sapi Potong di Kawasan Pembibitan Sapi Simental Baso. Viera, D.M. 1986. The role of ciliate protozoa in nutrition of the ruminant. J. Anim. Sci. 63:1547. Wahid, M.Z. 2005. Kebijakan Pengembangan Agribisnis Peternakan di Sumatera Barat. Disnak Prop. Sumbar. 10

Lampiran 1. Foto-foto Kegiatan Gambir Proses ekstraksi Ekstrak kering Penepungan Dibungkus @ 8 gram Kemasan kotak berisi 15 bungkus Gambar 3. Proses Ekstraksi Tanin Gambir untuk Bahan Defaunasi 11

Isolat Aspergillus niger Pembuatan ragi Pengolahan jerami segar Tape Jerami yang dihasilkan Pemberian kepada ternak demplot Pengukuran berat badan sapi demplot Gambar 4. Proses Pengolahan Tape Jerami, Pemberian dan Pengukuran Berat Badan Ternak Demplot 12