BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG HIJAU PADA ROTARY DRYER

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

Umum Pengering.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCOBAAN

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN GABAH PADA ROTARY DRYER

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

UJI KINERJA ROTARY DRYER YANG DILENGKAPI DCS UNTUK PENGERINGAN BIJI KACANG HIJAU

UJI KINERJA ROTARY DRYER YANG DILENGKAPI DCS UNTUK PENGERINGAN BIJI KACANG HIJAU

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG KEDELAI PADA ROTARY DRYER

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

Pengeringan Untuk Pengawetan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dring untuk zat padat dan tapal (pasta).

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER UNTUK PENGERINGAN KACANG TANAH. (Implementation Of DCS System and Appliance Rotary Dryer for

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Penurunan Kadar Air Biji - Bijian Dengan Rotary Dryer Reduce water content of beans with rotary dryer

BAB II LANDASAN TEORI

PENGERINGAN REMPAH-REMPAH MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER UNTUK PENGERINGAN PETAI CINA

JENIS-JENIS PENGERINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Panas Limbah Sekam Padi pada Proses Pengeringan Gabah. Muhammad Sami *) ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

LAPORAN TUGAS AKHIR PENURUNAN KADAR AIR BAHAN MATERIAL DENGAN ROTARY DRYER SISTEM COUNTER CURRENT

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan mineral. Proses-proses pemisahan senantiasa mengalami. pemisahan menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh.

Macam-macam Pengering. TBM ke 9

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

PENURUNAN KADAR AIR REMPAH - REMPAH DENGAN ROTARY DRYER SISTEM COUNTER CURRENT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

Pengeringan (drying)/ Dehidrasi (dehydration)

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB

PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN

PENGERINGAN CABAI MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER

Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN PROSES

Tujuan pengeringan yang tepat untuk produk: 1. Susu 2. Santan 3. Kerupuk 4. Beras 5. Tapioka 6. Manisan buah 7. Keripik kentang 8.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS AKHIR PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP PENURUNAN KADAR AIR BIJI-BIJIAN DENGAN ROTARY DRYER SISTEM COUNTER CURRENT

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN DAN SUHU KONDISI OPERASI PADA GABAH DENGAN MENGGUNAKAN ROTARY DRYER FIREBRICK

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng makanan tergantung pada:

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

PENGELOMPOKAN DAN PEMILIHAN MESIN PENGERING

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

BAB VI KANDUNGAN AIR

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

perubahan baik fisik maupun kimiawi yang dikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki. Di samping itu, setelah melalui proses pengolahan, makanan tadi

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohonan tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

INOVASI TEKNIK PENGERINGAN

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TIM DOSEN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

BAB V Alat-Alat Pengering. By Tri Hartono, M.Chem.Eng

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pengeringan Pengeringan (drying) berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari suatu bahan, sehingga mengurangi kandungan zat cair. Pengeringan biasanya merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi dan hasil pengeringan biasanya lalu siap untuk dikemas. (Mc. Cabe, 2002) Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas di mana perkembangan mikroorganisma dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lama. Dasar proses pengeringan adalah terjadi penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan. Pengeringan secara mekanis dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu : 1. Continuous Drying Suatu pengeringan bahan dimana pemasukan dan pengeluaran bahan dilakukan terus menerus. 2. Batch Drying Suatu pengeringan dimana bahan masuk ke alat pengering sampai pengeluaran hasil kering, kemudian baru dimasukkan bahan yang berikutnya. 4

5 Menurut sistem proses pengeringan dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Direct Drying Pada sistem ini bahan dikeringkan dengan cara mengalirkan udara pengering melewati bahan sehingga panas yang diserap diperoleh dari sentuhan langsung antara bahan dengan udara pengering, biasanya disebut pengeringan konveksi. 2. Indirect Drying Pada sistem ini panas pengeringan didapat dari dinding pemanas yang bersentuhan dengan bahan yang dikeringkan secara konduksi. (Mc. Cabe, 2002) 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeringan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua golongan yaitu faktor yang berhubungan dengan udara pengering dan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan. Faktor-faktor yang termasuk golongan pertama adalah suhu, kecepatan volumetric, aliran udara pengering dan kelembaban udara. Faktor-faktor yang termasuk golongan kedua adalah ukuran bahan, kadar air awal dan tekanan parsial di dalam bahan. Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air. Apabila kelembaban udara tinggi, maka perbedaan tekanan uap air di dalam dan di luar bahan menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan uap air dari dalam bahan ke luar. Pengontrolan suhu serta waktu pengeringan dilakukan dengan mengatur kotak alat pengering dengan alat pemanas, seperti udara panas yang dialirkan ataupun alat pemanas lainnya. Suhu pengeringan akan mempengaruhi

6 kelembaban udara di dalam alat pengering dan laju pengeringan untuk bahan tersebut. Pada kelembaban udara yang tinggi, laju penguapan air bahan akan lebih lambat dibandingkan dengan pengeringan pada kelembaban yang rendah. (Taufiq, 2004) 2.3 Konsep Dasar Sistem Pengeringan Proses pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari sebuah permukaan benda sehingga kandungan air pada permukaan benda berkurang. Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan temperatur yang signifikan antara dua permukaan. Perbedaan temperatur ini ditimbuklan oleh adanya aliran udara panas diatas permukaan benda yang akan dikeringkan yang mempunyai temperatur lebih dingin. 2.4 Prinsip Perancangan Alat Pengeringan Pengeringan dapat meliputi semua jenis bahan dan peralatan yang ada. Variasi bentuk dan ukuran bahan, keseimbangan kebasahannya, mekanisme aliran bahan pembasah itu, serta metode pemberian kalor yang dibutuhkan untuk penguapan. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat pengering antara lain : 1. Pola Suhu di dalam pengering. 2. Perpindahan kalor di dalam pengering. 3. Perhitungan beban kalor dan Satuan perpindahan kalor. 4. Perpindahan massa didalam pengering.

7 2.5 Macam-macam Alat Pengering Berdasarkan bahan yang akan dipisahkan, dryer terdiri dari: 1. Pengering untuk Zat Padat dan Tapal a. Rotary Dryer (Pengering Putar) Pengering putar terdiri dari sebuah selongsong berbentuk silinder yang berputar, horisontal atau gerak miring ke bawah kearah keluar. Umpan masuk dari satu ujung silinder, bahan kering keluar dari ujung yang satu lagi. b. Screen Conveyor Dryer Lapisan bahan yang akan dikeringkan diangkut perlahan-lahan diatas logam melalui kamar atau terowongan pengering yang mempunyai kipas dan pemanas udara. c. Tower Dryer (Pengering Menara) Pengering menara terdiri dari sederetan talam bundar yang dipasang bersusun keatas pada suatu poros tengah yang berputar. Zat padat itu menempuh jalan seperti melalui pengering, sampai keluar sebagian hasil yang kering dari dasar menara. d. Screw Conveyor Dryer (Pengering Konveyor Sekrup) Pengering konveyor sekrup adalah suatu pengering kontinyu kalor tak langsung, yang pada pokoknya terdiri dari sebuah konveyor sekrup horizontal (konveyor dayung) yang terletak di dalam selongsong bermantel berbentuk silinder.

8 2. Pengeringan Larutan dan Bubur a. Spay Dyer (Pengering Semprot) Pada Spay dyer, bahan cair berpartikel kasar (slurry) dimasukkan lewat pipa saluran yang berputar dan disemprotkan ke dalam jalur yang berudara bersih, kering, dan panas dalam suatu tempat yang besar, kemudian produk yang telah kering dikumpulkan dalam filter kotak, dan siap untuk dikemas. b. Thin Film Dryer (Pengering Film Tipis) Saingan Spay dyer dalam beberapa penerapan tertentu adalah pengering film tipis yang dapat menanganani zat padat maupun bubur dan menghasilkan hasil padat yang kering dan bebas mengalir. Efesiensi termal pengering film tipis biasanya tinggi dan kehilangan zat padatnya pun kecil. Alat ini relatif lebih mahal dan luas permukaan perpindahan kalornya terbatas. 2.6 Rotary Dryer (Pengering Putar) Rotary Dryer merupakan suatu alat pengering yang berbentuk silinder dan bergerak secara berputar yang berfungsi untuk mengurangi kadar air dari bahan solid dengan cara mengontakkannya dengan udara kering. Bahan yang akan dikeringkan masuk ada ujung pengering yang tinggi, dengan adanya putaran dari pengering maka produk akan keluar secara perlahan lahan pada ujung yang lebih rendah.

9 Sumber panas untuk pengering berupa udara panas yang mengalir di dalam pengering disebut direct-heated dryer, panas tersebut dapat disuplai dari luar shell dryer disebut indirect heated dryer. Gambar 1. Rotary Dryer Pada alat Rotary Dryer panas diperoleh dari pembakaaran bahan bakar atau memanaskan udara dengan steam. Pemanasan dilakukan dengan kontak langsung dengan udara panas yang mengalir secara berlawanan arah dengan aliran zat padat. Rotary Dryer tepat digunakan untuk proses pengeringan zat padat. Material yang ditangani harus berupa granular atau kristal, dalam keadaan awal sudah cukup kering, tidak bersifat lengket agar tidak menempel pada dinding serta pemindahannya secara biasa. Umpan secara kontinyu dimasukkan pada salah satu ujung sedangkan udara pemanas dari ujung yang lain. Silinder ditempatkan memanjang dengan kemiringan tertentu sehingga umpan dapat bergerak melewati peralatan. Dalam silinder terdapat

10 lufting flights yang menempel pada dinding yang berfungsi untuk mengangkat umpan dan menebarkannya melewati udara panas. Pada dryer, gejala perubahan suhu didalamnya tergantung pada sifat bahan umpandan kandungan zat cairnya, suhu medium pemanas, waktu pengeringan, serta suhu akhir yang diperbolehkan dalam pengeringan zat padat itu. Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Rotary Dryer No Keunggulan Kekurangan 1 Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari suatu padatan 2 Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses pengeringan bahan yang seragam/merata Dapat menyebabkan reduksi ukuran karena erosi atau pemecahan Karakteristik produk kering yang inkonsisten 3 Operasi sinambung Efisiensi energi rendah 4 Instalasi yang mudah Perawatan alat yang susah 5 Menggunakan daya listrik yang sedikit Tidak ada pemisahan debu yang jelas Rotary Dryer banyak digunakan untuk mengeringkan garam, gula, dan segala macam biji bijian dan bahan kristal yang harus selalu bersih dan tidak boleh terkena langsung pada gas pembakaran yang sangat panas. (Herina,dkk.2005) 2.7 Pengaruh Suhu pada Proses Pengeringan Laju penguapan air bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh kenaikan suhu. Semakin besar perbedaan antara suhu media pemanas dengan bahan yang dikeringkan, semakin besar pula kecepatan pindah panas ke dalam bahan pangan, sehingga penguapan air dari bahan akan lebih banyak dan cepat (Taib, G. et al., 1988).

11 Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengering makin cepat pulaproses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering makin besarenergi panas yang dibawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yangdiuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran udarapengering makin tinggi maka makin cepat pula massa uap air yang dipindahkan daribahan ke atmosfir. Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pengeringan, makin tinggi energy yang disuplai dan makin cepat laju pengeringan. Akan tetapi pengeringan yang terlalu cepat dapat merusak bahan, yakni permukaan bahan terlalu cepat kering, sehingga tidak sebanding dengan kecepatan pergerakan air bahan ke permukaan. Hal ini menyebabkan pengerasan permukaan bahan. Selanjutnya air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhalang. Disamping itu penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak daya fisiologik biji-bijian/ benih (Taib, G. et al., 1988). Pengeringan bahan hasil pertanianmenggunakan aliran udara pengering yang baik adalah antara 45 o C sampai 75 o C.Pengeringan pada suhu dibawah 45 o C mikroba dan jamur yang merusak produkmasih hidup, sehingga daya awet dan mutu produk rendah. Namun pada suhu udarapengering di atas 75 o C menyebabkan struktur kimiawi dan fisik produk rusak, karenaperpindahan panas dan massa air yang berdampak perubahan struktur sel (Setiyo, 2003).

12 2.8 Laju Pengeringan Untuk mengetahui laju pengeringan perlu mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan suatu bahan dari kadar air tertentu sampai kadar air yang diinginkan pada kondisi tertentu, maka bisa dilakukan dengan cara : 1. Drying test yaitu hubungan antara moisture content suatu bahan vs waktu pengering pada temperatur, humidity, dan kecepatan pengering tetap. Kandungan air dari suatu bahan akan menurun karena adanya pengeringan, sedangkan kandungan air yang hilang akan semakin meningkat seiring dengan penambahan waktu. 2. Kurva Laju Pengeringan menunjukkan hubungan antara laju pengeringan vs kandungan air, kurva ini terdiri dari 2 bagian yaitu periode kecepatan tetap dan pada kecepatan menurun. Jika mula-mula bahan sangatlah basah bila dikontakkan dengan udara yang relatif kering maka akan terjadi penguapan air yang ada pada permukaan bahan tersebut. Rumus laju pengeringan massa menurut Treybal,1995 dinyatakan: N = Keterangan: N = laju pengeringan (Lb H 2 O yang diuapkan / jam ft 2 ) Ss = berat bahan kering (lb) A = Luas permukaan pengeringan (ft 2 )

13 X = moisture content dry basis (lb H 2 O / lb bahan kering) θ= waktu (jam) Rumus laju pengeringan berdasarkan dengan perubahan suhu dapat dirumuskan sebagai berikut : RRRR = hyy (TT TTTT) λλλλ h y = 0,01 G 0,8 Keterangan : Rc : Laju Pengeringan (lb/jam ft 2 ) h y : koefisien transfer panas konveksi (btu/jam ft 20 F) G : kecepatan massa udara pengeringan (lb/j ft 2 ) untuk kecepatan udara 2 2,5 ft/s λ i : Panas laten penguapan (btu/lb) pada suhu padatan T : suhu udara pengering ( 0 F) T i : suhu padatan ( 0 F) 2.9 Kadar Air Bahan Kadar air bahan menunjukan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan hsil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut :

14 Untuk menentukan bobot kering suatu bahan penimbangan dilakukan setelah bobot bahan tersebut tidak berubah lagi selama pengeringan berlangsung. Untuk memperoleh kadar air basis kering dapat digunakan rumus: (Taufiq, Muhamad.2004) 2.8Kacang Hijau Kacang hijauadalah sejenis tanaman budidaya dan palawijayang dikenal luas di daerah tropis. Tumbuhan yang termasuksuku polong-polonganini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau diindonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau memiliki nama latinvigna radiata dan termasuk ke dalam famili Fabaceae. Klasifikasi tanaman kacang hijau sebagai berikut : Divisio Ordo Familia Genus Species : Magnoliophyta : Fabales : Fabaceae : Vigna : V. radiate Kacang hijau mengandung banyak protein, vitamin B1, asam folat, mineral seperti kalsium dan fosfor, lemak serta asamm lemak tak jenuh. Ada banyak manfaat yang dapat diambil dari kacang hijau. Diantaranya kandungan kalsium dan fosfor yang dimiliki kacang hijau dapat membantu memperkuat tulang. Asam lemak tak jenuhnya sangat baik untuk menjaga kesehatan jantung.

15 Vitamin B1 yang dikandungnya bermanfaat untuk membantu masa pertumbuhan. Multi proteinnya berfungsi untuk mengganti sel mati dan merangsang pertumbuhan sel baru. Gambar 2. Kacang Hijau (http://id.wikipedia.org/wiki/kacang_hijau)