BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BUPATI KUNINGAN. KEPUTUSAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 487/KPTS.149-diskominfo/2015

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUNINGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH Jalan Siliwangi No. 26 Telp. (0232) Kasturi Kuningan Kode Pos 45521

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN SEKRETARIAT DAERAH Jl. Siliwangi No. 88 Telp. (0232) K U N I N G A N Kode Pos 45512

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN


BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

kuningankab.bps.go.id

KEMAMPUAN KEGIATAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andri Endianto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

BAB 3 KEBIJAKAN DAN KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN

DAMPAK KEGIATAN USAHA KERAJINAN GENTENG TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT. Sunyoto Sarbini 1

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EKSISTENSI HOME INDUSTRI TAPE KETAN DI DESA TARIKOLOT KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB 2 USAHA KECIL DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN. : Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah

BAB VII IMPLIKASI KONVERSI LAHAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan

KABUPATEN KUNINGAN DALAM ANGKA. Kuningan Regency in Figure

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan dengan persaingan. Era globalisasi cenderung membuat suatu negara

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2015 RKPD 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis deskriptif dimana dalam metode ini penelitan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB III METODE PENELITIAN

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

BAB III METODE KAJIAN

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga puluh tahun Indonesia menjalani sistem sentralistik. Namun, reformasi pembangunan telah membawa perubahan tidak hanya terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, tetapi juga melahirkan pelaksanaan otonomi daerah. Peralihan ke arah sistem desentralistik ini tentu merupakan sesuatu yang kompleks. Dengan adanya sistem otonomi, setiap daerah diberikan keleluasaan untuk mengambil berbagai keputusan pembangunannya sendiri. Pada akhirnya, setiap wilayah dituntut untuk bisa mandiri dan memiliki daya saing sehingga mampu berintegrasi ke dalam perekonomian nasional maupun global. Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sendiri sangat bergantung kepada kemampuan daerah dalam memberdayakan segala potensi lokal yang dimiliki seperti sumber daya alam dan manusia, institusional, serta fisik setempat. Oleh karena itu, setiap daerah memerlukan upaya meningkatkan kapasitas dan mengembangkan daya tarik untuk mendukung pemanfaatan potensi dan karakteristik khusus daerahnya masing-masing. Terdapat beberapa pendekatan bagi daerah dalam mengembangkan potensi dan karaktristik khusus yang dimiliki, dan salah satunya adalah pendekatan usaha kecil. Menurut Tambunan (1993), kelompok unit usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia mampu menyumbang sangat banyak kesempatan kerja dan oleh karena itu menjadi salah satu sumber penting bagi penciptaan pendapatan. Hal ini terkait dengan kondisi sebagian besar jumlah penduduk Indonesia yang berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern (Tiktik dan Rachman, 2004). Selain itu, UKM juga berperan sebagai salah satu sumber penting bagi pertumbuhan PDB dan ekspor nonmigas. Jadi, dapat dilihat bahwa usaha-usaha kecil yang memanfaatkan sumber daya lokal berpotensi untuk menjadi motor penggerak perekonomian suatu daerah. 1

2 Usaha kecil sendiri banyak tumbuh di wilayah pedesaan yang sebagian besar penduduknya adalah petani serta pada umumnya berada pada bidang pertanian (Heddy, et.al., 2003). Terkait dengan lokasinya yang banyak terdapat di pedesaan, pertumbuhan usaha kecil akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan (Simatupang, et.al., 1994). Namun, di Indonesia pada umumnya, keberadaan usaha kecil menghadapi berbagai keterbatasan. Permasalahan utama yang dihadapi usaha kecil adalah sulitnya mendapat akses ke permodalan, keterbatasan sumber daya manusia yang siap, kurang dalam kemampuan manajemen dan bisnis, maupun wilayah pemasaran yang masih terbatas. Di Kabupaten Kuningan, guna lahan dan mata pencaharian penduduknya didominasi oleh sektor pertanian. Industri yang ada di Kabupaten Kuningan sendiri didominasi oleh industri makanan. Salah satu komoditas makanan yang menjadi unggulan Kabupaten Kuningan adalah tape ketan. Usaha kecil makanan berbahan dasar ketan ini merupakan kekuatan lokal yang dimiliki Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, serta Cigugur. Disamping itu, usaha tape ketan merupakan kegiatan ekonomi yang tumbuh dari komunitas (community based) yang dalam perjalanannya nyaris tak tersentuh oleh bantuan dari pemerintah daerah. Meskipun begitu, usaha tape ketan mampu terus hidup bahkan memiliki potensi tinggi dalam meningkatkan perekonomian daerah dan berpeluang untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Di sisi lain, kendati usaha tape ketan telah berdiri selama lebih dari tiga puluh tahun, perkembangan usahanya masih lambat. Kontribusi yang diberikan usaha tape ketan terhadap pengembangan ekonomi lokal juga masih rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat berbagai kendala yang dihadapi usaha tape ketan. Dengan melihat berbagai potensi lokal yang dimiliki serta kendala-kendala yang dihadapi para pengusaha makanan kecil ini maka perlu dikaji apakah usaha tape ketan ini mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan

3 Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur mengingat keberadaan usaha tape ketan ini merupakan kekuatan lokal yang sangat potensial dan tidak dimiliki wilayah lain. 1.2 Rumusan Permasalahan Di Kabupaten Kuningan, sekitar 67% penduduknya tinggal di pedesaan dan sebagian besar (39,36%) mata pencahariannya di sektor pertanian. Sedangkan profil petani di Kabupaten Kuningan adalah 57% merupakan petani gurem dan 32,4% merupakan buruh tani (hasil ST, 2003). Hal ini menyebabkan produktifitas pertanian di Kabupaten Kuningan menjadi rendah sehingga diperlukan alternatif pengembangan sektor lain di luar pertanian. Sama halnya dengan kondisi di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur yang sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Di sisi lain, sektor pertanian memiliki keterbatasan dalam menyerap lapangan kerja, karena luas lahan pertanian semakin berkurang akibat adanya pembangunan di luar kegiatan pertanian (perumahan, jasa, transportasi, dll). Selain itu, pola kerja pada sektor pertanian tidak berlangsung sepanjang tahun. Dengan terbatasnya sektor pertanian dalam menyerap lapangan kerja, maka dibutuhkan alternatif sumber pendapatan lain, dan pengembangan usaha kecil merupakan pilihan yang strategis dalam peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan. Mengingat sebagian besar penduduk yang keluar dari sektor pertanian pada umumnya memiliki latar belakang pendidikan dan keterampilan rendah, dan usaha kecil mampu menyerap tenaga kerja yang kurang terampil. Oleh karena itu, masyarakat lokal di ketiga kecamatan kemudian berusaha menangani kondisi tersebut dengan memanfaatkan talenta lokal yang dimiliki yaitu memproduksi makanan yang berbasis hasil pertanian (tape ketan), yang selanjutnya tumbuh menjadi usaha-usaha kecil. Usaha tape ketan memiliki potensi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja lokal dan telah menjadi kawasan (area) dimana masyarakat lokal banyak menggantungkan hidupnya di luar sektor pertanian sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tape ketan mampu menjadi katup pengaman perekonomian di wilayah kajian studi.

4 Meskipun begitu, keberadaan usaha tape ketan masih belum mampu menyumbang kontribusi berarti terhadap pengembangan ekonomi lokal di ketiga kecamatan tersebut. Hal ini ditandai dengan kenyataan bahwa dua dari tiga kecamatan wilayah kajian studi, yaitu Kecamatan Cibeureum dan Cibingbin masuk ke dalam kategori kecamatan dengan IPM terendah di Kabupaten Kuningan. Dan untuk mendongkrak angka IPM dalam rangka mengembangkan ekonomi lokal, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan usaha skala kecil seperti usaha tape ketan ini. Di lain pihak, selama ini belum terdapat kajian mengenai kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Kuningan. Dari uraian tersebut maka memunculkan pertanyaan penelitian yaitu: 1. Sejauhmana kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, Cigugur? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, Cigugur? 1.3 Tujuan dan Sasaran Dengan melihat latar belakang serta rumusan permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Adapun sasaran yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah: 1. Teridentifikasinya kemampuan bertahan usaha tape ketan. 2. Teridentifikasinya kemampuan usaha tape ketan dalam menyerap lapangan kerja. 3. Teridentifikasinya kemampuan usaha tape ketan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru.

5 4. Teridentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, Cigugur. 1.4 Ruang Lingkup Kajian Ruang lingkup dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu ruang lingkup wilayah studi dan ruang lingkup materi. 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Wilayah kajian studi dalam penelitian ini adalah Kabupaten Kuningan yang terdiri atas 32 Kecamatan, 15 Kelurahan dan 361 Desa. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Kuningan, Jalaksana, Kramatmulya, Cilimus, Mandirancan, Cigugur, Darma, Ciawigebang, Garawangi, Pasawahan, Nusaherang, Subang, Sindangagung, Kadugede, Cigandamekar, Cipicung, Luragung, Ciwaru, Lebakwangi, Cidahu, Ciniru, Pancalang, Cilebak, Kalimanggis, Hantara, Japara, Maleber, Salajambe, Karangkancana, Cimahi, Cibeureum, dan Cibingbin. Dari 32 kecamatan yang ada, diambil 3 kecamatan yang terkait dengan penelitian mengenai usaha tape ketan ini yaitu Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, Cigugur. Dipilih tiga kecamatan ini karena di kecamatan-kecamatan inilah usaha-usaha tape ketan berada. 1.4.2 Ruang Lingkup Materi Penelitian ini berusaha mengkaji sejauhmana kemampuan usah tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Adapun ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah: 1. Kemampuan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal dilihat melalui dukungan tiga kriteria yaitu kemampuan bertahan, menciptakan lapangan kerja, serta merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru dari usaha tape ketan. 2. Kemampuan bertahan usaha tape ketan terfokus kepada dukungan keberlanjutan produksi dan pemasaran.

6 3. Keberlanjutan produksi usaha tape ketan meliputi aspek tenaga kerja, modal, bahan baku, alat produksi, serta jiwa wirausaha dan kemampuan manajerial pengusaha tape ketan. 4. Cakupan lokal dalam penelitian ini adalah Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Sementara untuk aspek bahan baku dan pemasaran, cakupan lokal dibatasi pada lingkup Kabupaten Kuningan. 1.5 Manfaat Studi Manfaat yang dapat diperoleh dari studi ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis yang selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Akademis Pengembangan ekonomi lokal adalah salah satu konsep yang digunakan dalam mengembangkan wilayah dalam konteks Perencanaan Wilayah dan Kota, dan salah satu inisiator dalam pengembangan ekonomi lokal adalah usaha kecil. Penelitian ini berusaha memaparkan sejauhmana kemampuan usaha tape ketan di Kabupaten Kuningan khususnya di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal, faktor apa saja yang mempengaruhinya serta upaya apa yang dapat dilakukan dalam pengembangan usaha tape ketan di Kabupaten Kuningan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Dan selanjutnya dapat menjadi gambaran untuk pengembangan usaha kecil lainnya sebagai motor penggerak. 1.5.2 Manfaat Praktis Hasil dari studi ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan khususnya kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan melalui dinas-dinas terkait (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian) agar upaya pengembangan usaha tape ketan dapat berjalan efektif dan tepat sasaran. Diharapkan dengan efektifnya upaya pengembangan usaha tape ketan ini maka usaha tape ketan mampu menjadi motor penggerak pengembangan

7 ekonomi lokal, dan menjadi pelopor kemajuan usaha-usaha kecil lainnya di Kabupaten Kuningan. 1.6 Metodologi Penelitian Sub bab ini terbagi menjadi pendekatan studi, tahapan studi, metode pengumpulan data, metode penentuan sampel, dan teknik analisis. 1.6.1 Pendekatan Studi Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan sejauhmana kemampuan usaha tape ketan mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Berdasarkan yang diungkapkan Blakely (1989), fokus dalam pengembangan ekonomi lokal adalah menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru. Di sisi lain, suatu usaha dapat menjadi motor penggerak apabila usaha tersebut memiliki kemampuan bertahan yang tinggi. Jadi, maksud dari kemampuan menjadi motor penggerak dalam penelitian ini adalah jika usaha tape ketan ini mampu memenuhi tiga kriteria: 1. Kemampuan Bertahan Usaha Tape Ketan Kriteria pertama suatu usaha dapat dikatakan mampu menjadi motor penggerak adalah usaha tersebut mampu untuk bertahan. Ketahanan suatu usaha sendiri dapat dilihat dari dua hal, yaitu dukungan keberlanjutan produksi dan pemasaran. Keberlanjutan produksi ini juga dapat dilihat dari lima aspek, yaitu tenaga kerja, modal, bahan baku, alat produksi serta jiwa wirausaha dan kemampuan manajerial pengusaha. Jika keberlanjutan produksi dan pemasaran yang dimiliki oleh usaha tape ketan ini telah kokoh, maka dapat dikatakan bahwa usaha tape ketan telah memiliki kemampuan bertahan yang tinggi.

8 Tabel 1.1 Kriteria, Indikator, dan Tolok Ukur Kemampuan Bertahan 1. Proses Produksi Aspek Indikator Tolok Ukur Tenaga Kerja Kualitas Tenaga Kerja Keahlian/keterampilan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang tersedia memadai Modal Alternatif Sumber modal Adanya sumber-sumber modal baik yang bersifat formal maupun non-formal Akses terhadap modal Adanya kemudahan/kelancaran untuk memperoleh modal yang menunjang usaha produksi Bunga yang rendah Bunga terhadap modal dapat dijangkau Akumulasi modal Modal yang diperoleh dapat ditabung dan terakumulasikan untuk kebutuhan biaya produksi selanjutnya Bahan Baku Jenis bahan baku Jenis bahan baku yang dibutuhkan tersedia Jumlah bahan baku Jumlah bahan baku yang dibutuhkan tersedia Kontinuitas bahan baku Bahan baku mudah diperoleh kapan saja Sumber bahan baku Adanya pemanfaatan bahan baku lokal Alat Produksi dan Teknologi Ketersediaan alat produksi Adanya alat produksi yang menunjang kelangsungan proses produksi Jiwa Wirausaha dan Kemampuan Manajerial Kondisi jiwa wirausaha pengusaha Kemampuan manajerial Pengusaha memiliki jiwa wirausaha yang inovatif dan kreatif Adanya sistem pembukuan keuangan dan pembagian tugas kerja yang baik dalam menjalankan kegiatan industri 2. Pemasaran Permintaan pasar Dapat memenuhi permintaan pasar Cara pemasaran Adanya kemudahan distribusi produk Akses ke pasar Akses ke pasar yang mudah Wilayah pemasaran Wilayah pemasaran mencapai luar Jabar Sumber: Bab 2 Usaha Kecil dalam Konteks Pengembangan Ekonomi Lokal, 2008 2. Mampu Menciptakan Lapangan Kerja Kriteria selanjutnya yang menunjukkan apakah usaha tape ketan mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal adalah apabila usaha tersebut telah mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal.

9 Mampu menciptakan lapangan kerja Tabel 1.2 Kriteria, Indikator, dan Tolok Ukur Kemampuan Menciptakan Lapangan Kerja Kriteria Indikator Tolok Ukur Penyerapan tenaga kerja lokal saat ini Seluruh tenaga kerja yang bekerja di usaha kecil merupakan masyarakat lokal Penyerapan tenaga kerja Adanya peningkatan penyerapan lokal di masa mendatang tenaga kerja lokal Sumber: Bab 2 Usaha Kecil dalam Konteks Pengembangan Ekonomi Lokal, 2008 3. Mampu Merangsang Pertumbuhan Kegiatan Ekonomi Baru Kriteria terakhir yang menunjukkan usaha tape ketan ini mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal adalah usaha tape ketan mampu merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru. Tabel 1.3 Kriteria, Indikator, dan Tolok Ukur Kemampuan Merangsang Pertumbuhan Kegiatan Ekonomi Baru Kriteria Indikator Tolok Ukur Mampu merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru Penciptaan usaha lokal Adanya penciptaan usaha lokal baik yang sejenis (usaha tape ketan) maupun yang tidak sejenis (usaha hulu maupun hilir) Sumber: Bab 2 Usaha Kecil dalam Konteks Pengembangan Ekonomi Lokal, 2008 1.6.2 Tahapan Studi Tahapan studi ini dilakukan dengan studi literatur, pengumpulan data, analisis studi kasus, serta perumusan rekomendasi kebijakan dalam mengembangkan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Adapun tahapan studi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Merumuskan serta mendefinisikan permasalahan. Permasalahan yang diangkat yaitu: sejauhmana kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan

10 Cibeureum, Kecamatan Cibingbin, dan Cigugur. Maka selanjutnya dicari definisi mengenai usaha kecil dan pengembangan ekonomi lokal. b. Studi literatur, yaitu menggali teori-teori yang terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu mengenai pengembangan wilayah, khususnya pengembangan ekonomi lokal, serta usaha kecil. Selain itu juga mencari metode-metode serta teknik penelitian, baik dalam mengumpulkan maupun menganalisis data. c. Membangun kerangka pemikiran studi. Secara jelasnya kerangka pemikiran sudi dapat dilihat pada gambar 1.1 d. Merumuskan kriteria, aspek, indikator, serta tolok ukur yang mempengaruhi kemampuan usaha kecil sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. e. Mengumpulkan data primer dan sekunder, sehingga dapat dilakukan: 1. Identifikasi kemampuan bertahan usaha tape ketan baik dilihat dari sisi keberlanjutan produksi maupun pemasaran. 2. Identifikasi kemampuan usaha tape ketan dalam menciptakan lapangan kerja. 3. Identifikasi kemampuan usaha tape ketan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru. f. Analisis kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal dengan melihat kriteria, indikator, tolok ukur dibandingkan dengan kondisi nyata di lapangan. g. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan dengan melihat kemampuannya sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal dikaitkan dengan kondisi internal maupun eksternal usaha. Faktor-faktor yang dimaksud merupakan faktor alasan yang dapat berasal dari hasil survei primer (wawancara dan kuesioner) maupun data sekunder. h. Perumusan rekomendasi pengembangan usaha tape ketan di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur baik kepada pihak pengusaha maupun kepada pihak pemerintah, dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi lokal.

11 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Studi Usaha kecil sebagai inisiator dalam PEL Keberadaan usaha tape ketan sebagai kekuatan lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur Potensi Kendala Sejauhmana kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak PEL? Keberlanjutan Produksi Pemasaran Kemampuan Bertahan Kemampuan Menciptakan Lapangan Kerja Kemampuan Merangsang Pertumbuhan Kegiatan Ekonomi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak PEL Rekomendasi pengembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kec.Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur Karakteristik wilayah Karakteristik pengusaha Kondisi pasar Kondisi poduk Dukungan pemerintah Sumber: Hasil Analisis, 2008 1.6.3 Metode Pengumpulan Data Riset adalah aktivitas ilmiah yang sistematis, terarah, dan bertujuan. Jadi pengumpulan data merupakan upaya menghimpun dengan terencana dan sistematis data informasi yang relevan (Kartini, 1990). Dalam penelitian ini, dilakukan dua metode pengumpulan data, yaitu survei primer dan survei sekunder.

12 1. Survei Primer Survei primer akan memberikan informasi dan data secara langsung sebagai hasil pengumpulan sendiri. Dalam penelitian ini digunakan metode wawancara dan kuesioner dalam mengumpulkan data primer. Pengertian wawancara (interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau si pewawancara dengan responden dengan menggunaan alat panduan wawancara (Moh. Nazir, 2005). Adapun yang menjadi responden wawancara dalam penelitian ini adalah: a) Pejabat Daerah (Kepala Desa dan Camat) Wawancara kepada pejabat daerah diasumsikan dapat memberikan informasi yang mewakili pandangan masyarakat sekitar usaha tape ketan, terutama pandangan masyarakat desa yang tidak dilakukan penyebaran kuesioner. Dengan melakukan wawancara kepada pejabat daerah, maka dapat diketahui mengenai bagaimana kontribusi keberadaan usaha tape ketan terhadap masyarakat lokal, bagaimana dukungan masyarakat terhadap usaha tape ketan, serta apa saja manfaat maupun dampak buruk yang dihasilkan oleh usaha tape ketan tersebut. b) Kepala Dinas Wawancara dilakukan kepada kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, dan Dinas Pertanian. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai usaha tape ketan dikaitkan dengan bidang-bidang yang ditangani oleh dinas terkait. Selain metode wawancara, penelitian ini juga menggunakan metode kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap (Moh. Nazir, 2005). Adapun yang menjadi responden pengisian kuesioner ini adalah: a) Pengusaha Tape Ketan Kuesioner kepada pengusaha tape ketan ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai faktor produksi (modal, bahan baku, tenaga kerja, modal, alat produksi dan

13 teknologi, jiwa wirausaha dan kemampuan manajerial), pemasaran, dan motivasi pengusaha dalam mempertahankan usahanya. b) Tenaga Kerja Sementara kuesioner terhadap tenaga kerja dilakukan untuk memperoleh data mengenai motivasi tanaga kerja dalam mendirikan usaha tape ketan, kualifikasi tenaga kerja, serta kondisi ekonomi tenaga kerja. c) Masyarakat Lokal Kuesioner terhadap masyarakat lokal dilakukan untuk mengetahui dukungan terhadap keberadaan usaha tape ketan, manfaat maupun dampak buruk yang dirasakan, serta motivasi mereka dalam mendirikan usaha sejenis. 2. Survei Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia (Saifudin, 2001). Dalam penelitian ini, data-data sekunder diperoleh melalui dinas-dinas terkait, seperti misalnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian, dan Biro Pusat Statistik. 1.6.4 Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian, sampel yang dipilih tentu harus benar-benar mewakili populasinya; yaitu menjadi representatif dari populasinya. Sampel yang tidak mewakili populasi disebut sebagai sampel yang menyeleweng (biased sampling). Dalam penelitian ini, metode penentuan sampel yang dipilih dilakukan berdasarkan kelompok populasi yaitu pengusaha tape ketan, tenaga kerja usaha tape ketan, serta masyarakat lokal. Besarnya sampel yang diambil menurut kelompok populasi tersebut adalah: a) Pengusaha Tape Ketan Metode penentuan sampel yang dilakukan terhadap pengusaha tape ketan adalah survei terhadap populasi. Pada awalnya, kuesioner disebarkan kepada seluruh unit usaha (sebanyak 30 unit). Dengan memberikan jangka waktu pengisian

14 selama satu hari, jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 25. Jika melihat jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin, maka jumlah sampel sebanyak 25 ini memiliki error lebih kecil dari 10%. b) Tenaga Kerja Metode penentuan sampel tenaga kerja menggunakan metode sampel acak (Random Sampling) dimana sampling dilakukan terhadap tenaga kerja usaha tape ketan yang ditemui. Supaya diperoleh jumlah sampel yang akurat maka digunakan rumus Slovin sebagai berikut: Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi, yaitu jumlah tenaga kerja usaha tape ketan sebanyak 180 e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelanggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi) = 10% Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel tenaga kerja adalah sebanyak 60 tenaga kerja. Namun, karena terdapat beberapa usaha tape ketan yang tertutup, jumlah kuesioner tenaga kerja usaha tape ketan yang kembali adalah sebanyak 50 responden. Jika menggunakan rumus Slovin, jumlah ini berada pada nilai kritis sebesar 12%. c) Masyarakat Lokal Metode penentuan sampel terhadap masyarakat menggunakan metode cluster sampling. Supaya diperoleh jumlah sampel yang akurat maka digunakan rumus Slovin, dengan jumlah populasi yaitu jumlah total rumah tangga di ketiga kecamatan (27.520 RT) dan e = 10%, maka diperoleh jumlah sampel adalah sebesar 100 responden. Kuesioner ini tersebar di ketiga kecamatan yang jumlahnya disesuaikan dengan proporsi jumlah rumah tangga di masing-masing kecamatan. Dari jumlah sampel di masing-masing kecamatan ini lantas dibagi

15 lagi menurut desa yang terdapat usaha tape ketan dan desa yang tidak terdapat usaha tape ketan, seperti tergambar pada tabel berikut. Tabel 1.4 Distribusi Sampel terhadap Masyarakat Lokal Kecamatan Jumlah RT (%) Jumlah Sampel Cibeureum 5.472 (19,88%) 20 Cibingbin 10.680 (38,81%) 39 Cigugur 11.368 (41,31%) 41 Desa Jumlah RT (%) Jumlah Sampel Cibeureum 1.478 (43%) 9 Tarikolot 419 (12%) 2 Sumurwiru 337 (10%) 2 Sukarapih 1.177 (35%) 7 Sindangjawa 1.229 (24%) 9 Cibingbin 3.055 (58%) 23 Sukaharja 941 (18%) 7 Cigugur 1.560 (43%) 18 Cisantana 1.483 (41%) 17 Sukamulya 603 (16%) 6 Jumlah 27.520 (100%) 100 100 Sumber: Hasil Analisis, 2008 Keterangan : Tanda desa yang terdapat usaha tape ketan Tanda desa yang tidak terdapat usaha tape ketan 1.6.5 Teknik Analisis Dalam penelitian mengenai kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur, teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan mula-mula dengan menyajikan fakta secara sistematik mengenai kondisi usaha tape ketan di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Kondisi yang dimaksud adalah kondisi nyata di lapangan dikaitkan dengan faktor, aspek, indikator dan tolok ukur mengenai industri kecil. Dengan memperoleh gambaran kondisinya, kita bisa menganalisis sejauh mana kemampuan usaha tape ketan ini dapat menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Setelah melakukan analisis mengenai kemampuan usaha tape ketan menjadi motor penggerak, maka dapat diinterpretasikan apa saja yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan ini. Selanjutnya dirumuskan rekomendasi upaya pengembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di ketiga wilayah kajian studi.

16 Tabel 1.5 Proses Pengumpulan Data dan Analisis Sasaran Teridentifikasinya kemampuan bertahan usaha tape ketan Teridentifikasinya kemampuan usaha tape ketan dalam menyerap lapangan kerja Input Variabel Kebutuhan Data/Informasi Sumber Data Cara Memperoleh Data Keberlanjutan Produksi Pemasaran Penyerapan tenaga kerja lokal Jumlah penduduk menurut usia, jenis kelamin, pendidikan Jumlah tenaga kerja Kualifikasi tenaga kerja Sumber dan akses terhadap modal Bahan baku (sumber, jenis, jumlah, akses, serta keterjangkauan harga) Ketersediaan alat produksi & teknologi Tingkat pendidikan pengelola Keberadaan pembukuan dan pembagian kerja Inovasi Tingkat rata-rata omset Akses terhadap faktor produksi dan pasar Cara pemasaran Permintaan pasar Wilayah pemasaran Akses terhadap pasar Lokasi unit usaha Keberadaan sarana pemasaran Asal tenaga kerja Jumlah tenaga kerja Jumlah penduduk yang bekerja Pendapatan tenaga kerja Profil desa Wawancara Kuesioner Kecamatan dalam Kab. Kuningan dalam Disperindag, Distan, dan Diskop UKM Wawancara Kuesioner Kecamatan dalam Kab. Kuningan dalam Kuesioner Kecamatan dalam Kab. Kuningan dalam Survei Sekunder Survey primer (pemilik, tenaga kerja, dan dinas) Survei Sekunder Survey primer (pemilik) Survei Sekunder Survey primer (pemilik dan tenaga kerja) Metode Analisis Analisis deskriptif Analisis deskriptif Analisis deskriptif Output kemampuan bertahan usaha tape ketan kemampuan usaha tape ketan dalam menyerap lapangan kerja

Sasaran Teridentifikasinya kemampuan usaha tape ketan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi Teridentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan Sumber: Hasil Analisis, 2008 Input Variabel Kebutuhan Data/Informasi Sumber Data Cara Memperoleh Data Jumlah usaha dari tahun ke Kuesioner Survei Sekunder Penciptaan tahun Kecamatan dalam Survey primer Usaha-Usaha Motivasi tenaga kerja (pemilik, tenaga Lokal Motivasi masy. Lokal Kab. Kuningan dalam kerja, dan masy. Dukungan masy.lokal lokal) Usaha-usaha bangkitan tidak sejenis Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil analisis kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak dalam PEL Karakteristik wilayah Karakteristik pengusaha Kondisi pasar Kondisi poduk Dukungan pemerintah Profil desa Wawancara Kuesioner Kecamatan dalam Kab. Kuningan dalam Disperindag, Distan, dan Diskop UKM Survei Sekunder Survey primer (pemilik, tenaga kerja, dan dinas) Metode Analisis Analisis deskriptif Analisis deskriptif Output kemampuan usaha tape ketan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan 17

18 1.7 Sistematika Pembahasan Pembahasan studi ini terdiri atas 5 bab yang dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang studi, rumusan persoalan, tujuan studi, ruang lingkup, manfaat studi, dan metodologi penelitian. BAB 2 USAHA KECIL DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Pada bab ini dijelaskan landasan teori terkait dengan permasalahan yang diangkat yaitu mengenai pengembangan ekonomi lokal dan usaha kecil. BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini mendeskripsikan gambaran umum wilayah Kabupaten Kuningan, Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur, serta usaha tape ketan di ketiga kecamatan tersebut. BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Pada bab ini akan dijelaskan hasil analisis sejauhmana kemampuan usaha tape ketan menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Dan selanjutnya dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha kecil di wilayah kajian studi. BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari studi ini serta rekomendasi upaya pengembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Selain itu dipaparkan pula mengenai kelemahan dan saran studi lanjutan.