BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memposisikan produknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. variabel yang mempengaruhi kepercayaan terhadap produk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK HANDPHONE DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. retail. Khususnya penjualan pada produk sabun antiseptik, para penjual harus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia fashion akhir-akhir ini mengakibatkan banyak persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. cara-cara baru dalam mempertahankan pelanggan atau mencari pembeli-pembeli

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

PENGARUH TARIF, FASILITAS DAN PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Kotler dan Armstrong (2019:253) produk adalah segala sesuatu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

terus berlomba-lomba untuk menawarkan produknya agar dapat dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari merek yang tertera pada produk tersebut. penjual dan untuk mendiferensikannya dari barang atau jasa pesaing.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi dunia semakin meningkat sejalan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri pada produk tahu saat ini sangat pesat ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, semua produsen baik barang maupun jasa dituntut untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Peralatan canggih dan ditunjang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan umbi-umbian. Hasil kerajinan ditukar dengan hewan. Dalam

Produksi Media PR Cetak. Modul ke: 05FIKOM. Brand Image. Fakultas. Program Studi HUMAS. Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, trend gaya hidup berolahraga sedang marak di kalangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku perpindahan merek atau brand switching yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan bisnis yang sangat kompetitif dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemasaran dalam suatu perusahaan mencakup ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bervariasi dan semakin selektif. Melihat hal ini perusahaan pun berlomba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003).

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk meningkatkan kualitas produk masing-masing. Perubahan konsep

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN. mana yang dapat dipercaya, sehingga masing-masing perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat membuat keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Keputusan Pembelian. akan dikemukakan definisi mengenai keputusan membeli menurut para ahli.

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap kepuasan atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Merek merupakan asset tak berwujud yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif dalam menghadapi munculnya pesaing-pesaing lainnya yang. tapi tetap memenuhi permintaan konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan tak lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. share (pangsa pasar). Aksi saling merebut market share ini dipicu karena semakin

BAB I PENDAHULUAN. ketat, terutama dalam industri otomotif. Hal ini di sebabkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. smartphone telah menjadi kebutuhan gaya hidup yang dianggap penting bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahun ke tahun terus meningkat seiring perkembangan zaman. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin

A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Loyalitas Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. produk pelumas mesin kendaraan bermotor merek Mesran SAE. Pihak produsen

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dituntut untuk memiliki suatu keunikan tersendiri yang dapat memikat

BAB I PENDAHULUAN. Artinya keberhasilan sebuah bisnis kuliner dalam. tepat serta hubungan baik yang dijalani dengan konsumen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keputusan perihal apa yang akan dilakukan demi mencapai tujuan tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan semakin ketat, khususnya pada perusahaan sabun mandi. Saat ini ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan tekhnologi didunia bisnis yang begitu pesat menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. jasa diterima atau ditolak berdasarkan sejauh mana keduanya dipandang relevan

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Di dalam bidang ekonomi sendiri, persaingan semakin ketat dan tajam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya industri yang bermunculan dengan produk dan kualitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia bisnis memasuki perekonomian global yang cepat berubah.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bisnis kuliner adalah salah satu bisnis yang memiliki peluang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usaha untuk memperkenalkan sebuah produk pada masyarakat pasti dilakukan

BAB II KERANGKA TEORI

Pertemuan Pertemuan 7 3

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis yang semakin ketat pada masa kini membuat perusahaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini iklim usaha di Indonesia telah diwarnai persaingan yang ketat terutama dalam memasarkan suatu produk. Keadaan ini terjadi karena semakin banyak produk yang diciptakan mempunyai fungsi yang sama walaupun tentang mutu tidak disamakan. Oleh karena itu setiap perusahaan mempunyai upaya dan strategi agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya dan sekaligus dapat mengembangkannya. Untuk mencapai keberhasilan dalam memasarkan suatu produk harus memahami keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga tercipta kepuasan pada kedua belah pihak. Terciptanya kepuasan konsumen juga dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya hubungan antara perusahaan dan konsumennya menjadi harmonis serta memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang berdasarkan harapan konsumen. Menurut Oliver (dalam Djati, 2004) kepuasan konsumen merupakan variabel mediator yang menghubungkan variabel kualitas layanan, kepercayaan dan kesetiaan pelanggan. Ferrinadewi (dalam Djati, 2004) menyatakan bahwa kepuasan konsumen akan terbentuk jika kualitas pelayanan yang baik yang diberikan oleh perusahaan. Konsumen umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang dikonsumsi dapat diterima dan dinikmati dengan pelayanan yang baik atau memuaskan (Assauri, 2010). Kepuasan Konsumen dapat membentuk persepsi dan selanjutnya dapat memposisikan produk perusahaan di mata konsumennya. Menurut Kotler dan Amstrong (2001) kepuasan konsumen adalah tingkat dimana anggapan kinerja (perceived performance) produk akan sesuai dengan harapan seorang pembeli. Harapan konsumen umumnya merupakan prakiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang dan jasa). Seorang konsumen mungkin mengalami berbagai tingkat kepuasan, yaitu bila kinerja produk tidak sesuai dengan harapannya setelah dikonsumsi, maka konsumen tersebut akan merasa tidak puas. Namun bila terjadi sebaliknya yaitu kinerja produk sesuai dengan 1

2 harapannya, maka konsumen akan merasa puas sehingga suatu saat akan mengkonsumsi kembali produk tersebut. Konsumen yang puas adalah konsumen yang akan berbagi kepuasan dengan produsen atau penyedia jasa bahkan, konsumen yang puas akan berbagi rasa dan pengalaman dengan konsumen lain. Ini akan menjadi referensi bagi suatu perusahaan. Oleh karena itu, baik konsumen maupun produsen akan samasama diuntungkan apabila kepuasan terjadi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan konsumen merasa puas antara lain penetapan harga (price), kelengkapan fasilitas (fasility) dan pemberian pelayanan (service). Menurut Widayanti (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepuasan konsumen dipengaruhi oleh brand image dan persepsi terhadap harga produk, sehingga dari hasil analisa yang talah diperoleh yang menyatakan brand image memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan persepsi harga terhadap kepuasan konsumen. Kemudian penelitian Megawati (2007) juga menunjukkan ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi kepuasan konsumen seperti demografi, performa produk, citra merk, harga, nilai serta performa karyawan. Selain itu juga kelengkapan informasi, persepsi, nilai konsumen dan gaya hidup akan sangat berpengaruh pada kepuasan konsumen terhadap barang/jasa yang diminatinya. Dalam penelitian Mayangsari (2008) bahwa ada hubungan positif antara self monitoring dengan kepuasan konsumen dengan nilai koefisien korelasi 0,381 dan koefisien determinan sebesar 0,145 yang artinya jika konsumen memiliki self monitoring tinggi maka semakin tinggi pula kepuasannya dan sebaliknya. Sehingga semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen pada perusahaan, maka semakin memperlihatkan peluang besar dari konsumen tersebut untuk melakukan pembelian ulang atau membeli produk lain di perusahaan yang sama di masa yang akan datang. Berdasarkan penelitian di atas peneliti berpendapat bahwa kepuasan konsumen mempengaruhi banyak hal seperti demografi, atribut produk, performa produk atau kualitas produk, nilai, citra merek, harga, kelengkapan informasi, persepsi, nilai konsumen dan gaya hidup.

3 Sebuah produk dinilai memuaskan bila dapat memenuhi kebutuhan dan harapan konsumennya yang dipengaruhi oleh penilaian-penilaian yang bersifat intangible (tidak berwujud) yaitu emosi pada saat berhubungan dengan sebuah produk maupun jasa sebagai luapan emosi yang ditandai oleh perasaan puas maupun tidak puas dalam mempersepsi performance sebuah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhannya masing-masing ataupun dengan harapan konsumen. Sesuai dengan pernyataan Peter dan Olson (2000) bahwa konsumen merasa puas apabila harapannya terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan konsumen terlampaui. Harapan konsumen bertumpu pada sebuah citra dari produk atau jasa pada sebuah perusahaan, bila suatu perusahaan bisa mempertahankan citranya serta memberikan harapan yang dibutuhkan konsumen dalam rangka menjaga kepuasan konsumen maka tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut mendekati keuntungan yang maksimal. Sebaliknya bila hasil akhir yang diberikan tidak sesuai dengan harapan konsumen, diduga akan terjadi ketidakpuasan konsumen. Dampak dari hal tersebut citra perusahaan menjadi negatif. Citra negatif yang melekat pada suatu produk membawa pengaruh negatif bagi konsumen dan sebaliknya apabila citra positif melekat pada suatu produk akan membawa pengaruh positif bagi konsumen. Konsumen yang mengkonsumsi suatu produk dengan citra tertentu secara otomatis akan melekat citra produk tersebut pada diri konsumen. Dalam menciptakan pangsa pasar dari produk yang telah dikeluarkan oleh produsen, maka produsen perlu sekali untuk menciptakan citra tersendiri dari produk yang telah dikeluarkan, karena citra produk dapat menjadi salah satu faktor dari seorang konsumen dalam mengingat sebuah produk. Citra produk dibangun agar menjadi positif di mata konsumen, baik yang telah menggunakan produk maupun konsumen yang potensial yang hendak dibidik agar mengkonsumsi produk tersebut. Manakala citra suatu produk telah menancap dalam pikiran konsumen, maka pada saat konsumen mempunyai rencana untuk membeli produk tersebut, yang pertama kali muncul dalam ingatan adalah merek produk yang sudah tertancap di pikirannya, sehingga secara reflek mereka akan membelinya.

4 Citra produk yang baik juga dapat dibangun melalui pelayanan yang baik pula dari produsen sehingga akan menjadikan konsumen enggan untuk mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan dari produsen lain. Nasution (2004) menyatakan apabila citra produk yang disampaikan oleh konsumen berkaitan dengan pembelian barang atau jasa yang dibeli, maka konsumen biasanya melakukan tindakan-tindakan voice action (mengkritik) atau public action (melakukan tindakan). Sedangkan kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan keperluan pelanggan dipenuhi. Hal ini dipertegas oleh Engel dkk (1994) yang menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan dapat dinilai dari hasil pembelian apakah memenuhi harapan. Untuk itu perusahaan dituntut agar dapat memberikan tingkat kepuasan konsumen yang tinggi dengan menawarkan nilai yang tinggi pada konsumen dari pada pesaing-pasaing untuk manfaat yang sama, atau manfaat yang lebih unik. Keberhasilan dalam mencapai produk dan pelayanan yang berkualitas tinggi dapat membentuk kepuasan konsumen. Sehingga tanpa didasarkan pada kenyataannya bahwa sebagian besar konsumen yang puas akan menjadi pelanggan yang loyal. Penelitian dari Putra (2009) menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan citra produk berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan dengan nilai korelasi sebesar 0,485 dan nilai koefisien determinan sebesar 0,235. Sehingga tingkat kepercayaan citra produk berhubungan dengan loyalitas dalam membeli sebuah produk yang disebabkan oleh faktor kebiasaan dalam menggunakan produk tertentu dan juga karena sudah mereka cocok. Pada penelitian yang dilakukan oleh Huroh (2007) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara citra produk sabun mandi lifebuoy dengan kepuasan konsumen. Semakin positif citra suatu produk maka semakin tinggi kepuasan konsumennya, begitu pula sebaliknya semakin negatif citra suatu produk semakin rendah kepuasan konsumennya.

5 Hasil penelitian Badi ah (2005) menjelaskan bahwa tingkat kepercayaan citra produk adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan tentang kesan yang ditawarkan oleh produsen kepada pasar atau konsumen. Dengan demikian dari hasil penelitian di atas peneliti berpendapat bahwa tingkat kepercayaan citra produk menyebabkan terbentuk oleh adanya pengetahuan dan kesan-kesan yang telah ditawarkan oleh produsen kepada konsumen sehingga akan terciptanya loyalitas yang menunjukkan kepuasan konsumen atas produk atau jasa tertentu. Pada saat perusahaan mengalami kesulitan dalam mempertahankan citra produknya agar mendapat perhatian dari konsumen, maka saat ini perusahaan sebagai produsen berlomba-lomba untuk memasarkan produknya dengan membuat citra yang berbeda terhadap produk yang akan dipasarkan untuk menghadirkan kepuasan terhadap konsumennya. Apabila perusahaan memiliki citra yang baik maka produk dari perusahaan tersebut akan dapat diterima dengan baik dipasaran. Demikian halnya dengan citra yang dimiliki oleh produk yang dihasilkan, apabila produk sebelumnya memiliki citra yang baik maka pada peluncuran produk berikutnya kemungkinan besar akan mendapat sambutan yang baik pula dari konsumen. Semakin beragamnya produk atau jasa dengan banyak pilihan merek menjadikan konsumen bebas memilih produk yang diinginkannya sehingga konsumen berperan untuk memegang kendali atas proses jual beli terhadap suatu produk atau jasa yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini konsumen memberikan persepsi pada sebuah produk dengan cara menyeleksi dan menginterpretasi informasi yang masuk ke dalam pikirannya untuk menilai baik dan tidaknya citra produk tersebut, sehingga hal ini akan menciptakan kepuasan konsumen terhadap suatu produk tersebut. Citra produk juga dapat terbentuk melalui proses pembelajaran, dimana konsumen melalui pengalamannya berusaha mencari produk yang paling sesuai untuknya, dalam arti produk tersebut dapat memberikan kepuasan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhannya. Konsumen akan terus menerus mencoba berbagai macam produk sebelum menemukan produk yang benar-benar cocok.

6 Kepuasan konsumen akan tetap merupakan bagian yang sangat penting dalam citra produk. Jika konsumen puas akan performance suatu produk maka konsumen akan membeli terus produk tersebut, menggunakannya bahkan memberitahukan pada orang lain akan kelebihan produk tersebut berdasarkan pengalaman konsumen dalam memakai produk tersebut. Jika konsumen puas akan suatu produk tertentu dan sering membeli produk tersebut maka dapat dikatakan citra produk itu tinggi, sebaliknya jika konsumen tidak terlalu puas akan suatu produk tertentu dan cenderung untuk tidak membeli produk tersebut maka citra produk tersebut rendah. Kepuasan konsumen perlu dipelihara dan ditingkatkan agar dapat menciptakan dan mempertahankan citra produk. Bila konsumen memperoleh kepuasan dari pembeliannya akan suatu produk maka hal tersebut akan menciptakan sikap positif terhadap citra produk tersebut sehingga konsumen akan melakukan pembelian. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Hubungan antara Citra Produk dengan Kepuasan Konsumen. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalaha sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara citra produk dengan kepuasan konsumen. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara citra produk dengan kepuasan konsumen. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini dapat memberikan suatu masukan atau sumbangan pemikiran bagi : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti, sekaligus bagi peneliti selanjutnya yang akan

7 melakukan penelitian yang sama mengenai hubungan citra produk dengan kepuasan konsumen, serta menambah wacana tentang Psikologi Industri dan Organisasi pada umumnya dan Psikologi Konsumen pada khususnya. 2. Secara Praktis Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi produsen dalam rangka untuk terus dapat menjaga dan mempertahankan citra produknya dan meningkatkan mutu pelayanan sehingga tercapainya kepuasan sesuai dengan harapan konsumen.