BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan manusia makin bertambah seiring berjalannya waktu. Waktu atau efisiensi sangat dibutuhkan untuk kelancaran dalam kehidupan sehari-hari terutama di dunia kerja. Misalnya di sebuah perusahaan terdapat sekumpulan komputer yang saling terhubung satu sama lain yang di mana komputer-komputer ini dimanajemen oleh sebuah perangkat bernama router. Untuk mendapatkan kinerja yang baik (dalam hal waktu) maka diperlukanlah manajemen jaringan antar komputer yang baik dan tepat. Semakin besar suatu jaringan maka manajemen jaringan juga menjadi lebih kompleks dan rumit. Maka dari itu penulis ingin membangun sebuah manajemen jaringan dan proses routing yang tepat di mana proses routing ini diperlukan untuk menentukan jalur tercepat atau terdekat dalam mengirimkan paket-paket data yang melalui beberapa hop menggunakan routing protocol sebelum sampai ke tujuannya (Tony Larsson, 1998). Routing diperlukan untuk menentukan rute dari host asal ke host tujuan (Lin dkk., 2011). Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan Internet Protocol (IP) paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP packet. Routing menentukan kemana datagram dikirim agar mencapai tujuan yang diinginkan (Sofana, 2008). Terdapat dua jenis routing yaitu dynamic routing dan static routing. Static routing adalah suatu mekanisme routing dengan konfigurasi routing table secara manual. Dalam skala jaringan besar yang terdiri dari banyak router dan multi network, diperlukan suatu metode dynamic routing yang tepat untuk digunakan yang sesuai dengan topologi jaringan. Untuk dynamic routing jenis metode yaitu distance-vector dan link state. Untuk distance-vector merupakan sebuah protocol yang menemukan jalur terbaik ke sebuah remote network dengan menilai jarak. Route dengan jarak hop yang paling sedikit ke network yang dituju akan menjadi route terbaik. Sedangkan routing Link State menggunakan teknik link state, dimana artinya tiap router akan mengumpulkan informasi tentang interface,
bandwidth, roundtrip dan sebagainya. Kemudian antar router akan saling menukar informasi, nilai yang paling efisien yang akan diambil sebagai jalur dan di masukkan ke dalam table routing (Vina, 2011). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Vina Rifiani, distance vector lebih unggul dalam hal packet lost, delay dan throughput daripada Link State. Maka dari itu, penulis akan memakai metode distance-vector dalam penelitian kali ini. Ada 4 jenis routing yang menggunakan metode distance-vector yaitu BGP, RIP, IGRP dan EIGRP. Penulis akan membandingkan kinerja RIP dan EIGRP dalam penelitian kali ini karena EIGRP merupakan pengembangan dari IGRP yang sudah tentu lebih baik dari IGRP, sedangkan BGP merupakan routing untuk antar jaringan backbone jadi tidak sepadan apabila dibandingkan dengan EIGRP maupun RIP. Untuk hipotesa awal, penulis lebih memilih EIGRP akan lebih baik kinerjanya dibanding RIP. Hipotesa ini diperkuat oleh beberapa jurnal penelitian yang menguji kinerja routing OSPF dan RIP serta kinerja OSPF dan EIGRP. Variabel yang dibandingkan adalah throughput. Untuk perbandinan OSPF dan RIP, hasil pengujian throughput dengan window size paket TCP berukuran 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte didapatkan nilai rata-rata 92,8 Mbits/detik untuk routing protocol RIP, dan pada OSPF didapatkan nilai rata-rata throughput 85,3Mbits/detik untuk windows size 2, 4, 8 Kbyte dan 92,9Mbits/detik untuk window size berukuran 16 dan 32 Kbyte. Pada pengujian jitter dengan paket UDP pada jaringan IPv6, didapat besar jitter dengan routing protocol RIPng rata-rata 1,196 ms dan dengan dengan OSPF rata-rata sebesar 1,106 ms (Syafrudin, 2010). Sedangkan perbandingan OSPF dan EIGRP didapatkan hasil throughput rata-rata EIGRP lebih baik daripada OSPF. Besarnya throughput EIGRP yaitu 67.100,78 bps dan 22.327,2 bps (Yolanda, 2011). Sebagai wadah dari penelitian kali ini penulis menggunakan aplikasi simulator GNS. GNS3 ini bekerja dengan mensimulasikan jaringan komputer berbasis GUI yang mirip dengan Cisco Packet Tracer. Aplikasi ini dipilih karena bias menjalankan dua jenis router yaitu Cisco dan Mikrotik. Adapun EIGRP hanya bisa digunakan di router cisco sedangkan RIP bisa digunakan di router mikrotik. Pada GNS3 memungkinkan simulasi jaringan yang komplek, karena menggunakan sistem operasi asli dari perangkat jaringan seperti mikrotik, cisco dan juniper sehingga seolah-olah berada pada kondisi lebih nyata dalam mengkonfigurasi router secara langsung.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini akan dianalisis perbandingan kinerja routing EIGRP dengan RIP menggunakan simulator GNS3 berdasarkan parameter yang diamati yaitu pemilihan jalur oleh routing protocol, waktu konvergensi, packet lost dan throughput. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang penulis gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan kinerja routing EIGRP dengan RIP menggunakan simulator GNS3 berdasarkan parameter pemilihan jalur oleh routing protocol, packet lost, waktu propagasi dan throughput 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja routing EIGRP dengan RIP menggunakan simulator GNS3 berdasarkan parameter yang diamati yaitu pemilihan jalur oleh routing protocol, packet lost, waktu propagasi dan throughput. 1.4. Batasan Penelitian Batasan-batasan dalam melakukan penelitian antara lain: a. Menggunakan aplikasi wireshark dan filezilla untuk penelitian. b. Menggunakan network simulator GNS3. c. Router yang digunakan sebanyak 7 buah. d. Jumlah host sebanyak 2 buah. e. Bandwidth tiap link yaitu 512kb.. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah dapat kinerja routing EIGRP dengan RIP menggunakan simulator GNS3 berdasarkan parameter pemilihan jalur oleh routing protocol, packet lost, waktu propagasi dan throughput. 1.6. Metodelogi Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan metode riset eksperimental. Riset eksperimental merupakan penelitian yang memungkinkan untuk menentukan penyebab dari suatu prilaku (Zainal, 2007).
1.6.1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui kinerja dari routing EIGRP dan RIP. Variabel independen yang digunakan dalam penilitian ini adalah perlakuan pengiriman paket data dan ping di jaringan EIGRP maupun RIP. Variabel dependen penelitian ini adalah kinerja dari routing EIGRP dan RIP. 1.6.2. Perlakuan Penelitian Perlakuan pertama dalam penelitian ini adalah melakukan trace route dari PC1 ke PC2 untuk melihat pemilihan jalur oleh routing protocol. Perlakuan kedua yaitu melakukan pemutusan pada jalur yang aktif pada routing table dan mengirimkan paket ping sebesar 32 bytes sebanyak 50 buah dengan tujuannya untuk melihat apakah ada packet lost. Perlakuan ketiga yaitu mengirimkan paket ping sebesar 32 bytes untuk mengetahui nilai dari waktu propagasi. Perlakuan terakhir yaitu pengiriman file video dari server ke server menggunakan aplikasi FTP untuk mengamati nilai throughput. 1.6.3. Metode Evaluasi Metode evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung terhadap objek penelitian. 1.6.4. Pengambilan Data Kedua jenis routing EIGRP dan RIP sinkronisasikan di aplikasi GNS3. Lalu dilakukan di kedua routing-an tersebut. Pengambilan data bertujuan untuk membandingkan kinerja routing EIGRP dan RIP. Data yang akan di analisis yaitu packet lost dan throughput. Pengambilan data pertama dilakukan dengan melakukan traceroute untuk membuktikan bahwa konfigurasi routing berhasil dilakukan dan semua router terhubung. Kemudian dilakukan proses ping dengan besaran sambil mematikan beberapa link dengan besaran file 32kb sebanyak 50 kali untuk memperoleh packet lost. Setelah itu kembali dilakukan ping dari client ke server sebesar 32 bytes untuk mendapatkan nilai dari waktu propagasinya. Yang terakhir adalah pengiriman file video dari komputer server ke komputer server menggunakan aplikasi FTP dan dilakukan capturing menggunakan aplikasi wireshark untuk mendapatkan hasil throughput. 1.6.5. Teknik Pengambilan Data Pengambilan data bertujuan untuk membandingkan kinerja routing protocol RIP dan EIGRP dengan parameter yang diamati yaitu pemilihan jalur oleh routing protocol, dan
throughput. Pengambilan data pemilihan jalur oleh routing protocol dilakukan dengan melakukan trace route dari komputer klien ke komputer server menggunakan routing protocol RIP kemudian diulangi menggunakan routing protocol EIGRP. Pengambilan data kedua yaitu pemindahan jalur alternatif apabila ada link yang mati dan memperoleh nilai packet lost. Pengambilan data ini dapat dilakukan dengan melakukan pemutusan pada jalur yang aktif pada routing table sehingga routing table segera menjadikan jalur alternatif atau jalur backup yang terdaftar menjadi aktif. Pemutusan link pertama dilakukan pada link yang menghubungkan R5-R7. Pemutusan link kedua yaitu pada link yang menghubungkan R5-R4. Dan R7-R3. Dalam pengambilan data ini akan dikirim paket ping sebesar 32 kb sebanyak 50 buah dengan tujuannya untuk melihat nilai packet lost. Gambar 1.1. Statisic Mencari Nilai Packet lost Dari Gambar 1.1 diatas, setelah melakukan ping dari server ke server sebanyak 50 buah, nilai packet lost dapat dilihat dari ping statistic. Untuk pengambilan data waktu propagasi, kembali dilakukan pengiriman paket ping dari computer client ke computer server sebesa 32 bytes dengan jumlah paket 25 buah. Nilai waktu propagasi diperoleh dari ping time yang tertera di tiap paket yang sedang dikirim pada
command prompt. Setelah selesai melakukan proses ping sebanyak 25 kali, maka diambil rata-rata dari keseluruhan waktu propagasi yang sudah diperoleh. Langkah ini dilakukan sebanyak 10 kali menggunakan routing protocol RIP dan EIGRP. Pengambilan data selanjutnya mencari nilai throughput dengan mengirimkan paket TCP dari komputer server ke komputer klien menggunakan aplikasi FileZilla untuk mendapatkan nilai throughput. Nilai throughput dapat di ukur dari besar paket yang dikirim dibagi dengan lama waktu pengiriman packet dari komputer server ke komputer klien lalu kemudian dilakukan proses capturing menggunakan aplikasi wireshark. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan routing protocol RIP kemudian diulangi menggunakan routing protocol EIGRP. Pada pengambilan data menggunakan apliakasi wireshark, diperlukan beberapa query wireshark yang digunakan untuk melakukan filtering terhadap data yang diinginkan. Pada pengambilan data throughput saat proses download yang dilakukan adalah mencari IP tujuan dan protokol yang digunakan dari transfer file oleh FTP server. Query yang digunakan yaitu ip.dst == (IP yang dituju ) && (protokol yang digunakan). Gambar 1.2. Summary Filtering Mencari Nilai Throughput Dari Gambar 1.2. diatas, setelah melakukan filtering nilai throughput dapat dilihat pada menu summary dan yang dicari adalah nilai display pada between first and last packet dan nilai bytes. Selanjutnya nilai Throughput dapat dihitung dari dari ukuran data yang dikirim (bytes dikonversi ke bit) dibagi dengan waktu pengiriman packet (between first and last packet).
1.6.6. Skenario Pengujian Pada tahap pengujian dilakukan pengujian terhadap kinerja dari routing yang menggunakan routing protocol RIP dan EIGRP. Skenario pengujian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Skenario Pengujian I Pada skenario ini akan dilakukan trace route dari computer client ke computer server untuk melihat pemilihan jalur oleh routing protocol. Pengujian trace route dilakukan untuk masing-masing routing protocol yaitu pada RIP dan EIGRP. 2. Skenario Pengujian II Pada skenario ini akan dilakukan pemutusan pada jalur yang aktif pada routing table baik pada RIP maupun EIGRP, sehingga routing table segera menjadikan jalur alternatif atau jalur backup yang terdaftar menjadi aktif. Pemutusan link pertama dilakukan pada link yang menghubungkan R5-R7. Pemutusan link kedua yaitu pada link yang menghubungkan R5-R4. Dan R7-R3. Dalam pengambilan data ini akan dikirim paket ping sebesar 32 kb sebanyak 50 buah dengan tujuannya untuk melihat packet lost. Pada skenario ini akan dicoba sebanyak 10 kali. 3. Skenario pengujian III Pada scenario ini dilakukan pengiriman paket ping dari computer client ke computer server sebesa 32 bytes dengan jumlah paket 25 buah. Nilai waktu propagasi diperoleh dari ping time yang tertera di tiap paket yang sedang dikirim pada command prompt. Setelah selesai melakukan proses ping sebanyak 25 kali, maka diambil rata-rata dari keseluruhan waktu propagasi yang sudah diperoleh. Langkah ini dilakukan sebanyak 10 kali menggunakan routing protocol RIP dan EIGRP. 4. Skenario Pengujian IV Pada skenario ini akan dilakukan pengujian dengan mengirimkan file video dari computer server ke computer client dan di capture menggunakan aplikasi wireshark untuk mendapatkan nilai throughput dari masing-masing jaringan yang dibangun menggunakan routing protocol RIP dan EIGRP. 1.6.7. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah di sebuah notebook / laptop milik penuli dengan spesifikasi sebagai berikut : Memory (RAM) : 6.00 GB
Hardisk Operating System Processor : 500 GB : Windows 7 64-bit : Intel Core i5-2450m @ 2.50 Ghz