LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL: PENERAPAN PSAK 107 ATAS PEMBIAYAAN IJARAH MULTIJASA DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG GORONTALO. Oleh.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI AKUNTANSI IJARAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

BAB V PENUTUP. praktik akuntansi pembiayaan murabahah pada Bank BRI Syariah telah

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB V PENUTUP. kepemilikan emas dengan menggunakan akad Murabahah. Produk kepemilikan

Dealin Mahaputri Leonika

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat. 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah

BAGIAN V AKAD SEWA V.1. IJARAH ATAS ASET BERWUJUD

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI. Ita Isnaini EB17

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Perbedaan antara Pembiayaan Gadai Syariah pada PT Pegadaian

BAB I PENDAHULUAN. sejauh ini perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya dalam roda

PENERAPAN PSAK 102 UNTUK PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. h M. Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi,Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 2000,

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IJARAH MULTIJASA

DAFTAR PUSTAKA. Ikatan Akuntan Imdonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

JENI WARDI & GUSMARILA EKA PUTRI. Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning ABSTRAK

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

III.2. ISTISHNA. B. Dasar Pengaturan 01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. 02. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna.

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

AKUNTANSI IJARAH (PSAK 107)

No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris,

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN IJARAH BERMASALAH PADA PT. BANK SYARIAH X DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah)

BAB 1V PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010

Transkripsi:

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL: PENERAPAN PSAK 107 ATAS PEMBIAYAAN IJARAH MULTIJASA DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG GORONTALO Oleh Noviyana Antula (NIM. 921 410 012, Program Studi S1 Akuntansi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo) Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasi Pembimbing I Pembimbing II Rio Monoarfa, SE., Ak., M.Si Amir Lukum, S.Pd., MSA NIP : 19741008 200112 1 005 NIP. 19840501 201012 1 007 1

PENERAPAN PSAK 107 ATAS PEMBIAYAAN IJARAH MULTIJASA DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG GORONTALO Noviyana Antula 1, Rio Monoarfa 2, Amir Lukum 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan PSAK 107 serta Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo dengan studi interpretatif. Kehadiran peneliti merupakan unsur penting dalam penelitian ini, dimana peneliti sebagai perencana yang melaksanakan pengumpulan data dan informasi, menganalisis, dan pada akhirnya melaporkan hasil penelitian. Adapun data yang dikumpulkan dari hasil penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Untuk penentuan informan pada penelitian ini menggunakan metode purpose sampling dan snowball sampling. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik analisis komparasi. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa PSAK 107 untuk ijarah multijasa dalam hal ini, pembiayaan umroh dan pembiayaan lanjut studi belum sepenuhnya diterapkan di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, baik dari segi pengakuan dan pengukuran, maupun penyajian dan pengungkapannya. Dalam implementasinya PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo menggunakan metode pencatatan cash basic. Selain itu, akad ijarah dalam pembiayaan umroh dan pembiayaan lanjut studi masih diikuti dengan akad wakalah. Sedangkan dalam Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 hanya memberlakukan 2 (dua) akad dalam pembiayaan multijasa, akad ijarah dan akad kafalah, dan metode pencatatan berdasarkan PSAK 107 adalah accrual basic. Kata Kunci: Penerapan, PSAK 107, Ijarah, Pembiayaan Multijasa 1 Noviyana Antula Mahasiswa Program Studi S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo. 2 Rio Monoarfa, SE., Ak, M.Si Dosen Pembimbing 1, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo 3 Amir Lukum, S.Pd., MSA Dosen Pembimbing 2, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo 2

Bank Islam memiliki ciri karakter sendiri yang berbeda dengan bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari ketiadaan sistem riba dalam seluruh transaksinya, tetapi didalamnya terdapat sistem yang membawa manusia mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin. PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 21 April 2009, cakupannya meliputi: pengakuan dan pengukukuran aset ijarah, pendapatan ijarah dan IMBT, piutang pendapatan ijarah dan IMBT, biaya perbaikan yang dikeluarkan, perpindahan hak milik objek sewa, terjadinya penurunan nilai objek sewa secara permanen. PSAK 107 untuk akuntansi ijarah telah pula terangkum dalam PAPSI 2013, yang terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu ijarah atas aset berwujud dan ijarah atas jasa. Kepatuhan perbankan syariah di indonesia terhadap PAPSI 2013 telah pula dijelaskan dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/26/DPbS perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Dalam Effendi (2013), Ijarah biasanya digunakan untuk pembiayaan yang bersifat pelayanan jasa. Setelah melakukan wawancara dengan Operasional Pembiayaan PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, peneliti lebih terfokus pada produk pembiayaan dengan akad ijarah. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Iya selaku Operasional Pembiayaan bahwa, pembiayaan dengan akad ijarah ini masih terhitung baru, karena baru diedarkan tahun 2013, dan ini juga terlihat dari data pembiayaan 5 (lima) bulan terakhir periode oktober 2013 sampai Februari 2014 yang diberikan Bapak Wildi selaku Operasional Pembiayaan. Adapun data pembiayaan Bank Muamalat Cabang Gorontalo telah peneliti sajikan pada tabel berikut ini: Tabel 1: Data Pembiayaan Bank Muamalat Cabang Gorontalo Periode Oktober 2013 s/d Februari 2014 No. Jenis Pembiayaan Jumlah Pembiayaan Persentase 1 Murabahah 4520 73% 2 Mudharabah 35 1% 3 Musyarakah 780 13% 4 Ijarah 85 1% 5 Al-Qard 765 12% Sumber: PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, Februari 2014 3

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Bapak Alva selaku Head Funding, bahwa pembiayaan yang menggunakan akad ijarah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo adalah pembiayaan umroh, dan pembiayaan pendidikan lanjut studi, dimana pembiayaan lanjut studi. Akan tetapi, akad ijarah pada pembiayaan lanjut studi tersebut menggunakan akad pendamping wakalah. Pembiayaan umroh dan pembiayaan lanjut studi ini, secara historis adalah produk jasa. Dalam penjelasan PAPSI 2013, bahwa transaksi ijarah atas jasa dikenal dengan istilah pembiayaan multijasa, yang muncul karena adanya permintaan dari bank untuk mengembangkan produk pembiayaan pada tiga macam keperluan: pembiayaan untuk upacara perkawinan, pembiayaan untuk wisata ibadah (umro h) dan pembiayaan untuk studi tingkat lanjut. Dalam perkembangannya, ia bermutasi menjadi produk yang meliputi berbagai produk pembiayaan yang melayani semua jasa. Bahkan di daerah, produk ini juga digunakan untuk pembiayaan pengurusan TKI yang akan berangkat keluar negeri. Produk ini lahir dari Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/ VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa. Terkait akad wakalah yang mendampingi akad ijarah pada pembiayaan lanjut studi di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, ini berbeda dengan penjelasan Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/ VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa, dimana pada poin pertama menjelaskan bahwa Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau akad Kafalah. Akad wakalah yang mendampingi akad ijarah nantinya dapat mempengaruhi perlakuan akuntansi pembiayaan lanjut studi, seperti terjadinya perbedaan waktu pengakuan aset ijarah. Dimana pihak bank seharusnya mengakui aset ijarah tersebut saat terjadi kerjasama dengan pihak ketiga. Namun dikarenakan akad wakalah ini, maka kerjasama dengan pihak ketiga hanya dilakukan oleh nasabah. Selanjutnya, mengenai metode pencatatan transaksi ijarah, PSAK 107 menerapkan metode accrual basic dalam hal pengakuan pendapatan, dimana transaksi dicatat pada saat terjadinya walaupun uang belum benar-benar diterima atau dikeluarkan. Namun, dari penelitian yang dilakukan terkait pencatatan pembiayaan umroh bahwa, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo menggunakan metode cash basic, pencatatan ketika transaksi terjadi 4

dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Sehingga, bank tidak perlu membuat pencadangan untuk kas yang belum tertagih (piutang pendapatan sewa multijasa). Berdasarkan fenomena dan masalah yang ada terkait dengan pembiayaan ijarah, maka penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan studi interpretatif. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti mengenai implementasi akad ijarah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, yang hanya berorientasi pada pembiyaan jenis jasa serta pengakuan transaksi-transaksi keuangannya dalam akuntansi syariah, sehingga diangkatlah judul mengenai: Penerapan PSAK 107 atas Pembiayaan Ijarah Multijasa di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo. KERANGKA TEORITIS Bank Syariah Muhammad (2011: 15) menyatakan bahwa bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an dan Hadits Nabi SAW, atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Salah satu perbedaan yang mendasar dalam struktur organisasi bank konvensional dan bank syariah adalah kewajiban memposisikan Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada perbankan syariah yang telah diatur dalam Surat Keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang Pembentukan Dewan Syariah Nasional (DSN) No. Kep-754/MUI/II/1999. Dewan pengawas syariah merupakan satu dewan pakar ekonomi dan ulama yang menguasai bidang fiqh mu amalah (islamic commercial jurisprudence) yang berdiri sendiri dan bertugas mengamati dan mengawasi operasional bank dan semua produk-produknya agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam. Ijarah Menurut Sudarsono (2012: 75), ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan 5

pemindahan kepemilikan ( ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan ( equipment) kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge). Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda, Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya. (HR. Ibnu Majah) Ijarah atas Jasa Berikut ini penjelasan oleh PAPSI 2013 terkait ijarah atas jasa: Ijarah atas jasa adalah ijarah dimana obyek ijarah adalah manfaat yang bukan berasal dari aset berwujud. Adapun dasar dari pengaturan standar akuntansi keuangan untuk ijarah atas jasa ini adalah PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah. Transaksi ijarah atas jasa dikenal dengan istilah pembiayaan multijasa. Manfaat (jasa) yang bisa di -ijarah-kan, antara lain; jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan jasa pariwisata rohani. Dalam melakukan transaksi multijasa, bank melakukan akad ijarah dengan pihak pemasok dan kemudian melakukan akad ijarah lebih lanjut dengan nasabah. Perolehan aset ijarah atas jasa diamortisasi sesuai dengan jangka waktu akad ijarah bank dengan pemasok. Perlakuan akuntansi transaksi multijasa mengikuti akuntansi untuk ijarah dengan skema sewa dan sewa-lanjut. 1. Perlakuan Akuntansi 1) Pengakuan dan Pengukuran a. Perolehan aset ijarah atas jasa diakui sebagai aset ijarah pada saat perolehan hak atas jasa sebesar biaya yang terjadi. b. Pendapatan ijarah diakui selama masa akad Bank dengan nasabah. c. Amortisasi atas perolehan aset ijarah diakui sebagai beban ijarah. d. Bank wajib membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk piutang pendapatan multijasa sebesar porsi pokok sewa yang tertunda sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. 6

2) Penyajian a. Perolehan atas jasa disajikan sebagai bagian aset ijarah dan disajikan terpisah dari aset ijarah lain. b. Amortisasi atas perolehan aset ijarah disajikan sebagai pos lawan dari aset ijarah. c. Porsi pokok atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai piutang sewa. d. Porsi ujrah atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai pendapatan sewa multijasa yang akan diterima yang merupakan bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing maka pendapatan sewa multijasa yang akan diterima disajikan pada rekening administratif. e. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas piutang sewa disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang sewa. f. Beban amortisasi aset ijarah disajikan sebagai pengurang pendapatan ijarah pada laporan laba rugi. 3) Pengungkapan a. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah. b. Rincian perolehan atas jasa berdasarkan jenis. c. Jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir. d. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi. Fatwa Dewan Syari ah Nasional No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa 1. Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah. 2. Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah. 3. Dalam hal LKS menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah. 4. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee. 5. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase. 7

Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian tentang penerapan PSAK 107 untuk ijarah ini sebelumnya telah diteliti oleh beberapa peneliti di masing-masing lokasi yang berbeda. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dian Gunawan Tahun 2013 yang berjudul Penerapan PSAK 107 atas Transaksi Ijarah pada PT. BNI Syariah Cabang Makassar mengungkap perlakuan akuntansi PT. BNI Syariah Cabang Makassar mengacu pada PSAK Nomor 101, PSAK Nomor 107, maupun International Accounting Standards. PT. BNI Syariah Cabang Makassar telah menerapkan perlakuan akuntansi sesuai dengan PSAK Nomor 107 (2009) tentang Akuntansi Ijarah dalam mencatat transaksi ijarah dan menyajikannya dalam laporan keuangan. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian secara kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (Moleong, 2012: 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi interpretatif. Menurut Morissan (2009) paradigma interpretatif merupakan paradigma yang dilakukan dengan menginterprestasikan karya seni berdasarkan sudut pandang pengamat, baik dari kesamaan pengalaman, unsur estetis, dan pengetahuan yang dimiliki oleh pengamat. Dalam hal ini, penelitian terfokus untuk menganalisa perlakuan akuntansi pembiayaan multijasa sesuai PSAK 107 dan Fatwa DSN- MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 pada PT. Pegadaian Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo. Sumber Data Menurut Lofland (Moleong, 2012: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung melalui wawancara yang dilengkapi dengan pedoman wawancara menggunakan alat tulis menulis dan alat bantu perekam (handphone). Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari 8

berbagai sumber yang relevan dengan tujuan penelitian seperti data sejarah berdirinya PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, struktur organisasi, catatan-catatan akuntansi terkait pembiayaan multijasa, dan lain sebagainya. Teknik yang digunakan menentukan informan dalam penelitian ini ada dua yaitu purposive sampling dan snowball sampling. Menurut Sugiyono (2012: 392), teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Sedangkan snowball sampling adalah teknik pengambilan informan sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang lengkap dan pasti, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data dengan menggunakan metode perbandingan tetap. Menurut Moleong (2012:288), metode perbandingan tetap atau comparative method ini disebut juga dengan grounded research karena dalam analisis data, secara tetap membandingkan satu datum dengan datum yang lain, dan secara tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya. Tahap-tahap Penelitian Secara umum tahap-tahap penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yaitu 1) Tahap pra lapangan 2) Tahap pelaksanaan penelitian 3) Tahap akhir atau tahap analisis HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis terhadap Konsep Perbankan Syariah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo Secara umum, analisis ini terlebih dahulu diarahkan mengenai sejarah ringkas, aktivitas, struktur organisasi perusahaan. Dalam sejarah perkembangan Bank Syariah di Gorontalo, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo merupakan bank syariah pertama berdiri dan menjadi pelopor bank-bank syariah lainnya di Gorontalo. Selain itu wawancara yang telah dilakukan dengan bagian Head Funding terkait konsep perbankan syariah di PT. bank Muamalat Indonesia 9

Cabang Gorontalo, membuktikan bahwa sebagai bank syariah, produk-produk yang ditawarkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Gorontalo selalu dijaga kualitasnya agar selalu berlabel nilai-nilai syariah. Selain itu, keberadaan Dewan Pengawas Syariah yang kedudukannya setara dengan Dewan Komisaris, selalu mengawasi kegiatan dan produk-produk PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo agar tidak melenceng dari nilai-nilai syariah. Sehingga, dapat dikatakan PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo telah menerapkan konsep syariah yang berlaku umum. Analisis terhadap Penerapan Akad Ijarah pada Pembiayaan Multijasa di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan bagian Head Funding PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, dalam implementasinya, yang menggunakan akad ijarah adalah pembiayaan sewa jasa dalam hal ini pembiayaan umroh dan pembiayaan lanjut studi. Namun, akad ijarah dalam pembiayaan lanjut studi masih diikuti dengan akad wakalah, dikarenakan pihak bank ingin mempermudah nasabah dalam hal pembiayaan. Sedikit melirik pada Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan multijasa pada poin pertama yang menjelaskan bahwa, pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah. Sehingga dapat dikatakan, bahwa dari kedua produk pembiayaan jasa tersebut yang menggunakan akad ijarah, pembiayaan umroh-lah yang telah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004. Sedangkan untuk pembiayaan studi tingkat lanjut, belum sepenuhnya sesuai dengan Fatwa DSN- MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004, karena akad ijarah-nya masih diikuti dengan akad wakalah. Penerapan PSAK 107 Atas Pembiayaan Ijarah Multijasa Di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo 1. Pengakuan dan Pengukuran PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo mengakui biaya perolehan aset ijarah saat terjadi pencairan dana atau biasa disebut dropping. Sebelum dropping, nasabah akan melunasi biaya-biaya seperti biaya administrasi, biaya asuransi, biaya ATK dan materai, yang tentunya menjadi pendapatan bagi pihak bank dan pihak asuransi yang bekerjasama dengan PT. Bank Muamalat 10

Indonesia Cabang Gorontalo. Berikut jurnal terkait pelunasan biaya pencairan dana: Rekening Nasabah Pendapatan Administrasi Ijarah dan Rekening Nasabah Pendapatan ATK, Materai, dll Rekening Nasabah Rekening Asuransi Aset Ijarah Kas/Rekening Nasabah Setelah transfer dilakukan ke rekening nasabah, barulah kemudian pihak bank akan melakukan kerjasama dalam hal ini pembelian aset ijarah (paket umroh) dengan memindahbukukan sejumlah dana pembiayaan dari rekening nasabah ke rekening biro travel sebagai supplier. Rekening Nasabah Rekening Supplier Meskipun bank telah bertindak sebagai pemilik, karena telah ada kesepakatan kerja dengan hiratur ( travel) sebelumnya, tetapi belum ada perolehan (transaksi) atas aset ijarah yang menjadi hak milik bank. Hal ini tidak sejalan dengan PSAK 107, bahwa poin pertama dari pengakuan dan pengukuran PSAK 107 adalah perolehan aset ijarah atas jasa diakui sebagai aset ijarah pada saat perolehan hak atas jasa sebesar biaya yang terjadi. Sehingga pencatatan langsung dilakukan pada saat terjadi transaksi atau kerjasama dengan pihak ketiga sebagai supplier. Jurnal yang terbentuk adalah: Aset Ijarah Kas/RekeningSuplier Selanjutnya untuk pendapatan ijarah pada tanggal laporan PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo tidak melakukan pengakuan, karena pencatatannya hanya dilakukan sekali saja yaitu saat terjadi dropping. 11

Sedangkan, PSAK 107 melakukan pengakuan atas pendapatan ijarah pada tanggal laporan tersebut dengan jurnal: Piutang Sewa (porsi pokok) Piutang Pendapatan Sewa Multijasa (porsi ujrah) Pendapatan Ijarah Terkait amortisasi atas perolehan aset ijarah yang diakui sebagai beban ijarah, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo juga tidak melakukan pencatatan. Sedangkan dalam PSAK 107, terdapat amortisasi aset ijarah yang diakui sebagai beban ijarah. Adapun jurnalnya sebagai berikut: Beban Amortisasi Akumulasi Amortisasi Kemudian dalam hal penerimaan sewa dari nasabah, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo mengakui penerimaan sewa tersebut sebagai pendapatan sewa yang berlangsung selama masa akad pembiayaan, dengan jurnal: Rekening Nasabah Pendapatan Pokok Ijarah Pendapatan Margin Ijarah Hampir sejalan dengan pencatatan yang dilakukan oleh PSAK 107, hanya saja PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo mencatat penerimaan sewa sebagai penambahan pendapatan dengan akun yang disajikan adalah rekening nasabah di debet dan kreditnya pendapatan pokok ijarah dan pendapatan margin ijarah. Sedangkan PSAK 107 mencatatnya sebagai pelunasan piutang yang akan menambah kas bank sehingga akun yang disajikan adalah kas/rekening disis debet dan kreditnya adalah piutang sewa sebagai porsi pokok dan piutang pendapatan sewa multijasa sebagai porsi ujrah. Berikut jurnal berdasarkan PSAK 107: Kas/Rekening Piutang Sewa (porsi pokok) Piutang Pendapatan Sewa Multijasa (porsi ujrah) Selanjutnya untuk metode pencatatan saat terjadi tunggakan sewa, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo mencatatnya dengan metode cash basic atau pencatatan akan dilakukan saat kas atau uang telah diterima. Sehingga 12

tidak perlu membuat pencadangan untuk kas yang belum tertagih (piutang pendapatan ijarah). Selain itu terdapat akun tambahan saat nasabah membayar angsuran setelah jatuh tempo, yaitu akun pendapatan denda. Pendapatan denda tersebut tidak akan masuk dalam kas bank muamalat. Diakhir periode nanti, pendapatan denda ini akan diakumulasi dan disalurkan untuk dana kebajikan ke BMM ( Baittul Maal Muamalat). Akan tetapi, ketika pembayaran angsuran nasabah kembali normal (rutin setiap bulannya), sistem akan membaca dengan cepat dan denda tersebut secara otomatis akan berpindah (menambah) ke rekening nasabah. Jurnal yang terjadi adalah: Rekening Nasabah Pendapatan Pokok Ijarah Pendapatan Margin Ijarah Pendapatan Denda Jika melihat dari kacamata PSAK 107 yang telah dirangkum dalam PAPSI 2013, bahwa pencatatan angsuran PT. Bank Muamalat belum sesuai PSAK 107. Dalam PSAK 107 mengakui tunggakan sewa dengan metode accrual basic. Berikut ini jurnal saat terjadi pengakuan tunggakan sewa oleh PSAK 107: a. nasabah masih tergolong performing Piutang Sewa (porsi pokok) Piutang Pendapatan Sewa Multijasa (porsi ujrah) Pendapatan Ijarah b. nasabah tergolong non-performing i. dilakukan jurnal balik pendapatan sewa: Pendapatan Ijarah Piutang pendapatan sewa multijasa (porsi ujrah) ii. pengakuan atas porsi pokok sewa: Piutang sewa (porsi pokok) Pendapatan Ijarah Pencatatan selanjutnya adalah pada saat pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa, dimana PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo tidak melakukan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa. Hal ini belum sejalan dengan pengakuan dan 13

pengukuran PSAK 107, dimana bank wajib membentuk cadangan kerugian penurunan nilai untuk piutang pendapatan sewa multijasa sebesar porsi pokok sewa yang tertunda sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. Berikut jurnal pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa berdasarkan PSAK 107: Beban Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan Piutang Sewa Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan Piutang Sewa Kemudian saat pemulihan cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo juga tidak melakukan pencatatan pengakuan ataupun penjurnalan. Tentunya tidak sejalan dengan PSAK 107 yang melakukan pencatatan saat terjadi pemulihan atas pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa dengan jurnal sebagai berikut ini: Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan Piutang Sewa Beban Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan Piutang Sewa /Keuntungan Pemulihan Nilai Piutang Sewa Perbedaan juga ditemukan dalam penelitian mengenai pembiayaan studi tingkat lanjut. Secara keseluruhan perlakuan akuntansi untuk studi tingkat lanjut sama dengan pembiayaan umroh, hanya saja kerjasamanya dengan pihak ketiga dilakukan oleh nasabah selaku pihak kedua, sedangkan pengakuan aset ijarah oleh PT. Bank Muamalat Indonesia terjadi saat bank melakukan dropping atau pencairan dana. Sehingga jurnal yang terbentuk adalah jurnal saat dropping, seperti berikut ini: Aset Ijarah Kas/Rekening Nasabah Hal ini tentu berbeda dengan PSAK 107, dimana perolehan aset ijarah atas jasa diakui sebagai aset ijarah pada saat bank melakukan perolehan hak atas jasa sebesar biaya yang terjadi, sehingga transfer akan dilakukan ke rekening induk atau yang menjadi supplier. Jurnal berdasarkan PSAK 107 adalah: 14

Aset Ijarah Kas/RekeningSuplier Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan umroh dan pembiayaan lanjut studi di Bank Muamalat Cabang Gorontalo menunjukkan belum adanya kesesuaian pengakuan dan pengukuran berdasarkan pedoman PSAK 107 ijarah atas jasa. 2. Penyajian Berdasarkan temuan hasil wawancara dengan bagian operasional pembiayaan bahwa perolehan atas jasa disajikan sebagai aset ijarah. Selanjutnya, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo menyajikan porsi pokok atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar sebagai pendapatan pokok ijarah dan porsi ujrah atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai pendapatan margin ijarah. Meskipun penamaan akun-akunnya masih belum sesuai penyajian PSAK 107 dan ada beberapa poin seperti amortisasi, cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa dan beban amortisasi aset ijarah yang tidak disajikan karena metode yang digunakan adalah cash basic, namun PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo sudah sedikit mengimbangi PSAK 107. 3. Pengungkapan PT. Bank Mumalat Indonesia Cabang Gorontalo tidak melakukan pengungkapan jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir, dan ini belum sesuai dengan PSAK 107. Tetapi sistem tetap membaca tunggakan tersebut yang berdampak pada laporan kolektabilitas nasabah. Selanjutnya untuk pengungkapan lainnya, PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo terlihat sedikit mengimbangi PSAK 107, dimana bank muamalat melakukan pengungkapan sumber dana yang digunakan atas transaksi pembiayaan umroh dan pembiayaan lanjut studi di laporan keuangan, begitu pula dengan transaksi pihak kedua (nasabah), maupun pihak ketiga (supplier), meskipun tidak terlalu merincikan masing-masing transaksi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, dalam hal pengakuan, pengukuran masih belum sempurna seperti PSAK 107, sedangkan untuk penyajian dan pengungkapannya meskipun masih terdapat kekurangan, tetapi 15

sudah mampu mengimbangi PSAK 107. Selain itu akad ijarah pada pembiayaan lanjut studi belum sesuai Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan multijasa, karena masih diikuti oleh akad wakalah, ini dikarenakan pihak bank ingin mempermudah pihak nasabah. Saran Sedikit catatan bagi PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo untuk lebih memperhatikan standar-standar yang diberlakukan, baik berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Iindonesia, Pengaturan Standar Akuntansi Keuangan, dsb. Sehingga PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Gorontalo, yang juga sebagai bank syariah pertama dan pelopor terbentuk bankbank syariah lainnya dapat menjadi contoh atau sosok bank syariah yang patuh dan disiplin. DAFTAR PUSTAKA Al-qur anul Karim (Terjemahan Indonesia) Bank Indonesia. 2013. Pedoman PAPSI 2013. Diunduh tanggal 14 Agustus 2014 jam 05.25 am Deliyani, Indah. 2008. Skripsi. Analisis Terhadap Aplikasi Pembiayaan ijarah Multijasa Pada BMT Al-Munawwarah. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta Effendi, Rizkita. 2013. Skripsi. Analisis Penerapan PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dalam Pembiayaan Perbankan Syariah. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama (MUI) No. 44/DSN - MUI/VII/2000 tentang Pembiayaan Multiguna. Gunawan, Dian.2013. Skripsi. Analisis Penerapan PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah dalam Pembiayaan Perbankan Syariah. Unversitas Hasanuddin. Makassar Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Morissan, 2014. Teori Komunikasi Dan Paradigma Penelitian, serta Tinjauan Terhadap Analisa Wacana dan Bingkai. 20 Februari 2014 http://teorikomunikasi-morissan.blogspot.com Muhammad. 2011. Manajemen Bank Syariah. STIM YKPN. Yogyakarta Sudarsono, Heri. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Deskripsi dan Ilustrasi). Ekonisia. Yogyakarta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung http://www.dsnmui.or.id diunduh jam 11.00 am tanggal 20 Agustus 2014 16