FAKTOR FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MEMILIH KOSMETIK DEKORATIF DI KOTA PONTIANAK. Mardiyati Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pontianak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan

PENGARUH GAYA HIDUP SEHAT, HARGA, DAN KELOMPOK REFERENSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SUSU ANLENE DI KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kerja dan target yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA

SIKAP MAHASISWA TERHADAP MERK LOKAL (Studi pada Mahasiswa Pemakai Produk Kosmetik Sariayu) Oleh: Tiwi Nurjannati Utami *)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II LANDASAN TEORI. sistematis segala masalah yang timbul dari masyarakat usaha. Kegiatan pemasaran

I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

ANALISIS KARAKTERISTIK PRIBADI DAN EVALUASI KONSUMEN TERHADAP PRODUK HANDPHONE MEREK BLACKBERRY

MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN. Rindyah Hanafi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya tempat transaksi jual beli antara konsumen dengan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu yang beranekaragam mendorong banyak orang mendirikan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumen sangat penting peranannya dalam konsep pemasaran, karena itu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:7) pemasaran adalah proses sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat, hampir bagi para wanita kosmetik merupakan kebutuhan sehari-hari

SKRIPSI. Diajukan Oleh: TUNJUNG ANGGRAINI A

BAB I PENDAHULUAN. Nilai suatu produk tidak hanya ditentukan oleh harga, namun juga ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan produk kosmetik lebih banyak yang berasal dari alam. Tetapi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan-perusahaan yang ada, baik perusahaan domestik maupun perusahaan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan

PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA KANTOR PENANAMAN MODAL KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika produksi

I. PENDAHULUAN. Dunia perekonomian sekarang ini telah berkembang dengan begitu pesatnya yang

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat terlebih tingkat persaingan antar perusahaan satu dengan yang lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan tidak boleh menganggap hal ini menjadi ketakutan, tetapi akan lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan harapan kosumen. Taktik dan strategi inilah yang ditempuh perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen. Menurut Setiadi (2008:415) berpendapat bahwa pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan Manusia akan barang dan jasa jumlahnya bertambah dengan

II. LANDASAN TEORI. disebabkan karena manusia dapat memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan pemasaran

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa pada pasar yang telah ada, juga harus mampu merebut daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Arti dan Tujuan Pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memuaskan kebutuhan tersebut. dapat bersaing dalam memproduksi barang dengan sebaik-baiknya, sesuai

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya. mempertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain.

BAURAN PEMASARAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA TOKO LISARI POSO. Holmes Rolandy Kapuy *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan suatu produk dengan keunggulan berbeda-beda. Situasi ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

terhadap keputusan menggunakan telepon seluler adalah kuat dan variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Transportasi menjadi sangat penting dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. tetap konsisten dipasar, oleh karenanya dituntut untuk dapat memenuhi

Pengaruh Keragaman Produk dan Pelayanan Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus pada Indomaret Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun 2012) ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang sangat pesat secara tidak langsung telah merubah pola hidup dan pola pikir

ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Semua manusia ingin tampil menarik dan menyenangkan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang terpenting, karena UKDW

BAB II KERANGKA TEORITIS. Para pemasar mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa yang diproduksi dapat sampai ditangan konsumen. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dengan harapan tidak menghilangkan identitas kota sebagai kota warisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

ANALISIS FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN BATIK PUSPA DI PASAR KLEWER SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan sekunder bagi setiap orang dan tas merupakan kebutuhan

KESESUAIAN CITRA DIRI DAN KESUKAAN MEREK PADA KONSUMEN. Rusnandari Retno Cahyani 1. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. berat, disebabkan oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan. Namun demikian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, kebutuhan manusia

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Kecantikan identik dengan penampilan diri dan merupakan aset berharga

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan

Diajukan Oleh: ILZA AJRIN ADZANIA B

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan juga perlu mengkombinasikan fungsi-fungsi dan menggunakan. keahlian mereka agar perusahaan berjalan dengan baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan

II. LANDASAN TEORI. pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, menentukan berbagai

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat

Bab 3. Model Perilaku Konsumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MEMILIH KOSMETIK DEKORATIF DI KOTA PONTIANAK Mardiyati Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pontianak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia pemasaran yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan daya saing. Untuk dapat tetap eksis di dalam proses produksi dan kontinyuitas, perusahaan tetap dituntut untuk semakin bekerja keras, pintar, dan kreatif. Konsumen juga dihadapkan pada berbagai macam pilihan produk. Membuat produk yang bermutu dan digemari merupakan tantangan bagi perusahaan (Rasyid dkk), untuk itu strategi pemasaran suatu perusahaan harus dirumuskan dengan tepat dengan memanfaatkan informasi yang akurat mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk. Konsumen dalam membeli suatu produk akan didasarkan pada beberapa faktor pertimbangan sehingga sampai pada suatu keputusan akhir untuk membeli suatu produk. Menurut Tjiptono (1998:95) produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutukan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Kosmetik merupakan produk yang bukan termasuk kebutuhan primer namun tidak terpisahkan dari bagian hidup manusia sejak zaman dahulu karena Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabadabad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke- 20 (Tranggono, 2007 dalam http://www.psychologymania.com), Menurut asal katanya, kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Definisi kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta merubah rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika akan diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Jumlah kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi kulit pemakai dan keadaan kosmetik yang dipakai. Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa manfaat dari kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetik (Wasitaatmadja, 1997). Menurut Tranggono (2007) sebagaimana dikutif dalam http://www.psychologymania.com), menggolongkan kosmetik berdasarkan pada 2 (dua) hal yaitu: 1. Cara pembuatan yaitu modern dan tradisional 2. Kegunaan yaitu skincare dan dekoratif Kosmetik dekoratif adalah jenis kosmetik yang memperlihatkan tampilan mempercantik konsumen, menurut Tranggono (2007) dalam http://www.psychologymania.com ), kosmetik ini terbagi 2 (dua) jenis yaitu : 1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eyes shadow, dan lain-lain. 2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam baru lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui dan menganalisis alasan dan pertimbangan konsumen dalam memilih kosmetik dekoratif untuk dipergunakan menunjang kecantikan fisik terutama di kalangan wanita di Kota Pontianak. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Dari deskripsi tersebut, dapat diformulasikan rumusan masalah penelitian sebagai berikut : Faktor-faktor apa sajakah yang Menjadi Pertimbangan Konsumen dalam memilih kosmetik dekoratif di Kota Pontianak? 1

1.3 Batasan Masalah Luasnya topik tentang kosmetik membuat peneliti membatasi hanya pada kosmetik dekoratif yang meliputi tata rias /make up wajah dan pemutih kulit dengan segmen pasarnya yaitu wanita dewasa di Kota Pontianak 1.4 Tujuan Penelitian Ingin mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih kosmetik dekoratif di kota Pontianak. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna : 1. Secara teoritis : dapat menambah pengetahuan dalam bidang Manajemen Pemasaran. 2. Secara Praktis : berguna bagi yang ingin melakukan penelitian sejenis 1.6 Kerangka Berpikir Penelitian Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini: Faktor-faktor yang Menjadi Pertimbangan - Budaya - Sosial - Pribadi - psikologis Keputusan Pembelian Konsumen Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual dalam menentukan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan konsumen Dari Gambar1.1 tersebut, dapat dijelaskan bahwa keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan hasil pengaruh dari berbagai hal dimulai dari diri sendiri hingga orang orang di sekitar/ lingkungan eksternal konsumen. 1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Desain penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei (survey method). Metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama, dimana informasi dari sebagian populasi (sampel) dikumpulkan langsung di tempat penelitian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui sifat dari sebagian populasi. Berdasarkan kriteria tersebut, maka populasi yang diambil adalah semua konsumen yang membeli kosmetik dekoratif di kota pontianak, penulis bersandar pada pernyataan Zikmund (2000) dalam Simamora (2004:218) bahwa ukuran sampel minimal 100 orang. 1.7.3 Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui : a. Penyebaran kuesioner, yaitu mengajukan pertanyaan formal secara tertulis yang ditujukan untuk memperoleh informasi dari responden. b. Studi dokumenter yang dilakukan dengan cara mengkategorisasi (mengklasifikasi), kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi yang dibutuhkan. c. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mendatangi obyek penelitian, kemudian melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek tersebut guna mendapatkan data yang subyektif mungkin. 1.7.4 Teknik Analisis Data Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap kosmetik dekoratif maka digunakan analisis kuantitatif dengan Rumus Spearman- Brown (Simamora,2004:179) Penelitian terlebih dahulu membuat kabel analisis butir soal atau buat pertanyaan. Kemudian kuesioner dibagi menjadi dua bagian cara membaginya bisa dengan mengelompokkan pertanyaan ganjil dan pertanyaan genap.. dengan mencari kolerasi kedua kelompok data untuk menghasilkan koefisien kolerasi r xy setelah itu, baru dicari koefisien relibialitas Spearman- Brown 2xr 1/21/2 r 11 =... (1+r 1/21/2) keterangan : r 11 = reliabilitas kuesioner = r xy yang disebutkan sebagai koefisien korelasi antara dua belahan kuesioner 1.7.2 Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dan purposive sampling. Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah orang-orang yang menggunakan kosmetik dekoratif secara rutin dalam jangka waktu minimal 1 tahun. 2

II. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pemasaran Untuk memahami secara mendalam tentang kegiatan pemasaran berikut ini dikemukakan beberapa pengertian tentang pemasaran oleh beberapa ahli sebagai bcrikut: Kotler seperti diterjemahkan oleh Sigit (1993: 4) mengemukakan bahwa: "Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan rnana sesorang atau kelompok mernperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai." Lebih lanjut Sigit (1993;91) menjelaskan bahwa: "Pemasaran adalah semua kegiatan usaha (business activities) yang bertalian dengan arus penyerahan barang-barang dan jasajasa dari produsen ke konsumen." Sedangkan Assauri (1992:5) "Pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran". Selanjutnya akan dibahas tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar dalam konsep pemasaran Menurut Swastha (1994:17) 1. Orientasi Konsumen a. Memerlukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi. b. Memilih kelompok pembeli-pembeli sebagai sasaran dalam penjualannya. c. Menentukan produk dan program pemasarannya. d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur atau menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka. e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau model yang menarik. 2. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan. Untuk memberikan kepuasan konsumer, secara optimal, semua elemen-elemen pemasaran yang ada harus dikoordinasikan dan diintegrasikan. Di samping itu, juga harus dihindari adanya pertentangan di dalam perusahaan maupun antara perusahaan dengan pasarnya. Semua bagian yang ada dalam perusahaan harus menyadari bahwa tindakan mereka sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan dan mempertahankan langganan. Perusahaan dapat menciptakan lima macam faedah yakni: faedah bentuk (form utility), faedah waktu (time utility), faedah tempat (place utility), faedah milik (ownership utility), dan faedah informasi (information utility). Dari kelima faedah tersebut, kegiatan pemasaran menciptakan empat faedah, yaitu faedah waktu, faedah milik, faedah tempat, dan faedah informasi. Sedangkan faedah bentuk diciptakan oleh kegiatan produksi. a. Faedah bentuk adalah kekuatan dari suatu produk atau jasa untuk memuaskan kebutuhan. b. Faedah Waktu Faedah waktu dapat diciptakan dengan menyediakan produk pada saat konsumen membutuhkan untuk membelinya. a. Faedah Tempat Faedah tempat merupakan faedah yang diciptakan dengan menyediakan produk pada tempat yang strategis apabila konsumen ingin membelinya. b. Faedah milik Faedah milik diciptakan dengan mempersiapkan pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli. c. Faedah Informasi Faedah informasi diciptakan dengan memberikan informasi tentang penawaran suatu produk kepada konsumen. Dalam pemasaran, sebenarnya terdapat juga penyesuaian dan koordinasi antara produk, harga, saluran distribusi, dan promosi untuk menciptakan hubungan pertukaran yang kuat dengan langganan. Jadi harga harus sesuai dengan kualitas produk, saluran distribusi harus sesuai dengan harga produk dan kualitas produk, serta promosi harus sesuai dengan saluran, harga dan kualitas produk. Usaha-usaha tersebut perlu juga dikoordinasikan dengan waktu dan tempat. 3. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen Tujuan menggunakan konsep pemasaran ini adalah untuk memperbaiki hubungan konsumen karena hubungan yang lebih baik sangat menguntungkan bagi perusahaan dan dapat meningkatkan laba. Pada prinsipnya, laba hanya merupakan tujuan umum dari perusahaan. Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa tujuan lain, seperti membantu masyarakat, dan memberikan perlindungan serta kepuasan kepada segmen pasar yang dituju. Perlu diingat bahwa semua tujuan sosial dari sebuah organisasi adalah tergantung pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan jangka panjang dari organisasi tersebut. Hal ini tidak mungkin dilaksanakan tanpa adanya laba. Dari proses ini perusahaan mempunyai ikatan dengan konsumen, jika ikatan ini sudah terbina maka dengan sendirinya produk perusahaan akan dikonsumsi terus oleh konsumen sepanjang perusahaan mampu memenuhi kepuasan konsumen. Tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu produk merupakan jaminan bagi perusahaan bahwa produknya diterima oleh konsumen. Menurut Swastha (1994:17) untuk mengembangkan pemasaran dan mencapai sukses bagi perusahaan perlu ditempuh tiga konsep pernasaran yaitu: 1. Saluran perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada konsumen/pasar. 3

2. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan pemsahaan, dan bukannya volume untuk kepentingan volume itu sendiri. 3. Seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan secara organisasi. 2.2 Teori Konsumen Konsumen merupakan manusia yang sering berubah-ubah dalam perilakunya, maka tidaklah mudah untuk memahami begitu saja apa yarng hendak mereka perbuat. Konsumen mempunyai perilaku tertentu dan mau berbuat sesuatu, karena adanya faktor motivasi yang mempengaruhinya. Akhirnya seluruh tingkah laku konsumen itu dimulai dengan motivasi. Sumber alasan mengapa orang mengambil produk atau jasa tertentu merupakan faktor yang sangat penting bagi penjual dalam menentukan program pemasaran. Mempelajari atau menganalisis perilaku konsumen adalah sesuatu yang kompleks, terutama karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhinya dan kecenderungan untuk saling berinteraksi. Masyarakat merupakan konsumen yang beraneka ragam yang dapat dibedakan menurut: 1. Usia 2. Pendapatan 3. Tingkat Pendidikan 4. Pola perpindahan tempat 5. Selera (Kotler 1993, 220) 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Konsumen Gambar 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Konsumen BUDAYA SOSIAL Kultur Subkultur Kelompok acuan Keluarga KEPRIBADIAN Usia dan tahap siklus hidup Pekerjaan KEWAJIBAN MotivasI Persepsi Pengetahuan PEMBELI Kelas sosial Peran dan Status Keadaan Ekonomi Gaya hidup Keyakinan dan pendirian Kepribadian dan konsep hidup (Kotler, 1997 : 153) 4

1. Faktor Budaya Faktor budaya yaitu kultur, sub kultur dan kelas sosial yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Kultur Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang mendasar. Menurut Stanton (1996 : 140): "Kebudayaan didefinisikan sebagai kompleks simbol dan barang- barang buatan manusia (artifacts) yang diciptakan oleh masyarakat tertentu dan diwariskan dari generasi yang satu ke generasi yang lain sebagai faktor penentu (determinants) dan pengatur (regulator) perilaku anggotanya." Jadi perilaku manusia sebagian dipelajari melalui proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan berbagai lembaga lainnya. b. Subkultur Setiap budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih memberikan banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-anggotanya, dikatakan demikian karena sub-budaya menyangkut kelompok atau individual konsumen yang dapat ditunjukkan dari kebiasaan/adat yang dimiliki, suku bangsa yang berbeda, warna kulit yang berbeda, daerah tempat tinggal atau geografis yang berbeda yang secara langsung akan mempengaruhi keputusan membeli suatu produk para konsumen. Contoh konsumen yang ruemiliki wilayah/geografis yang gersang atau panas akan cenderung membeli produk seperti AC. atau Kulkas tetapi jika konsumen yang berada diwilayah/geografis yang relatif dingin dia akan menghindari membeli produk seperti Kulkas atau AC dan akan cenderung untuk membeli produk seperti pemanas ruangan yang tidak mungkin dibeli oleh konsumen yang memiliki wilayahl/geografis yang panas. Hal ini penting karena perilaku atau tindakan konsumen ditata, dikendalikan dan dimantapkan oleh sub-sub yang ada. c. Kelas sosial Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial. Menurut Kotler (1997:155) "kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkhis dan memiliki anggota dengan nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa". 2. Faktor Sosial Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. a. Kelompok acuan Menurut Stanton (1996;140) kelompok acuan dapat didefinisikan sebagai: "Sekelompok orang yang mempengaruhi perilaku, nilai dan sikap seseorang". Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. b. Keluarga Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. c. Peran dan status Posisi seseorang dalam tiap-tiap kelompok dapat didefinisikan dalam peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan setiap peran membawa suatu status yang mencerminkan penghargaan umum yang diberikan sesuai dengan peranan didalam masyarakat. 3. Faktor Pribadi Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut adalah usia dan tahap siklus hidup, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep din pembeli. d. Usia dan tahap siklus hidup Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya dan konsumsi seseorang dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi tahap siklus hidup psikologis. Orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. e. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi pota konsumsinya. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok orang bekerja/pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya unhik kelompok pekerjaan tertentu. f. Keadaan ekonomi Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan (tingkat, kestabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva (persentase yang lancar /likuid), hutang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap atas belanja atau menabung.\ g. Gaya hidup Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. h. Kepribadian dan konsep diri Kepribadian diartikan sebagai karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan 5

bersosialisasi, daya tahan, dan kemampuan beradaptasi. 4. Faktor Psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis utama seperti motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian. a. Motivasi Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai tingkat intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak. Kebutuhan perlu dirangsang atau dibangunkan sebelum menjadi motif dan sekaligus mempengaruhi bentuk perilaku pembeli konsumen terhadap suatu barang atau jasa ekonomis. (Stanton, 199b:128-129) b. Persepsi Menurut Kotler (1997:164), "Persepsi adalah proses bagaimana seseorang individu memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti". Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Stanton (1996:128) menyatakan bahwa persepsi adalah "sebagai makna yang dipertalikan berdasarkan pengalarnan masa lalu stimulasi yang kita terima melalui lima indera." Persepsi dibentuk oleh tiga rangsangan pengaruh yaitu: a. Karakteristik fisik dari stimuli, b. Hubungan stimuli dengan sekelilingmya, c. Kondisi-kondisi didalam diri individu sendiri. Stanton juga menyatakan bahwa proses selektivitas yang berkesinambungan membatasi persepsi individu, hal ini disebabkan oleh a. Stimulus pemasaran (produk, Man, toko) yang sampai pada individu terbatas jumlahnya, b. Persepsi individu hanya menangkap sebagian saja dari stimuli yang dihadapkan padanya, c. Tidak semua persepsi yang sudah diseleksi lekat dalam ingatan, d. Individu bertindak juga hanya berdasarkan sebagian saja dari persepsi yang lekat dalam ingatan individu. (Stanton, 1996:124-129) c. Pembelajaran Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalatnan. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil belajar. Ahli teori pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan, dan penguatan. d. Keyakinan dan sikap Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Hal ini kemudian mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut sesaorang tentang suatu hal. Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. III. METODE PENELITIAN 1.1. Desain penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei (survey method). Metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama, dimana informasi dari sebagian populasi (sampel) dikumpulkan langsung di tempat penelitian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui sifat dari sebagian populasi. 3.2 Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dan purposive sampling. Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah orang-orang yang menggunakan kosmetik dekoratif secara rutin dalam jangka waktu minimal 1 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut, maka populasi yang diambil adalah semua konsumen yang membeli kosmetik dekoratif di kota pontianak, penulis bersandar pada pernyataan Zikmund (2000) dalam Simamora (2004:218) bahwa ukuran sampel minimal 100 orang. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui : a. Penyebaran kuesioner, yaitu mengajukan pertanyaan formal secara tertulis yang ditujukan untuk memperoleh informasi dari responden. a. Studi dokumenter yang dilakukan dengan cara mengkategorisasi (mengklasifikasi), kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi yang dibutuhkan. b. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mendatangi obyek penelitian, kemudian melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek tersebut guna mendapatkan data yang subyektif mungkin. 3.4 Teknik Analisis Data Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap kosmetik dekoratif maka digunakan analisis kuantitatif dengan Rumus Spearman- Brown (Simamora,2004:179) Penelitian terlebih dahulu membuat kabel analisis butir soal atau buat pertanyaan. Kemudian kuesioner dibagi menjadi dua bagian cara 6

membaginya bisa dengan mengelompokkan pertanyaan ganjil dan pertanyaan genap.. dengan mencari kolerasi kedua kelompok data untuk menghasilkan koefisien kolerasi r xy setelah itu, baru dicari koefisien relibialitas Spearman- Brown. 2xr 1/21/2 r 11 = (1+r 1/21/2) keterangan : r 11 = reliabilitas kuesioner r 1/21/2) = r xy yang disebutkan sebagai koefisien korelasi antara dua belahan kuesioner IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Berdasarkan hasil dari penyebaran kuesioner, dapat dirinci profil responden pada Tabel 4.1 sebagai berikut : 4.2 Analisis Atribut Pertanyaan kuesioner no 1 s/d 9 yang diajukan kepada responden merupakan pengujian untuk mengetahui atribut mana yang dapat diterima konsumen sebagai dasar pengambilan keputusan pembelian. Untuk keperluan tersebut maka kuesioner berbentuk dikotomi dengan format 2 jawaban yaitu ya dan tidak, dimana ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0. Kuesioner dibagikan kepada 100 responden dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran 1. Selanjutnya dengan mencari korelasi kedua kelompok data untuk menghasilkan koefisien korelasi r xy sebagai berikut : Dengan menggunakan data pada tabel di atas kita peroleh hasil sebagai berikut : X = 438 X 2 = 1990 Y = 355 Y 2 = 1303 XY = 1570 Korelasinya adalah sebagai berikut : N XY - ( X) ( Y) r xy = N X 2 ( X 2 ) N Y 2 ( Y 2 ) 100 x 1570 355 x 438 r xy = 100 x 1990 438 2 100 x 1303 355 2 r xy = 0,273 Jadi korelasi antar kelompok data sebesar 0,273, langkah selanjutnya adalah dengan mencari koefisien reliabilitas Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut : r 11 = 2xr 1/21/2 (1+r 1/21/2) r 11 = (2 x 0,273 ) / (1 + 0,273) = 0,429 Langkah selanjutnya adalah membandingkan langkah tersebut dengan r product moment yang terdapat dalam lampiran 2 Dari tabel diketahui bahwa untuk n =100 maka nilai r dengan α adalah 0,195. Atribut dinyatakan reliabel apabila r hitung > r tabel. R hitung adalah 0,429 sehingga atribut yang diujikan tersebut dinyatakan reliabel. Hal ini berarti bahwa konsumen mempertimbangkan atribut-atribut tersebut untuk melakukan keputusan pembelian terhadap kosmetik dekoratif. Atributatribut tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kemasan, konsumen menganggap penting kemasan kosmetik yang simpel atau enak dipandang, tidak terlalu besar, mudah dibawa, tidak mudah pecah dan tidak terlihat murah saat digunakan ditempat umum, dalam hal ini bisa dipahami bahwa konsumen menilai kosmetik yang memperhatikan kemasannya berarti peduli terhadap imej konsumen yang menggunakannya. 2. Koleksi warna, untuk kosmetik dekoratif atau dengan kata lain menghias wajah, maka koleksi dan degradasi warna yang banyak akan memudahkan konsumen untuk bereksperimen dengan kulit wajah dan menyesuaikan warna yang cocok sesuai keinginan mereka, misalkan konsumen menghendaki make up minimalis, maka mereka cenderung menggandrungi warnawarna pastel dan sebaliknya, untuk konsumen yang senang dengan warna-warna mencolok. 3. Bahan yang terkandung dalam kosmetik, kosmetik dekoratif dianggap akan melekat pada wajah dalam jangka waktu tertentu sehingga semua bahan yang terkandung di dalamnya akan secara langsung mengkontaminasi wajah dan tubuh, dengan alasan ini maka konsumen menganggap penting untuk mengetahui dengan baik serta menghindari bahan berbahaya yang dikhawatirkan dapat berdampak pada wajah dan tubuh di masa yang akan datang, kesadaran akan pentingnya bahan ini meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan kesehatan wajah dan kulit. 4. Daya tahan (jangka waktu ketahanan kosmetik di wajah), kosmetik dekoratif 7

berperan penting untuk mempercantik wajah pemakainya, sehingga bila diperlukan dalam jangka waktu tertentu diharapkan warna dan kondisi wajah yang menggunakan kosmetik tidak berubah ( tidak luntur), semakin panjang jangka waktu ketahanan kosmetik di wajah, semakin bagus jenis kosmetik tersebut menurut konsumen. 5. Harga, banyaknya kosnetik yang beredar menimbulkan persaingan harga, kosmetik dengan harga murah, sedang dan mahal berlomba mengiklankan bahwa kualitas mereka adalah yang terbaik, banyaknya konsumen yang bereksperimen dengan wajah mereka menggunakan kosmetik dekoratif memunculkan banyak nama kosmetik berkualitas dengan aneka tingkatan harga, sehingga konsumen merasa penting untuk mendapat kosmetik bagus dengan harga yang sesuai keinginan mereka 6. Ketersediaan (mudah didapat), akses terhadap ketersediaan kosmetik merupakan hal penting lainnya, konsumen cenderung menyukai kosmetik yang lebih mudah dijumpai di tokotoko atau swalayan yang dekat dengan jangkauan mereka, sehingga tidak membutuhkan biaya dan tenaga lebih untuk mendapatkannya, dengan mulai menjamurnya toko online juga mempermudah konsumen untuk mendapatkan kosmetik ( terutama kosmetik impor )yang sulit mereka dapatkan di sekitar tempat tinggal mereka 7. Merek, konsumen cenderung percaya terhadap kosmetik yang memiliki nama yang sudah mereka kenal, sehingga merek merupakan pilihan saat konsumen ingin membeli koleksi kosmetik dekoratifnya, kepercayaan terhadap merek mencerminkan kepercayaan mereka terhadap kualitas tertentu sesuai keinginan konsumen 8. Banyak varians produk, kosmetik dekoratif terdiri dari lipstik, bedak, pemerah pipi, eyes shadow, kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut dan lain-lain diperlukan untuk mempercantik konsumen, semakin lengkap koleksi suatu merek maka semakin disukai terutama bagi konsumen yang sudah loyal terhadap merek tertentu 9. Rekomendasi yang dapat dipercaya, banyaknya pilihan membuat konsumen yang belum setia pada satu kosmetik akan mencoba-coba, untuk meyakinkan bahwa kosmetik dekoratif yang mereka coba itu aman atau berkhasiat, maka konsumen cenderung menggunakan pendapat / rekomendasi dari orang lain, baik dari kenalan maupun bersandar pada endorser yang menjadi bintang iklan produk ataupun brand ambassador suatu produk kosmetik, semakin kuat imej cantik dari yang memberikan rekomendasi, semakin besar tingkat kepercayaan konsumen terhadap kualitas kosmetik tersebut. I. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data serta hasil pembahasan penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Reliabilitas produk kosmetik dekoratif sebesar 0,429 jauh lebih besar dari r tabel yaitu 0,195, hal ini menandakan bahwa semua atribut tersebut reliabel dan dipertimbangkan oleh responden yang terdiri dari konsumen kosmetik yang sudah terbiasa menggunakan kosmetik dekoratif untuk menghias wajah dan tubuh mereka. 2. Atribut-atribut yang dipertimbangkan adalah kemasan,koleksi warna, bahan yang terkandung dalam kosmetik, Daya tahan (jangka waktu ketahanan kosmetik di wajah), Harga, Ketersediaan (mudah didapat), Merek, Banyak varians produk, Rekomendasi yang dapat dipercaya, berdasarkan hasil wawancara, maka ada beberapa hal lagi yang dipertimbangkan konsumen yaitu, ijin BPOM yang menjamin keamanan produk, label halal dan banyaknya iklan yang berisi informasi produk serta even yang menggunakan produk kosmetik tersebut. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, maka diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Kosmetik dekoratif adalah kosmetik yang dipercaya dapat membuat cantik seseorang, sehingga diharapkan kepada produsen kosmetik untuk mempertimbangkan komposisi bahan yang terkandung di dalamnya demi keamanan dan kesehatan konsumen yang menggunakannya, seiring dengan banyaknya isu tentang beredarnya kosmetik berbahaya sehingga dibutuhkan kehati-hatian semua pihak. 2. Penelitian atribut dengan spearman brown merupakan penelitian reliabilitas atribut total, untuk mengetahui reliabilitas atribut secara terpisah dapat dilanjutkan dengan analisis faktor pada penelitian selanjutnya 3. Diperlukan penelitian-penelitian lain untuk menggali variabel-variabel di luar yang diteliti yang dapat mempengaruhi kepuasan pemakai. 8

DAFTAR PUSTAKA Assauri, Sofyan, 1992, Management Produksi, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta http ://www.psychologymania.com) diakses pada bulan juni 2016 Kotler, Philip, 1993Manajemen Pemasaran, Diterjemahkanoleh Adi Zakaria Affit, Jilid I dan II, Edisi Ketujuh, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, -----------------1997, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi dan Kontrol, Edisi Revisi Jilid I, Penerbit PT. Prenhalindo Jakarta Stanton J. William, 1996, Prinsip Pemasaran, Diterjemahkan oleh Yohannes Lamarto, Jilid I Edisi Ke-7, Penerbit Erlangga, Jakarta, Sigit, Suhardi, 1993, Pengantar Ekonomi Perusahaan Praktis, Penerbit Liberty, Yogyakarta, Swasta, Basu, dan Irawan, 1990, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta, Simamora, Bilson, 2004, Riset Pemasaran : Falsafah, Teori, dan Aplikasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tjiptono, Fandy, 1993, Perspektif Manajemen dan Pemasaran Kontemporer, Penerbit Andi, Yogyakarta. Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: Universitas Indonesia. 9