STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POL A SEMI-INTENSIF DI TAMBAK

dokumen-dokumen yang mirip
1291 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

NILA MERAH AIR TAWAR, PELUANG BUDIDAYANYA DI TAMBAK AIR PAYAU

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK

VALIDASI LUAS LAHAN DAN PROFIL TAMBAK DI KABUPATEN BERAU

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

KINERJA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTENSIF DAN ANALISIS BIAYA

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros 90512, Sulawesi Selatan

Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

FLUKTUASI SUHU AIR HARIAN DAN PENGELOLAANNYA DI PETAK PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

ANALISIS UJI TANTANG BENUR WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG TELAH DIBERI PERLAKUAN PROBIOTIK DAN ANTIBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA

Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau bagi Penyuluh Perikanan Barru, Maret 2017

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

TAMBAK PLASTIK MULSA UNTUK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF

I. PENDAHULUAN. Jawa. Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi,

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

Pusat Riset Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan **)

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN Evaluasi Parameter Utama Penelitian Penilaian Daya Dukung dengan Metode Pembobotan 124

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR TEKNIS DENGAN PRODUKTIVITAS TAMBAK INTENSIF DI LAMPUNG SELATAN

TINGKAT KERJA OSMOTIK UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei PADA BUDIDAYA SISTEM INTENSIF DENGAN APLIKASI BIOFLOK DAN PERGILIRAN PAKAN

POTENSI KEBERADAAN TEKNOLOGI TAMBAK INTENSIF DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN: STUDI KASUS PT.

BUDIDAYA MULTITROPIK UDANG WINDU (Penaeus monodon), NILA MERAH (Oreochromis niloticus), DAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI TAMBAK

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Widi Setyogati, M.Si

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEMIINTENSIF DENGAN METODE SIRKULASI TERTUTUP UNTUK MENGHINDARI SERANGAN VIRUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERGILIRAN PAKAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN, SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI-INTENSIF

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

PENDAHULUAN. Budidaya perikanan merupakan satu diantara beberapa kegiatan yang. daerah termasuk Sumatera Utara. Sehingga dengan peningkatan kegiatan

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar ABSTRAK

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

DINAMIKA KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI-INTENSIF DENGAN TEKNIK PERGILIRAN PAKAN

PEMANFAATAN JERAMI, PUPUK KANDANG, DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung

RESPONS YUWANA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA TINGKAT SALINITAS YANG BERBEDA

II. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK

PORTOFOLIO PEMBESARAN UDANG VANAME UNIT 16 ROI

PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

I. PENDAHULUAN. Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

Tingkat Kelangsungan Hidup

BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TEKNOLOGI INTENSIF MENGGUNAKAN BENIH TOKOLAN

PENAMPIL AN NIL A GESIT

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAMEI POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN KEPADATAN BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

APLIKASI PROBIOTIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA PADA PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

Transkripsi:

765 Strategi pengelolaan pakan yang efisien pada... (Abdul Mansyur) ABSTRAK STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POL A SEMI-INTENSIF DI TAMBAK Abdul Mansyur dan Hidayat Suryanto Suwoyo Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: litkanta@indosat.net.id Ketersediaan pakan udang vaname yang tepat, baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhannya yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi. Namun salah satu kendala di lapangan adalah masih tingginya biaya pakan yang dapat mencapai 60%-70% dari biaya produksi. Hasil penelitian strategi pengelolaan pakan melalui pengurangan ransum pakan secara periodik menunjukkan bahwa pengurangan ransum pakan secara periodik tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot biomassa, laju pertumbuhan harian, sintasan, produksi, dan rasio konversi pakan baik skala laboratorium maupun skala lapangan serta mampu meningkatkan efisiensi pakan sekitar 16,04%-21,97% sehingga penghematan penggunaan pakan untuk udang vaname pola semi-intensif dapat dilakukan dengan pengurangan ransum pakan hingga 60%-75% bobot badan/hari/minggu. Selanjutnya untuk kegitan pergiliran pakan protein tinggi dan protein rendah skala lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot rata-rata udang vaname adalah 13,35 g/ekor dan produksi udang mencapai 1.418 kg/ ha. Sedangkan sintasan udang relatif tinggi sekitar 97% serta efisiensi pakan dicapai sekitar 14%-25%. KATA KUNCI: pengelolaan pakan, efesien, semi-intensif, udang vaname PENDAHULUAN Rancangan strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada periode 2010-2014 adalah peningkatan produksi perikanan budidaya 353% pada tahun 2014. Dalam program revitalisasi perikanan budidaya, udang ditempatkan sebagai komoditas unggulan selain rumput laut dan tuna. Hal ini cukup beralasan karena komoditas tersebut merupakan komoditas ekspor dan teknologinya sudah berkembang di masyarakat (Anonim, 2005; Tangko & Pantjara, 2007). Puncak keberhasilan produksi udang budidaya di tambak terjadi pada tahun 1992 dengan volume ekspor mencapai lebih dari 100.000 MT atau senilai dari US$ 760.000. Setelah tahun 1992 produksi udang budidaya tambak cenderung terus menurun hingga mencapai titik datar sekitar 87.000 MT (Ditjenkan, 1995 dalam Ahmad, 1999) sedangkan Sugama (2002) melaporkan bahwa sejak tahun 1995 budidaya udang windu mengalami penurunan produksi dari 100.000 MT menjadi 80.000 MT pada tahun 2001. Penyebab utama menurunnya produksi udang adalah semakin berkembangnya penyakit terutama yang disebabkan oleh virus dan meledaknya populasi bakteri yang dipicu oleh merosotnya mutu air sumber (Atmomarsono et al., 1995), bahan cemaran dari lingkungan di sekitar tambak sebagai akibat dari kesalahan zonasi daerah pesisir (Atmomarsono & Mansyur, 1997) dan kesalahan dalam manajemen budidaya (Atmomarsono & Ahmad, 1998). Di sisi lain, jumlah kebutuhan konsumsi masyarakat internasional semakin meningkat. Keterbatasan jumlah pasokan dan peningkatan jumlah kebutuhan menyebabkan harga udang semakin naik. Kondisi ini merupakan peluang yang sangat baik bagi negara penghasil udang, khususnya Indonesia untuk dapat meningkatkan jumlah produksi udangnya (Ariyanto, 2004). Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah menetapkan beberapa langkah operasional yang kongkrit di antaranya adalah pengembangan udang vaname di samping udang windu, rostris, dan udang lokal lainnya (Tonnek et al., 2005). Kehadiran udang vaname diharapkan tidak hanya menambah pilihan bagi pembudidaya tambak tapi juga dapat membangkitkan usaha pertambakan nasional yang tadinya sudah lesu (Anonim, 2003). Ada beberapa keunggulan udang vaname antara lain relatif tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari),

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 766 sintasan selama pemeliharaan tinggi dan FCR rendah. Sejak diperkenalkannya udang vaname sebagai salah satu komoditas budidaya tambak di Indonesia kinerja perudangan nasional tampak menunjukkan peningkatan produksi yang signifikan. Perkembangan udang vaname sudah menyebar di sentra-sentra budidaya udang nasional seperti di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Bal, dan Sulawesi Selatan (Poernomo, 2002; Sugama, 2002). Saat ini teknologi budidaya udang vaname berkembang pesat karena didukung ketersediaan benih yang bebas dari patogen, specific pathogen free (SPF), dapat ditebar dengan kepadatan lebih tinggi, dan memiliki sintasan dan produksi yang tinggi (Anonim, 2003; Poernomo, 2004). Namun penerapannya terbatas pada golongan masyarakat menengah. Di Indonesia kepadatan tebar udang vaname yang umum dilakukan di berbagai daerah adalah berkisar 80-100 ind./m 2 dan dapat ditingkatkan hingga 244 ind./m 2, dengan menggunakan probiotik mampu menghasilkan panen 37,5 ton/ha/siklus (Poernomo, 2004). Produksi yang tinggi akan berdampak kepada beban limbah yang dihasilkan baik oleh sisa pakan apabila rasio konversi pakan (FCR) tinggi, maupun kotoran udang. Di samping itu, produksi yang tinggi tidak selamanya diikuti dengan keuntungan yang tinggi pula. POKOK-POKOK MASAL AH Pada kegiatan budidaya udang vaname, ketersediaan pakan yang tepat, baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhannya yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi. Dari hasil analisis usaha budidaya udang vaname secara intensif dan semiintensif menunjukkan bahwa biaya produksi tertinggi adalah pakan yang berkisar 50%-60% dari total biaya produksi udang (Haliman & Adijaya, 2005; Akiyama & Chwang, 1989). Tingginya biaya pakan antara lain disebabkan karena rasio konversi pakan (FCR) cenderung meningkat. Menurut Akiyama & Chwang (1989), bahwa faktor yang mempengaruhi rasio konversi pakan pada budidaya udang windu adalah kualitas dan pengelolaan pakan selama pemeliharaan seperti pendugaan sintasan, dosis, dan waktu pemberian pakan. Dampak lain dari FCR yang tinggi menyebabkan air media dapat tercemar akibat akumulasi sisa pakan dan ekskresi amoniak dengan cepat sehingga perlu diupayakan untuk selalu menekan biaya tersebut melalui penggunaan pakan secara efisien agar udang dapat tumbuh optimal dan pakan yang terbuang seminimal mungkin. Pemberian pakan buatan/komersil baik ukuran dan jumlahnya harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan (underfeeding) atau kelebihan pakan (overfeeding) karena hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan udang lambat, tidak seragam, tubuh keropos, dan timbulnya kanibalisme serta menurunnya kualitas air atau pencemaran ke lingkungan budidaya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan strategi pengelolaan pakan yang baik seperti pengurangan ransum pakan secara periodik (pemuasaan) dan pergiliran pakan dengan kandungan protein berbeda. Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan budidaya udang vaname. Lokasi yang memenuhi persyaratan teknis dapat memberikan pertumbuhan udang vaname yang cepat. Di samping itu, aspek kesehatan, sosial, ekonomi, dan legal perlu dipertimbangkan untuk memperlancar kegiatan usaha budidaya. Tambak yang akan digunakan untuk budidaya udang vaname pola semi-intensif hampir sama dengan pola intensif dan berbeda dengan tambak untuk budidaya udang vaname pola ekstensif (tradisional). Menurut Haliman & Adijaya (2005) bahwa ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam usaha budidaya udang vaname adalah sebagai berikut: 1) Terletak di daerah pantai dengan fluktuasi air pasang dan surut > 5 m, sebaiknya dasar pantai curam dan terbuka luas, sehingga pembuangan limbah dari tambak lebih mudah masuk ke tandon limbah dan akhirnya dibuang ke laut lepas untuk menghindari merebaknya bakteri patogen pada air sumber, 2) Elevasi lahan tambak > 5 m dari garis air surut terendah sehingga kualitas air dari laut maupun sungai terjamin dan dapat menggunakan pompa. 3) Jenis tanah sebaiknya liat berpasir untuk menghindari kebocoran air. Jenis tanah gambut atau masam biasa menyebabkan ph air menjadi asam, 4) Mempunyai sumber air tawar dengan debit

767 Strategi pengelolaan pakan yang efisien pada... (Abdul Mansyur) atau kapasitas cukup besar sehingga kebutuhan air tawar dapat terpenuhi. Minimal 15% air kolam harus terganti dengan air baru setiap hari. Udang vaname tumbuh optimal pada salinitas 15-20 ppt, 5) Lokasi tambak sebaiknya memiliki green-belt berupa hutan mangrove di antara lokasi tambak dan pantai. Di samping itu, persyaratan non teknis antara lain: 1) Dekat dengan produsen benih udang vaname, 2) Dekat dengan sumber tenaga kerja, 3) Dekat dengan sentra perekonomian sehingga mudah mendapatkan berbagai bahan pokok untuk produksi udang, dan 4) Lokasi bisa dijangkau oleh saluran penerangan dan alat komunikasi. Menurut Gunarto (2008), menyarankan bahwa untuk keberhasilan dalam budidaya udang vaname antara lain: persiapan tambak harus maksimal, pemilihan dan penanganan benur harus betul, konstruksi tambak didesain sedemikian rupa agar air yang masuk dan keluar lancar. Di samping faktor-faktor tadi harus juga memperhatikan penerapan probiotik sebagai salah satu tuntutan sebagai upaya budidaya ramah lingkungan, monitoring kualitas air, monitoring bakteri, dan penerapan biosekuritas. Potensi Lahan Budidaya Potensi lahan budidaya untuk pengembangan komoditas budidaya air payau sekitar 1,2 juta ha dan tersebar di seluruh Indonesia (Nurdjana, 2005), Luasan ini terdiri atas lahan yang telah diusahakan seluas 450.333 ha dan lahan potensial yang belum dikembangkan seluas 773.743 ha. Data potensi lahan budidaya air payau menurut provinsi dapat dilihat pada Tabel 1. Dari luasan lahan yang telah diusahakan diperkirakan ada 80% digarap oleh petambak kurang mampu bahkan di Pulau Jawa, sampai tahun 1997, lahan tambak bera (tidak dioperasikan) sudah mencapai sekitar 70% (Cholik et al., 2008; Kordi, 2007). Guna memanfaatkan tambak-tambak yang sedang terbengkalai tersebut, pengembangan udang vaname di tambak merupakan salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan. STATUS BUDIDAYA UDANG VANAME Kegiatan budidaya di Indonesia menerapkan berbagai jenis teknologi. Menurut tingkat ketergantungannya kepada kondisi alam, teknologi budidaya dapat dibagi atas teknologi ekstensif, semi-intensif, intensif, dan super intensif (Cholik et al., 2005). Dari segi sistem pengelolaan, Kordi (2007) membagi atas 4 sistem pengelolaan berdasarkan padat tebar udang vaname yaitu tradisional, dengan padat tebar < 15 ekor/m 2, tradisional plus 15-20 ekor/m 2, semi-intensif 25-30 ekor/m 2, dan intensif 40-80 ekor/m 2. Tabel 1. Potensi lahan budidaya air payau menurut provinsi di Indonesia Wilayah Sumber: Nurdjana (2005) Luas lahan (ha) Eksisting Potensial Total Tingkat pemanfaatan (%) Sumatera 104,120 324,438 428,558 24.30 Jawa 151,227 15,513 166,740 90.70 Bali-NTB-NTT 30,801 32,527 63,328 48.64 Kalimantan 34,060 252,871 286,932 11.87 Sulawesi 123,876 124,075 247,951 49.96 Maluku-Papua 5,928 24,000 29,928 19.81 Jumlah 450,333 773,743 1,224,076 36.78

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 768 Pengembangan budidaya udang vaname cukup potensial, karena memiliki lahan yang luas. Namun demikian, hingga saat ini baru sebagian kecil areal yang dimanfatkan disebabkan beberapa faktor, di antaranya ketersediaan benih, suplai pakan dan harga pasaran yang bervariasi misalnya di Jawa dan di Sulawesi. STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN Pengurangan Ransum Pakan Secara Periodik Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengontrol pemberian pakan yang berlebihan adalah dengan cara pengelolaan pakan dengan pengaturan pemberian ransum pakan secara benar. Pemuasaan (starvasi) melalui pengurangan ransum pakan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan laju metabolisme maupun akumulasi sisa pakan. Dari hasil uji laboratorium menggunakan 12 Akuarium berukuran 50 cm x 75 cm x 60 cm dan dilengkapi dengan sistem aerasi menggunakan hewan uji pasca larva udang vaname dengan bobot awal rata-rata 0,18 ± 0,02 g yang ditebar dengan kepadatan 50 ekor/akuarium. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah: a) Pengurangan ransum pakan 75% bobot badan/hari/minggu, b). Pengurangan ransum pakan 50% bobot badan/hari/minggu, c). Pengurangan ransum pakan 25% bobot badan/hari/minggu, dan d) Kontrol (tanpa pengurangan ransum pakan). Hasil pengamatan pertambahan bobot udang selama 75 hari pemeliharaan bervariasi dan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu pemeliharaan untuk semua perlakuan (Gambar 2), pertambahan bobot biomassa tertinggi diperoleh pada perlakuan C (pengurangan ransum 25%) sebesar 380,85 g, kemudian disusul perlakuan B, D, dan A masing-masing sebesar 368,95 g; 339,28 g; dan 331,83 g. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh pengurangan ransum pakan terhadap pertambahan bobot biomassa udang vaname dalam wadah terkontrol tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P>0,05). Dari uji laboratorium dilanjutkan di lapangan menggunakan 6 petak tambak pembesaran udang vaname masing-masing berukuran 4.000 m 2. Hewan uji adalah pasca larva udang vaname dengan bobot awal rata-rata 0,017 g yang ditebar pada tambak dengan kepadatan 20 ekor/ m 2. Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dengan dua ulangan. Perlakuan yang diujicobakan adalah pengurangan ransum pakan (pemuasaan) secara periodik yaitu: A) pengurangan ransum pakan 30%, B) pengurangan ransum pakan 60%, dan C) kontrol (tanpa pengurangan ransum pakan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan ransum pakan secara periodik berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot mutlak, laju pertumbuhan harian, sintasan, produksi, dan rasio konversi pakan (Tabel 2). Hasil yang diperoleh pada percobaaan ini sesuai dengan hasil penelitian Chatakondi & Yant (2001) bahwa pemuasaan melalui mengurangan ransum pakan secara periodik merupakan cara untuk mengurangi asupan pakan tanpa mengurangi produk budidaya. Bahkan pemuasaan dapat meningkatkan produksi ikan lele Ictalurus punctatus, Bobot Udang (g) 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Pengurangan Ransum 75 % Pengurangan Ransum 50 % Pengurangan Ransum 25 % Tanpa Pengurangan Ransum 0 15 30 45 60 75 Waktu Pengamatan (hari) Sumber: Tahe (2008) Gambar 1. Pertambahan bobot biomassa rata-rata udang vaname

769 Strategi pengelolaan pakan yang efisien pada... (Abdul Mansyur) Tabel 2. Pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan, efesiensi pakan, sintasan, dan produksi udang vaname pada masingmasing perlakuan Peubah Perlakuan pengurangan ransum pakan (persentasi bobot badan/hari/minggu) 30 60 Kontrol Kepadatan (ekor/ m 2 ) 20 20 20 Lama Pemeliharaan (hari) 96 96 96 Berat Awal (g) 0.017 0.017 0.017 Berat Akhir (g) 9,22 ± 0,424 10, 98 ± 3,917 14,25 ± 0,297 Pertumbuhan Mutlak (g) 9,20 ± 0,424 a 10,96± 3,917 a 14,23 ± 0,297 a Laju Pertumbuhan Harian (%) 7,49 ± 0,049 a 7,66 ± 0,431 a 8,01 ± 0,028 a Sintasan (%) 82,64 a 83,72 a 87,07 a Rasio konversi pakan (FCR) 1,34 ± 0,127 a 1,37± 0,148 a 1,24± 0,092 a Efisiensi Pakan (%) 74,74 ± 8,138 a 72,42 ± 1,223 a 83,57 ± 1,322 a Produksi (kg ) 712,95 ± 120,42 a 832,75± 307,24 a 970,00 ± 327,39 a Nilai dalam baris yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Sumber: Mansyur et al. (2009) karena ikan yang mengalami pemuasaan dapat tumbuh setara dengan ikan yang diberi pakan secara normal (100%). Efek pemuasaan secara periodik terhadap pertumbuhan udang/ikan sangat mempengaruhi kebutuhan energinya. Pada udang yang mengalami pemuasaan atau pengurangan ransum pakan secara periodik (perlakuan A dan B) tidak dapat memperoleh pakan secara terus-menerus, sehingga udang tersebut akan kelaparan dan dalam beberapa kali daur pemuasaan diduga udang tersebut dapat menyesuaikan kondisi fisiologisnya terhadap berkurangnya asupan pakan, sehingga mampu menghemat energi yang diperolehnya, udang yang mengalami pemuasaan tersebut nampaknya menghemat energi dengan cara menurunkan aktivitas dan metabolisme rutin sebagaimana yang terjadi pada udang yang diberi pakan secara normal (perlakuan C). Bobot (g) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Pertumbuhan 13.89 10.22 5.9 4.96 3.29 3.84 1.4 0 0.15 1 14 28 42 56 70 84 98 112 Sumber: Tahe et al. (2010) Umur (hari) Gambar 2. Grafik pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei) sampai umur 112 hari yang diamati setiap 14 hari

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 770 Tabel 3. Pertumbuhan, sintasan, laju pertumbuhan harian, produksi, serta rasio konversi pakan udang vaname pada akhir penelitian Peubah Petakan tambak 4.000 m 2 Kepadatan (ekor) 100,000 Lama Pemeliharaan (hari) 112 Bobot awal (g) 0.0012 Bobot Akhir (g) 13.35 Pertambahan Biomassa (g) 13.348 Laju Pertumbuhan rata-rata (%/hari) 0.2 Rasio konversi pakan 1.36 Sintasan (%) 106 Produksi (kg) 1,418 Efisiensi pakan (%) 14-25 Sumber: Tahe et al. (2010) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengurangan ransum pakan secara periodik selama pemeliharaan udang vaname di tambak (Tabel 2) tidak berpengaruh nyata terhadap rasio konversi pakan dan nilai efisiensi pakan (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai rasio konversi pakan udang vaname yang dikurangi pakannya maupun tidak dikurangi pakannya relatif sama dan mampu meningkatkan efisiensi pakan sekitar 7,71%-22,39% dari perlakuan kontrol atau sekitar 72,42%-74,74%. Menurut Susilo et al. (2002), bahwa efisiensi pakan dapat dicapai bila pada pembesaran ikan/udang memperhatikan manajemen pemberian pakan, sebab pakan yang dikonsumsi organisme budidaya pada gilirannya akan digunakan untuk tumbuh. Oleh karena itu, pakan yang kurang dari kebutuhan minimal organisme budidaya untuk mempertahankan bobot badan akan berakibat penurunan bobot akibat cadangan makanan dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi akitivitasnya. Pergiliran Pakan Protein Tinggi dan Protein Rendah Salah satu alternatif mengurangi biaya produksi pada budidaya udang vaname semi-intensif adalah pergiliran pakan yaitu pakan yang berprotein tinggi digilir dengan pakan yang berprotein rendah karena nilai protein yang terkandung dalam pakan merupakan salah satu komponen pakan yang paling mahal. Pengurangan proporsi protein pada pakan tanpa mengurangi laju pertumbuhan pada spesies yang dibudidayakan dapat berpengaruh pada berkurangnya efiensi biaya produksi sehingga marjin pendapatan yang didapat dari penjualan akan semakin tinggi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada tambak percobaan Takalar menunjukkan bahwa pergiliran kualitas pakan (protein tinggi dan rendah) sesuai hasil percobaan terbaik uji laboratorium (Tahe et al., 2010) yaitu pergiliran pakan tiap 3 hari dalam 10 hari pemeliharan menunjukkan bahwa selama pemeliharan 112 hari, udang yang diberi pakan dengan dosis 100%-2% dari total berat biomassa/hari pertumbuhan bobot rata-ratanya diperoleh 13,35 g/ekor (Gambar 2) dan produksinya mencapai 1.418 kg dengan sintasan sekitar 97% dan efisiensi pakan dicapai sekitar 14%-25% (Tabel 3). KESIMPUL AN Strategi pengelolaan pakan yang efisien dapat dilakukan melalui pengurangan ransum pakan secara periodik dan pergiliran pakan protein tinggi dan protein rendah. Pengurangan ransum pakan secara periodik mampu meningkatkan efisiensi pakan sekitar 16,04%-21,97% sehingga penghematan penggunaan pakan untuk udang vaname pola semi-intensif dapat dilakukan dengan pengurangan ransum pakan hingga 60%-75% bobot badan/hari/minggu. Sedangkan untuk pergiliran pakan protein tinggi dan protein rendah tiap 3 hari dalam 10 hari, sintasan udang vanamei mencapai 97% serta efisiensi pakan yang dicapai sekitar 14%-25%.

771 Strategi pengelolaan pakan yang efisien pada... (Abdul Mansyur) DAFTAR ACUAN Ahmad, T. 1999. Pemanfaatan mangrove sebagai biofilter dan bioremidiator budidaya udang. Makalah disampaikan pada Rapat Kerja Teknis dan Pembahasan Hasil-Hasil Penelitian Tahun Anggaran 1998/1999. Balai Penelitian Perikanan Pantai, Wisma Kinasih Gemilang Bogor, 16-17 Maret 1999, 16 hlm. Akiyama, D.M. & Cwang, N.L.M. 1989. Shrimp feed requirements and feed management. In Akiyama, D.M. (Ed.). Proceeding of the Southeast Asia Shrimp Farm Management Workshop. American Soybean Association, Singapore, p. 75-82. Anonim. 2003. Usaha pertambakan udang vaname prospektif. Forek@forek.or.id. 23 April 2003, 5 hlm. Anonim. 2005. Membangun kembali udang di Indonesia. Sinar Tani. Edisi Mei 2005, 3,098: 11-17. Ariyanto, D. 2004. Dinamika budidaya udang di Indonesia. Warta Penelitian Prikanan Indonesia, 1: 6-10. Atmomarsono, M., Muliani, & Ismawati, S. 1995. Prospek penggunaan tandon dan biofilter pada budidaya udang windu. Aplikasi paket teknologi. Aplikasi Paket Teknologi. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Wonocolo Surabaya, 2-4 Juli 1995, 10 hlm. Atmomarsono, M. & Mansyur, A. 1997. Shrimp disease outbreak: A result of poor zonation in coastal area. Proceeding, Internacional Seminar on The Sea and is Environment, Ujung Pandang, p. 81-86. Atmomarsono, M. & Ahmad, T. 1998. Managemen Lingkungan Tambak Udang. Balai Penelitian Perikanan Pantai, Maros, 7 hlm. Chatakondi, N.G. & Yant, R.D. 2001. Application of compestory growth to enchance production in channel catfish, Ictalurus punctatus. J. of the World Aquaculture Society, 32: 278-285. Cholik, F., Azwar, Z.I., & Sutarmat, T. 1998. Bertambak udang yang sehat. dalam Sudradjat et al., 1998. Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai,. Puslitbangkan, Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol-Bali bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency. Bali, 6-7 Agustus 1998, hlm. 17-22. Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P., & Fauzi, A. 2005. Akuakultur tumpuan harapan masa depan bangsa. Diterbitkan atas kerja sama Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Nusantara Taman Mini Indonesia Indah. Jakarta, 415 hlm. Gunarto. 2008. Beberapa aspek penting dalam budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan sistem pemupukan susulan di tambak (tradisional plus). Media Akuakultur, 3(2): 15-24. Haliman, R.W. & Adijaya, D.S. 2005. Udang vaname, Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta, 75 hlm. Kordi, K.M.G.H. 2007. Pemeliharaan Udang Vanname. Penerbit Indah Surabaya, 100 hlm. Mansyur, A., Suwoyo, H.S., & Rachmansyah. 2009. Pengaruh pengurangan ransum pakan secara periodik terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname (Litopenaeus vanamei) pola semiintensif di tambak. Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, 15 hlm. Nurdjana, M.L. 2005. Iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan akuakultur di Indonesia. Disampaikan pada Konferensi Nasional Akuakultur, kerja sama Masyarakat Akuakultur Indonesia, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Balai Besar Perikanan Budidaya Laut. Makassar, 23-25 November 2005, 25 hlm. Poernomo, A. 2002. Perkembangan udang putih vaname (Penaeus vannamei) di Jawa Timur. Disampaikan dalam Temu Bisnis Udang. Makassar, 19 Oktober 2002, 26 hlm. Poernomo, A. 2004. Teknologi Probiotik Untuk Mengatasi Permasalahan Tambak udang dan Lingkungan Budidaya. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Pengembangan Ilmu dan Inovasi Teknologi dalam Budidaya. Semarang, 27-29 Januari 2004, 24 hlm. Sugama, K. 2002. Status budidaya udang introduksi Litopenaeus vannamei dan Litopenaeus stylirostris serta prospek pengembangannya dalam tambak air tawar. Disampaikan dalam Temu Bisnis Udang. Makassar, 19 Oktober 2002, 7 hlm.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 772 Susilo, U., Hariyadi, B., & Rachmawati, F.N. 2002. Laju tumbuh harian, laju makan, pemeliharaan tubuh dan efisiensi pakan ikan patin, Pangasius spp., pada frekuensi pemberian pakan berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah. Sains Akuatik. J. Ilmu-Ilmu Perairan, 2(2): 33-37. Tahe, S. 2008. Pengaruh starvasi ransum pakan terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) dalam wadah terkontrol. J. Ris. Akuakultur, 3(3): 401-412. Tahe, S., Nawang, A., & Mansyur, A. 2010. Aplikasi pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei). Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, 12 hlm. Tangko, A.M. & Pantjara, B. 2007. Dinamika pertambakan perikanan di Sulawesi Selatan kurun waktu 1990-2005. Media Akua kultur, 2(2). Tonnek, S., Mangampa, M., Hendrajat, E.A., & Suwoyo, H.S. 2005. Kesiapan teknis dalam mendukung revitalisasi perikanan dan kelautan Sulawesi Selatan. Makalah disampaikan dalam Pertemuan Teknis Petugas Inbud se-sul-sel di Makassar, 26 Oktober 2005, 10 hlm.