No. 34/6/13/Th XIX, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP SUMATERA BARAT MEI 2016 SEBESAR 98,55 ATAU TURUN 0,21 PERSEN NTP Sumatera Barat bulan Mei 2016 tercatat sebesar 98,55 atau turun sebesar 0,21 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 98,76 (April 2016). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,24 persen dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,02 persen. Pada bulan Mei 2016 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 94,18 untuk subsektor tanaman pangan (NTPP), 93,36 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 102,04 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 102,94 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 106,20 untuk subsektor perikanan (NTPN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 103,53 dan 106,85. Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Mei 2016 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,04 persen yang disebabkan terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan (0,76 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,11 persen). Sedangkan lima kelompok lainnya mengalami inflasi: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,98 persen), kelompok perumahan (0,54 persen), kelompok sandang (0,43 persen), kelompok kesehatan (0,16 persen), dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,08 persen). A. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada bulan Mei 2016, NTP Sumatera Barat mengalami penurunan sebesar 0,21 persen dibanding bulan April 2016, yaitu dari 98,76 menjadi 98,55. Hal ini disebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani (0,24 persen), lebih besar dibanding penurunan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (0,02 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 34/6/13/Th XIX, 1 Juni 2016 1
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 34/6/13/Th XIX, 1 Juni 2016 2
Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Mei 2016 pada tiga subsektor mengalami penurunan, yakni subsektor tanaman pangan (1,96 persen), subsektor hortikultura, (1,44 persen), dan subsektor perikanan (0,40 persen). Sedangkan dua NTP subsektor lainnya mengalami peningkatan yakni, subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,70 persen), dan subsektor peternakan (0,38 persen). 2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Mei 2016 terjadi penurunan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,24 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 119,39 menjadi 119,11. Menurunnya nilai It diakibatkan oleh menurunnya nilai It pada tiga subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (2,01 persen), subsektor hortikultura (1,36 persen), dan subsektor perikanan (0,53 persen). Sedangkan It pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor peternakan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,60 persen 0,47 persen. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Mei 2016 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,02 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 120,88 menjadi 120,86. Menurunnya nilai Ib disebabkan oleh turunnya nilai Ib pada tiga subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,05 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,10 persen), dan subsektor perikanan (0,13 persen). Sedangkan Ib pada dua subsektor lainnya mengalami peningkatan yakni: subsektor hortikultura (0,07 persen), dan subsektor peternakan (0,09 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 34/6/13/Th XIX, 1 Juni 2016 3
Grafik 1 NTP Sumatera Barat Bulan Mei 2015 Mei 2016 (2012=100) 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Mei 2016 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,96 persen dari 96,06 menjadi 94,18. Hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani (2,01 persen), lebih besar dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani (0,05 persen). Menurunnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 2,01 persen disebabkan oleh menurunnya indeks harga pada subkelompok padi sebesar 2,93 persen, walaupun indeks harga pada subkelompok palawija mengalami peningkatan sebesar 1,18 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,05 persen diakibatkan oleh turunnya indeks harga subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,05 persen, dan indeks harga subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,05 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan Mei 2016 mengalami penurunan sebesar 1,44 persen dari 94,72 menjadi 93,36. Hal ini dikarenakan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,36 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,07 persen. Menurunnya nilai It sebesar 1,36 persen disebabkan menurunnya nilai indeks harga pada subkelompok sayur-sayuran sebesar 2,79 persen, dan subkelompok tanaman obat sebesar 1,51 persen, walaunpun nilai indeks harga pada subkelompok buah-buahan mengalami peningkatan sebesar 1,62 persen. Peningkatan Ib sebesar 0,07 persen disebabkan peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,09 persen, walaupun indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,02 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 34/6/13/Th XIX, 1 Juni 2016 4
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) NTPR pada bulan Mei 2016 mengalami peningkatan sebesar 1,70 persen, yaitu dari 100,34 menjadi 102,04. Meningkatnya nilai NTPR ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 1,60 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,10 persen. Menurunnya nilai Ib sebesar 0,10 persen diakibatkan menurunnya indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,10 persen, dan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,13 persen. d. Subsektor Peternakan (NTPT) NTPT pada Mei 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,38 persen, yaitu dari 102,55 menjadi 102,94. Peningkatan NTP ini terjadi diakibatkan oleh peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (0,47 persen) lebih tinggi dibanding peningkatan indeks harga yang dibayar petani (0,09 persen). Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,47 persen terjadi karena peningkatan harga pada subkelompok ternak besar sebesar 0,39 persen, subkelompok ternak kecil (0,40 persen), dan subkelompok unggas (1,91 persen). Sedangkan indeks harga pada subsektor hasil ternak mengalami penurunan sebesar 0,46 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,09 persen diakibatkan oleh peningkatan harga subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,20 persen, walaupun terjadinya penurunan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,01 persen. e. Subsektor Perikanan (NTPN) Pada bulan Mei 2016, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTPN) mengalami penurunan sebesar 0,40 persen, yaitu dari 106,63 menjadi 106,20. Kondisi ini diakibatkan penurunan indeks harga yang diterima petani (0,53 persen), lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani (0,13 persen). Penurunan nilai It sebesar 0,53 persen merupakan kontribusi dari penurunan indeks harga pada subsektor perikanan tangkap sebesar 0,76 persen dan subsektor perikanan budidaya sebesar 0,48 persen. Penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,13 persen diakibatkan penurunan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,20 persen dan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,02 persen. 4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Mei 2016 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,04 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Terjadinya deflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi dari deflasi pada kelompok bahan makanan (0,76 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,11 persen). Sedangkan lima kelompok lainnya mengalami inflasi: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,98 persen), kelompok perumahan (0,54 persen), kelompok sandang (0,43 persen), kelompok kesehatan (0,16 persen), dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,08 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 34/6/13/Th XIX, 1 Juni 2016 5
Tabel 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran April 2016 - Mei 2016 (2012=100) *) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Mei 2016 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Mei 2016 terhadap Bulan Desember 2015 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Mei 2016 terhadap Bulan Mei 2015 Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Mei 2016 sebesar 0,56 persen, dan inflasi pedesaan tahun ke tahun (year on year) sebesar 4,05 persen. Grafik 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Mei 2015 Mei 2016 (2012=100) Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 34/6/13/Th XIX, 1 Juni 2016 6
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MEI 2016 HARGA GABAH (GKP) DI PETANI TURUN 10,18 % Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Mei 2016, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen. Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Anak Daro yaitu sebesar Rp 5.400,- per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ir 64, yaitu senilai Rp 3.900,00- per kg, terjadi di Kabupaten Agam. Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Mei 2016 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 10,18 persen dari Rp 5.110,98,- per kg (April 2016) menjadi Rp 4.590,64,- per kg ( Mei 2016), dan di tingkat penggilingan turun 10,19 persen dari Rp 5.207,51,- per kg (April 2016) menjadi Rp 4.676,96,- per kg (Mei 2016). Sementara itu, rata rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan. Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Mei 2016 dibanding bulan April 2016 untuk kualitas GKP mengalami penurunan sebesar 10,18 persen dari Rp 5.110,98 per kg (April 2016) menjadi Rp 4.590,64 per kg (Mei 2016). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP turun sebesar 10,19 persen dari Rp 5.207,51,- per kg (April 2016) menjadi Rp 4.676,96,- per kg (Mei 2016). Kelompok Kualitas Tabel 3 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Mei 2016 Jumlah Observasi Harga Pembelian Selisih harga kol (5&6) Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Pemerintah Tkt Penggilingan terhadap kol (7) (Rp/Kg) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (Rp/kg) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 0 (0,00%) GKP 99 (100%) -- -- -- -- 4.600,00,- -- -- 3900,00-5400,00,- 4.590,64-4 676,96,- 3.700,00,- (Petani) 3.750,00,- (Penggilingan) 890,64 24,07 926,96 24.72 KualitasRendah 0 (0 %) -- -- -- -- -- -- -- Total 99 (100,00) -- -- -- -- -- -- -- Harga gabah kualitas GKP terendah pada Mei 2016 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Agam, yaitu sebesar Rp 3.900,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di Kabupaten Agam, yaitu Rp 3.950,- per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Solok, yaitu sebesar Rp 5.400,00,-per kg. Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Solok yaitu sebesar Rp 5.500,- per kg. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 34/6/13/Th XIX, 1 Juni 2016 7
Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agus t-14 Sep-14 okt-14 Nop-14 De s-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Mei-15 Jun-15 Jul-15 Agus t-15 Sep-15 Okt-15 Nop-15 De s-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Rata-rata Harga (Rp/Kg) No. Tabel 4 Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Maret 2016 s/d Mei 2016 Kabupaten Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Mar 16 Apr 16 Mei 16 % Perubahan Bulan Mei2016 thd.apr 2016 Tingkat Petani (Rp/Kg) % Perubahan Bulan Mei 2016 Mar 16 Apr 16 Mei 16 thd. Apr 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Pesisir Selatan 5799,99 5 212,92 4 695,86-9,92 5.743,44 5.152,90 4.645,38-9,85 2 Solok 5 405,80 5 648,40 5 042,67-10,72 6.270,83 5.541,00 4.955,80-10,56 3 Tanah Datar 5.673,20 4.921,90 4.693,33-4,64 5.623,20 4.871,90 4.643,33-4,69 4 Pdg Pariaman 6.235,58 5.280,19 4.822,50-8,67 6.090,58 5.162,69 4.710,00-8,77 5 Agam 5.792,50 5.742,50 4.330,00-24,60 5.715,00 5.685,00 4.270,00-24,89 6 50 Kota 6.128,33 4.920,00 4.646,00-5,57 5.958,83 4.753,33 4.493,33-5,47 7 Pasaman 4.946,67 4.726,67 4.508,33-4,62 4.846,67 4.610,00 4.416,67-4,19 Sumbar 5.854,58 5.207,51 4.676,96-10,19 5.749,74 5.110,98 4.590,64-10,18 Grafik 3 Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Dan HPP Sumatera Barat Mei 2014 Mei 2016 5800 5538,7 5795,8 5536,3 5636,6 5854,6 5300 4800 4579,19 4584,4 4981,4 5127,0 4966,1 4994,9 4890,8 4553,5 4643,3 5199,3 4711,3 5377,8 5207,5 4300 4609,1 4681,0 4631,1 4360,2 4413,4 4450,3 4677,0 3800 3300 2800 2300 1800 Bulan Harga Gabah Di tingkat Penggilingan HPP di Tingkat Penggilingan Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 17 April 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00,- per kg di tingkat petani dan Rp 3.750,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp4.600,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan Mei 2016 tidak ditemukan kasus harga gabah yang berada di bawah HPP. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 34/6/13/Th XIX, 1 Juni 2016 8
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat Informasi lebih lanjut hubungi: Azwir, S.Si Kepala Bidang Statistik Distribusi JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id Email : sumbar@bps.go.id Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 34/6/13/Th XIX, 1 Juni 2016 9