BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

dokumen-dokumen yang mirip
PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak, kurangnya mengenalkan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

Hubungan Kebiasaan Gosok Gigi dan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden penelitian

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan kariogenik menjadi makanan kegemaran anak karena bentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. luas penyebaranya, diperkirakan 90% lebih banyak melanda anak anak

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Noor Ika Anggraeni* )., Ns. Suhadi, M. Kep., Sp.Kep.Kom** ), Mamat Supriyono, SKM, M. Kes-Epid*** )

DESTRI MAYA RANI NIM A020

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

DAMPAK KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. keseluruhan (Lossu dkk.,2015). Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Dipublikasikan Pada Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA MURID SDN 1 RAHA KABUPATEN MUNA. Ratna Umi Nurlila Dosen STIKES Mandala Waluya Kota Kendari

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang utuh dari kesehatan

EVA DIAN SRIBINTARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa, jaringan penyangga dan gigi. Salah satu kelainan yang sering terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS III SDN 1 & 2 SONUO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI DAN JENIS MAKANAN YANG DIKONSUMSI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang masih harus mendapat perhatian khusus karena dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang mengabaikannya karena ketidaktahuan dan keterampilan mereka dalam menjaga kebersihan mulut dan gigi (Kent dan Blinkhorn, 2005). Salah satu masalah penyakit gigi yang paling banyak dijumpai dimasyarakat adalah karies gigi yang diperkirakan sekitar 90% dari anak-anak usia sekolah diseluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies gigi (Irma dan Indah, 2013). Menurut WHO (2015) Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan mulut besar di negara-negara industri besar, yang mempengaruhi 60-90 % dari anak-anak sekolah dan sebagian besar orang dewasa. Ini juga merupakan penyakit mulut yang paling umum di beberapa negara Asia dan Amerika Latin. Sejak dini anak perlu dididik untuk dapat memelihara kesehatan gigi dan mulut, terutama usia 6 12 tahun yang masih duduk dibangku sekolah dasar. Pada usia tersebut merupakan masa peralihan gigi susu ke gigi permanen (Ramadhan, 2010). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar penduduk Indonesia yang mengalami karies aktif menunjukkan peningkatan yaitu tahun 2007 ditemukan 43,4% yang mengalami karies sedangkan tahun 2013 ditemukan 53,2% yang mengalami karies dan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar di Provinsi Gorontalo yang 1

mengalami karies aktif menunjukkan peningkatan juga yaitu tahun 2007 ditemukan 34,0% yang mengalami karies sedangkan tahun 2013 ditemukan 48,8% yang mengalami karies. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo tahun 2013 jumlah kunjungan dari 21 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Gorontalo terdapat 235 kejadian karies gigi pada anak yang berumur 5-9 tahun dan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 100 anak sedangkan untuk anak yang umur 10-14 tahun angka kejadian karies gigi pada tahun 2013 dan 2014 tidak mengalami perubahan tetap dalam jumlah yang sama yaitu ada 74 anak yang mengalami karies gigi. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyaknya anak yang mengalami karies gigi, hal ini terjadi karena adanya gangguan keseimbangan disekitar email yang disebabkan oleh berbagai faktor dan menyebabkan gigi menjadi berlubang (Dewanti, 2012). Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak diantaranya adalah faktor agent, faktor host dan faktor waktu. Selain itu, terdapat faktor tambahan penyebab karies gigi antara lain usia, pola makan, kebiasaan mengkonsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi. Menurut Arisman (2007), makanan yang dapat segera dimanfaatkan oleh mikroorganisme plak disebut sebagai makanan kariogenik. Sifat makanan kariogenik yaitu mudah hancur didalam mulut, lengket, mengandung karbohidrat seperti sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri dan membentuk asam. Kebiasaan makan makanan yang salah pada anak sekolah dasar sering 2

terjadi salah satunya mengkonsumsi jajanan makanan yang mengandung gula tinggi yang bersifat kariogenik seperti coklat, permen, kue bolu dan roti. Sisa makanan disela-sela gigi yang tidak dibersihkan akan menjadi lapisan lengket yang melekat dipermukaan gigi yang disebut plak, seringnya mengkonsumsi makanan kariogenik inilah yang menyebabkan terjadinya karies gigi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Noor Ika Anggraeni., Suhadi, dan Mamat Supriyono (2013) dari 81 responden ada 32 responden yang sering mengkonsumsi makanan kariogenik didapatkan lebih banyak anak yang mengalami karies gigi yaitu sebanyak 26 responden (78,8%) sedangkan yang jarang mengkonsumsi makanan kariogenik ada 48 responden dan hanya ada 16 responden (33,3%) yang mengalami karies gigi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Rosidi., Siti Haryani, dan Eka Adimayanti (2013), menyimpulkan bahwa dari 47 responden didapatkan yang mengkonsumsi makanan kariogenik dengan jumlah kategori tinggi ada 40 responden (85,1%), 30 responden (95%) yang mengalami karies gigi dan 2 responden (5%) yang tidak mengalami karies gigi sedangkan yang mengkonsumsi makanan kariogenik dengan kategori rendah ada 7 responden, 2 responden (28,6%) yang mengalami karies gigi dan 5 responden (71,4%) yang tidak mengalami karies gigi. Selain seringnya mengkonsumsi makanan kariogenik faktor lain yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah kebiasaan menggosok gigi yang kurang baik dan tidak teratur. Tujuan dari menggosok gigi yaitu untuk membersihkan bagian gigi sekaligus menghindari adanya pembentukan plak. 3

Pembentukan plak berasal dari sisa-sisa makanan yang menempel disela-sela gigi yang tidak segera dibersihkan. Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak yang terbentuk dan melekat erat dipermukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi memegang peranan penting dalam terjadinya karies gigi (Agus Rosidi., Siti Haryani, dan Eka Adimayanti 2013). Kebiasaan menggosok gigi merupakan suatu kegiatan atau rutinitas dalam hal membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan untuk menjaga kebersihan kesehatan gigi dan mulut (Tamrin., Afrida, dan Maryam Jamaluddin 2014). Sebagian besar anak sudah menggosok gigi dua kali sehari tetapi waktu menggosok gigi masih kurang tepat, yaitu bersamaan dengan mandi pagi dan mandi sore. Waktu menggosok gigi yang tepat adalah setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Kebiasaan menggosok gigi sesuai prosedur baik dari cara menyikat gigi dan waktu yang tepat untuk menyikat gigi dapat mempengaruhi berat ringan terjadinya karies pada gigi (Meishi, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Tamrin., Afrida, dan Maryam Jamaluddin (2014) mengatakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan pada 30 responden, dari 13 responden (43,3%) yang menyikat gigi dengan teratur, terdapat 4 responden (13,3%) yang mengalami karies gigi dan 9 responden (30%) tidak mengalami karies gigi. Sedangkan dari 17 responden (56,7%) yang menyikat gigi tidak teratur, terdapat 15 responden (50%) yang mengalami karies gigi dan 2 responden (6,7%) tidak mengalami karies gigi. 4

Didukung dengan penelitian yang dilakukan Noor Ika Anggraeni., Suhadi, dan Mamat Supriyono (2013), menyimpulkan bahwa dari 81 responden diketahui untuk kategori kebiasaan menggosok gigi 1 kali sehari terdapat 1 responden (10%) yang tidak mengalami karies gigi dan 9 responden (90%) yang mengalami karies gigi. Untuk kategori kebiasaan menggosok gigi ± 2 kali sehari terdapat 38 responden (53,5%) yang tidak mengalami karies gigi dan 33 responden (46,5%) yang mengalami karies gigi. Hasil survey pengambilan data awal di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dari semua siswa terdapat 65% siswa yang mengalami karies gigi. Survey terhadap makanan jajanan yang paling banyak dijual dikantin SDN 08 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo adalah makanan bergula seperti permen, es krim, roti, molen, kue dan coklat. Semua makanan jajanan ini sangat memicu terjadinya karies gigi apalagi tidak disertai dengan pemeliharaan kebersihan gigi yang benar dan tepat. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi di SDN 8 Telaga Biru. 1.2 Identifikasi Malasah 1. Masih adanya kejadian karies gigi di Indonesia, Provinsi Gorontalo, Kabupaten Gorontalo maupun di SDN 08 Telaga Biru. 2. Hasil survey awal di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo terdapat 65% murid yang mengalami karies gigi 5

3. Kebiasaan murid yang gemar makan jajanan kariogenik dan rendahnya perilaku menggosok gigi dengan benar di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Apakah ada hubungan konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo?. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak di Kabupaten Gorontalo di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahui kebiasaan menggosok gigi dan konsumsi makanan kariogenik oleh anak di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 2. Diketahui adanya kejadian karies gigi yang diderita murid di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 3. Diketahui hubungan makanan kariogenik dan kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 4. Diketahui hubungan kebiasaan menggosok gigi dan kejadian karies gigi di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 6

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah informasi wawasan dan pengetahuan khususnya pada anak usia sekolah dasar, tentang hal apa saja yang dapat memicu terjadinya karies gigi pada anak. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang dengan variabel, jumlah responden dan lokasi yang lain. 2. Bagi Orang Tua Menambah dan memperluas wawasan para orang terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan timbulnya karies gigi. 3. Bagi Institusi Sekolah Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan acuan agar pihak sekolah membatasi jajanan makanan kariogenik disekitar sekolah dan untuk lebih meningkatkan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dalam memberikan pendidikan karies gigi, makanan kariogenik dan cara menggosok gigi yang tepat. 7

4. Bagi Petugas Kesehatan Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk profesi perawat agar lebih meningkatkan perhatian terhadap kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar. 8