WAHYU WIJIATI RAHAYU RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1098/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

PENGAWASAN SANITASI DAN KEAMANAN PANGAN, TEMPAT-

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN DI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN, TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Disusun oleh : Dra. Tati Setiawati,M.Pd.M.M PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FPTK UPI 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. antara lain melalui kegiatan pengamanan makanan dan minuman, kesehatan

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MAKANAN ENTERAL

Jasaboga. Usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau Badan Usaha.

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 30

Manajemen Usaha Boga

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A. STANDART KOMPETENSI / CAPAIAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri penyelenggaraan makanan komersial dan institusi

BUPATI PASURUAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG

PANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

INSPEKSI SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN TEMPAT PEMBUATAN DAN PENJUALAN MAKANAN DAN MINUMAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 942/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

HANDOUT I. : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering. Minggu : 1 dan 2 Pokok Bahasan : Konsep Dasar, Klasifikasi dan Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saepul Hidayat

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. /MEN/ / 2008

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 11 TAHUN 2008

Sanitasi Penyedia Makanan

BAB I PENDAHULUAN. perlu diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia ( SDM) untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kimia fisika dan radio aktif (Menteri Kesehatan RI, 2010). Air di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia sejak zaman prasejarah

PERSEPI SISWA TENTANG HASIL BELAJAR USAHA JASA BOGA SEBAGAI SEBAGAI KESIAPAN WIRAUSAHA JASA BOGA DI SMK BALAI PERGURUAN PUTRI (BPP) KOTA BANDUNG

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN INDUSTRI JASA MAKANAN DAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor

KURIKULUM INSTITUSI PROGRAM DIPLOMA III GIZI JURUSAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu pendidikan

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

Prosedur penghitungan kebutuhan SDM kesehatan dengan menggunakan METODE WISN (Work Load Indikator Staff Need/ Kebutuhan SDM kesehatan Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Kuliner saat ini di Indonesia pada umumnya dan di Kota Bandung

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA.

Kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

KOMPETENSI GURU MAPEL/PAKET KEAHLIAN (KG)

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Palembang Zuhri, Tangerang Christiyanto, 2002

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

F I R D A N A B I L A H I J R A H S O F I A A Z I Z A H

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk proses

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144 TAHUN 2000 TENTANG JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)

BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA JL. NGESREP BARAT III NO. 44 SEMARANG TELP SERTIFIKAT ISO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga. menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BOGA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BOGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

2015 PENDAPAT MAHASISWA TENTANG LABORATORIUM SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN PRAKTEK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INSPEKSI SANITASI TEMPAT- TEMPAT UMUM DAN TEMPAT PEMBUATAN DAN PENJUALAN MAKANAN MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

KAJIAN SISTEM KEMANAN PANGAN UNTUK INDUSTRI JASA BOGA, STUDI KASUS PADA PT ELN, JAKARTA TUTI HANDAYANI

Transkripsi:

WAHYU WIJIATI RAHAYU RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA JAKARTA

LANDASAN Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 712/Menkes/Per/X/1986 tentang Persyaratan Kesehatan Jasaboga Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 362/Menkes/Per/IV/1998 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 712/Menkes/per/x/1986 tentang Persyaratan Jasaboga Peraturan menteri Kesehatan RI nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga

PENGERTIAN Jasaboga/ katering adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan Penyelenggaraan makanan menggunakan jasaboga dengan sistem diborongkan (outsourcing) Berdasarkan jangkauan pelayanan dan kemungkinan besarnya resiko masyarakat yang dilayani, jasa boga dibagi dalam golongan A, B, dan C

PENGGOLONGAN/JENIS Jasaboga golongan A Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum terdiri atas golongan A1 (100 porsi), A2 (100-500 porsi) dan A3 (> 500 porsi) Jasaboga golongan B jasaboga yang melayani kebutuhan khusus untuk: Asrama penampungan jemaah haji Asrama transito Pengeboran lepas pantai Perusahaan Angkutan umum dalam negeri Sarana pelayanan kesehatan Jasaboga golongan C jasaboga yang melayani kebutuhan untuk alat angkutan umum internasional dan pesawat udara

Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 362/Menkes/Per/IV/1998 pasal 14: jasaboga golongan B yangn khusus melayani pasien pada sarana pelayanan kesehatan diharuskan mempekerjakan tenaga ahli gizi sebagai penanggung jawab gizi makanan Tenaga ahli gizi harus memiliki sertifikat pelatihan dibidang gizi dari organisasi profesi bidang gizi

Peraturan menteri Kesehatan RI nomor 715/Menkes/SK/V/2003 pasal 4: setiap usaha jasaboga harus mempekerjakan seorang penanggung jawab yang mempunyai pengetahuan hygiene sanitasi makanan dan memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan

PERSYARATAN HIGIENE SANITASI JASABOGA Pengolahan adalah kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan dan pewadahan Bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak termasuk bahan tambahan makanan dan bahan penolong Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan

PERSYARATAN HIGIENE SANITASI JASABOGA Makanan jadi adalah makanan yang telah diolah jasa boga yang langsung Persyaratan higiene sanitasi adalah ketentuan teknis kesehatan yang ditetapkan terhadap produk jasaboga dan perlengkapan yang meliputi persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan melaui tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai penyajian Pengujian adalah pemeriksaan dan analisa yang dilakukan dilaboratorium terhadap contoh makanan dan spesimen

TANTANGAN DAN PELUANG AHLI GIZI DI JASABOGA Tingkat daya beli masyarakat akan terus meningkat---- pemilihan makanan yang sehat (healthy foods) perubahan gaya hidup: Kebiasaan makan diluar rumah dan konsumsi pangan olahan meningkat Makan tidak seimbang Penyakit dan komplikasinya yang memerlukan diet khusus KARS (Akreditasi Rumah Sakit) 2012 menuntut tersedianya tenaga gizi yang kompeten dan profesional Pasar bebas AFTA 2015 memberi kemungkinan ahligizi dari negara lain praktek di Indonesia

APJI APJI (Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia) merupakan wadah bagi para pengusaha jasaboga Indonesia APJI berdiri tahun 1988 beranggotakan katering, restoran, cafe, bakery, pastry, toko kue, persewaan alat pesta, suplier bahan makanan kering.

STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

JASABOGA RUMAH SAKIT Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 715/menkes/SK/V/2003 tentang Prasyarat Kesehatan Jasaboga disebutkan bahwa prasyarat yang dimiliki jasaboga untuk golongan B termasuk rumah sakit yaitu; Telah terdaftar pada dinas kesehatan propinsi setempat Telah mendapat ijin penyehatan makanan golongan B dan memiliki tenaga ahli gizi/dietisien Pengusaha telah memiliki sertifikat kursus penyehatan makanan Semua karyawan memiliki sertifikat kursus penyehatan makanan Semua karyawan bebas penyakit menular dan bersih

TENAGA GIZI DI JASABOGA RUMAH SAKIT TUJUAN: Termonitornya/ pengawasan kontinyu (terus menerus) penyediaan makanan RS mulai dari pengadaan bahan makanan sampai pendistribusi makan ke pasien tepat waktu dan tepat diet dengan memperhatikan hygiene dan sanitasi makanan--- makanan aman dikonsumsi Bersama ahli gizi rumah sakit melakukan penilaian kualitas dan kuantitas produk makanan sesuai dengan spesifikasi hidangan dan standar porsi yang ditetapkan dalam kontrak kerja Melakukan pengendalian biaya (cost)

TENAGA GIZI DI JASABOGA RUMAH SAKIT Kebutuhan tenaga ahli gizi minimal satu orang satu shift dengan pelayanan makanan 24 jam Kualifikasi tenaga gizi: TRD (Teknikal Registered Dietisien) Kompeten, memiliki pengalaman praktek dietetik minimal 4tahun Kondisi saat ini: rekruetment tenaga gizi (D3 gizi) fresh graduated Pengupahan minimal tenaga gizi jasaboga---belum

TERIMA KASIH