METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau Sentarum Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Peta lokasi penelitian di kawasan TNDS dapat dilihat pada Gambar 8. PETA TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM N Badau Batang Lupar Legenda : Skala 1 : 340.000.000 Danau Sentarum & D. S umbu Selimbau Batas Kawasan TNDS Belukar Danau Hutan Bergambut Hutan Rawa Hutan Rendah Sungai Semitau S. Bekuan D. B eku an Embau Batas Kecamatan : Badau Batang Lupar Embau Hutan Rawa Selimbau Semitau Garis Kontur Lokasi Penelitian : S. Bekuan D. Bekuan D. Sumbu 9000 0 9000 Km Sumber Peta : PIKA Bogor, 2002 Gambar 8. Peta lokasi penelitian di kawasan TNDS. Bahan dan Alat Objek utama dalam penelitian ini adalah hutan rawa habitat tembesu primer yang belum mengalami gangguan (penebangan/kebakaran). Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompas, GPS, altimeter, haga meter, bor gambut, phi-band, tally sheet, tambang dan tali rafia, kamera, peta kawasan, peta vegetasi, peta tanah dan geologi, literan tanah, patok bambu dan alat-alat pembuatan herbarium (alkohol, label, koran).
26 Metode Penelitian Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan, meliputi : a. Komposisi dan struktur tembesu dari komunitas hutan yang diteliti, dengan parameter vegetasi yang di ukur yaitu : a. Jenis, jumlah, dan tinggi untuk tingkat tumbuhan bawah, semai dan pancang b. Jenis, jumlah, diameter dan tinggi untuk tingkat tiang dan pohon. b. Stratifikasi tajuk (dibuat gambar profil tembesu) dari hutan yang diamati. c. Penyebaran tembesu berdasarkan karakteristik tempat tumbuh d. Potensi tembesu Sedangkan untuk data sekunder yang dikumpulkan, meliputi : a. Pengumpulan data lingkungan fisik Keadaan umum lokasi penelitain, topografi, ketinggian tempat, curah hujan, dan informasi lain yang mendukung penelitian. b. Pengambilan contoh tanah. a. Pengambilan contoh tanah utuh untuk sifat fisik Karakteristik fisika tanah yang di ukur adalah jenis tanah, persen pasir, liat dan debu, warna tanah, tebal gambut. b. Pengambilan contoh tanah komposit untuk sifat kimia Karakteristik kimia yang diukur adalah ph, bahan organik C dan N, P dan K tersedia, Kapasitas Tukar Kation, nilai tukar kation Ca, Mg, K, Na, dan Kejenuhan Basa. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan contoh analisis vegetasi dengan cara metode kombinasi antara jalur dan garis berpetak (Soerianegara & Indrawan, 1998) yang penentuan pengambilan awal jalur pengambilan contoh ditentukan secara purposive, dimulai dari pinggir danau dan sungai secara tegak lurus yang meliputi ekoton hutan rawa dan ekoton hutan gambut. Untuk melihat pengaruh tempat tumbuh terhadap penyebaran tembesu (panjang jalur yaitu sampai tidak ditemukan tembesu), maka
27 penelitian dilakukan pada dua wilayah danau dengan tiga lokasi penelitian, yaitu di Danau Sumbu, Danau Bekuan dua lokasi yaitu pinggir Sungai Bekuan dan pinggir Danau Bekuan pada hutan rawa kawasan TNDS. Pada lokasi Sungai Bekuan panjang jalur 400 m, dengan jarak dari tepi sungai dan danau ke tempat tumbuh (banyak ditemukan) tembesu ±10 m, banyaknya ditumbuhi tembesu yaitu ±120 m, dari tembesu (hutan rawa) sampai ke hutan rawa gambut (tidak ada tembesu) adalah ±60 m, sedangkan pada lokasi Danau Bekuan dan Danau Sumbu jarak dari tepi sungai dan danau ke tempat tumbuh (banyak ditemukan) tembesu ±10 m dan ±15 m, banyaknya ditumbuhi tembesu yaitu ±80 m, dan jarak dari tembesu (hutan rawa) sampai ke hutan rawa gambut (tidak ada tembesu) masing-masing adalah 100 m dan 300 m. Tabel 3. Pembuatan jalur di lokasi penelitian Lokasi Jalur Panjang Jalur (m) Jumlah petak ukur Luas (ha) Sungai Bekuan Danau Bekuan Danau Sumbu 1 400 20 petak 0,8 2 400 20 petak 0,8 1 500 25 petak 1 2 500 25 petak 1 1 500 25 petak 1 2 500 25 petak 1 Pengambilan data dan pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut : a. Pengambilan data dilakukan di tiga lokasi yaitu di Danau Sumbu, Sungai Bekuan dan Danau Bekuan (masing-masing 2 jalur tegak lurus tepi Danau dan Sungai).
Semitau Badau Danau Sentarum D. Su mbu Selim bau S. Bekuan Batang Lupar D. Be kua n Embau 28 62 0000 630000 Selimbau 640000 PETA LOKASI PENELITIAN N 90000 90000 D. Sumbu S. Bekuan d D. Bekuan Legenda : Garis kontur Jalur penelitian : d Sungai Bekuan Danau Bekuan Danau Sumbu Batas kecamatan Batas kawasan : Belukar Danau Hutan rawa gambut Hutan Rawa Sungai 80000 80000 & d 62 0000 630000 640000 4000 0 4000 km Sumber Peta : PIKA Bogor, 2002 Gambar 9. Peta lokasi penelitian. b. Pembuatan jalur kearah 360 dengan lebar 20 m, panjang setiap jalur masingmasing adalah 400 m untuk areal pinggir Sungai Bekuan, 500 m untuk areal Danau Bekuan dan Danau Sumbu, dengan jarak antar setiap jalur 200 m. a b c c Ket : a = Lebar petak contoh (20 m) b = Jarak antar jalur (200 m) c = Panjang jalur per 100 m sampai jalur pengamatan terakhir 400-500 m Gambar 10. Sketsa gambar petak kontinue Arah rintis 400-500 m c. Di dalam jalur dibuat petak berukuran 20 m x 100 m. Petak ukur tersebut dibagi lagi menjadi sub petak ukuran 20 m x 20m untuk tingkat pohon, 10 m x 10 m untuk tingkat tiang, 5 m x 5 m untuk tingkat pancang, dan 2 m x 2 m untuk tingkat semai (Gambar 11).
29 c d 20 m a b dst a b Arah rintis 100 m c d 20 m Keterangan : Titik pengambilan contoh tanah komposit Gambar 11. Layout petak contoh pengambilan data metode kombinasi antara jalur dan garis berpetak. d. Analisis vegetasi, yaitu pada tingkat semai dan pancang (data jenis, jumlah, dan tinggi), tingkat tiang dan pohon (data jenis, jumlah, diameter dan tinggi), dengan kriteria (Soerianegara & Indrawan (2002)) : 1. Semai : permudaan pohon mulai dari kecambah sampai setinggi 1,5 m. 2. Pancang : permudaan pohon dengan tinggi 1,5 m, diameter < 10 cm. 3. Tiang : permudaan pohon dengan diameter antara 10-19 cm. 4. Pohon : dengan diameter 20 cm. e. Jenis yang tidak teridentifikasi dilapangan, dibuat herbariumnya untuk di identifikasi. f. Pengambilan sampel tanah utuh (undisturbed soil sample) untuk sifat fisik dan sampel tanah komposit (disturbed soil sample) untuk sifat kimia yang masingmasing diambil ± 500 g dari tiga sampai empat titik di hutan rawa habitat tembesu (empat titik di lokasi Sungai Bekuan, tiga titik dilokasi Danau Bekuan, dua titik di Danau Sumbu), satu titik di ekoton dan di hutan rawa gambut yang diletakkan secara berselang-seling atau zig-zag (Gambar 11) dari setiap jalur penelitian. Pengambilan sampel tanah diambil pada beberapa tempat sesuai dengan perubahan jenis tanah dan berdasarkan dominannya suatu jenis yang ditemukan dalam suatu petak. Pada lokasi Sungai Bekuan, sampel tanah diambil pada petak 1, 2, 3, 6. Sampel tanah diambil pada petak 1 karena pada petak tersebut ditemukan tembesu dengan diameter terbesar yaitu 80 cm, diambil pada petak 2 karena tembesu paling banyak ditemukan pada petak tersebut. Selanjutnya diambil pada petak 3 karena tembesu ditemukan sedikit pada petak 3, dan tembesu diambil pada petak 6 karena dari seluruh jalur penelitian hanya di lokasi Sungai Bekuan tembesu ditemukan sampai
30 pada petak 6. Pada lokasi Danau Bekuan pengambilan sampel tanah tembesu pada petak 1, 2, 4 berdasarkan pada rapat, sedang dan jarangnya tembesu ditemukan dalam petak. Untuk lokasi Danau Sumbu pengambilan sampel tanah tembesu pada petak 2 dan 3 berdasarkan pada perubahan jenis tanah serta rapat dan jarangnya tembesu ditemukan dalam petak. Sedangkan pada daerah ekoton dan hutan rawa gambut, pengambilan sampel tanah berdasarkan dominansi suatu jenis dalam suatu petak. Sampel tanah tersebut kemudian dicampur sampai homogen dan diambil sebanyak 2 kg, di analisis sifat fisik dan kimianya di Lab. Tanah Faperta Untan Pontianak. g. Untuk komposisi dan struktur vegetasi dilakukan analisis terhadap sebaran tembesu berdasarkan kelas diameter dan stratifikasi tajuk dengan membuat diagram profil dari hutan yang diamati. Struktur tegakan dilakukan dengan membuat hubungan antara diameter x dan kerapatan pohon y (jumlah pohon/ha), yang akan memperlihatkan struktural horizontal suatu tegakan (penyebaran jumlah individu pohon dalam kelas diameter berbeda). Penentuan stratifikasi tajuk dengan diagram profil dibedakan sebagai tembesu rapat (Sungai Bekuan petak 1-6) dan tembesu jarang (Danau Sumbu petak 1-3). Penggambaran profil tembesu dilakukan pada semua pohon tembesu yang berdiameter > 10 cm (di ukur diameter batang, tinggi total, tinggi bebas cabang) pada jalur pengamatan dengan membuat plot contoh ukuran 20 m x 100 m. Pembuatan plot contoh untuk mewakili kondisi vegetasi tembesu yang diamati untuk dipetakan posisinya sumbu X dan Y pada tiap-tiap plot dan di ukur proyeksi tajuk terhadap permukaan tanah. 3 1 Jalur rintisan 20 m 2 n 20 m 100 m Keterangan : = posisi pohon dalam jalur 1,2,3,..., n = nomor pohon Gambar 12. Pemetaan pohon pada jalur untuk membuat stratifikasi tajuk
31 Analisis Data Analisis data hasil analisis vegetasi meliputi : Indeks nilai penting (INP) INP diperoleh dari (Mueller-Dumbois & Ellenberg (1974) ; Cox (1972) : INP = KR + FR (untuk tingkat semai dan pancang) INP = KR + FR + DR (untuk tingkat tiang dan pohon) Dimana, Kerapatan (K) = Jumlah individu suatu jenis Luas petak contoh Kerapatan suatu jenis Kerapatan Relatif (KR) = x 100 % Kerapatan total seluruh jenis Frekuensi (F) = Jumlah petak ditemukan suatu jenis Jumlah seluruh petak Frekuensi suatu jenis Frekuensi Relatif (FR) = x 100 % Frekuensi seluruh jenis Dominansi (D) = Jumlah luas bidang dasar suatu jenis Luas petak contoh Dominansi suatu jenis Dominansi Relatif (DR) = x 100 % Dominansi seluruh jenis Indeks Dominansi Indeks dominansi merupakan nilai kuantitatif untuk mengetahui suatu jenis yang dominan di dalam komunitas, dengan rumus (Misra, 1980) : Dimana, C = Indeks dominansi ni = Jumlah individu suatu jenis N = Jumlah seluruh individu n C = ( ni / N )² i-1
32 Indeks Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman jenis adalah berguna untuk membandingkan dua komunitas, terutama untuk mengetahui pengaruhnya dari gangguan biotik, berdasarkan rumus Shannon-Wiener (Ludwig & Reynold, 1988 ; Krebs, 1989) : n H' = - [ ( ni / N ) Ln ( ni / N ) ] i-1 Dimana, H' = Indeks keanekaragaman jenis ni = Jumlah individu suatu jenis N = Jumlah seluruh individu e = 2 Penyebaran Jenis Morishita (1959) menyatakan bahwa untuk melihat pola penyebaran suatu jenis dihitung dengan rumus : I = q q Xi ( Xi 1 ) i-1 T ( T 1 ) Dimana, I = Indeks morishita Xi = Jumlah individu tembesu tiap petak q = Jumlah petak pengamatan T = Total jumlah individu seluruh petak Jika : = 1, pola penyebaran individu pohon suatu jenis acak (random) < 1, pola penyebaran individu pohon suatu jenis seragam (uniform) > 1, pola penyebaran individu pohon suatu jenis mengelompok (clump) Potensi Tegakan Potensi tegakan meliputi volume tegakan dari masing-masing plot contoh, dihitung dengan rumus: V = k 1/4. di². hi. f i=1 Dimana, V = volume kayu (m³/ha) = konstanta (3,14) d = diameter pohon ke i (cm) hi = tinggi pohon ke i (m) f = angka bentuk pohon (0.7)
33 Hubungan Antara Faktor Tanah Terhadap Keberadaan Tembesu Untuk mengetahui korelasi antara faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap keberadaan tembesu di hutan rawa sebagai habitat terbesar tembesu, dapat dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda melalui Stepwise. Persamaan umum yang digunakan adalah : Y = bo + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 (Dunn & Clark, 1987) Dimana, Y bo bi = Luas Bidang Dasar Tembesu per petak = Konstanta = Koefisien regresi x1 = % liat x2 = % debu x3 = ph x4 = Karbon x5 = Nitrogen x6 = Fosfor x7 = Kalium x8 x9 = Kejenuhan basa x10 = Kalsium x11 = Natrium x12 = Magnesium = Kapasitas Tukar Kation