BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 30 Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA HARUS BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

2016, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Penyusunan Dan Penyampaian

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Standar Reviu. Laporan Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum terjadinya reformasi keuangan di Indonesia, Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan

SISTEMATIKA DAN CONTOH FORMAT PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TINGKAT KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAGIAN ANGGARAN 089 LAPORAN KEUANGAN PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT SEBAGAI UNIT KUASA PENGGUNA ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat agar keuangan

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

PENGELOLAAN PEMBANGUNAN DAN ASET HASIL PEMBANGUNAN UNTUK PENCAPAIAN OPINI YANG LEBIH BAIK

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan good governance mutlak diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB (KEPALA SATKER)

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tata kelola keuangan yang baik merupakan prinsip pokok yang harus

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 MEMBAIK

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB III METODOLOGI. Sesuai dengan tugas Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan APBN,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan terhadap kinerja unit organisasi yang ada dalam kendalinya.

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya tuntutan berbagai pihak terhadap wujud peningkatan kinerja,

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

Kata Sambutan Kepala Badan

Laporan Keuangan Satker Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (05) Dana Dekonsentrasi Kementerian Pertanian Semester II TA. 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

REVIU LAPORAN KEUANGAN DAN RKA KL SEBAGAI KEGIATAN ASSURANCE ITJEN KEMHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN UO KEMHAN

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

SAMBUTAN BPK PADA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing baik di tingkat pusat maupun daerah. Misalnya rumah sakit, lembaga pendidikan formal, departemen, dan sebagainya. Dalam rangka pelaksanaan tugas pelayanan tersebut, instansi pemerintah membutuhkan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pendapatan dalam APBN bersumber dari penerimaan pajak (pajak dalam negeri maupun pajak perdagangan internasional), penerimaan bukan pajak (dari SDA, bagian pemerintah atas laba BUMN, maupun lainnya), dan penerimaan hibah. Sumber penerimaan tersebut berasal dari masyarakat sehingga sudah seharusnya pemerintah mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat. Pertanggungjawaban merupakan salah satu upaya mewujudkan prinsipprinsip Good Governance di sektor pemerintahan. Karakteristik utama dalam Good Governance ada delapan yaitu partisipasi masyarakat, berorientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif/cepat tanggap, efektif dan efisien, adil dan inklusif, penegakan/supremasi hukum (OECD,2001). Pertanggungjawaban terhadap amanah yang diterima pemerintah mengarah pada pemenuhan prinsip akuntabilitas. Dalam rangka tercapainya prinsip akuntabilitas tersebut maka diterapkan prinsip transparansi sehingga informasi yang ada di pemerintahan bisa diakses oleh pihak pihak yang berkepentingan.

2 Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas anggaran yang diterimanya, setiap entitas pemerintah diwajibkan untuk menyusun Laporan Keuangan. Hal ini sebagaimana dimuat dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pasal 9 huruf e yang terkait dengan tugas-tugas Kementerian Negara/Lembaga sebagai pengguna anggaran/ barang. Tugas tugas tersebut adalah sebagai berikut : a. menyusun rencana anggaran K/L yang dipimpinnya, b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran, c. menyusun anggaran K/L, d. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, e. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan K/L yang dipimpinnya. Laporan Keuangan yang wajib disusun oleh instansi yang tidak mengemban fungsi perbendaharaan meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Selanjutnya Departemen Keuangan membuat suatu aplikasi yang disebut Sistem Akuntansi Instansi (SAI) untuk mempermudah penyusunan Laporan Keuangan di instansi pemerintah. SAI terdiri dari dua subsistem yaitu Sistem Akuntansi Anggaran dan Sistem Akuntansi Barang yang menghasilkan laporan keuangan dan laporan barang. SAI ini terus disempurnakan dari tahun ke tahun agar dapat mengakomodir secara maksimal kebutuhan instansi dalam pelaporan keuangan. Proses penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dipengaruhi oleh penyusunan laporan keuangan tingkat di bawahnya karena prinsip penggabungan yang dilakukan secara berjenjang. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh tiap-tiap satuan kerja/unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) digabungkan oleh unit akuntansi di atasnya pada

3 tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA- W). Laporan keuangan tingkat wilayah digabungkan lagi di tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E1). Laporan Keuangan antar tingkat Eselon I digabungkan di tingkat Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) sehingga dihasilkan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga. Selanjutnya tiap tiap Kementerian/Lembaga menyampaikan Laporan Keuangan kepada Menteri Keuangan. Laporan tingkat Kementerian/Lembaga, menjadi bahan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Konsekuensi dari prinsip penggabungan secara berjenjang adalah akumulasi kesalahan jika pada level di bawahnya menyajikan data yang tidak akurat. Oleh karena itu setiap satuan kerja yang berkewajiban menyusun laporan keuangan memegang peran penting bagi keandalan informasi yang disajikan. LKPP selama kurun waktu lima tahun yaitu tahun 2004-2008 mendapatkan opini disclaimer dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Demikian juga dengan Laporan Keuangan beberapa departemen termasuk Departemen Kehutanan. Permasalahan utama yang menyebabkan opini disclaimer adalah informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut tidak wajar dan kelemahan sistem pengendalian internal. Departemen Kehutanan memiliki 181 Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di seluruh Indonesia, yang bertindak sebagai UAKPA. Adapun 33 UPT diantaranya juga bertindak sebagai UAPPA-W. Pada tingkat pusat terdapat 39 Eselon II yang bertindak sebagai UAKPA. Secara keseluruhan Departemen Kehutanan memiliki 220 UAKPA, 33 UAPPA-W, dan 7 UAPPA-E1. Untuk mempermudah proses penggabungan laporan keuangan maka Departemen Kehutanan memfungsikan Koordinator UPT nya di daerah sebagai UAPPA-W. Fungsi Inspektorat Jenderal Departemen Kehutanan, salah satunya adalah melaksanakan pengawasan kinerja. Dalam rangka mewujudkan fungsi

4 tersebut, Inspektorat Jenderal bertugas melaksanakan pengawasan kinerja, keuangan, dan administrasi. Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Fungsional Pemerintah (APFP) juga harus melakukan reviu terhadap Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga sebelum laporan tersebut disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. Reviu Laporan Keuangan oleh Inspektorat Jenderal baru menyentuh level Eselon I, sedangkan tingkat satuan kerja (UAKPA) maupun wilayah (UAPPA-W) belum dilakukan reviu secara intensif. Dengan demikian proses pengendalian terhadap laporan keuangan yang disajikan sangat tergantung pada sistem pengendalian internal yang diterapkan oleh tiap-tiap UAKPA. Selama ini pemeriksaan laporan keuangan diusahakan untuk disisipkan dalam audit operasional yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal meskipun belum diterapkan secara menyeluruh. Kondisi setiap instansi yang tidak seragam juga berpengaruh menimbulkan keberagaman kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Keragaman kondisi dapat dilihat dari data sebaran pendidikan SDM Departemen Kehutanan pada tahun 2008 yaitu 57,53% lulusan SMA; 25,98% lulusan S1/D4; 5,36% lulusan S2; dan sisanya 11,13% dari berbagai tingkat pendidikan (SD, SMP, D3, dan S3). Selain SDM, keragaman kondisi yang dihadapi oleh UPT di daerah adalah jarak geografis, maupun komitmen pimpinannya yang berpengaruh pada kualitas laporan keuangan. Karakteristik kualitatif utama yang seharusnya ada dalam laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia adalah understandability (mudah dipahami), relevance (relevansi), reliability (keandalan), dan comparibility (dapat dibandingkan). Sampai dengan saat ini para akademis di bidang akuntansi masih lebih fokus pada pelaporan keuangan perusahaan, dan minim yang mengupas masalah pelaporan keuangan pemerintah serta permasalahan yang ada di dalamnya. Padahal sejak terbitnya Peraturan Peraturan Nomor 24 Tahun 2005 setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan, sementara kalangan pemerintah belum sepenuhnya siap menindaklanjuti

5 kewajiban tersebut. Hal ini juga terjadi pada Departemen Kehutanan, dengan banyak UPT di bawahnya, dan keterbatasan kapasitas SDMnya tentu ada permasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan laporan keuangan yang andal. Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut di atas maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaporan keuangan khususnya yang dilakukan oleh UPT. Sehingga diambil topik penelitian tentang Analisis atas Pelaporan Keuangan dan Pengungkapan Laporan Keuangan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran dan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (Studi Kasus Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat) 1.2. Permasalahan Penelitian Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pemerintah harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk Laporan Keuangan kepada pemberi amanah dalam hal ini masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat setelah sebelumnya diperiksa oleh BPK RI. Agar laporan keuangan tersebut akuntabel maka harus didukung dengan pengelolaan keuangan yang baik dan benar. Pengelolaan keuangan pada organisasi secara umum meliputi tiga komponen yaitu perencanaan anggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran. UAKPA berperan dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Adapun UAPPA-W berperan dalam penggabungan data keuangan dari satuan kerja yang ada di wilayahnya untuk selanjutnya disampaikan kepada Eselon I. Permasalahan yang sering dijumpai di lapangan terkait masalah pelaporan keuangan antara lain : a. format laporan keuangan, b. pencatatan aset tetap, c. pencatatan persediaan, d. pertanggungjawaban anggaran yang belum tertib, e. perubahan kebijakan terkait dengan penyusunan laporan keuangan

6 f. kompetensi sumber daya manusia Departemen Kehutanan terkait dengan akuntansi, g. sistem informasi dan perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap sistem tersebut, h. komitmen pimpinan terhadap pelaporan keuangan, dan i. komunikasi antara UAKPA dengan UAPPA-W. Berkaitan dengan permasalahan permasalahan tersebut maka penelitian akan difokuskan pada proses pelaporan keuangan, informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan tahun 2008, serta kendala yang dihadapi oleh Balai Besar KSDA Jawa Barat dalam pelaporan keuangan tingkat UAKPA sekaligus UAPPA-W. 1.3. Tujuan Penelitian a. Menganalisis proses pelaporan keuangan pada UPT yang berfungsi sebagai UAKPA dan UAPPA-W b. Menganalisis kesesuaian pengungkapan dalam Laporan Keuangan UAKPA dan UAPPA-W tahun 2008 dengan peraturan yang berlakua c. Menganalisis permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaporan keuangan dan pengungkapannya pada UAKPA dan UAPPA-W 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : a. Meningkatkan kualitas Laporan Keuangan (bagi Objek Penelitian) b. Mengenal dan memahami realitas yang dihadapi satuan kerja di daerah dalam penyusunan laporan keuangan (bagi peneliti) c. Menambah pengetahuan mengenai akuntansi di sektor pemerintahan sehingga dapat menjadi referensi penelitian berikutnya (bagi pembaca)

7 1.5. Batasan Penelitian Penelitian ini berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK. Sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara bahwa BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan oleh BPK ini terdiri dari pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pemeriksaan keuangan dilakukan terhadap laporan keuangan. Pemeriksaan kinerja mencakup pemeriksaan terhadap aspek ekonomi, efisiensi, dan aspek efektivitas pengelolaan keuangan negara. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu merupakan pemeriksaan yang tidak termasuk dalam kedua pemeriksaan yang disebutkan sebelumnya, termasuk dalam pemeriksaan ini salah satunya adalah pemeriksaan investigatif. Pemeriksaan terhadap laporan keuangan menghasilkan opini. Opini sebagaimana Penjelasan Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 atas pasal 16 ayat (1) adalah pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria kesesuaian dengan SAP, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan, dan efektivitas sistem pengendalian internal. Empat jenis opini yang diberikan oleh pemeriksa yaitu (i) wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion), (iii) opini tidak wajar (adverse opinion), dan (iv) pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer opinion). Adapun penelitian yang kami lakukan ini tidak ditujukan untuk pemberian opini karena kapasitas peneliti adalah sebagai akademisi. Penelitian ini juga bukan untuk mengukur kinerja pengelolaan keuangan atau mengidentifikasi terjadinya penyimpangan yang menimbulkan kerugian negara sebagaimana tujuan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Penelitian ini semata mata untuk tujuan akademis dan tingkat kedalamannya dibatasi tidak sampai pada

8 penelusuran dokumen sumber yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan namun hanya pada informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan. 1.6. Sistematika Penulisan Hasil Penelitian ditulis dengan sistematika sebagai berikut : Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.2. Permasalahan Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Manfaat Penelitian 1.5. Batasan Penelitian 1.6. Sistematika Penulisan Bab 2 TINJAUAN LITERATUR Bab 3 METODOLOGI DAN OBJEK PENELITIAN Bab 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN