BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu indikator untuk menilai perkembangan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk adalah dengan melihat pola pengeluaran konsumsi masyarakatnya, dengan asumsi bahwa penurunan persentase pengeluaran untuk makanan mencerminkan membaiknya kehidupan ekonomi penduduk, seperti yang dikemukakan oleh Engel melalui hukum ekonominya (Engel s Law) yakni bila selera tak berbeda maka persentase pengeluaran untuk makanan menurun dengan meningkatnya pendapatan. Di Provinsi Sumatera Utara pengeluaran konsumsi masyarakat meningkat dari tahun ke tahun dan bagian terbesar adalah konsumsi untuk makanan. Pada sebagian besar kabupaten/kota pengeluaran konsumsi masyarakat juga mengalami peningkatan. Sementara itu pada daerah perkotaan dan perdesaan telah terjadi perubahan porsi untuk konsumsi makanan menjadi non makanan walaupun tidak secara drastis. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa kesejahteraan masyarakat mulai meningkat. Peningkatan pengeluaran konsumsi ini mencerminkan adanya perbaikan tingkat kesejahteraan. Konsumsi erat kaitannya dengan pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin besar tingkat konsumsi. Laju
pertumbuhan konsumsi masyarakat dapat dilihat dari besarnya pengeluaran rata-rata perkapita perbulan dan menurut jenis konsumsi seperti tertera pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Pengeluaran Konsumsi Rata-rata Perkapita Beberapa Kabupaten/Kota (%) 2005 2006 2007 Kabupaten / Kota Non Makanan Makanan Makanan Non Makanan Makanan Non Makanan Nias 73,75 26,25 72,63 27,37 77,03 22,97 Mandailing Natal 71,69 28,31 74,90 25,10 77,87 22,13 Tapanuli Selatan 72,14 27,86 71,77 28,23 73,33 26,67 Tapanuli Tengah 71,98 28,02 69,47 30,53 72,76 27,24 Tapanuli Utara 72,10 27,90 66,86 33,14 72,30 27,70 Toba Samosir 70,59 29,41 66,82 33,18 70,82 29,18 Labuhan Batu 64,53 35,47 63,75 36,25 67,91 32,09 Asahan 63,33 36,67 64,23 35,77 61,97 38,03 Simalungun 65,61 34,39 65,71 34,29 70,50 29,50 Dairi 68,04 31,96 70,62 29,38 74,28 25,72 Karo 70,58 29,42 68,60 31,40 70,66 29,34 Deli Serdang 57,10 42,90 58,56 41,44 62,94 37,06 Langkat 64,58 35,42 58,41 41,59 63,02 36,98 Nias Selatan 73,95 26,05 74,11 25,89 77,42 22,58 Humbang Hasundutan 70,20 29,80 73,43 26,57 73,62 26,38 Pakpak Barat 71,71 28,29 71,30 28,70 76,60 23,40 Samosir 71,84 28,16 68,90 31,10 67,47 32,53 Serdang Bedagai 62,05 37,95 62,64 37,36 61,22 38,78 Sibolga 60,24 39,76 61,38 38,62 61,59 38,41 Tanjung Balai 57,48 42,52 59,65 40,35 65,83 34,17 Pematang Siantar 56,94 43,06 47,68 52,32 52,80 47,20 Tebing Tinggi 56,66 43,34 55,39 44,61 54,96 45,04 Medan 43,56 56,44 43,95 56,05 43,36 56,64 Binjai 59,52 40,48 58,81 41,19 63,86 36,14 Padang Sidimpuan 60,20 39,80 57,73 42,27 62,39 37,61 SUMATERA UTARA 58,67 41,33 58,60 41,40 60,72 39,28 Kota 50,84 49,16 51,07 48,93 53,13 46,87 Desa 68,78 31,22 67,35 32,65 69,62 30,38 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara-Susenas (2005-2007) Sementara itu pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan komponen terbesar penyumbang PDRB Sumatera Utara dari tahun ke tahun dan terus mengalami
peningkatan dari tahun 2007 sebesar 58,46% menjadi 58,66% pada tahun 2009. Melihat kenyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat masih memegang peranan yang sangat penting di dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Perkembangan PDRB Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. PDRB Sumatera Utara Menurut Sudut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp.) No Jenis Penggunaan 2007 % 2008 % 2009 % 1 Konsumsi R.Tangga 106.299,56 58,46 120.071,98 56,13 138.634,11 58,66 2 Konsumsi Swasta 860,28 0,47 935,06 0,44 1.039,96 0,44 3 Konsumsi Pemerintah 15.795,80 8,69 20.414,45 9,54 24.286,74 10,28 4 Pembentukan Modal 32.944,44 18,12 42.719,74 19,97 49.982,80 21,15 5 Perubahan Stok 1.239,60 0,68 1.916,42 0,90 1.079,39 0,46 6 Ekspor 76.889,68 42,29 91.689,17 42,86 92.958,92 39,33 7 Dikurangi Impor 52.209,63 28,72 63.815,12 29,83 71.628,31 30,31 PDRB 181.819,73 100 213.931,70 100 236.353,61 100 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara-Sumatera Utara Dalam Angka (2007-2009) Peningkatan tingkat kesejahteraan penduduk tersebut dapat dilihat dari peningkatan PDRB maupun PDRB perkapita yang sering digunakan sebagai indikator ekonomi mengenai taraf hidup (standar of living) dan tingkat kemajuan pembangunan (development progress). PDRB kabupaten/kota di Sumatera Utara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dari tahun 2007 sebesar Rp87.897,80 milyar menjadi sebesar Rp99.792,27 milyar pada tahun 2009 dan PDRB perkapita sebesar Rp16.402,890,- pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp17.840,182,- pada tahun 2009. Kondisi ini memungkinkan peningkatan laju pertumbuhan konsumsi masyarakat yang terutama terkait dengan peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable
income). Pada tahun 2009 PDRB tertinggi adalah Kota Medan sebesar Rp72.666,89 milyar dan yang paling rendah adalah Kota Sibolga sebesar Rp1.361,12 milyar. Perkembangan PDRB dan PDRB perkapita beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini. Tabel 1.3. PDRB dan PDRB Perkapita Beberapa Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten / Kota PDRB (milyar) 2007 2008 2009 PDRB/Kap (ribuan) PDRB (milyar) PDRB/Kap (ribuan) PDRB (milyar) PDRB/Kap (ribuan) Nias 3,181.87 7,189.89 3,666.95 8,268.36 4,262.53 9,611.32 Madina 2,603.79 6,235.28 3,012.04 7,281.17 3,502.98 8,148.57 Tapsel 4,598.18 7,214.96 5,044.81 9,697.95 2,761.51 10,387.30 Tapteng 1,616.00 5,282.40 1,796.33 5,748.82 1,987.16 6,141.50 Taput 2,729.50 10,348.81 3,126.12 11,682.27 3,392.63 12,497.06 Tobasa 2,414.62 14,262.46 2,744.39 15,981.43 3,056.05 17,517.89 Lab. Batu 14,371.16 14,268.64 16,626.18 16,173.89 18,415.96 15,946.00 Asahan 8,174.13 12,150.62 9,505.60 13,871.72 10,435.94 14,895.58 Simalungun 7,647.49 9,036.07 8,412.30 9,864.14 9,221.62 10,724.33 Dairi 2,860.20 10,641.44 3,116.74 11,449.58 3,392.99 12,389.94 Karo 4,483.32 12,759.63 5,058.68 14,017.62 5,646.54 15,235.44 D. Serdang 26,041.99 15,442.67 30,116.83 17,324.15 34,172.48 19,108.37 Langkat 11,455.32 11,149.66 13,243.64 12,703.45 14,786.58 13,979.04 Sibolga 1,075.26 11,536.27 1,235.09 13,054.02 1,361.12 14,173.34 Tj. Balai 2,229.50 13,940.31 2,480.13 15,150.89 2,754.81 16,446.61 P. Siantar 3,094.56 13,078.89 3,464.69 14,485.67 3,746.22 15,548.40 T. Tinggi 1,610.17 11,549.99 1,823.67 12,928.44 2,032.88 14,244.11 Medan 55,452.50 26,620.95 65,316.26 31,026.88 72,666.89 34,259.82 Binjai 3,311.30 13,338.25 3,815.25 15,077.53 4,312.46 16,773.15 SUMUT 87,897.80 16,402.89 93,347.40 16,402.89 99,792.27 17,840.18 Sumber: BPS Prov Sumatera Utara-Sumatera Utara Dalam Angka (2007-2009) Meningkatnya pendapatan memberikan kemungkinan bagi masyarakat untuk menyisihkan sebagian pendapatannya untuk disimpan sebagai kekayaan dalam
bentuk tabungan atau deposito (uang kuasi), sehingga akan menyebabkan penurunan terhadap konsumsi masyarakat. Melihat kondisi pendapatan masyarakat yang masih rendah maka faktor uang kuasi tidak diikutsertakan di dalam penelitian ini. Di sisi lain kredit konsumsi juga dapat meningkatkan konsumsi masyarakat karena jumlah uang beredar akan meningkat. Melihat kondisi tersebut patut diduga bahwa kredit konsumsi mempunyai korelasi yang positif dengan pengeluaran konsumsi. Perkembangan kredit konsumsi per kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 1.4. Tabel 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi Beberapa Kabupaten/Kota (Milyar Rp) Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009 Nias 46,16 108,96 237,29 351,32 Mandailing Natal 102,01 109,98 291,29 332,12 Tapanuli Selatan 280,35 355,20 577,99 676,53 Tapanuli Tengah 27,12 92,28 180,01 225,25 Tapanuli Utara 123,16 196,46 310,39 387,76 Toba Samosir 44,00 110,10 200,32 262,58 Labuhan Batu 225,86 402,57 587,15 688,30 Asahan 416,34 611,66 804,63 894,03 Simalungun 84,58 27,16 459,89 549,67 Dairi 47,78 124,93 187,90 201,67 Karo 89,59 142,54 255,79 332,59 Deli Serdang 840,75 1.222,52 1.883,36 2.304,43 Langkat 322,75 400,08 603,97 672,09 Sibolga 77,89 110,04 160,54 216,85 Tanjung Balai 84,92 114,79 161,78 190,57 Pematang Siantar 223,73 341,02 559,70 665,66 Tebing Tinggi 187,94 244,53 326,90 441,99 Medan 5.263,00 5.788,01 7.428,02 8.081,27 Binjai 244,05 374,24 594,65 633,03 Dati II Lainnya 102,90 112,63 188,64 214,90 Sumatera Utara 8.732,87 11.124,16 15.708,93 17.990,47 Sumber: KBI Medan-Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (2006-2009)
Jumlah uang kuasi dan kredit konsumsi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (interest rate). Berdasarkan data Bank Indonesia selama kurun waktu tahun 2000 2009, tingkat suku bunga berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Perubahan tingkat suku bunga mempunyai dua efek yaitu efek substitusi (substitution effect) dan efek pendapatan (income effect). Efek subtitusi bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung mengurangi konsumsinya dan menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung menambah konsumsi dan mengurangi tabungannya. Efek totalnya tergantung dari mana efek yang lebih dominan. Jadi secara teoritis tidak mudah untuk membuktikan bahwa perubahan tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi konsumsi masyarakat. Namun dengan melihat hubungan tingkat bunga dengan uang kuasi dan kredit yang berlawanan, maka patut diduga tingkat bunga mempunyai korelasi yang negatif dengan konsumsi. Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: pendapatan, kekayaan, tingkat bunga, inflasi, dan lain-lain. Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya, Mankiw (2003) dengan fungsi dasar konsumsi C = f (Y) atau konsumsi merupakan fungsi pendapatan disposable. Samuelson (1999) menyebutkan bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi jumlah pengeluaran konsumsi adalah pendapatan disposable sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang.
Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di banyak negara, pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Atas dasar kondisi tersebut, penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat menjadi penting untuk dilakukan. Mencermati hal-hal di atas dan melihat pada kondisi riil yang ada pada saat ini yaitu ditengah adanya krisis ekonomi global, pemutusan hubungan kerja dan pengangguran yang meningkat, namun pengeluaran konsumsi masyarakat tetap mengalami kenaikan yang cukup signifikan, maka menurut penulis hal ini merupakan suatu fenomena sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Variabel Makro terhadap Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. 1.2. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diperoleh suatu rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: 1. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara? 3. Bagaimana pengaruh Kredit Konsumsi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara? 4. Bagaimana pengaruh Tingkat Bunga Kredit Konsumsi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh PDRB terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. 2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. 3. Untuk menganalisis pengaruh kredit konsumsi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. 4. Untuk menganalisis pengaruh tingkat bunga kredit konsumsi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak terutama peneliti, masyarakat, pemerintah, para pelaku usaha dan peneliti lainnya yaitu:
1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam disiplin ilmu yang peneliti tekuni. 2. Sebagai wadah dan pengembangan ilmu ekonomi khususnya hal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat. 3. Sebagai bahan referensi di dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat. 4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan yang berhubungan dengan konsumsi masyarakat dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.