II TINJAUAN PUSTAKA Itik Itik merupakan ternak yang termasuk ke dalam komoditas unggas dan sudah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

ANALISIS KEUNTUNGAN LEMBAGA PEMASARAN SAPI POTONG DI KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU KE MAKASSAR SKRIPSI OLEH SUPRIADI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak


II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

III KERANGKA PEMIKIRAN

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi

JURNAL ANALISIS SALURAN PEMASARAN TERNAK DOMBA DI DESA SELOREJO, KECAMATAN BAGOR, KABUPATEN NGANJUK

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pemasaran Hasil Pertanian/Peternakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

II. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MARJIN TATANIAGA AYAM BROILER DARI HULU KE HILIR DI PASAR IBUH KOTA PAYAKUMBUH JURNAL. Oleh : SAPTA BAYU PUTRA NPM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Steak berasal dari beef steak yang artinya adalah sepotong daging. Daging yang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada. Penelitian tentang tata niaga gabah/ beras ini berusaha menggambarkan

III. LEMBAGA, SALURAN DAN FUNGSI PEMASARAN DALAM TATANIAGA AGROPRODUK. Tujuan Pembelajaran:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tidak ada satupun perusahaan yang akan mampu bertahan lama bila

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan melalui pertukaran. Jadi dapat dikatakan bahwa pemasaran atau marketing

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

II. LANDASAN TEORI. pertukaran peroduksi yang bernilai satu sama lain. berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik manusia secara individual,

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak yang termasuk ke dalam komoditas unggas dan sudah sejak lama dikembangkan di Indonesia. Itik adalah salah satu jenis unggas air (waterfowls) yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut (Srigandono, 1996) : Kelas Ordo Famili Sub famili : Aves : Anseriformes : Anatidae : Anatinae Rumpun (tribe) : Anatini Genus : Anas Menurut produk yang dihasilkan, itik dapat dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu itik petelur, pedaging, dan ornamental atau disebut juga itik hias (Akhmad, 2011). Pada dasarnya ketiga golongan itik tersebut dapat dimanfaatkan dagingnya untuk diolah menjadi hidangan konsumsi. Hal ini disebutkan oleh Ketaren (2007), bahwa ternak itik yang dapat dijadikan sebagai sumber daging adalah: (1) itik jantan yang digemukkan, (2) itik betina afkir, (3) itik Serati, dan (4) itik Peking. Menurut Srigandono (1996) populasi itik yang dikembangkan di Indonesia kebanyakan terdiri dari jenis Peking, Muskovi (entog) dan Indian Runner. Itik Indian Runner yang banyak dikenal diantaranya yaitu itik tegal, alabio, dan bali. Seiring perkembangan varietas dari ketiga jenis itik tersebut, saat ini di beberapa daerah dapat dijumpai berbagai jenis itik asal Indonesia lain, seperti itik Cihateup, Itik Mojosari, Itik Magelang, dan lain-lain. Itik tersebut dapat dijadikan sebagai

12 itik penghasil daging dan umumnya yang dimanfaatkan berasal dari jenis jantan. Itik jantan memiliki potensi yang lebih unggul dalam menghasilkan daging karena laju pertumbuhannya lebih cepat bila dibandingkan dengan itik betina. Menurut Srigandono (1991), itik pedaging dapat digolongkan atas beberapa fase pertumbuhan berdasarkan umur, yaitu fase pertama (starter) pada umur 0-2 minggu dan fase kedua (finisher) pada umur 3-7 minggu. Itik pedaging siap dipotong dan dipasarkan pada saat umur itik mencapai 7-8 minggu. 2.2. Pemasaran Pembahasan mengenai pemasaran tidak akan luput dari aspek produsen, barang atau jasa, dan konsumen. Menurut William J. Stanton yang dikutip oleh Swastha dan Handoko (2000: 4), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Selain itu, Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan pemasaran sebagai sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Lebih jelas lagi, Paturochman (2011) menjelaskan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan usaha dan niaga dalam penyampaian barang dan jasa sejak barang berada di pihak produsen sampai berada di pihak konsumen akhir yang memerlukan banyak pekerjaan, biaya, waktu, serta keterlibatan orang banyak. Pemasaran mengandung makna usaha untuk saling memenuhi kebutuhan masing masing individu, baik itu produsen dan pedagang sebagai pelaku usaha maupun masyarakat

13 sebagai konsumen akhir. Namun fokus utama dari pemasaran adalah kebutuhan pembeli. Menurut Theodore Levitt yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2009:39), pemasaran didasari oleh gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan melalui produk dan hal-hal yang berhubungan dengan menciptakan, menghantarkan, dan akhirnya mengkonsumsinya. Jika dilihat dari lingkup peternakan, tujuan utama kegiatan pemasaran adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap hasil peternakan. Menurut Rasyaf (2000) pemasaran adalah kegiatan usaha yang mempunyai peran untuk membawa hasil peternakan dari peternak hingga konsumen akhir. Sistem pemasaran saat ini semakin berkembang seiring munculnya kemajuan pada teknologi. Kegiatan pemasaran yang awalnya menggunakan sistem pertukaran barang (barter), kini dapat dilakukan dengan cara yang lebih modern dengan memanfaatkan teknologi berbasis multimedia seperti penggunaan media online untuk dapat memasarkan barang atau jasa hingga ke berbagai dunia. Demikian pula sistem pembayaran transaksi barang saat ini tidak hanya dilakukan secara langsung, namun dapat juga dilakukan dengan cara transfer tunai melalui Bank atau ATM (Automated Teller Machine). 2.3. Fungsi Pemasaran Proses penyampaian barang dan jasa dari produsen hingga ke diterima oleh konsumen membutuhkan berbagai kegiatan fungsional pemasaran agar dapat menunjang kelancaran proses penyampaian barang tersebut. Menurut Firman dan Tawaf (2008), fungsi pemasaran tersebut diantaranya adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Selama proses penyampaian barang dan jasa, ketiga fungsi pemasaran tersebut harus ditempuh oleh produsen, pelaku pemasaran,

14 dan konsumen agar proses pemasaran berjalan lancar dan kebutuhan tiap individu dapat terpenuhi sesuai dengan standar yang diinginkan. 2.3.1. Fungsi Pertukaran Fungsi pertukaran dimaksudkan untuk memperlancar jalannya pemindahan hak milik atas barang-barang. Firman dan Tawaf (2008) menyebutkan bahwa fungsi pertukaran adalah kegiatan yang mengandung perpindahan barang yang mencakup pembelian dan penjualan dari produsen, pedagang besar, pedangang pengecer, sampai pada konsumen. Fungsi penjualan bertujuan untuk mencari pembeli suatu barang dengan motif mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Maka saat melaksanakan fungsi penjualan, produsen harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu yang diinginkan konsumen atau partisipan pasar dari rantai pemasaran berikutnya. Selain itu fungsi pertukaran juga menjadi titik penentuan harga pasar. Sesuai dengan karakteristik konsentrasi distributif pada sistem tataniaga produk pertanian, fungsi pembelian umumnya diawali dengan aktivitas mencari produk, mengumpulkan, dan menegosiasi harga. Tujuan dari fungsi pembelian adalah untuk mencari tempat penjual (produsen) atau sumber-sumber penawaran barang guna menjamin kontinuitas persediaan barang baik untuk untuk pedagang maupun konsumen. 2.3.2. Fungsi Fisik Fungsi fisik bertujuan untuk menunjang fungsi pertukaran melalui pengadaan barang secara fisik. Fungsi fisik yaitu kegiatan yang mengandung penanganan, perpindahan dan perubahan fisik yang meliputi kegiatan kegiatan :

15 a. Penyimpanan, merupakan aktivitas yang bertujuan agar produk tersedia dalam volume transaksi yang memadai pada waktu yang diinginkan. b. Transportasi, kegiatan bongkar dan muat barang termasuk dalam fungsi transportasi. c. Pengolahan produk, fungsi ini dicirikan oleh adanya perubahan wujud fisik produk. 2.3.3. Fungsi Fasilitas Fungsi fasilitas merupakan kegiatan yang memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi ini meliputi : a. Standarisasi dan Grading (penggolongan produk) Standarisasi meliputi penentuan mutu barang menurut ukuran atau patokan tertentu. Grading adalah klasifikasi hasil pertanian/ peternakan ke dalam beberapa golongan mutu yang berbeda-beda, masing-masing dengan nama dan label tertentu. b. Pembiayaan Pemasaran membutuhkan modal (uang) dalam jumlah besar untuk membeli mesin-mesin dan bahan-bahan mentah, serta membayar upah tenaga kerja. c. Penanggungan Resiko Resiko yang dihadapi oleh pemilik produk adalah resiko fisik dan resiko pasar. Resiko fisik dapat diatasi antara lain dengan jaminan asuransi. Sedangkan resiko pasar sulit diatasi, tetapi dapat dikurangi melalui survey pasar yang akurat dan aktual. Strategi lain yang dapat diterapkan adalah mengadakan kontrak di muka.

16 d. Informasi Pasar Informasi pasar dapat diperoleh dengan melalukan survey, melalui surat kabar, radio, televisi dan lain-lain. Keterangan yang diambil biasanya adalah mengenai laporan cuaca, keadaan harga produsen, kondisi usaha, studi mengenai selera konsumen. Melalui informasi tersebut, maka dapat diambil sebuah keputusan dalam pemasaran suatu produk. 2.4. Lembaga dan Saluran Pemasaran 2.4.1. Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu (time utility), tempat (place utility), dan bentuk (form utility). Lembaga pemasaran bertugas untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Imbalan yang diterima lembaga pemasaran dari pelaksanaan fungsifungsi pemasaran adalah margin pemasaran. Bagian balas jasa bagi lembaga pemasaran adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pemasaran (Kamaludin, 2008). Kamaludin (2008) menyatakan bahwa golongan lembaga pemasaran dapat dibedakan berdasarkan penguasaan terhadap komoditi dan keterlibatan dalam proses pemasaran. Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual belikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: a. Lembaga yang tidak memiliki komoditi, tetapi menguasai komoditi, seperti agen dan penyalur, makelar (broker, selling broker, dan buying broker).

17 b. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi yang dipasarkan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importir. c. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi yang dipasarkan, seperti perusahaan-perusahaan yang menyediakan fasilitas transportasi, asuransi pemasaran, dan perusahaan yang menentukan kualitas produk pertanian (surveyor). Kemudian jika dilihat berdasarkan keterlibatan dalam proses pemasaran, lembaga pemasaran terdiri dari: a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan peternak. Tengkulak melakukan transaksi dengan peternak baik secara tunai, maupun kontrak pembelian. b. Pedagang pengumpul, yaitu lembaga pemasaran yang menjual komoditi yang dibeli dari beberapa tengkulak atau peternak. Peranan pedagang pengumpul adalah mengumpulkan komoditi yang dibeli tengkulak atau secara langsung dari peternak, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran seperti pengangkutan. c. Pedagang besar, untuk lebih meningkatkan pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul perlu dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasaran yang disebut pedagang besar. Pedagang besar juga melaksanakan fungsi distribusi komoditi kepada agen dan pedagang pengecer. d. Agen penjual, merupakan pihak yang bertugas dalam proses distribusi komoditi yang dipasarkan, dengan membeli komoditi dari pedagang besar dalam jumlah besar dengan harga yang realtif lebih murah.

18 e. Pengecer, merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen. Pengecer merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang bersifat komersil. Artinya kelanjutan proses produksi yang dilakukan oleh produsen dan lemabaga-lembaga pemasaran sangat tergantung dengan aktivitas pengecer dalam menjual produk ke konsumen. Oleh sebab itu tidak jarang suatu perusahaan menguasai proses produksi sampai ke pengecer. 2.4.2. Saluran Pemasaran Penyaluran barang-barang dari pihak produsen ke pihak konsumen dapat melibatkan satu atau lebih perantara penjualan. Perantara ini dikenal sebagai saluran tataniaga (marketing chanel). Tegasnya saluran tataniaga terdiri dari pedagang perantara yang membeli dan menjual barang dengan tidak menghiraukan apakah mereka itu memiliki barang dagangan atau hanya bertindak sebagai agen dari pemilik barang (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Pada pengertian lain, saluran pemasaran diartikan sebagai organisasiorganisasi yang terkait satu sama lain dan terlibat dalam penyaluran produk sejak dari produsen sampai konsumen. Organisasi-organisasi yang dimaksud bisa berupa pengecer, grosir, agen dan distributor fisik (Simamora, 2001). Menurut Limbong dan Sitorus (1987), saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang dan jasa untuk digunakan atau dikomsumsi. Suatu saluran pemasaran berperan untuk memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Fungsi dari saluran pemasaran adalah untuk mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan dan menginginkannya.

19 Menurut Rahadi dan Hartono (2003), pola pada saluran pemasaran berlangsung secara alami. Biasanya pola ini banyak dilakukan oleh peternak yang ingin berusaha sendiri dalam memasarkan produknya. Peternak dapat menjual produknya secara langsung kepada konsumen, pedagang besar atau pasar-pasar yang telah ada. Beberapa pola tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Pola 1 Pola 2 Pola 3 : Peternak/Produsen Konsumen : Peternak/Produsen Pedagang Pengumpul Konsumen : Peternak/Produsen Pedagang Pengumpul Rumah Pemotongan Hewan Eksportir/konsumen. Kotler dan Keller (2013) menyatakan bahwa panjang saluran pemasaran dapat ditentukan berdasarkan jumlah tingkat perantara. Tingkat perantara adalah setiap perantara yang menjalankan pekerjaan tertentu untuk mengalihkan produk dan kepemilikannya agar lebih mendekati pembeli akhir. Karena produsen dan konsumen akhir dapat melakukan kerja sama, maka keduanya merupakan bagian dari setiap saluran pemasaran. Dalam pemasaran terdapat empat tingkatan saluran pemasaran, yaitu saluran: Tingkat 0 : Produsen Konsumen Tingkat 1 : Produsen Pengecer Konsumen Tingkat 2 : Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen Tingkat 3 : Produsen Pedagang Besar Penyalur Pengercer Konsumen Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu produk tergantung pada beberapa faktor, antara lain : 1. Jarak antara produsen ke konsumen. Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, biasanya semakin panjang saluran yang ditempuh oleh produk.

20 2. Cepat tidaknya kerusakan pada produk. Produk yang cepat atau mudah rusak (perishable) harus segera diterima konsumen. Maka dari itu saluran pemasaran yang digunakan harus relatif pendek. 3. Skala produksi. Bila produksi langsung dilakukan dalam ukuran-ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan akan berukuran kecil pula. Hal ini tidak menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Oleh karena itu dibutuhkan campur tangan pedagang perantara pada pemasaran tersebut. Semakin banyak pedagang perantara yang terlibat maka saluran yang harus dilalui produk juga semakin panjang. 4. Posisi keungan pengusaha. Bila posisi keuangan produsen sangat kuat, produsen akan cenderung memperpendek saluran pemasaran. Pedagang dengan posisi keuangan (modal) yang kuat akan dapat melakukan fungsi pemasaran lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi modalnya lemah. Dengan kata lain, pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran pemasaran (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Jenis dan kerumitan saluran pemasaran berbeda-beda sesuai dengan komoditinya. Pasar kaki lima merupakan saluran pemasaran yang paling sederhana, dari produsen langsung ke konsumen. Namun, kebanyakan produk diproses lebih lanjut pada tingkat saluran pemasaran yang berbeda dan melalui banyak perusahaan sebelum mencapai konsumen akhir (Downey dan Erikson, 1992). 2.5. Biaya, Margin, dan Keuntungan Pemasaran Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran berlangsung, mulai dari produk lepas dari tangan peternak hingga

21 diterima konsumen akhir. Biaya dapat besar atau kecil tergantung panjang pendeknya jalur pemasaran dan peran fungsi pemasaran (Rasyaf, 2004). Soekartawi (1993) menyatakan bahwa biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan perusahaan. Biaya pemasaran meliputi biaya pengangkutan, biaya pengeringan, pungutan retribusi dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut berdasarkan macam komoditi yang dipasarkan, lokasi pemasaran, dan macam lembaga pemasaran serta efektivitas pemasaran dilakukan. Seringkali komoditi pertanian yang nilainya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran yang tinggi pula. Argumen seputar saluran distribusi terletak pada pilihan antara biaya dan manfaat menjalankan aktivitas pemasaran adalah biaya, refleksi dalam harga jual akhir produk atau jasa. Biaya-biaya tersebut bervariasi sangat luas tergantung pada produk dan konsumennya. Namun, kadangkala besarnya sangat berarti sekitar yaitu 50 persen dari harga eceran kebanyakan paket produk konsumen dan sekitar setengahnya merupakan margin laba pengecer. Sisanya terdiri atas biaya pemasaran perusahaan manufaktur dan perantara grosir. Meskipun biaya pemasaran perusahaan seperti biaya lembaran atau kimia dasar cenderung sangat murah karena penjualannya dilakukan dalam jumlah besar kepada sejumlah kecil konsumen regular, nilainya tetap mencapai 10 hingga 15 persen dari harga jual akhir (Larechee, dkk. 1997) Mubyarto (1997) menyatakan bahwa biaya pemasaran yang relatif tinggi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain yaitu kurang baiknya jalan dan prasarana perhubungan, tersebarnya tempat produksi yang jauh dan banyaknya pungutan-pungutan yang bersifat resmi maupun tidak resmi di sepanjang jalan antara produsen dan konsumen.

22 Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian operasional maupun biaya non operasional yang menghasilkan keuntungan, selanjutnya dikatakan bahwa biaya variabel adalah biaya yang beubah-ubah untuk setiap tingkatan atau hasil yang di produksi. Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau biaya tetapl merupakan jumlah biaya variable dan biaya tetap (Alma, 2000). Winardi (1993) menyatakan bahwa Biaya terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam jumlah kesatuan barang yang diproduksi atau di jual. Biaya variabel adalah biaya langsung yang dapat berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam jumlah kesatuan barang yang diproduksi atau dijual. Biaya tataniaga suatu macam produk biasanya diukur secara kasar dengan margin dan spread. Margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Pada suatu perusahaan (firm) istilah margin merupakan sejumlah yang ditentukan secara internal accounting, yang diperlukan untuk menutupi biaya dan laba, dan ini merupakan perbedaan atau spread antara harga pembelian dan harga penjualan (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Daniel (2002), menyatakan bahwa margin tataniaga adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam prosses pemasaran tersebut. Semakin panjang tataniaga (semakain banyak lembaga yang terlibat) maka semakin besar margin tataniaganya.

23 Salah satu fungsi harga yang penting dalam saluran distribusi adalah untuk menentukan jumlah laba. Tetapi, harga itu sendiri tidak terlalu menjamin adanya laba. Apabila saluaran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau tim operasi, maka margin dapat dinyatakan sebagai suatu pembayaran yang di berikan kepada mereka atas jasa-jasanya. Jadi margin merupakan suatu imbalan atau harga atas suatu hasil kerja. Konsep margin sebagai suatu pembayaran pada penyalur mempunya dasar yang logis dalam konsep nilai tambah. Margin dapat didenifisikan sebagai perbedaan antara harga beli dengan harga jual (Swastha, 1993). Hanafiah dan Saefuddin (1986) menytatakan bahwa margin pemasaran adalah selisih harga suatu barang yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya margin pemasaran yaitu: 1. Perubahan margin penasaran, keuntungan dari pedagang perantara, harga yang dibayar oleh konsumen dan harga yang diterima produsen 2. Sifat barang yang diperdagangkan 3. Tingkat pengolahan barang. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986) menyatakan bahwa margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama (Hp) dan harga yang dibayarkan oleh pembeli terakhir (He). 1. Marjin pemasaran M = He Hp dimana : M = Margin Pemasaran (Tataniaga)

24 Hp = Harga yang dibayar kepada Penjualan pertama (Rp/ekor) He = Harga yang dibayar kepada Pembelian terakhir (Rp/ Ekor) 2. Margin pemasaran total (Swastha, 1991) Mt = M1 + M2 + Mn dimana : Mt = Margin Saluran Pemasaran Total M1 = Margin Pemasaran Lembaga Pemasaran ke-1 M2 = Margin Pemasaran Lembaga Pemasaran ke-2 Mn = Margin Penasaran Lembaga Pemasaran ke-n Soekartawi (2001) menyatakan bahwa keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya. Biaya ini dalam banyak kenyataan, dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (seperti sewa tanah, pembelian alat) dan biaya tidak tetap (seperti biaya transportasi, upah tenaga kerja). Soekartawi (2001), juga menyatakan bahwa keuntungan margin adalah keuntungan yang bersifat kotor. Dari segi bisnis, keuntungan ini bersifat semu karena ada unsurunsur biaya yang tidak diperhitungkan yaitu biaya tetap, sehingga besarnya keuntungan margin sama dengan selisih total output dengan biaya operasional. Untuk meningkatkan keuntungan adalah dengan tidak lain dengan cara memperbaiki pelaksanan dari fungsi tataniaga secara efektif dan efisien. Pada pokoknya keuntungan dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi dengan seluruh biaya. Keuntungan bersih yang dapat dicapai menjadi ukuran sukses bagi sebuah lembaga pemasaran (Gunawan, 1985). Angipora (2002) mengemukakan bahwa keuntungan merupakan sisa lebih dari hasil penjualan dikurangi dengan harga pokok barang yang dijual dan biaya-

25 biaya lainnya. Untuk mencapai keuntungan yang besar, maka manajemen dapat melakukan langkah-langkah seperti menekan biaya penjualan yang ada, menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai laba yang dikehendaki dan meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin. Rasyaf (1996) mengatakan bahwa untuk memperoleh keuntungan atau pendapatan yang lebih baik, peternakan mempunyai dua jalan yaitu : 1. Melakukan efisiensi dari segi teknis, yaitu dari segala skala usaha dan meningkatkan produksi daging perekor 2. Melakukan efisiensi dari segi non-teknis, yaitu dengan jalan memperkecil biaya produksi atau menekan biaya sewajarnya. Pada saat memperoleh penerimaan bahkan sebelum hasil produksi dijual sebenarnya kita sudah mengetahui rugi atau untung. Hal ini dapat saja terjadi karena tujuan kita adalah membandingkan harga harapan dengan harga pasar. Bila harga pasar berbeda diatas harga harapan maka peternak dapat menduga bakal mendapat keuntungan. Besarnya tingkat keuntungan tergantung besar selisih harga pasar dengan harga harapan. Bila harga harapan diatas harga pasar, maka peternak sudah dapat memastikan bakal mendapat kerugian. Bila harga harapan sama dengan harga pasar, maka peternak dapat menduga bakal tidak memperoleh keuntungan ataupun kerugian, artinya peternak hanya memperoleh modalnya saja (Rasyaf, 2004). 2.6. Efisiensi Pemasaran Efisiensi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Bila efisiensi dimasukkan dalam analisis maka variabel baru yang harus dipertimbangkan dalam model

26 analisisnya adalah variabel harga. Oleh karena itu ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum efisiensi dikerjakan yaitu tingkatkan transformasi antara input dan output, serta perbandingan antara harga input dan harga output sebagai upaya mencapai indikator efisiensi (Soekartawi, 1993). Perusahan yang produktif adalah perusahan yang efisien. Perusahaan dapat dikatakan efisien apabila nilai output lebih besar dari nilai inputnya. Sebaliknya perusahan tidak efisien jika output bernilai lebih kecil dari nilai inputnya (Ranupandojo, 1990). Daniel (2002) mengemukakan bahwa efisiensi pemasaran adalah ukuran dari perbandingan antara kegunaan pemasaran dengan biaya pemasaran. Beberapa faktor yang dapat dipakai sebagai ukuran efisiensi pemasaran, yaitu : 1. Keuntungan pemasaran 2. Harga yang diterima oleh konsumen 3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran 4. Kompetensi pasar. Disamping itu, dapat dikatakan bahwa suatu sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat, yaitu : 1. Mampu menyampaikan hasil-hasil produsen sampai ke konsumen dengan biaya serendah-rendahnya 2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang. Downey dan Erickson (1992), menyatakan bahwa istilah efisiensi pemasaran sering digunakan dalam menilai prestasi kerja (performance) pemasaran. Hal ini mencerminkan consensus bahwa pelaksanaan proses pemasaran

27 harus berlangsung secara efisien. Teknologi atau prosedur baru hanya boleh ditetapkan apabila meningkatkan efisiensi proses pemasaran. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan rasio pengeluaran-pemasukan yang umumnya dicapai dengan salah satu dari empat cara berikut : 1. Keluaran tetap konstan sedang masukan mengecil 2. Keluaran meningkat sedang masukan tetap konstan 3. Keluaran meningkat dalam kadar yang lebih tinggi ketimbang peningkatan masukan 4. Keluaran menurun dalam kadar yang lebih rendah ketimbang penurunan masukan. Lebih lanjut dikatakan bahwa ada dua dimensi berbeda dari efisiensi pemasaran yang dapat meningkatkan rasio pengeluaran-pemasukan. Dimensi pertama yang disebut sebagai efisiensi operasional, yaitu mengukur aktivitas pelaksanaan jasa pemasaran di dalam perusahaan. Kemudian dimensi kedua disebut sebagai penetapan harga, yaitu mengukur bagaimana harga pasar mencerminkan biaya produksi dan pemasaran secara memadai pada seluruh sistem pemasaran.