TINJAUAN PUSTAKA. hilir. Sandy (1996) dalam Kusumawardani (2009) mendefinisikan DAS sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

SESI : 7. Kualitas Air dan Pemulihan Ekosistem Topik : 7.1. Konservasi Tanah dan Air. Jadwal : Selasa, 25 November 2014 Jam : WIB.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

DAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas Tanah. dukungnya terhadap tanaman dan hewan, pencegahan erosi dan pengurangan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

PENTINGNYA PENDEKATAN NERACA AIR DALAM PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT YANG PRODUKTIF DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

PENDAHULUAN Latar Belakang

MODUL KULIAH DASAR ILMU TANAH KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR. Sumihar Hutapea

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

16 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian DAS Daerah Aliran Sungai merupakan wilayah yang dibatasi oleh topografi dimana air yang berada di wilayah tersebut akan mengalir ke outltet sungai utama hingga ke hilir. Sandy (1996) dalam Kusumawardani (2009) mendefinisikan DAS sebagai bagian dari permukaan bumi yang airnya mengalir kedalam sungai apabila hujan jatuh. Selain itu menurutnya, sebuah pulau selamanya akan terbagi habis ke dalam area-area aliran sungai. Komponen yang terdapat dalam DAS terdiri dari komponen fisik, kimia, dan biologi. Komponen fisik mencakup kondisi geografis DAS yang bersangkutan sedangkan kondisi kimia lebih menitikberatkan kepada kodisi daripada air sungai. Komponen biologi dilihat dari keragaman makhluk hidup termasuk manusia yang ada dalam DAS yang memiliki andil terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem DAS. DAS memilki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan. Karena dalam DAS terdapat suatu sistem yang berjalan dan terdiri dari berbagai komponen. DAS dapat dibagi menjadi tiga bagian menurut pengelolaannya, yaitu DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. DAS di bagian hulu amat penting sebagai penyimpan air, penyedia air untuk industri, potensi pembangkit listrik, dan yang tak kalah penting sebagai penyeimbang ekologis di dalam system DAS. DAS bagian tengah merupakan wilayah dimana adanya permukiman serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Sementara di bagian hilir banyak terdapat lokasi-lokasi industri. Penggunaan tanah sebagai pencerminan aktivitas penduduk akan

17 memengaruhi kondisi suatu DAS sehingga bisa berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas air sungai yang ada (Kusumawardani, 2009). Pengelolaan DAS Pengelolaan DAS Terpadu pada dasarnya merupakan bentuk pengelolaan yang bersifat partisipatif dari berbagai pihak - pihak yang berkepentingan dalam memanfaatkan dan konservasi sumberdaya alam pada tingkat DAS. Pengelolaan partisipatif ini mempersyaratkan adanya rasa saling mempercayai, keterbukaan, rasa tanggung jawab, dan mempunyai rasa ketergantungan (interdependency) di antara sesama stakeholder. Demikian pula masing-masing stakeholder harus jelas kedudukan dan tanggung jawab yang harus diperankan. Hal lain yang cukup penting dalam pengelolaan DAS terpadu adalah adanya distribusi pembiayaan dan keuntungan yang proporsional di antara pihak - pihak yang berkepentingan. Dalam melaksanakan pengelolaan DAS, tujuan dan sasaran yang diinginkan harus dinyatakan dengan jelas. Tujuan umum pengelolaan DAS terpadu adalah : 1. Terselenggaranya koordinasi, keterpaduan, keserasian dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi DAS. 2. Terkendalinya hubungan timbal balik sumberdaya alam dan lingkungan DAS dengan kegiatan manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

18 Sasaran pengelolaan DAS yang ingin dicapai pada dasarnya adalah: 1. Terciptanya kondisi hidrologis DAS yang optimal. 2. Meningkatnya produktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat. 3. Tertata dan berkembangnya kelembagaan formal dan informal masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS dan konservasi tanah. 4. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi mayarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS secara berkelanjutan. 5. Terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan berkeadilan. Oleh karena itu, perumusan program dan kegiatan pengelolaan DAS selain harus mengarah pada pencapaian tujuan dan sasaran perlu pula disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi dengan mempertimbangkan adanya pergeseran paradigma dalam pengelolaan DAS, karakteristik biogeofisik dan sosekbud DAS, peraturan dan perundangan yang berlaku serta prinsip-prinsip. Penilaian kepekaan dan daya dukung sistem hidrologi DAS akibat perubahan penggunaan lahan dapat dilakukan dalam tiga tahapan berikut: (i) pengembangan skenario perubahan penggunaan lahan; (ii) simulasi hidrologi wilayah; dan (iii) evaluasi dampak dari variasi hidrologi yang dihasilkan sistem sumber daya air yang meliputi aspek pengembangan dan pengelolaan serta menilai kinerja sistem akibat bencana seperti banjir dan kekeringan, operasi waduk, saluran, mutu air, serta berbagai isu lingkungan. Perubahan pola penggunaan lahan berdampak pada

19 penurunan ketersediaan air wilayah akibat meningkatnya fluktuasi musiman dengan gejala banjir dan kekeringan yang semakin ekstrim, dan ukuran DAS serta kapasitas sistem storage DAS, baik di permukaan (tanaman, sawah, rawa, danau/waduk, dan sungai) maupun bawah permukaan (lapisan tanah dan air bumi), akan merupakan faktor dominan yang menentukan kerentanan dan daya dukung sistem sumber daya air wilayah terhadap perubahan iklim. Dalam kaitan ini perubahan paradigma dari pengelolaan sumber daya air dari blue water menjadi green water menjadi relevan saat ini (Pawitan, 2008). Pengelolaan DAS adalah upaya dalam mengelola hubungan timbal balik antar sumberdaya alam terutama vegetasi, tanah dan air dengan sumberdaya manusia didas dan segala aktivitasnya untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan jasa lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian ekosistem DAS. Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah pengaturan tata guna lahan atau optimalisasi penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan secara rasional serta praktek lainnya yang ramah lingkungan sehingga dapat dinilai dengan indikator kunci (ultimate indicator) kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran sungai pada titik pengeluaran (outlet) DAS. Jadi salah satu karakteristik suatu DAS adalah adanya keterkaitan biofisik antara daerah hulu dengan daerah hilir melalui daur hidrologi (Dephut, 2008). Menurut Lestariya (2005) pengelolaan DAS bersifat multidisiplin dan lintas sektoral maka dalam pelaksanaan sistem perencanaan pengelolaan DAS perlu diterapkan azas One River One Plan, yaitu suatum perencanaan terpadu dengan memperhatikan kejelasan keterkaitan antar sektor pada tingkat daerah/wilayah dan

20 nasional serta kesinambungannya. Selain itu pelaksanaan pengelolaan DAS umumnya melalui tiga upaya pokok : a. Pengelolaan tanah melalui usaha konservasi tanah dalam arti luas; b. Pengelolaan sumber daya air melalui usaha perlindungan sumber daya air; c. Pengelolaan hutan, khususnya hutan lindung. Kegiatan pengelolaan DAS juga dihubungkan dengan kelestarian sumber daya air, yaitu: a. Kuantitatif: memperbesar suplai ke dalam tanah sehingga menambah tampungan air tanah dan meningkatkan suplai air tanah ke alur sungai yang berdampak mengurangi fluktuasi debit limpasan; b. Kualitatif: mengurangi kandungan material tersuspensi aliran sungai (suspended load). Sebagai akibat bertambah besarnya air hujan yang masuk ke dalam tanah sehingga pengikisan permukaan berkurang; Dampak lain dari pengelolaan DAS yang baik adalah peningkatan produktivitas lahan karena peningkatan resapan air hujan ke dalam tanah akan menambah kadar lengas tanah (soil moisture) yang selain akan memperbesar ketersediaan air juga meningkatkan proses disintegrasi dan dekomposisi regolith dan batuan induk yang berakibat meningkatnya unsur mineral dan unsur hara tanah yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tanaman. Hutan Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan

21 berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Sedangkan kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Fungsi Hutan Di dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 disebut bahwa hutan mempunyai kemampuan untuk mengatur tata air dan mencegah erosi, sebagai penghasil bahan mentah berupa kayu dan hasil hutan lainnya seperti rekreasi, pariwisata serta sebagai habitat margasatwa. Berdasarkan fungsinya hutan dibedakan menjadi hutan lindung, hutan produksi, dan hutan produksi terbatas. Berdasarkan SK Mentan/Kpts/Um/11/1980 klasifikasi hutan berdasarkan indeks nilai total adalah sebagai berikut: a. Areal dengan skor 0-124, diperuntukkan sebagi hutan produksi. b. Areal dengan nilai skor 124-175, diperuntukkan sebagai hutan produksi terbatas. c. Areal dengan nilai skor 175, diperuntukkan sebagai areal perlindungan. Penatagunaan Lahan Penatagunaan fungsi lahan menurut SK Mentan No. 683/Kpts/Um/11/1980 adalah: 1. Areal dengan nilai skor 0-124 Areal dengan nilai skor 0-124 diperuntukkan sebagai hutan produksi adalah hutan yang dipertahankan sebagai kawasan hutan dan berfungsi untuk menghasilkan

22 hasil hutan dan kepentingan konsumsi masyarakat, industri dan ekspor. Lahan ini sesuai untuk penggunaan lahan tanaman semusim, salah satu teknik terbaik yang dapat digunakan adalah dengan sistem agroforestri. 2. Areal dengan nilai skor 125-174 Areal dengan nilai skor 125-174 merupakan areal yang diperuntukkan sebagai hutan produksi terbatas. Wilayah ini terbentuk karena adanya faktor pembatas seperti topografi, jenis tanah dan curah hujan (CH) sehingga pada kawasan ini dapat digunakan untuk kebun campuran. 3. Areal dengan nilai skor 175 Areal dengan nilai skor 175 merupakan lahan yang harus mendapatkan perlakuan sebagai fungsi areal perlindungan. Sehingga dalam areal ini tidak diperbolehkan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi tersebut. Areal ini harus bervegetasi tetap yang salah satu kegiatannya dapat dilakukan dengan reboisasi. Pengaruh Vegetasi atau Hutan Terhadap DAS Tjimpolo (2010) mengatakan sumberdaya lahan selalu berkaitan dengan waktu penggunaan lahan dan penyebaran aliran air, dua contoh klasik dan kontras ini yang sering menyebabkan terjadinya kekeringan dan banjir akibat dari perubahan kondisi tataguna lahan dan faktor meteorologi terutama curah hujan. Perencanaan pengelolaan vegetasi terutama dalam hal pemilihan jenis vegetasi sebagai usaha meningkatkan perlindungan tanah dan hasil air yang tidak tepat dapat memberikan hasil yang sebaliknya berupa degradasi lingkungan dalam hal ini, menurunkan hasil produktifitas tanah dan besarnya hasil air, sebab tanah yang dilakukan aktivitas

23 pengelolaan diatasnya, tanpa ada usaha untuk mengembalikan unsur yang hilang, dapat merubah sifat fisik dan kimia serta kehidupan organisme, terlebih lagi dengan besar debit hasil air karena cadangan air tanah di tempat berlangsungnya kegiatan tersebut berkurang oleh adanya proses evapotranspirasi. a. Pembalakan Hutan Aktivitas pembalakan hutan (forest felling) dan atau pengurangan areal tegakan hutan (deforestasi) di daerah tropis yang pengusahaannya dengan mengunakan alat-alat berat menyebabkan kerusakan pada tanah, dimana tanah terkena cahaya matahari langsung yang sebelumnya tidak mencapai permukaan tanah akibatnya menurunkan kelembaban tanah dan tentunya juga mempengaruhi jumlah air yang menjadi aliran permukaan dan atau seberapa besar air yang terinfiltrasi sehingga hutan yang tadinya dianggap sebagai waduk alam kini menjadi hal yang sangat menakutkan yaitu sewaktu-waktu bahaya kekeringan atau banjir dapat terjadi. b. Degradasi Tanah Tekanan terhadap tanah menimbulkan berbagai bentuk degradasi termasuk di dalamnya adalah erosi, penurunan kesuburan tanah dan kerusakan sumberdaya air. Keadaan tanah terbuka dapat terhantam oleh curah hujan sehingga menyebabkan tanah menjadi lemah. Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan per partikel tunggal tanah dari massa tanah, saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul atau tanpa vegetasi, partikel tanah dapat langsung terlepas dan terlempar ke segala arah, untuk lahan yang berlereng akan terjadi dominasi kesatu arah yaitu kearah yang lebih landai di bawahnya, pelepasan butir-bitir tanah tentunya akan menyumbat pori-pori tanah sehingga akan menurunkan kapasitas dan

24 laju infiltrasi. Bersamaan dengan hal tersebut dimana kondisi intensitas hujan telah melebihi laju infiltrasi tentu akan terjadi genangan air dipermukaan tanah yang kemudian menjadi runoff, aliran permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut partikel yang terlepas, saat energi dan atau run off menurun maka partikel tanah akan terendapkan pada lahan tersebut jika terdapat pada daerah yang subur makan akan menurunkan kesuburan tanah di bawahnya karena tertimbun oleh endapan baru dan jika jumlah debit aliran besar tentu menjadi malapetaka berupa banjir yang dapat merusak. keseluruhan. c. Hasil dan Kualitas Air Sirkulasi atau daur hidrologi dalam suatu daerah aliran sungai (DAS) digambarkan berlangsung dalam satu dimensi yaitu dari atmosfer ke vegetasi dan tanah, dari vegetasi ke tanah dan dari tanah ke laut dan dari laut kembali lagi ke atmosfir. Proses dan mekanisme daur ini terdiri atas masukan, keluaran dan perpindahan unsur padat dan gas dalam satu ekosistem lingkungan. Ekosistem ini terdiri atas komponen biotis dan abiotis yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang teratur. Aktivitas suatu komponen ekosistem selalu memberi pengaruh pada komponen lain, manusia merupakan suatu komponen penting sebab dalam menjalankan aktivitasnya, sering sekali manusia menjadi penyebab dampak pada komponen lingkungan, dengan demikian mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan.

25 Sistem Informasi Geografi (SIG) Aplikasi dan pengembangan SIG dimulai di negara maju, terutama Amerika Utara. Komponen utama SIG meliputi perangkat keras, perangkat lunak, data dan sumber daya manusia. Perangkat keras meliputi komputer, digitizer, scanner, plotter, printer, sedangkan perangkat lunak bisa dipilih baik yang komersial maupun yang tersedia dengan bebas. Contoh perangkat lunak yang banyak dipakai adalah ARC/INFO, ArcView, IDRISI, ER Mapper, GRASS, MapInfo. Beberapa cara memasukkan data ke dalam SIG adalah melalui keyboard, digitizer, scanner, sistem penginderaan jauh, survei lapangan, dan GPS. Sumber daya manusia sebagai komponen SIG bukan hanya meliputi staf teknikal, yaitu yang bertugas dalam hal pemasukan data maupun pemrosesan dan penganalisaan data, tetapi juga koordinator yang bertugas untuk mengontrol kualitas dari SIG. Adapun elemen fungsional SIG meliputi pengambilan data, pemrosesan awal, pengelolaan data, manipulasi dan analisa data, dan pembuatan output akhir. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem pengelolaan informasi yang juga menyediakan berbagai fasilitas analisa data. Sistem ini sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pengelolaan SDA, antara lain untuk aplikasi inventarisasi dan monitoring hutan, kebakaran hutan, perencanaan penebangan hutan, rehabilitasi hutan, konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan konservasi keragaman hayati. Untuk SIG bisa dipakai secara efektif dalam membantu perencanaan dan pengelolaan SDA diperlukan sumberdaya manusia (SDM) dengan keterampilan yang memadai (Puntodewo, dkk. 2003).