BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang tinggi seperti protein, lemak vitamin B (vitamin B 6 /pridoksin, vitamin

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

BAB 1 PENDAHULAN. kandungan protein per 100 gram-nya sebanyak 73,83 kadar air, protein 19,53,

Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PERENDAMAN LARUTAN LENGKUAS TERHADAP JUMLAH BAKTERI IKAN BANDENG

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel Uji Daya Hambat Infusa Rimpang Kunyit Terhadap E. coli dan Vibrio sp. Pada Ikan Kerapu Lumpur

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

Pengaruh Lama Penyimpanan Makanan Khas Dayak Telu Ikan Furud (Garra sp) Terhadap Angka Lempeng Total (ALT)

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

Indo. J. Chem. Sci. 4 (3) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MUTU ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGIS IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp.) SEGAR DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN LENGKUAS MERAH (Alpinia Purpurata K.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

(The Effect of Using Various Concentration of Extract Red Galangal (Alpinia Purpurata k. schum) Againts the Sustainable of Broilers)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

BAB I PENDAHULUAN. menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Komarawidjaja, 2005).

PENGARUH EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP MIKROBA PADA ISOLAT IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galangal) TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBIA PERUSAK IKAN DENGAN PENGEMULSI TWEEN 80

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK LAOS PUTIH (ALPINIA GALANGAS) TERHADAP BAKTERI Escericia coli DAN Salmonella sp. Lely Adel Violin Kapitan 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. diderita oleh penduduk di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Makanan sebagai sumber zat gizi yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral menjadi landasan utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan, mulai dari janin, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun usia lanjut membutuhkan makanan yang sesuai dengan syarat gizi untuk mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang serta mencapai prestasi kerja (Yayuk, 2004). Semakin berkembangnya ilmu dan teknologi makanan, semakin banyak intervensi manusia dalam pembentukan atau pengolahan bahan makanan. Makanan yang tersaji harus tersedia dalam bentuk dan aroma yang menarik, rasa enak, warna dan konsistensinya baik serta awet. Untuk mendapatkan makanan seperti ini maka sering pada proses pembuatanya dilakukan penambahan bahan tambahan makanan yang disebut zat adiktif (Widyaningsih, 2006). Menurut Undang-undang Republik Indonesia no 7 tahun 1996, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, dan pengental (BPOM, 1996). Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat 1

2 proses fermentasi, pengasaman atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba. Salah satu bahan pangan yang sering dilakukan pengawatan adalah ikan. Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi oleh manusia sejak beberapa abad yang lalu. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk yang mudah didapat, harga terjangkau dan memiliki nilai gizi yang cukup. Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan busuk bila tidak langsung dikonsumsi, dalam waktu 6-7 jam setelah penangkapan ikan akan mulai membusuk akibat bakteri atau autolisis. Daging ikan mengandung senyawa-senyawa yang sangat potensial bagi tubuh manusia. Bagian yang dapat dimakan hanya sekitar 70 % dari seluruh organ tubuh yang terdapat pada ikan, sedangkan 30 % lagi seperti kepala, ekor, sirip dan isi perut umumnya dibuang (Laila, dkk., 2012). Ikan disamping sebagai sumber gizi bagi manusia, ikan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme (bakteri, ragi dan jamur). Bahan pangan yang berupa daging, baik yang berasal dari ternak maupun ikan ternyata paling tinggi kandungan mikroorganismenya jika dibandingkan dengan sayuran dan buah-buahan (Nento Y. S., 2013). Kualitas ikan lebih menunjukkan pada penampilan estetika dan kesegaran atau derajat pembusukan sampai dimana telah berlangsung, termasuk juga aspek keamanan seperti bebas dari bakteri, parasit atau bahan kimia. Parameter kesegaran ikan meliputi penampakan luar, lenturan daging ikan, kondisi mata, daging, insang dan kondisi sisiknya. Penyebab utama proses pembusukan pada ikan segar adalah perombakan enzimatis, perombakan non enzimatis, dan aktivitas

3 bakteri yang terjadi baik setelah ikan ditangkap/dipanen, selama penanganan awal, pengawetan dan pengolahan. Urutan dari proses terjadinya pembusukan ikan dimulai sejak setelah ikan mati. Setelah ikan mati seiring berjalannya waktu pasti akan terjadi penurunan kesegaran. Pada fase ini dibagi dalam 3 proses yaitu pre rigor mortis, rigor mortis, post rigor mortis. Jika proses tersebut telah dilalui dan tidak segera dilakukan pengolahan, maka selanjutnya akan terjadi perubahan fisik, kimia serta organoleptik dan akhirnya timbul pembusukan (Nurhadi, M., 2012). Berdasarkan data tahun 2013 dari Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, telah ditemukan penderita diare sebanyak 1.873 orang penduduk Kota Gorontalo yang menderita diare, hal tersebut dapat di sebabkan oleh salah satunya adalah sanitasi dan pengaruh mengkomsumsi bahan makanan yang terkandung oleh bakteri patogen. Bakteri adalah mikroorganisme satu sel berkembang biak dengan cara membelah diri dan hidup pada bahan yang memiliki aktifitas air yang tinggi. Penyakit pada manusia yang di sebabkan oleh bakteri yang berasal dari makanan di sebut Food born disease (Rabiatul, A., 2011). Menurut Standar Nasional Indonesia SNI-7388 (2009) batas maksimum cemaran mikroba dalam bahan pangan ikan dan produk perikanan lainnya diantaranya adalah angka lempeng total (ALT) 5 x 10 5 koloni/gr. Sanitasi makanan meliputi pengolahan makanan yang baik seperti pengolahan ikan. Dalam proses pengolahan ikan, kita harus memperhatikan

4 kandungan gizinya agar tidak hilang, kualitas atau kesegaran mutu ikan tetap terjaga serta memperhatikan sanitasi pengolahan ikan tersebut. Ikan kembung merupakan salah satu ikan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, harganya murah. Ikan kembung banyak digunakan oleh masyarakat luas karena ikan kembung banyak mengandung Omega 3 dan Omega 6 yang baik bagi pencegahan penyakit dan kecerdasan otak. Omega 3 dan Omega 6 termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk memperkuat daya tahan otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak, menurunkan kadar trigliserida dan mencegah penggumpalan darah (Irmawan, s., 2009). Ikan kembung di Kota Gorontalo dikenal dengan sebutan ikan rumahrumah. Ikan ini sudah menjadi makanan yang sering di konsumsi masyarakat di Gorontalo, karena rasanya yang khas dan lezat. Ikan kembung juga banyak di pasarkan karena tidak memiliki musim seperti ikan-ikan yang lainnya, tekstur ikan kembung tidak mudah hancur dalam perendaman sehingga ikan ini banyak di jual di Tempat Pelelangan Ikan yang ada di Kota Gorontalo. Kegiatan penangkapan ikan sudah berlangsung sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir Kota Gorontalo baik sebagai nelayan maupun pemilik modal (peralatan tangkap). Layaknya daerah pesisir pada umumnya, masyarakat nelayan di Kota Gorontalo mengharapkan kegiatan perikanan yang terus berkembang dengan didukung oleh infrastruktur perikanan yang memadai. Ikan hasil tangkapan nelayan dijual dalam bentuk segar. Mereka sering tidak memperhatikan kondisi selama transportasi, sehingga pada umumnya ikanikan tersebut sampai ditempat tujuan sudah kurang baik keadaannya. Hal ini

5 menunjukan bahwa ikan-ikan tersebut telah mengalami kemunduran mutu dan kesegarannya. Berbagai bakteri patogen sering ditemukan pada bahan pangan, baik segar maupun olahan. Menurut Rabiatul (2011): bahwa bakteri patogen yang banyak ditemukan pada bahan pangan antara lain Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Vibrio cholera, Parahaemolytius dan Yersinia. Bakteri tersebut dapat menimbulkan wabah penyakit seperti tipus, diare, disentri dan kolera. Perubahan sifat karena adanya aktivitas bakteri patogen yang menyebabkan ikan ataupun bahan olahan lainnya mengalami pembusukan dapat dihentikan atau dihambat agar tidak mudah rusak dan membusuk. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai penghambat bakteri adalah rimpang lengkuas. Rimpang lengkuas mengandung senyawa fenolik sebagai antibakteri. Peran lengkuas sebagai pengawet makanan tidak terlepas dari kemampuan lengkuas yang memiliki aktivitas antibakteri, kandungan zat kimia yang terdapat dalam lengkuas adalah fenol, flavonoida dan minyak atsiri. (Syamsuhidayat, 1991 dalam Ana Suryawati, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulia F. Lamapaha, membuktikan bahwa ekstrak air lengkuas dengan dosis 20% dengan waktu pengamatan 24 jam dapat menghambat pertumbuhan E. Coli yang merupakan Gram negative. Penelitian yang sama di lakukan Suryawati, (2010) Pengaruh dosis dan lama peredaman larutan lengkuas terhadap jumlah bakteri ikan bandeng hasil penelitian menemukan bahwa dosis 0%, 5%, 10%, 15% dengan lama perendaman 2 jam, 4 jam, 6 jam, jumlah bakteri ikan bandeng berkurang. Semakin tinggi dosis dan lama perendaman semakin rendah jumlah bakteri pada ikan bandeng.

6 Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai Pengaruh Variasi Dosis dan Lama Perendaman Larutan Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga (L.)) Terhadap Jumlah Bakteri pada Ikan Kembung (Rastrelliger faughni) dengan maksud dapat membuat suatu penyelesaian mengenai pengelolaan ikan kembung dalam mengurangi bakteri dan mengawetkan dengan cara alami, sederhana dan mudah di lakukan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti dapat mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Ikan segar yang dijual belum menjamin tingkat kesegaran dan kualitas, karena ikan sangat mudah rusak jika terdapat ditempat-tempat terbuka, dan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. 2. Pengawetan ikan kembung yang di lakukan oleh pedagang masih kurang sehat, seperti menggunakan bahan pengawet kimia sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat. 3. Diperlukan suatu upaya pengolahan ikan kembung yang di jual di pasaran dengan mendapatkan perlakuan pengawetan serta mengurangi jumlah bakteri dengan cara sederhana, yakni dengan memanfaatkan rimpang lengkuas. 1.3 Rumusan Masalah Adapunrumusan masalah pada penelitian ini yakni Apakah adapengaruh variasi dosis dan lama perendaman larutan lengkuas (Alpinia galanga (L.)) terhadap jumlah bakteri pada ikan kembung (Rastrelliger faughni)?

7 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh variasi dosis dan lama perendaman larutan lengkuas (Alpinia galanga (L.)) terhadap Jumlah Bakteri pada Ikan Kembung (Rastrelliger faughni). 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mendeskripsikan jumlah bakteri pada ikan kembung berdasarkan dosis dan lama perendaman larutan lengkuas. 2. Untuk menganalisis pengaruh variasi dosis dan lama perendaman larutan lengkuas (Alpinia galanga (L.)) berdasarkan penghitungan jumlah bakteri pada ikan kembung (Rastrelliger faughni). 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Peneliti Penelitian ini memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat yakni tentang penurunan bakteri pada ikan kembung dan pengawetan ikan dengan memanfaatkan rimpang lengkuas. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini memberikan informasi kepada masyarakat tentang kemampuan lengkuas dalam mengurangi bakteri pada ikan kembung yang akan di olah menjadi makanan dan yang biasa mengkonsumsi ikan mentah.

8 1.5.2. Manfaat Praktis a. Bagi Ilmu pengetahuan Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan tentang salah satu cara alternatif sederhana tentang pengawetan secara alami dan untuk mengurangi jumlah bakteri khusunya pada ikan kembung. b. Bagi Instansi Terkait Sebagai informasi dan masukan kepada Jurusan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, Dinas kelautan, Perikanan dan Peternakan Kota Gorontalo maupun Kabupaten Gorontalo serta dinas terkait lainnya, untuk dapat bekerja sama dalam pelaksanaan pemantauan dan pengawasan terhadap bakteri pada perikanan di Gorontalo.