JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Aplikasi Ergonomic Function Deployment (Efd) Pada Redesign Alat Parut Kelapa Untuk Ibu Rumah Tangga

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN :

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Ergonomi Function Deployment Pada Redesign Alat Parut Kelapa Untuk Ibu Rumah Tangga

PENDUGAAN UMUR SIMPAN JAGUNG MANIS BERDASARKAN KANDUNGAN TOTAL PADATAN TERLARUT DENGAN MODEL ARRHENIUS

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

APLIKASI ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD) PADA REDESIGN ALAT PARUT KELAPA UNTUK IBU RUMAH TANGGA

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN :

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

Pemanfaatan Ergonomi dalam Kegiatan Pascapanen Kelapa Sawit untuk Mengurangi Keluhan Moskuluskletal Petani

Jahe untuk bahan baku obat

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

SHELF LIFE OF Spirulina BISCUIT WITH DIFFERENT PACKAGING By: ABSTRACT

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PADA PENYIMPANAN DINGIN TEMPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DENGAN PENGEMASAN VAKUM MENGGUNAKAN MODEL ARRHENIUS

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENENTUAN UMUR SIMPAN BUMBU RUJAK DALAM KEMASAN BOTOL PLASTIK MENGGUNAKAN METODE ARRHENIUS

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mochamad Nurcholis, STP, MP. Food Packaging and Shelf Life 2013

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa.

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

ISSN No Media Bina Ilmiah 45

Penetapan Kadar Sari

Sifat Kritis dan Umur Simpan Ukel Manis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

Temu Putih. Penyortiran Basah. Pencucian. Pengupasan. Timbang, ± 200 g. Pengeringan sesuai perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

PENDUGAAN MASA KADALUSA DENGDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) Oleh. Elita Survani Gultom 1), Dahlia 2), Suparmi 2)

METODELOGI PENELITIAN

PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL. Oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

APLIKASI METODE RESPON SURFACE UNTUK OPTIMASI KUANTITAS SUSUT BOBOT BUAH MANGGIS. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

PENDUGAAN UMUR SIMPAN BUBUK JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) ABSTRACT

PENENTUAN UMUR SIMPAN BUMBU RUJAK DALAM KEMASAN BOTOL PLASTIK MENGGUNAKAN METODE ARRHENIUS SKRIPSI

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN. Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana

PENDUGAAN UMUR SIMPAN BUBUK JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) ABSTRACT

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK MI INSTAN DARI PATI SAGU DENGAN METODE AKSELERASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN UMUR SIMPAN SIRUP PALA BERDASARKAN PERUBAHAN DERAJAT KEASAMAN ph Melisa J Sahambangung 1,Lady Ch Lengkey 2, David Rumambi 2,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Lampiran 1. Tata letak Pabrik Firmenich Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2012 Januari 2013

Aplikasi Prinsip Kinetika untuk Penentuan Masa Simpan Produk Pangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 6. Hasil Analisis Sensori Flavored Edible Film

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Pendugaan Waktu Kedaluwarsa Pendistribusian Manisan Salak Menggunakan Metode Q 10

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Pendugaan Umur Simpan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Segar dalam Kemasan Plastik Polipropilen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III.

PENDAHULUAN. dan kadar air. Hubungan kadar air dengan aktivitas air (a w

III. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

Transkripsi:

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : 2085-2614 JOURNAL HOMEPAGE : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/rtp Aplikasi Ergonomic Function Deployment (Efd) Pada Redesign Alat Parut Kelapa Untuk Ibu Rumah Tangga Roberta Zulfhi Surya 1), Rusdi Badrudin 2) 1) Teknik Industri, Universitas Islam Indragiri 2) Mahasiswa Teknik Industri, Universitas Islam Indragiri Email: robertazulfhi@yahoo.co.id Abstrak Pemarutan kelapa adalah salah satu pekerjaan dapur yang dihadapi ibu rumah tangga sehari-hari. Produk alat parut kelapa yang sudah beredar di pasaran salah satunya adalah produk pemarut kelapa dengan cara manual menggunakan sistem engkol. Ibu rumah tangga mempunyai keluhan rasa sakit pada bagian anggota tubuh terutama tangan, pinggang dan punggung setelah menggunakan alat parut kelapa yang sudah ada. Penelitian ini bertujuan untuk perbaikan rancangan alat parut kelapa sistem engkol yang berbasis Ergonomic Function Deployment (EFD), juga mengetahui penurunan muskuloskeletal ibu rumah tangga sebagai pengguna, serta mengetahui perbedaan waktu pemarutan kelapa setelah dilakukan perancangan ulang. Penelitian dilakukan di RT. 001 RW. 005 Kelurahan Tembilahan Barat Kecamatan Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir. Model penelitian ini menggunakan rancangan sama subjek (treatment by subjects design) dengan jumlah sampel 12 ibu rumah tangga yang didapat dari perhitungan rumus Colton. Perbaikan rancangan alat parut kelapa sistem engkol yang berbasis Ergonomic Function Deployment (EFD) didapat dengan membuat matriks House of Ergonomic (HOE) dan penentuan data antropometri. Keluhan muskuloskeletal ibu rumah tangga diketahui dengan membuat lembar kerja kuisioner Nordic Body Map (NBM). Waktu pemarutan kelapa didapat dengan menguji alat parut kelapa sistem engkol antara sebelum dan sesudah perancangan. Hasil penelitian setelah dilakukan perancangan ulang alat parut kelapa sistem engkol menunjukkan bahwa rancangan alat parut kelapa sistem engkol yang berbasis Ergonomic Function Deployment (EFD) adalah memiliki aspek-aspek ergonomi yang lengkap yaitu efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien (ENASE). Keluhan muskuloskeletal ibu rumah tangga mengalami penurunan sebesar 0.285 atau 17.39%. Waktu pemarutan kelapa juga lebih cepat 5 menit atau mengalami peningkatan sebesar meningkat 30.10% setelah perancangan ulang alat parut kelapa sistem engkol. Kata kunci : Ergonomic function deployment, keluhan muskuloskeletal, waktu pemarutan Ergonomic Function Deployment (Efd) Application In Coconut Grater Redesign For Housewife Roberta Zulfhi Surya 1), Rusdi Badrudin 2) 1) Department of Industrial Engineering, Islam Indragiri University 2) Mahasiswa Department of Industrial Engineering, Islam Indragiri University Email: robertazulfhi@yahoo.co.id Abstract Pulverizing (coconut grated) is one of daily kitchen worksconducted by housewives. A common existing coconut grater which is available on the market is normally works using a crank system. Housewives have complaints of pain in the limbs, especially the hands, waist and back after using this grater. This study aims to improve the design of coconut grater with Ergonomic Function Deployment (EFD) based system and determine the housewife musculoskeletal decline as users. Further, to examine pulverizing time difference after redesign. 51

The study was conducted at RT. 001 RW. 005 West Tembilahan Hulu village, subdistrict Tembilahan Indragiri Hilir. The method use in this study is same design subject (treatment by subjects design) with co added Colton equation. Atotal of 12 housewives were used and subjected to the calculation. A grater redesign with EFD system was obtained by creating House of Ergonomic (HOE) matrices and determining the anthropometric data. Whilst musculoskeletal disorders were obtained by generating Nordic Body Map (NBM)worksheets questionnaire. Moreover, pulverizing time was obtained by testing coconut graterused before and after redesign. Results of the study showed that the redesign tool based on Ergonomic Function Deployment (EFD) systemwasfound to be more convenient form which five ergonomics aspects required was fulfilled: effective, convenient, safe, healthy, and efficient (ENASE). Housewife musculoskeletal complaints decreased by 0.285% or 17.39%. This study also shows that coconut pulverizing time is 5 minutes faster and increased by 30.10% after redesigning the coconut grater crank system. Keywords: Ergonomic function deployment, musculoskeletal disorder complaints, pulverizing time. PENDAHULUAN Secara umum bahan pangan akan mengalami proses penurunan kualitas selama masa penyimpanan, transportasi, pemasaran, maupun proses pascapanen lainnya. Sesuai dengan karakteristiknya yang berbeda, maka antara satu jenis bahan pangan dengan bahan pangan yang lain akan mempunyai karakteristik penurunan kualitas yang berbeda. Kajian tentang pendugaan umur simpan bahan pangan adalah kajian yang menarik dan bermanfaat untuk penanganan pascapanennya. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Arrhenius, dimana penurunan kualitas dipantau berdasarkan pengaruh suhu penyimpanan terhadap kecepatan reaksi penurunan mutu (Winarno, 2010). Dalam hal ini, terdapat hubungan bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan maka laju reaksi berbagai senyawaan kimia dalam makanan akan semakin cepat pula (Syarief dan Halid, 1993). Lengkuas (Alpinia galanga) adalah tanaman kelas Liliopsida dari keluarga Zingiberaceae. Tanaman ini memiliki arti penting bagi masyarakat Indonesia yang pemanfaatannya beraneka ragam dari bumbu dapur sampai obat-obatan. Minyak atsiri dari rimpang lengkuas telah diketahui mempunyai aktivitas anti fungi terhadap beberapa jenis jamur dermatofit (Gholib dan Darmono, 2008). Penyimpanan lengkuas dapat dilakukan dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering. Penyimpanan dalam bentuk segar sangat diinginkan agar kandungan bahan aktif dalam lengkuas dapat dimanfaatkan secara maksimal. Persamaan Arrhenius dapat digunakan untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi kimia pada suatu bahan pangan. Singh (1994) menyatakan bahwa perkiraan masa simpan dilakukan dengan menggunakan orde 1 dengan indikasi kerusakan berupa pertumbuhan mikroba, ketengikan, produksi off flavor, kerusakan vitamin dan penurunan mutu protein. Penelitian ini bertujuan untuk meramal umur lengkuas segar yang disimpan pada berbagai suhu dengan menggunakan persamaan Arrhenius berdasarkan parameter kadar air dan kadar sari larut dalam air. 52

METODE PENELITIAN 1. Prosedur Penelitian Rona Teknik Pertanian, 8(1) Lengkuas segar dibersihkan dari kotoran yang menempel, lalu dicuci sampai bersih. Setelah itu lengkuas dipotong dengan ketebalan ±2 cm. Sampel yang telah dipersiapkan disimpan pada tiga suhu yang berbeda yaitu suhu 5 o C, 10 o C, dan 28 o C. Pengamatan dilakukan dalam interval 3 hari selama 21 hari penyimpanan atau sampai panelis menyatakan bahwa sampel sudah tidak disukai. Pernyataan panelis yang dianggap mewakili konsumen adalah penting sehingga dilakukan metode uji afeksi dalam penilaian sampel. Metode uji afeksi yang dipilih adalah uji hedonik (Setyaningsih, dkk., 2010). Penilaian dilakukan oleh 25 orang panelis tidak terlatih menggunakan skala hedonik berikut: 1 untuk sangat suka, 2 untuk suka, 3 untuk netral, 4 untuk tidak suka, dan 5 untuk sangat tidak suka. Kriteria hedonik ditentukan untuk faktor warna, kesegaran, aroma, dan tekstur lengkuas. Sampel dianggap telah ditolak apabila panelis memberikan skor 4 dan 5. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Pembersihan Lengkuas Pemotongan ± 2 cm 21 hari atau sampai panelis menolak sampel Penyimpanan suhu 5 C Penyimpanan suhu 10 C Penyimpanan suhu 28 C Analisis kadar air dan kadar sari larut air Analisis dalam interval 3 hari Peramalan umur simpan Gambar 1. Diagram alir penelitian 2. Analisis Kadar Air Pengukuran kadar air dilakukan merujuk prosedur dari Apriyantono dkk. (1989). Cawan kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang (untuk cawan aluminium didinginkan selama 10 menit dan 53

cawan porselin didinginkan selama 20 menit). Sebanyak 5 gram sampel yang sudah dihomogenkan dengan cawan ditimbang dengan cepat. Lalu bahan dikeringkan dalam oven pada suhu 120oC selama 6 jam atau sampai diperoleh berat yang tetap. Kadar air dihitung dengan Persamaan 1. w w M bb w Keterangan : M bb : kadar air basis basah (%) w 1 : berat awal bahan (g) : berat akhir bahan yang sudah tetap (g) w 2 1 2 x 1 100%... (1) 3. Analisis Kadar Sari Larut Dalam Air Analisis kadar sari larut dalam air dilakukan merujuk kepada SNI tahun 2005. Sampel dikeringkan lalu digiling menjadi serbuk. Bahan berbentuk serbuk dikeringkan anginkan, lalu dimaserasi selama 24 jam. Sebanyak 5 g serbuk dilarutkan dengan 100 ml air kloroform di dalam labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sebanyak 20 ml ekstrak disaring dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditera, sisa dipanaskan pada suhu 105 o C hingga bobot tetap. Kadar ekstrak yang larut dalam air (dalam %) dihitung berdasarkan sisa sampel di dalam cawan. 4. Model Arrhenius Model Arrhenius orde 1 dapat dilihat pada Persamaan 2, sedangkan pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi dapat dituliskan seperti pada Persamaan 3. A A 0 kt (2) ln k ln k0 EA R T. (3) Dengan memplotkan nilai k pada berbagai suhu pada suatu grafik, maka nilai k pada suhu yang lain dapat ditentukan. Pada akhirnya nilai faktor percepatan penurunan mutu (Q10) ditentukan dengan Persamaan 4 dan masa simpan pada berbagai suhu dapat ditentukan dengan Persamaan 5 (Winarno, 2010). k T 10 Q10 kt (4) 54

Kadar air (%) Keterangan: T /10 T1 Q10 tt 2 t.. (5) A : Kandungan air/sari larut air yang tersisa setelah penyimpanan (%) A 0 : Kandungan air/sari larut air awal (%) k : Konstanta laju reaksi t : Waktu (hari) E A : Energi aktivasi (kal/mol) R : Konstanta gas yang nilainya 1,986 (kal/mol K) T : Suhu absolut (K) : Faktor percepatan penurunan mutu Q 10 Rona Teknik Pertanian, 8(1) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kadar Air dan Kadar Sari Larut Air Lengkuas Selama Penyimpanan Kadar air lengkuas selama penyimpanan menunjukkan trend yang menurun, sedangkan kadar sari larut dalam air menghasilkan trend peningkatan. Data kandungan air dan kadar sari larut dalam air dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Persamaan linier yang dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 dapat dibaca sebagai Persamaan 2 yang menyatakan hubungan parameter kadar air dan kadar sari larut air selama masa penyimpanan sebagai akibat perbedaan suhu penyimpanannya. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 5 C 10 C 28 C y 0,134x 91,05 y 0,642x 78,18 y 2,383x 69,45 0 5 10 15 20 25 Penyimpanan (hari) Gambar 2. Kadar Air Lengkuas Selama Penyimpanan dengan Variasi Suhu Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar air awal sampel yang bervariasi dari 69-91%. Penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi menghasilkan penurunan kadar air yang lebih banyak, misalnya setelah 3 hari penyimpanan kadar air menurun sebesar 7,15% (suhu 28 C), 6,3% (suhu 10 C), dan 0,41% (suhu 5 C). Perbedaan suhu penyimpanan 55

Kadar sari larut air (%) 5 C 10 C 28 C Rona Teknik Pertanian, 8(1) menyebabkan perbedaan penurunan kadar air, dan suhu yang lebih rendah dapat menekan penurunan kadar air tersebut. Pada suhu penyimpanan 28 C, kadar air menurun sebesar 2,383% per harinya, pada suhu penyimpanan 10 C, kadar air menurun sebesar 0,642% per harinya, dan pada suhu penyimpanan 5 C, kadar air menurun sebesar 0,134% per harinya. Penyimpanan pada suhu 28 C mempertahankan lengkuas sampai umur 3 hari penyimpanan, penyimpanan pada suhu 10 C mempertahankan lengkuas sampai umur 12 hari penyimpanan, dan pada suhu 5 C mempertahankan lengkuas sampai umur 21 hari penyimpanan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa suhu penyimpanan yang lebih rendah menyebabkan bertambah lamanya umur simpan lengkuas. Kadar air akhir lengkuas berkisar antara 62-87% yang perbedaannya dipengaruhi oleh kondisi kadar air awalnya. Sebagai dampak dari perbedaan kadar air akhir yang cukup besar, hubungan antara kadar air dan kondisi akhir lengkuas yang menyebabkan panelis menolaknya tidak at digambarkan dengan jelas. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 y 0,576x 4,99 y 0,008x 5,106 y 0,034x 4,5 0 5 10 15 20 25 Penyimpanan (hari) Gambar 3. Kadar Sari Larut Air Lengkuas Selama Penyimpanan dengan Variasi Suhu Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa kadar sari larut air dalam lengkuas mengalami peningkatan selama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi menghasilkan peningkatan kadar sari larut air yang lebih tinggi pula, misalnya setelah 3 hari penyimpanan, kadar sari larut air meningkat sebesar 1,73% (suhu 28 C), 0,01% (suhu 10 C), dan 0,07% (suhu 5 C). Pada suhu penyimpanan 28 C, kadar sari larut air meningkat sebesar 0,576% per harinya, pada suhu penyimpanan 10 C, kadar sari larut air meningkat sebesar 0,008% per 56

ln k ln k Rona Teknik Pertanian, 8(1) harinya, dan pada suhu penyimpanan 5 C, kadar sari larut air meningkat sebesar 0,034% per harinya. 2. Pendekatan Arrhenius Berdasarkan Kadar Air dan Kadar Sari Larut Air Berdasarkan Persamaan 2, nilai konstanta laju reaksi (k) penurunan kadar air dan peningkatan kadar sari larut air dapat ditentukan berdasarkan hasil plot data pada Gambar 2 dan 3. Selanjutnya logaritma natural dari nilai k (ln k) pada suhu penyimpanan yang berbeda kembali diplotkan seperti dapat dilihat pada Gambar 4. Persamaan garis lurus yang terbentuk diasumsikan sebagai Persamaan 3, dimana pengaruh suhu dianggap mendefinisikan perubahan nilai laju reaksi. 1.5 1 0.5 y = -9399.8x + 32.224 0 0.0033-0.5 0.0036 0.0039 0 0.0033 0.0036 0.0039-1 -2 y = -12794x + 41.658-3 -1-1.5-2 -4-5 -2.5 1/T ( K) -6 1/T ( K) (a) Kadar Air (b) Kadar Sari Larut Air Gambar 4. Hubungan konstanta laju reaksi dengan suhu pada plot Arrhenius (a) kadar air lengkuas dan (b) kadar sari larut air lengkuas Tabel 1. Nilai k o, E A, dan persamaan Arrhenius untuk parameter kadar air dan kadar sari larut air lengkuas selama penyimpanan pada suhu yang berbeda No Parameter E A (kal/mol) k o Persamaan Arrhenius 1. Kadar Air 18.668 9,84 x 10 13 13 9,84 10 9.399(1/ T k ) 2. Kadar Sari Larut Air 25.408,9 1,23 x 10 18 18 1,23 10 12.794(1/ T k ) Slope dari persamaan pada Gambar 4 merupakan nilai energi aktivasi berbanding dengan nilai konstanta gas (1,986 kal/mol/ K). Energi aktivasi pada analisa kadar air dan kadar sari larut air adalah 18.668 kal/mol dan 25.408,9 kal/mol. Dengan demikian energi aktivasi perubahan kadar sari larut air lebih besar dari energi aktivasi perubahan kadar air lengkuas. Dari Gambar 4 pula, dapat dirincikan nilai ko sebagai eksponen dari logaritma natural ko sehingga persamaan Arrhenius dapat dituliskan sebagaimana dapat dilihat dalam 57

Tabel 1. Persamaan ini sangat fleksibel yang dapat digunakan untuk menentukan nilai k pada berbagai suhu penyimpanan. 3. Peramalan Umur Simpan Lengkuas Dengan menggunakan Persamaan 4, nilai faktor percepatan reaksi (Q10) dapat ditentukan, misalnya dengan mengambil nilai k masing-masig pada suhu 5 dan 15 C. Nilai Q10 ini dapat digunakan untuk meramal umur simpan pada berbagai suhu penyimpanan (Persamaan 5). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Q10 untuk kadar air adalah 3,23 dan untuk kadar sari larut air adalah 4,94. Peramalan umur simpan lengkuas pada suhu 5 ke 40 C dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan maka umur simpan bahan akan semakin pendek. Kondisi ini berlaku secara umum untuk berbagai produk lain seperti mentimun Jepang (Darsana dkk., 2003), bubuk jahe merah (Sugiarto, dkk., 2007), seasoning (Budijanto, dkk., 2010), dan sebagainya. Salah satu penyebabnya adalah penyimpanan pada suhu rendah dapat memperlambat proses respirasi maupun transpirasi (Muchtadi, 1992). Tabel 2. Peramalan umur simpan jagung manis menggunakan nilai Q 10 berdasarkan kandungan air dan kadar sari antara suhu penyimpanan 5-40 C. Umur simpan (hari) Suhu Penyimpanan ( C) Kadar Air, Kadar Sari Q 10 =3,23 Q 10 =4,94 Hasil observasi 40 0,7 0,4-35 1,3 1,0-30 2,4 2,2-25 4,3 4,8-20 7,7 10,8-15 13,8 23,9-10 24,8 53,2 12 5 44,5 118,2 21 Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa hasil peramalan umur simpan dengan menggunakan kedua parameter tersebut belum sesuai dengan hasil umur simpan observasi. Misalnya penyimpanan pada suhu 10 C mempertahankan umur simpan lengkuas selama 12 hari, sedangkan peramalan umur simpan berdasarkan perubahan kadar air kengkuas adalah 24,8 hari, dan umur simpan berdasarkan perubahan kadar sari larut air lengkuas adalah 53,2 hari. Namun demikian, peramalan umur simpan berdasarkan kadar air masih lebih baik dibandingkan dengan peramalan umur simpan menggunakan kadar sari larut air. 58

KESIMPULAN DAN SARAN Penyimpanan pada suhu rendah dapat memperpanjang umur simpan lengkuas segar. Energi aktivasi perubahan kadar sari larut air pada lengkuas lebih besar dari energi aktivasi perubahan kadar airnya. Umur simpan lengkuas tidak tepat diramal berdasarkan parameter kadar air dan kadar sari larut dalam airnya. Perlu pengkajian lanjutan dengan menggunakan parameter mutu yang lain dalam rangka meningkatkan keakuratan peramalan umur simpan lengkuas. DAFTAR PUSTAKA Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspita Sari, Sedarawati dan S. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB, Bogor Budijanto S., Sitanggang, A. B., Silalahi, B. E., dan Murdiati, W. 2010. Penentuan umur simpan seasoning menggunakan metode accelerated shelf life testing dengan pendekatan kadar air kritis. Jurnal Teknologi Pertanian. 11(2): 71-77 Darsana, L., Wartoyo, dan Wahyuti, T. 2003. Pengaruh saat panen dan suhu penyimpanan terhadap umur simpan dan kualitas mentimun Jepang (Cucumis sativus L.). Jurnal Agrosains. 5(1): 1-12 Gholib, D. dan Darmono. 2008. Pengaruh Ekstrat Lengkuas Putih [Alpinia galangal (L)Willd] Terhadap Infeksi Trichophyton Mentagrophytes Pada Kelinci. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Bogor. Muchtadi, D. 1992. Fisiologi pasca panen sayuran dan buah-buahan. IPB. Bogor Singh, R.P. 1994. Scientific principles of shelf life evaluation. Dalam: Man, C. M. D., dan Jones, A. A. (Ed). Shelf life evaluation of foods. Chapman and Hall Inc. New York Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005. Simplisia Jahe. Badan Standardisasi Nasional (BSN). Syarief, H., dan Halid, H. 1993. Teknologi penyimpanan pangan. Arcan. Bogor. Sugiarto, Yuliasih, I., dan Tedy. 2007. Pendugaan umur simpan bubuk jahe merah. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 17(1): 7-11 Winarno, F. G. 2010. Keamanan Pangan. Jilid 1. Cetakan 1. M-Brio Press. Bogor. 59