BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

dokumen-dokumen yang mirip
Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. faktor penyebab kemiskinan yang paling penting menurut World Bank (2004)

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 OLEH : DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara

BADAN PUSAT STATISTIK


Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan ekonomi kota Medan. Konsumsi rumah tangga Medan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan

Descriptive Statistics

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan basis pembangunan bangsa. Apabila kita menginginkan

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA 2014

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam jutaan rupiah)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

Pemerintahan Government

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu indikator untuk menilai perkembangan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk adalah dengan melihat pola pengeluaran konsumsi masyarakatnya, dengan asumsi bahwa penurunan persentase pengeluaran untuk makanan mencerminkan membaiknya kehidupan ekonomi penduduk, seperti yang dikemukakan oleh Engel melalui hukum ekonominya (Engel s Law) yakni bila selera tak berbeda maka persentase pengeluaran untuk makanan menurun dengan meningkatnya pendapatan. Di Provinsi Sumatera Utara pengeluaran konsumsi masyarakat meningkat dari tahun ke tahun dan bagian terbesar adalah konsumsi untuk makanan. Pada sebagian besar kabupaten/kota pengeluaran konsumsi masyarakat juga mengalami peningkatan. Sementara itu pada daerah perkotaan dan perdesaan telah terjadi perubahan porsi untuk konsumsi makanan menjadi non makanan walaupun tidak secara drastis. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa kesejahteraan masyarakat mulai meningkat. Peningkatan pengeluaran konsumsi ini mencerminkan adanya perbaikan tingkat kesejahteraan. Konsumsi erat kaitannya dengan pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin besar tingkat konsumsi. Laju

pertumbuhan konsumsi masyarakat dapat dilihat dari besarnya pengeluaran rata-rata perkapita perbulan dan menurut jenis konsumsi seperti tertera pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Pengeluaran Konsumsi Rata-rata Perkapita Beberapa Kabupaten/Kota (%) 2005 2006 2007 Kabupaten / Kota Non Makanan Makanan Makanan Non Makanan Makanan Non Makanan Nias 73,75 26,25 72,63 27,37 77,03 22,97 Mandailing Natal 71,69 28,31 74,90 25,10 77,87 22,13 Tapanuli Selatan 72,14 27,86 71,77 28,23 73,33 26,67 Tapanuli Tengah 71,98 28,02 69,47 30,53 72,76 27,24 Tapanuli Utara 72,10 27,90 66,86 33,14 72,30 27,70 Toba Samosir 70,59 29,41 66,82 33,18 70,82 29,18 Labuhan Batu 64,53 35,47 63,75 36,25 67,91 32,09 Asahan 63,33 36,67 64,23 35,77 61,97 38,03 Simalungun 65,61 34,39 65,71 34,29 70,50 29,50 Dairi 68,04 31,96 70,62 29,38 74,28 25,72 Karo 70,58 29,42 68,60 31,40 70,66 29,34 Deli Serdang 57,10 42,90 58,56 41,44 62,94 37,06 Langkat 64,58 35,42 58,41 41,59 63,02 36,98 Nias Selatan 73,95 26,05 74,11 25,89 77,42 22,58 Humbang Hasundutan 70,20 29,80 73,43 26,57 73,62 26,38 Pakpak Barat 71,71 28,29 71,30 28,70 76,60 23,40 Samosir 71,84 28,16 68,90 31,10 67,47 32,53 Serdang Bedagai 62,05 37,95 62,64 37,36 61,22 38,78 Sibolga 60,24 39,76 61,38 38,62 61,59 38,41 Tanjung Balai 57,48 42,52 59,65 40,35 65,83 34,17 Pematang Siantar 56,94 43,06 47,68 52,32 52,80 47,20 Tebing Tinggi 56,66 43,34 55,39 44,61 54,96 45,04 Medan 43,56 56,44 43,95 56,05 43,36 56,64 Binjai 59,52 40,48 58,81 41,19 63,86 36,14 Padang Sidimpuan 60,20 39,80 57,73 42,27 62,39 37,61 SUMATERA UTARA 58,67 41,33 58,60 41,40 60,72 39,28 Kota 50,84 49,16 51,07 48,93 53,13 46,87 Desa 68,78 31,22 67,35 32,65 69,62 30,38 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara-Susenas (2005-2007) Sementara itu pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan komponen terbesar penyumbang PDRB Sumatera Utara dari tahun ke tahun dan terus mengalami

peningkatan dari tahun 2007 sebesar 58,46% menjadi 58,66% pada tahun 2009. Melihat kenyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat masih memegang peranan yang sangat penting di dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Perkembangan PDRB Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. PDRB Sumatera Utara Menurut Sudut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp.) No Jenis Penggunaan 2007 % 2008 % 2009 % 1 Konsumsi R.Tangga 106.299,56 58,46 120.071,98 56,13 138.634,11 58,66 2 Konsumsi Swasta 860,28 0,47 935,06 0,44 1.039,96 0,44 3 Konsumsi Pemerintah 15.795,80 8,69 20.414,45 9,54 24.286,74 10,28 4 Pembentukan Modal 32.944,44 18,12 42.719,74 19,97 49.982,80 21,15 5 Perubahan Stok 1.239,60 0,68 1.916,42 0,90 1.079,39 0,46 6 Ekspor 76.889,68 42,29 91.689,17 42,86 92.958,92 39,33 7 Dikurangi Impor 52.209,63 28,72 63.815,12 29,83 71.628,31 30,31 PDRB 181.819,73 100 213.931,70 100 236.353,61 100 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara-Sumatera Utara Dalam Angka (2007-2009) Peningkatan tingkat kesejahteraan penduduk tersebut dapat dilihat dari peningkatan PDRB maupun PDRB perkapita yang sering digunakan sebagai indikator ekonomi mengenai taraf hidup (standar of living) dan tingkat kemajuan pembangunan (development progress). PDRB kabupaten/kota di Sumatera Utara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dari tahun 2007 sebesar Rp87.897,80 milyar menjadi sebesar Rp99.792,27 milyar pada tahun 2009 dan PDRB perkapita sebesar Rp16.402,890,- pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp17.840,182,- pada tahun 2009. Kondisi ini memungkinkan peningkatan laju pertumbuhan konsumsi masyarakat yang terutama terkait dengan peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable

income). Pada tahun 2009 PDRB tertinggi adalah Kota Medan sebesar Rp72.666,89 milyar dan yang paling rendah adalah Kota Sibolga sebesar Rp1.361,12 milyar. Perkembangan PDRB dan PDRB perkapita beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini. Tabel 1.3. PDRB dan PDRB Perkapita Beberapa Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten / Kota PDRB (milyar) 2007 2008 2009 PDRB/Kap (ribuan) PDRB (milyar) PDRB/Kap (ribuan) PDRB (milyar) PDRB/Kap (ribuan) Nias 3,181.87 7,189.89 3,666.95 8,268.36 4,262.53 9,611.32 Madina 2,603.79 6,235.28 3,012.04 7,281.17 3,502.98 8,148.57 Tapsel 4,598.18 7,214.96 5,044.81 9,697.95 2,761.51 10,387.30 Tapteng 1,616.00 5,282.40 1,796.33 5,748.82 1,987.16 6,141.50 Taput 2,729.50 10,348.81 3,126.12 11,682.27 3,392.63 12,497.06 Tobasa 2,414.62 14,262.46 2,744.39 15,981.43 3,056.05 17,517.89 Lab. Batu 14,371.16 14,268.64 16,626.18 16,173.89 18,415.96 15,946.00 Asahan 8,174.13 12,150.62 9,505.60 13,871.72 10,435.94 14,895.58 Simalungun 7,647.49 9,036.07 8,412.30 9,864.14 9,221.62 10,724.33 Dairi 2,860.20 10,641.44 3,116.74 11,449.58 3,392.99 12,389.94 Karo 4,483.32 12,759.63 5,058.68 14,017.62 5,646.54 15,235.44 D. Serdang 26,041.99 15,442.67 30,116.83 17,324.15 34,172.48 19,108.37 Langkat 11,455.32 11,149.66 13,243.64 12,703.45 14,786.58 13,979.04 Sibolga 1,075.26 11,536.27 1,235.09 13,054.02 1,361.12 14,173.34 Tj. Balai 2,229.50 13,940.31 2,480.13 15,150.89 2,754.81 16,446.61 P. Siantar 3,094.56 13,078.89 3,464.69 14,485.67 3,746.22 15,548.40 T. Tinggi 1,610.17 11,549.99 1,823.67 12,928.44 2,032.88 14,244.11 Medan 55,452.50 26,620.95 65,316.26 31,026.88 72,666.89 34,259.82 Binjai 3,311.30 13,338.25 3,815.25 15,077.53 4,312.46 16,773.15 SUMUT 87,897.80 16,402.89 93,347.40 16,402.89 99,792.27 17,840.18 Sumber: BPS Prov Sumatera Utara-Sumatera Utara Dalam Angka (2007-2009) Meningkatnya pendapatan memberikan kemungkinan bagi masyarakat untuk menyisihkan sebagian pendapatannya untuk disimpan sebagai kekayaan dalam

bentuk tabungan atau deposito (uang kuasi), sehingga akan menyebabkan penurunan terhadap konsumsi masyarakat. Melihat kondisi pendapatan masyarakat yang masih rendah maka faktor uang kuasi tidak diikutsertakan di dalam penelitian ini. Di sisi lain kredit konsumsi juga dapat meningkatkan konsumsi masyarakat karena jumlah uang beredar akan meningkat. Melihat kondisi tersebut patut diduga bahwa kredit konsumsi mempunyai korelasi yang positif dengan pengeluaran konsumsi. Perkembangan kredit konsumsi per kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 1.4. Tabel 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi Beberapa Kabupaten/Kota (Milyar Rp) Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009 Nias 46,16 108,96 237,29 351,32 Mandailing Natal 102,01 109,98 291,29 332,12 Tapanuli Selatan 280,35 355,20 577,99 676,53 Tapanuli Tengah 27,12 92,28 180,01 225,25 Tapanuli Utara 123,16 196,46 310,39 387,76 Toba Samosir 44,00 110,10 200,32 262,58 Labuhan Batu 225,86 402,57 587,15 688,30 Asahan 416,34 611,66 804,63 894,03 Simalungun 84,58 27,16 459,89 549,67 Dairi 47,78 124,93 187,90 201,67 Karo 89,59 142,54 255,79 332,59 Deli Serdang 840,75 1.222,52 1.883,36 2.304,43 Langkat 322,75 400,08 603,97 672,09 Sibolga 77,89 110,04 160,54 216,85 Tanjung Balai 84,92 114,79 161,78 190,57 Pematang Siantar 223,73 341,02 559,70 665,66 Tebing Tinggi 187,94 244,53 326,90 441,99 Medan 5.263,00 5.788,01 7.428,02 8.081,27 Binjai 244,05 374,24 594,65 633,03 Dati II Lainnya 102,90 112,63 188,64 214,90 Sumatera Utara 8.732,87 11.124,16 15.708,93 17.990,47 Sumber: KBI Medan-Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (2006-2009)

Jumlah uang kuasi dan kredit konsumsi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (interest rate). Berdasarkan data Bank Indonesia selama kurun waktu tahun 2000 2009, tingkat suku bunga berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Perubahan tingkat suku bunga mempunyai dua efek yaitu efek substitusi (substitution effect) dan efek pendapatan (income effect). Efek subtitusi bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung mengurangi konsumsinya dan menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung menambah konsumsi dan mengurangi tabungannya. Efek totalnya tergantung dari mana efek yang lebih dominan. Jadi secara teoritis tidak mudah untuk membuktikan bahwa perubahan tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi konsumsi masyarakat. Namun dengan melihat hubungan tingkat bunga dengan uang kuasi dan kredit yang berlawanan, maka patut diduga tingkat bunga mempunyai korelasi yang negatif dengan konsumsi. Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: pendapatan, kekayaan, tingkat bunga, inflasi, dan lain-lain. Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya, Mankiw (2003) dengan fungsi dasar konsumsi C = f (Y) atau konsumsi merupakan fungsi pendapatan disposable. Samuelson (1999) menyebutkan bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi jumlah pengeluaran konsumsi adalah pendapatan disposable sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang.

Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di banyak negara, pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Atas dasar kondisi tersebut, penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat menjadi penting untuk dilakukan. Mencermati hal-hal di atas dan melihat pada kondisi riil yang ada pada saat ini yaitu ditengah adanya krisis ekonomi global, pemutusan hubungan kerja dan pengangguran yang meningkat, namun pengeluaran konsumsi masyarakat tetap mengalami kenaikan yang cukup signifikan, maka menurut penulis hal ini merupakan suatu fenomena sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Variabel Makro terhadap Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. 1.2. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diperoleh suatu rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: 1. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara? 3. Bagaimana pengaruh Kredit Konsumsi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara? 4. Bagaimana pengaruh Tingkat Bunga Kredit Konsumsi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh PDRB terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. 2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. 3. Untuk menganalisis pengaruh kredit konsumsi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. 4. Untuk menganalisis pengaruh tingkat bunga kredit konsumsi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak terutama peneliti, masyarakat, pemerintah, para pelaku usaha dan peneliti lainnya yaitu:

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam disiplin ilmu yang peneliti tekuni. 2. Sebagai wadah dan pengembangan ilmu ekonomi khususnya hal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat. 3. Sebagai bahan referensi di dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat. 4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan yang berhubungan dengan konsumsi masyarakat dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.