BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembuatan Ammonium Nitrate Prill Pada prinsipnya, pembuatan amonium nitrat menggunakan bahan baku gas amonia dan asam nitrat cair merupakan reaksi neutralisasi yang terjadi pada sebuah reaktor pipa. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut : NH 3 (g) + HNO 3 (l) NH 4 NO 3 (aq) ΔH = kj/kg NH 3 Reaksi antara amonia dan asam nitrat ini dilakukan pada suhu C, menghasilkan larutan amonium nitrat 88 % dan panas reaksi (bersifat eksotermis). Panas dari reaksi ini dimanfaatkan kembali sebagai pemanas pada proses penguapan amonia. Larutan amonium nitrat yang dihasilkan dari reaksi kemudian dipompakan ke Evaporator (222KE) untuk proses pemekatan. Proses pemekatan dengan menggunakan evaporator bertekanan vakum, pada suhu 160 o C sudah tercapai amonium nitrat dengan konsentrasi 97,5 %, dimana pada konsentrasi tersebut amonium nitrat bisa dikirim ke menara pembutir (prilling tower). Gambar 2.1 Wet Section Flow Diagram 6

2 Bab II Tinjauan Pustaka 7 Pada menara pembutir, terbentuk butiran-butiran amonium nitrat dimana larutan amonium nitrat yang disemburkan melalui nozzle berkontakkan dengan udara secara counter-current. Prill-prill ini kemudian mengalami perlakuan lanjutan untuk dihasilkan prill amonium nitrat sesuai dengan standar yang ditentukan. Perlakuan yang dilakukan pada prill amonium nitrat yang dilakukan antara lain pengeringan awal, pengeringan lanjutan, screening dan sizing, pendinginan, pelapisan, pengemasan dan kemudian disimpan pada gudang penyimpanan. Gambar 2.2 Dry Section Flow Diagram 2.2 Prill Amonium Nitrat Prill atau butiran merupakan agregat kecil dari sebuah bahan atau material yang berbentuk seperti bola kering dan dihasilkan dari cairan meleleh (melt). Prill ini terbentuk dengan membiarkan tetes melt menggumpal atau membeku di udara setelah melt menetes dari bagian atas menara pembutir (Wikipedia, 2012). Amonium nitrat yang diproduksi di PT. Multi Nitrotama Kimia dengan teknologi Kaltenbach Thuring ditujukan sebagai bahan peledak dalam bentuk prill. Larutan amonium nitrat yang telah dipekatkan pada proses evaporasi menjadi melt dengan konsentrasi % dibutirkan di menara pembutir untuk menghasilkan amonium nitrat dengan bentuk butiran. Mekanisme yang terjadi pada proses pembutiran adalah melt amonium nitrat akan diteteskan dari bagian atas menara pembutir melalui sebuah nozzle distributor. Tetesan melt amonium

3 Bab II Tinjauan Pustaka 8 nitrat kemudian dikontakkan dengan udara atmosfer yang ditarik oleh dua buah blower di bagian atas menara pembutir. Sepanjang menara akan terjadi penurunan suhu yang mengakibatkan perubahan fasa amonium nitrat dari liquid menjadi kristal/padat karena suhu mencapai titik kristal (crystal point) dari amonium nitrat. Prill amonium nitrat tersusun atas kumpulan kristal yang tidak beraturan kristal ini terbentuk saat melt amonium nitrat mencapai titik kristalnya dan kristal ini akan berubah bentuk saat proses pengeringan. Pada saat terbentuk prill, bagian dalam dari prill masih dalam bentuk hollow yaitu perubahan dari melt/solution menjadi bentuk solid. Pembentukan prill amonium nitrat ini juga dipengaruhi oleh internal additive yang ditambahkan pada melt amonium nitrat. Internal additive yang ditambahkan akan membentuk kristal prill tidak menempel satu sama lain, ukuran kristal yang kecil dan merata, membantu perpindahan air dari dalam prill menuju ke permukaan, mendispersikan bentuk prill menjadi porous dan memberikan ketahanan terhadap thermal cycle pada prill. Sebagai bahan peledak, prill amonium nitrat memiliki parameter tertentu yang menunjukkan kualitas prill tersebut. Parameter kualitas yang penting dalam membuat LDAN (Low Density Ammonium Nitrate) ini antara lain oil absorption, bulk density, crushing strength, friability, thermal cycling, hardness dan sensitivity. Parameter-parameter ini bergantung pada bentuk, ukuran dan banyaknya kristal yang menyusun prill, banyaknya hollow di dalam prill dimana dapat diatur sedemikian rupa dengan bergantung pada konsentrasi amonium nitrat, jumlah internal additive, dan juga proses pengeringan. Prill amonium nitrat yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi Kaltenbach Thuring merupakan prill dengan high oil absorption tetapi bukan berarti memiliki low crushing strength. Selain itu, kualitas prill juga dipengaruhi oleh kandungan air (moisture) yang terkandung di dalamnya. Diharapkan moisture prill yang dihasilkan sekecil mungkin, sehingga dilakukan dua tahapan pengeringan yaitu pengeringan awal (predrying) dan pengeringan lanjutan (drying). Predrying dilakukan untuk menghindari terjadinya capsulation pada prill yang selanjutnya dilakukan drying untuk menguapkan air dan membentuk rongga-rongga pada prill. Proses

4 Bab II Tinjauan Pustaka 9 pengeringan ini dilakukan pada dua buah alat pengering dengan bentuk rotary dryer untuk menghasilkan prill amonium nitrat dengan moisture 0,1 % w. 2.3 Prinsip Pengeringan Secara umum, pengeringan berarti menghilangkan sejumlah air yang relatif kecil dari suatu bahan. Biasanya uap air dihilangkan dengan menggunakan udara (Geankoplis, 559). Pengeringan merupakan proses akhir yang dilakukan sebelum tahap pengemasan dengan tujuan untuk memudahkan penanganan bahan tersebut. Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara yang berbeda. Proses pengeringan dapat diklasifikasikan menjadi batch, dimana material dimasukkan ke dalam alat pengering dan proses pengeringan berlangsung dalam waktu tertentu atau secara kontinyu, dimana material dimasukkan ke alat pengering secara kontinyu, begitu juga dengan material yang telah dikeringkan akan dikeluarkan secara kontinyu. Proses pengeringan juga dapat dikategorikan berdasarkan kondisi fisika yang digunakan untuk menghilangkan kandungan air, antara lain : 1. Panas ditambahkan dengan cara kontak langsung dengan udara yang dipanaskan pada tekanan atmosferik, dan uap air yang terbentuk diambil oleh udara. 2. Pada pengeringan vakum, proses evaporasi air terjadi lebih cepat pada tekanan rendah dan panas ditambahkan secara tidak langsung yang dikontakkan dengan dinding logam atau dengan radiasi (temperatur rendah dapat digunakan dalam keadaan vakum untuk beberapa material yang mungkin mengalami dekomposisi pada temperatur yang lebih tinggi). 3. Pada freeze drying, air tersublimasi dari material yang beku. Untuk pengeringan padatan dengan menggunakan gas sebagai pengeringnya, terdapat empat kondisi yang terjadi pada proses pengeringan, antara lain : 1. Statik, dimana tidak terjadi pergerakan dari padatan yang dikeringkan. Padatan saling menumpuk satu sama lain untuk dikeringkan. Contohnya, pengeringan padatan pada tray dryer (Gambar 2.3.a). 2. Bergerak/Dinamis, pada kondisi ini material padatan saling berpisah dan dikeringkan. Pergerakan padatan ditentukan oleh pengadukan secara mekanik

5 Bab II Tinjauan Pustaka 10 atau gaya gravitasi. Contohnya, pengeringan padatan pada rotary dryer (Gambar 2.3.b). 3. Fluidisasi, kondisi ini terjadi dimana partikel padatan dikenakan gaya akibat pergerakan gas yang melewati antarpadatan dengan kecepatan tertentu. Contohnya, pengeringan pada fluidized bed dryer (Gambar 2.3.c). 4. Dilute, kondisi di mana partikel-partikel padatan dipisahkan begitu jauh sehingga mereka tidak mempengaruhi satu sama lain. Secara khusus, fase padatan tersebar sepenuhnya dalam gas yang kepadatan suspensinya adalah dari fase gas saja (Gambar 2.3.d). (a) (b) (c) (d) Gambar 2.3 Kondisi Proses Pengeringan, (a) Statik, (b) Dinamis, (c) Fluidisasi, (d) Dilute Pada pengeringan padatan oleh gas, terdapat beberapa metode kontak antara gas dan tumpukan padatan, antara lain : 1. Parallel flow (aliran paralel). Arah aliran gas paralel terhadap permukaan fase padat dan biasanya padatan dalam kondisi statis. 2. Perpendicular flow (aliran tegak lurus). Aliran gas bergerak secara tegak lurus mengenai permukaan padatan yang berada dalam kondisi statis. 3. Through circulation. Gas pengering mengalir melalui celah di antara padatan dan gas bersirkulasi di antara partikel padatan. Aliran jenis ini dapat digunakan pada kondisi statik, bergerak, fluidisasi ataupun dilute. Selain itu, aliran gas pengering juga dibagi menjadi : 1. Co-current gas flow. Fasa gas dan partikel padat berada pada arah yang sama (searah). 2. Counter-current gas flow. Arah dari fasa gas berlawanan dengan arah pergerakan padatan. 3. Cross-flow of gas. Arah aliran gas berada pada sudut kanan pergerakan padatan dan menghadap tumpukan padatan.

6 Bab II Tinjauan Pustaka 11 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 2.4 Jenis Aliran Gas Pengering, (a) Parallel flow, (b) Perpendicular flow, (c) Through circulation, (d) Cocurrent flow, (e) Cross-flow Karena pada operasi kontak antara gas dan padatan terjadi perpindahan panas dan perpindahan massa pada permukaan padatan, efisiensi maksimum dari proses dapat diharapkan dengan eksposur maksimum permukaan padatan terhadap fasa gas, bersamaan dengan pencampuran menyeluruh gas dan padatan. Dalam setiap susunan partikel, gas berada di antara rongga padatan dan berkontakkan dengan seluruh permukaan padatan kecuali pada titik kontak partikel. Ketika tumpukan padatan dalam kondisi statis atau bergerak, gas di dalam rongga padatan terpisah dari bagian utama fase gas. Beberapa transfer energi dan massa dapat terjadi dengan difusi, tetapi biasanya tidak signifikan. (Perry, 1178) 2.4 Peralatan Pengeringan Ada beberapa macam tipe pengering yang umumnya digunakan untuk proses pengeringan skala industri. Untuk memilih tipe alat pengering yang digunakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Sifat fisik dan sifat kimia material yang akan dikeringkan seperti sifat saat basah dan kering, kekorosifan, sifat racun, kemudahan terbakar, dan ukuran partikel.

7 Bab II Tinjauan Pustaka Karakteristik pengeringan material seperti kandungan air, kadar air sebelum dan sesudah pengeringan, kadar air maksimum, temperatur yang diizinkan, dan waktu pengeringan yang dibutuhkan. 3. Aliran material, yaitu banyaknya material yang dikeringkan tiap jam, batch atau kontinyu pada sebelum dan sesudah proses pengeringan. 4. Kualitas produk yang diinginkan seperti penyusutan, kontaminasi, dekomposisi, overdrying, temperatur dan bulk density. 5. Permasalahan recovery seperti debu dan solvent. 6. Fasilitas yang ada untuk instalasi seperti ruang, keadaan udara, bahan bakar, listrik, sumber umpan, gas buangan, dan peraturan terkait (kebisingan, getaran, jumlah debu, dan panas yang hilang. Berdasarkan operasinya, pengering ada yang bekerja secara batch atau kontinyu dan menggunakan pengaduk atau tidak. Operasi dalam keadaan vakum dilakukan untuk menurunkan temperatur pengering. Klasifikasi pengering berdasarkan kontak antara media pengering dengan umpan adalah sebagai berikut: 1. Direct dryers (adiabatik) adalah pengering yang langsug mengontakkan media pengering dengan umpannya. 2. Indirect dryers (non adiabatik) dimana pengering menggunakan media pengontak lain. 3. Direct-indirect dryers adalah gabungan keduanya. Beberapa macam alat pengering yang umum digunakan dalam industri adalah sebagai berikut : a. Tray Dryers Tray dryers merupakan jenis alat pengering yang biasanya digunakan untuk pengeringan kapasitas kecil. Pengering ini dapat mengeringkan hampir semua tipe bahan, tetapi biaya produksi akan besar karena dibutuhkan pekerja untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan yang dikeringkan pada tray dryers sehingga umumnya digunakan pada produk yang nilai jualnya tinggi seperti farmasi. Pengeringan dengan mensirkulasikan udara melalui layer berlangsung sangat lambat. Berikut adalah contoh tray dryers yang ditunjukkan pada gambar 2.5.

8 Bab II Tinjauan Pustaka 13 Gambar 2.5 Alat Pengering Jenis Tray Dryers b. Conveyor Dryers Bahan yang akan dikeringkan disimpan dalam suatu belt conveyor yang bergerak secara kontinyu melalui suatu tunel dan dialirkan udara panas pada permukaannya. Aliran udara tersebut dapat mengalir secara co-current, counter current, atau kombinasi keduanya. Sebagian besar industri makanan menggunakan alat pengering tipe ini. Beberapa tipe pengering ini juga mengalirkan udara secara tegak lurus dengan arah aliran bahan yang akan dikeringkan. Udara panas masuk melalui conveyor, baik ke arah atas ataupun bawah. Pengering ini dilengkapi juga dengan kipas dan coil pemanas. Contoh pengering tipe conveyor dryer dapat dilihat pada gambar 2.6. Gambar 2.6. Alat Pengering Tipe Conveyor Dryers c. Tower Dryers Pada pengering tipe ini, cairan atau slurry disemprotkan ke dalam aliran udara pemanas dalam bentuk tetesan. Air terevaporasi dari tetesan-tetesan tersebut dan meninggalkan padatan kering yang terpisah dari aliran udara pemanas. Aliran udara tersebut dapat mengalir co-current, counter current atau kombinasi

9 Bab II Tinjauan Pustaka 14 keduanya. Tetesan-tetesan tersebut terbentuk akibat melewati suatu nosel atau rotating spray disk yang berkecepatan tinggi. Hal yang perlu diperhatikan adalah cairan akan disemprotkan tidak boleh membentuk padatan sebelum disemprotkan. Produk kering dikumpulkan di bagian bawah menara. Gas buangan biasanya dilewatkan terlebih dahulu ke separator siklon untuk memisahkan pengotor. Contoh alat pengering tower dryers dapat dilihat pada gambar 2.7. produk yang dihasilkan biasanya ringan dan berpori. Salah satu contohnya adalah produksi susu bubuk dari susu cair. Gambar 2.7. Alat Pengering Jenis Tower Dryers d. Rotary Dryers Pengering jenis ini merupakan suatu silinder horizontal berbentuk drum. Umpan material basah masuk pada salah satu ujung silinder dan produk kering keluar dari ujung lainnya. Saat drum berputar, flight di dalam drum mengangkat padatan dan dijatuhkan kembali menurut gaya gravitasi. Contoh adiabatic counter current air-heated rotary dryer dapat dilihat pada gambar 2.8. Udara pemanas dialirkan ke dalam drum oleh kipas yang terlebih dahulu melewatkan udara ke alat pemanas dan menjaga agar sistem tetap vakum. Pengering tipe ini umumnya digunakan untuk mengeringkan garam, gula dan berbagai macam material berbentuk granula dan kristal yang harus tetap bersih dan tidak dapat dikontakkan langsung dengan udara yang sangat panas. Produk samping yang sangat mungkin dihasilkan adalah debu.

10 Bab II Tinjauan Pustaka 15 Gambar 2.8. Adiabatic Countercurrent Air-Heated Rotary Dryer 2.5 Pengeringan Kontinyu dengan Menggunakan Rotary Dryer Pengeringan dengan menggunakan rotary dryer merupakan pengeringan yang terjadi secara konvektif. Pengeringan konvektif dilakukan dengan mengkontakkan aliran proses bersama aliran gas hangat atau aliran gas panas. Panas diperlukan untuk penguapan kandungan air disediakan oleh pendinginan aliran gas, dan aliran gas ini juga digunakan sebagai gas pembawa kandungan air yang terevaporasi Pengeringan Kontinyu Operasi pengeringan secara kontinyu merupakan operasi yang menawarkan keuntungan dimana peralatan yang diperlukan relatif kecil bila dibandingkan dengan jumlah produk keluarannya. Operasi ini terintegrasi dengan proses pembuatan bahan kimia yang terus menerus tanpa adanya tempat penyimpanan sementara. Produk yang dihasilkan mempunyai kandungan moisture yang lebih seragam dan biaya pengeringan untuk setiap unit produk relatif kecil. Material yang akan dikeringkan berupa padatan dipindahkan melalui sebuah alat pengering dan kontak dengan aliran gas. Gas dan padatan dapat mengalir secara paralel atau berlawanan arah, atau gas dapat mengalir melalui celah-celah padatan. Jika tidak ada panas yang dipasok atau hilang ke lingkungan, operasi terjadi secara adiabatik dan gas akan kehilangan panas sensibel kemudian mengalami pendinginan menjadi kandungan air yang terevaporasi, dan menyerap

11 Bab II Tinjauan Pustaka 16 panas laten penguapan. Dengan memasok panas pada pengering, gas dapat dipertahankan pada suhu yang konstan. Pada operasi counter current adiabatik, gas paling panas berkontakkan dengan padatan yang paling kering dan padatan pada bagian keluaran dipanaskan hingga mendekati temperatur gas masuk. Operasi dengan cara ini merupakan pengeringan yang paling cepat mengingat kandungan air terikat pada material sulit untuk dihilangkan dan dapat dihilangkan lebih cepat pada temperatur tinggi. Di sisi lain, padatan kering dapat mengalami kerusakan bila dipanaskan hingga suhu tinggi apabila menggunakan cara ini. Di samping itu, padatan kering panas keluaran dari alat pengering akan membawa panas sensible yang cukup besar sehingga menurunkan efisiensi termal dari operasi pengeringan tersebut. Pada operasi paralel adiabatik, padatan basah dikontakkan dengan gas paling panas. Selama terdapat kandungan air tak terikat pada permukaan, padatan akan dipanaskan hanya sampai temperatur bola basah dari gas. Dan untuk alasan tersebut, padatan yang peka terhadap panas pun dapat dikeringkan dengan menggunakan gas panas secara paralel. Pada keluaran alat pengering, gas akan didinginkan dan tidak akan menghasilkan kerusakan pada padatan kering. Aliran secara paralel juga memungkinkan kontrol yang lebih besar dari kadar air pada keluaran ketika padatan tidak benar-benar kering melalui banyaknya gas yang melewati pengering juga temperatur dan kelembaban pada bagian keluaran. Aliran secara paralel juga digunakan untuk menghindari terjadinya pengerasan permukaan material dan masalah lainnya yang berhubungan dengan pengeringan secara batch Rotary Dryer Pengering jenis putar atau rotary dryer terdiri dari silinder, diputar pada bantalan yang cocok dan biasanya sedikit miring terhadap horizontal. Panjang dari silinder bisa mencapai 4 atau lebih dari 10 kali diameternya. Jenis pengering ini cocok untuk mengeringkan material berbentuk granular yang dapat mengalir bebas dan jatuh tanpa khawatir mengalami kerusakan bentuk. Padatan yang dikeringkan tidak boleh material yang lengket atau bergetah karena dapat menempel pada sisi pengering.

12 Bab II Tinjauan Pustaka 17 Umpan padatan dimasukkan ke salah satu ujung silinder, bergerak perlahan melewati alat pengering dan menjadi produk akhir di ujung lainnya. Di dalam pengering sirip pada dinding silinder akan mengangkat padatan dan menjatuhkan padatan dalam gerakan yang melewati udara, sehingga pengeringan padatan terjadi secara menyeluruh. Pengangkatan padatan dengan sirip ini juga membantu padatan untuk bergerak maju hingga ujung silinder. Gas yang mengalir melalui silinder dapat menghambat atau meningkatkan laju alir padatan tergantung pada arah gas yaitu counter current atau co-current. Alat pengering rotary dryers dapat menggunakan gas buang panas alih-alih udara. Biasanya sebuah exhaust fan digunakan untuk menarik/menghisap gas melewati pengering, walaupun tersedia kontrol aliran gas yang lebih lengkap pada alat ini. Selain itu, pengumpul debu, cyclone biasanya dipasang diantara fan dan saluran keluar gas. Sebuah blower juga dapat digunakan pada saluran masuk gas untuk mempertahankan tekanan di dalam pengering mendekati tekanan atmosferik. Rotary dryers diklasifikasikan sebagai direct, direct-indirect, indirect dan special types. Klasifikasi ini ditentukan berdasarkan metode perpindahan panasnya yaitu direct ketika panas ditambahkan atau dihilangkan dari padatan dengan pertukaran langsung antara gas dan padatan. Sedangkan indirect ketika media pengering dan material padatan tidak berkontakkan langsung dimana perpindahan panasnya melalui dinding logam atau tube. Klasifikasi rotary dryers berdasarkan metode perpindahan panasnya antara lain : 1. Direct heat, counter current flow. Rotary dryer dengan metode ini digunakan untuk material yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi seperti mineral, pasir, dan lain-lain. 2. Direct heat, co-current flow. Metode ini digunakan untuk material yang rentan terhadap suhu tinggi. Operasi pengeringan ini dapat mengontakkan gas secara langsung dengan material padatan tanpa khawatir terkontaminasi dan tidak perlu dipanaskan sampai suhu tinggi. 3. Indirect heat, counter current flow. Metode ini digunakan untuk material yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi namun tidak boleh berkontakkan langsung dengan gas pengering.

13 Bab II Tinjauan Pustaka Direct-indirect. Pengering ini lebih ekonomis untuk dioperasikan bila dibandingkan dengan pengering direct. Dapat digunakan untuk padatan yang bisa dikeringkan pada suhu tinggi terutama ketika harga bahan bakar tinggi dan persen moisture yang harus dihilangkan cukup tinggi. Gambar 2.9. Klasifikasi Rotary Dryer Berdasarkan Metode Perpindahan Panas Sedangkan untuk rotary dryers dengan special types dapat dibagi menjadi : a. Direct rotary dryer (cooler) b. Direct rotary kiln c. Indirect steam-tube dryer d. Indirect rotary calciner e. Direct Roto-Louvre dryer Direct-Heat Rotary Dryer Rotary dryer dengan jenis direct-heat rotary dryer merupakan salah satu jenis pengering yang sering digunakan untuk operasi pengeringan pada material berbentuk butiran atau granular. Aliran udara yang digunakan biasanya aliran counter current atau co-current. Pada bagian dalam silinder pengering ini terdapat sirip-sirip/flights untuk mengangkat dan menaburkan material padatan melewati aliran gas selama berada di dalam silinder. Hal ini dilakukan untuk memperluas permukaan dan pengeringan terjadi secara menyeluruh. Terdapat berbagai macam

14 Bab II Tinjauan Pustaka 19 flights yang biasa digunakan pada rotary dryer yang ditunjukkan pada gambar Gambar Sirip-Sirip/Flights pada Rotary Dryer Pengeringan langsung pada direct-heat rotary dryer dapat dinyatakan sebagai sebuah mekanisme perpindahan panas pad persamaan berikut : dimana, Q t = U a V( t) m Q t = panas total yang dipindahkan (J/s) U a = koefisien perpindahan panas volumetrik (J/s.m 3.K) V = volume pengering (m 2 ) (Δt) m = perbedaan suhu rata-rata sebenarnya antara gas panas dan material Hold Up pada Rotary Dryers Waktu retensi atau waktu tinggal material padatan di dalam pengering harus sama dengan waktu pengeringan yang dibutuhkan jika padatan keluar dalam moisture yang diharapkan. Harus diakui bahwa waktu retensi untuk setiap partikel bisa saja berbeda dari rata-rata. Hold up ( D ) dari padatan merupakan fraksi volume pengering yang ditempati oleh padatan, dan rata-rata waktu retensi (θ) dapat dihitung dengan membagi hold up dengan laju alir umpan volumetrik, dimana, θ = D ZπT D 2 /4 S s ρs ( πt D 2 4 ) = Z Dρ s S s

15 Bab II Tinjauan Pustaka 20 S s /ρ s = laju alir umpan volumetrik / luas penampang pengering S s = kecepatan massa padatan kering, massa/(luas)(waktu) ρ s = massa jenis padatan, massa padatan kering/volume Z = panjang alat pengering T D = diameter alat pengering Walaupun pengaruh karakter dari padatan cukup besar, Friedman dan Marshall menemukan bahwa hold up dari sejumlah besar padatan pada suatu kondisi dapat dinyatakan secara sederhana sebagai, dimana, D0 = hold up tanpa aliran gas D = D0 ± KG ± KG = faktor koreksi untuk pengaruh laju alir gas, G, massa/(luas)(waktu) + untuk counter current, - untuk co-current Hold up pada kondisi tidak ada aliran gas bergantung pada batas tertentu desain flight dan sifat padatan, yaitu : dimana, D0 = S s ρ s sn 0.9 T D s = slope (kemiringan) alat pengering, m/m N = kecepatan putaran, r/s T D = diameter alat pengering, m Konstanta K tergantung pada sifat padatan dan untuk perkiraan secara kasar dapat dinyatakan sebagai berikut : dimana, d p = diameter rata-rata partikel K = ρ s d p 1/2

16 Bab II Tinjauan Pustaka Dasar-Dasar Perhitungan dalam Direct-Heat Drying Tolak Ukur Kadar Air Dalam Bahan Padat a. Basis basah, menyatakan jumlah kandungan air padatan dalam persen (%) berat padatan basah. Kadar air basis basah = x x = = massa H 2 O massa padatan basa mh 2 O mh 2 O + m. padatan kering 100% b. Basis kering, menyatakan jumlah kandungan air padatan dalam kg H 2 O/kg padatan kering. Kadar air basis kering = X Konversi : X = massa H 2 O massa padatan kering = kg. H 2 O kg. padatan kering Prinsip Padatan basah = Padatan kering + H 2 O x = X X + 1 X = x 1 x Sifat Psikrometrik Udara Massa total = Massa padatan kering + Massa H 2 O Pada proses pengeringan prill amonium nitrat, media yang digunakan sebagai pengering adalah udara yang memiliki sifat psikrometrik. Sifat psikrometrik adalah sifat fisik udara yang mengandung uap air. a. Kelembaban Mutlak (Absolute Humidity) Y = air yang terkandung dalam udara Y = kg.h 2 O = 18 mol H 2 O = 18 PH 2 O kg udara kering 29 mol udara kering 29 Pudara kering b. Kelembaban Relatif (Relative Humidity)

17 Bab II Tinjauan Pustaka 22 RH = PH 2 O PH 2 O,saturated 100% c. Persen Kelembaban (Precentage of Humidity) Y p = Y Y saturated 100% d. Panas Lembab (Humid Heat) C H = C udara kering + C H2O. Y = 1, ,88Y ( e. Entalpi Udara Lembab (Enthalpy of Humid Air) H = C s. T + λ. Y = 1, ,88Y T + λ o Y ( Dimana : T = T T referensi λ o = 2502 kj/kg f. Volum Lembab (Humid Volume) V H = volume udara to_al kg udara kering = m 3 kg. udara kering kj kg.udara kering kj ) kg.udara kering ) 0 C Humidity Chart (Psychrometric Chart) Dalam operasi pengeringan, air merupakan cairan yang teruapkan sedangkan udara biasanya digunakan sebagai pembawa uap air tersebut. Untuk operasi pengeringan, Humidity Chart atau Psychrometric Chart sangat berguna untuk menentukan sifat-sifat psikrometrik udara pengering. Psychrometric Chart yang digunakan biasanya merupakan sistem udara-air dan dapat digunakan apabila terdapat kandungan air bebas yang terevaporasi. Berikut ini merupakan contoh Psychrometric Chart pada tekanan atmosferik.

18 Bab II Tinjauan Pustaka 23 Gambar 2.11 Psychrometric Chart Neraca Massa dan Neraca Panas a. Neraca Massa Udara (G) y1 Padatan (S) x1 Rotary Dryer Udara (G) y2 Padatan (S) x2 Neraca Massa Komponen : Sx 1 + Gy 1 = Gy 2 + Sx 2 S x 1 x 2 = G y 2 y 1 Dimana : S = Laju alir padatan, kg/jam G= Laju alir udara, kg/jam x 1 = kandungan air dalam padatan masukan, kg.h 2 O/kg udara kering x 2 = kandungan air dalam padatan keluaran, kg.h 2 O/kg udara kering y 1 = kandungan air dalam udara masukan, kg.h 2 O/kg udara kering

19 Bab II Tinjauan Pustaka 24 y 2 = kandungan air dalam udara keluaran, kg.h 2 O/kg udara kering b. Neraca Panas Perpindahan panas di dalam pengering dari udara ke aliran proses merupakan net heat (panas bersih). Panas juga berpindah dari udara ke lingkungan (panas terbuang). Entalpi dari aliran proses berubah akibat adanya perpindahan panas ini. Entalpi ini berubah dalam tiga bagian, yaitu penguapan air dan pemanasan uap air, pemanasan padatan, dan pemanasan air yang tersisa di dalam padatan. Secara kuantitatif, dinyatakan sebagai : Q 1 = Evap( ,9. T Aout 4,2. T f ) Q 2 = S. c s T Aout c T f Q 3 = W out. 4,2(T Aout c T f ) Dimana : Q 1 = panas air terevaporasi, kj/h Q 2 = panas padatan kering, kj/h Q 3 = panas air tersisa, kj/h Evap = beban penguapan air, kg/h T Aout = temperatur gas keluar, 0 C T f = temperatur umpan, 0 C S = laju padatan kering, kg/h W out = laju air keluar pengering, kg/h C s = panas spesifik padatan, J/kg.K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

Umum Pengering.

Umum Pengering. Klasifikasi dan Karakteristik Umum Pengering g Dr. -Ing. Suherman suherman@undip.ac.id 1 Dasar Klasifikasi Sifat, ukuran, dan bentuk padatan Sekala pengoperasian Metoda transportasi bahan dan pengontakannya

Lebih terperinci

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB PENGERINGAN 1 DEFINISI Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas m.o.

Lebih terperinci

Tujuan pengeringan yang tepat untuk produk: 1. Susu 2. Santan 3. Kerupuk 4. Beras 5. Tapioka 6. Manisan buah 7. Keripik kentang 8.

Tujuan pengeringan yang tepat untuk produk: 1. Susu 2. Santan 3. Kerupuk 4. Beras 5. Tapioka 6. Manisan buah 7. Keripik kentang 8. PENGERINGAN DEFINISI Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas m.o.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

cukup diperlukan di Indonesia sebagai negara yang sebagian devisanya diperoleh

cukup diperlukan di Indonesia sebagai negara yang sebagian devisanya diperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Pada awal industri kimia, bahan baku yang biasa digunakan adalah batubara. Namun setelah perang dunia ke II, orang mulai mengalihkan penggunaan bahan

Lebih terperinci

AMONIUM NITRAT (NH4NO3)

AMONIUM NITRAT (NH4NO3) AMONIUM NITRAT (NH4NO3) K E L OM P OK 4 ANG G O T A K E L OM P OK : D E B B Y D WI C. ( 15 0 0 0 2 0 12 0 ) I ND AH TR I R. ( 15 0 0 0 2 0 12 1) M U S L I M E K A A. ( 15 0 0 0 2 0 12 2 ) AD I T Y A FAHR

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak Firman Jaya OUTLINE PENGERINGAN PENGASAPAN PENGGARAMAN/ CURING PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN

Lebih terperinci

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL KEGIATAN IPTEK bagi MASYARAKAT TAHUN 2017 PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL Mohammad Nurhilal, S.T., M.T., M.Pd Usaha dalam mensukseskan ketahanan pangan nasional harus dibangun dari

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRATE DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRATE DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRATE DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS 150.000 TON/TAHUN Tugas Akhir Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata I Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pengeringan Pengeringan (drying) berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari suatu bahan, sehingga mengurangi kandungan zat cair. Pengeringan biasanya

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam Pabrik Kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut Teknologi proses.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis Pupuk Pupuk merupakan unsur hara tanaman yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam proses produksi. Ada beberapa 2 jenis pupuk, yaitu 1. Pupuk organik yaitu

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi PSIKROMETRIK CHART Definisi Istilah dan Plotting pada Chart Dry-bulb Temperature (DB) DB adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui pengukuran dengan Slink Psikrometer

Lebih terperinci

Campuran udara uap air

Campuran udara uap air Campuran udara uap air dan hubungannya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang campuran udara-uap air dan hubungannya membaca grafik psikrometrik

Lebih terperinci

Sistem pengering pilihan

Sistem pengering pilihan Sistem pengering pilihan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan alat pengeringan yang khusus (pilihan) Sub Pokok Bahasan 1.Pengering dua tahap 2.Pengering

Lebih terperinci

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume. Cooling Tower Menara pendingin adalah suatu menara yang digunakan untuk mendinginkan air pendingin yang telah menjadi panas pada proses pendinginan, sehingga air pendingin yang telah dingin itu dapat digunakan

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] atau yang juga dikenal dengan nama Zwavelzure Ammoniak (ZA) merupakan garam anorganik yang digunakan sebagai pupuk nitrogen selain pupuk

Lebih terperinci

PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN

PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN PARTIKULAT DAN BUTIRAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan alat pengeringan yang digunakan untuk bahan

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed)

Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed) Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed) Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed) Sub

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI Oleh IRFAN DJUNAEDI 04 04 02 040 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian

Lebih terperinci

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh: SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I Kelas : 4 KB Kelompok Disusun Oleh: : II Ari Revitasari (0609 3040 0337) Eka Nurfitriani (0609 3040 0341) Kartika Meilinda Krisna (0609 3040 0346) M. Agus Budi Kusuma (0609

Lebih terperinci

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER LAPORAN TUGAS AKHIR PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER (GRAIN DRYING WITH THE IMPLEMENTATION OF DCS IN THE ROTARY DRYER) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER

PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER PRA RENCANA PABRIK Oleh : Adinda Gitawati NPM : 0831010054 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

HUMIDIFIKASI DEHUMIDIFIKASI

HUMIDIFIKASI DEHUMIDIFIKASI HUMIDIFIKASI DEHUMIDIFIKASI HUMIDITY (SPECIFIC HUMIDITY) Humidity (specific humidity) : perbandingan antara massa uap air (lb atau kg) dengan massa (lb atau kg) = m H 2 O 18p H2 O 18n H2 O = = m dry air

Lebih terperinci

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER. TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER. DOSEN PEMBIMBING: Dr. Eng. Ir. PRABOWO, M. Eng. AHMAD SEFRIKO

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu

Lebih terperinci

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB M A S U D E F F E N D I Pendahuluan Evaporasi bertujuan untuk memekatkan atau menaikkan konsentrasi zat padat dari bahan yang berupa

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. Eng. PRABOWO,

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pendahuluan Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan pangan paling kuno yang dikenal oleh manusia. Pengawetan daging, ikan, dan makanan lain dengan pengeringan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Macam-macam Pengering. TBM ke 9

Macam-macam Pengering. TBM ke 9 Macam-macam Pengering TBM ke 9 Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan dengan menggunakan energy panas sehingga kadar air dalam bahan menurun. Dalam proses pengeringan biasanya disertai

Lebih terperinci

BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya

BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya BAB 9 Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya a. Terminologi Kelembaban Ҥ (specific humidity) merupakan massa uap air (dalam lb atau kg) per unit massa udara kering (dalam lb atau kg) (beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Pemilihan Proses Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI. Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam

II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI. Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sulfamic Acid Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam aminosulfonic, dan asam sulfamidic, serta dalam bahasa Indonesia

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA RANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT KAPASITAS 180.000 TON/TAHUN Oleh: Nurmeilia Rahmaniar Heni Sofiana NIM.21030110151073 NIM.21030110151130 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang

Lebih terperinci

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 2 Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas m.o. dan enzim menurun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menara Pendingin Menurut El. Wakil [11], menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menara Pendingin Menurut El. Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urea Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm). Pupuk ini mempunyai kadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara 1 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara Afrizal Tegar Oktianto dan Prabowo Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER 1 of 10 12/22/2013 8:36 AM PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja

Lebih terperinci

TIM DOSEN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TIM DOSEN UNIVERSITAS BRAWIJAYA TIM DOSEN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang Perpanjangan daya simpan terjadi karena

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Soal 1 Single effect evaporator menguapkan larutan 10% padatan menjadi 30% padatan dg laju 250 kg feed per jam. Tekanan dalam evaporator 77 kpa absolute, & steam tersedia dg

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Produk Kuprisulfatpentahidrat Kegunaan kupri sulfat pentahidrat sangat bervariasi untuk industri. Adapun kegunaannya antara lain : - Sebagai bahan pembantu fungisida

Lebih terperinci

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan Silika 1 Glass transition adalah transisi yang bersifat reversibel pada bahan amorphous dari keadaan keras/kaku menjadi bersifat cair/plastis. Temperature dimana terjadi

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCOBAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCOBAAN Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah penentuan kecepatan pengeringan zat/bahan (moisture content/zat bahan) di dalam alat pengering. 1.2 LANDASAN TEORI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengeringan Pengeringan merupakan proses sejumlah air dari material. Peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan cairan atau dari kelembaban

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DAN PEMILIHAN MESIN PENGERING

PENGELOMPOKAN DAN PEMILIHAN MESIN PENGERING PENGELOMPOKAN DAN PEMILIHAN MESIN PENGERING Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat mengelompokkan mesin pengeringan dan memilih mesin pengering berdasarkan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP FOOD SCIENCE AND TECHNOLOGY AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY 2011 THE OUTLINE PENDAHULUAN PENGGARAMAN REFERENCES 2 METODE

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB V Alat-Alat Pengering. By Tri Hartono, M.Chem.Eng

BAB V Alat-Alat Pengering. By Tri Hartono, M.Chem.Eng BAB V Alat-Alat Pengering By Tri Hartono, M.Chem.Eng 5.1 Umum Campuran padat-cair dipisahkan dengan cara: Mekanis: filtrasi, sedimentasi, sentrifugasi, dll Thermis: evaporasi, drying, dll Kimiawi: ekstraksi

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

INOVASI TEKNIK PENGERINGAN

INOVASI TEKNIK PENGERINGAN INOVASI TEKNIK PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat memberikan contoh teknologi pengeringan inovatif Sub Pokok Bahasan Inovasi Beberapa contoh

Lebih terperinci

EVAPORASI 9/26/2012. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi.

EVAPORASI 9/26/2012. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi. EVAPORAI uatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi. Uap dari larutan yang mendidih dihilangkan dan larutan yang tinggal mempunyai konsentrasi

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan mineral. Proses-proses pemisahan senantiasa mengalami. pemisahan menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh.

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan mineral. Proses-proses pemisahan senantiasa mengalami. pemisahan menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pemisahan memiliki peran penting dalam industri seperti industri kimia, petrokimia, pengolahan pangan, farmasi, pengolahan minyak bumi, atau pengolahan

Lebih terperinci

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI Disusun Oleh : Kelompok II Salam Ali 09220140004 Sri Dewi Anggrayani 09220140010 Andi Nabilla Musriah 09220140014 Syahrizal Sukara 09220140015 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA 1 NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA PENYUSUNAN DAN PENYELESAIAN NERACA MASSA KONSEP NERACA MASSA = persamaan yang disusun berdasarkan hukum kekekalan massa (law conservation of mass), yaitu

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN ENERGI

KESETIMBANGAN ENERGI KESETIMBANGAN ENERGI Landasan: Hukum I Termodinamika Energi total masuk sistem - Energi total = keluar sistem Perubahan energi total pada sistem E in E out = E system Ė in Ė out = Ė system per unit waktu

Lebih terperinci

Cooling Tower (Menara Pendingin)

Cooling Tower (Menara Pendingin) Cooling Tower (Menara Pendingin) A. Pengertian Menurut El. Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect Cooling System) Sistem pendinginan tidak langsung (indirect Cooling system) adalah salah satu jenis proses pendinginan dimana digunakannya

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR 2.1 Sistem Tata Udara Secara umum pengkondisian udara adalah suatu proses untuk mengkondisikan udara pada suatu tempat sehingga tercapai kenyamanan bagi penghuninya. Tata udara meliputi

Lebih terperinci