EKSISTENSI RUMAH TRADISIONAL BANJAR SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN BERSEJARAH DI KELURAHAN KUIN UTARA, BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
Rumah Lanting : Rumah Terapung Diatas Air Tinjauan Aspek Tipologi Bangunan

TINJAUAN PUSTAKA Permukimam Tradisional

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

ORNAMEN DAN BENTUK RUANG RUMAH TINGGAL DI KAWASAN KAMPUNG AL MUNAWAR 13 ULU PALEMBANG

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

DATA DAN ANALISIS Kondisi Fisik Kelurahan Kuin Utara Topografi Hidrologi Kondisi Fisik Bangunan Tata Guna Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

WALIKOTA PALANGKA RAYA

KAJIAN KEAKTIFAN KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG BERDASARKAN AKTIFITAS PENGGUNA

RUMAH LANTING ARSITEKTUR VERNAKULAR SUKU BANJAR YANG MULAI PUNAH

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

PENATAAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI KOTA BANJARMASIN BERDASARKAN BUDAYA SETEMPAT. Betty Goenmiandari NRP

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PERUMAHAN PINGGIR SUNGAI DI BANJARMASIN AKIBAT PERILAKU PASANG SURUT SUNGAI BARITO

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

RENCANA PENATAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL KAMPUNG KUIN, BANJARMASIN DIAH ANGGUN DARA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pada Bab IV yaitu analisis kebudayaan

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

ARSITEKTUR SUKU BANJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Sekretariat Jenderal, Kemendikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50)

Kesimpulan dan Saran

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

KONSEP DRAINASE DI LAHAN RAWA Oleh: Rusdi HA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

RUANG SOSIAL RUMAH TRADISIONAL BAANJUNGAN DI BANJARMASIN

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI

Identitas Keruangan Tepian Sungai dan Perubahannya pada Permukiman Vernakular di Banjarmasin

Pendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA

POLA LETAK STRUKTUR PONDASI PADA RUMAH LAMA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

ANATOMI BUBUNGAN TINGGI SEBAGAI RUMAH TRADISIONAL UTAMA DALAM KELOMPOK RUMAH BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG

Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hubungan Arsitektur dan Budaya. Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya

ABSTRAK. Kata Kunci : Ruang publik, Yaroana Masigi, Pelestarian

BAB 4 ANALISIS PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

RUMAH BATU DI PESAYANGAN MARTAPURA SEBUAH KARYA ARSITEKTUR EKLEKTIK DI KALIMANTAN SELATAN

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

V. ANALISIS DAN SINTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe

TINJAUAN DESAIN ARSITEKTUR HUMA GANTUNG BUNTOI

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Transkripsi:

Eksistensi Rumah Tradisional Banjar Sebagai Identitas Kawasan Bersejarah Di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin (Banjar Traditional House Existence As Historical Region Identity In North Kuin-Banjarmasin) EKSISTENSI RUMAH TRADISIONAL BANJAR SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN BERSEJARAH DI KELURAHAN KUIN UTARA, BANJARMASIN (Banjar Traditional House Existence as Historical Region Identity in North Kuin-Banjarmasin) Dahliani Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Jl. Ahmad Yani KM 37 Banjarbaru Abstrak Kuin Utara merupakan kawasan bersejarah cikal bakal berdirinya kota Banjarmasin. Bukti fisik sebagai kawasan kota lama adalah terdapatnya rumah-rumah tradisional Banjar yang keberadaannya tenggelam diantara rumah-rumah yang dominasi bertipekan rumah masa kini. Hal ini dapat mengakibatkan pudarnya kekhasan fisik sebagai identitas kawasan bersejarah, sehingga perlu upaya untuk tetap menjaga eksistensi rumah tradisional Banjar agar tidak punah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif menganalisa data secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tradisional Banjar yang tersisa di kawasan ini sebanyak 14 buah. Upaya yang dilakukan untuk melestarikan bentuk bangunan bercirikan rumah tradisional Banjar adalah cara rehabilitasi bagi rumah tradisional yang se rusak dan sudah di se serta cara rekonstruksi bagi rumah yang tidak bercirikan tradisional. Dengan cara seperti ini diharapkan eksistensi rumah tradisional Banjar dapat terjaga dan identitas kawasan bersejarah dapat diwujudkan. Kata Kunci : rumah tradisional Banjar, identitas kawasan PENDAHULUAN Latar Belakang Kuin Utara merupakan kawasan bersejarah cikal bakal tumbuhnya kota Banjarmasin. Di daerah ini berdiri kerajaan Banjar yang pertama yaitu kerajaan Banjarmasih yang berkembang menjadi bandar perdagangan karena wilayahnya yang berada di muara sungai Barito. Di kawasan ini terdapat simbolsimbol penting yang mempunyai makna sejarah dan ditetapkan sebagai benda cagar budaya, yaitu mesjid Sultan Suriansyah dan makam Sultan Suriansyah. Selain kedua simbol sejarah tersebut, terdapat pula beberapa buah rumah yang bertipekan rumah tradisional Banjar sebagai bukti fisik kawasan bersejarah. Proses pertumbuhan kawasan yang bernilai sejarah dan budaya perlu diwasi. Apabila tidak ada perencanaan dan pengelolaan yang matang, serta pengendalian terhadap pertumbuhan pemukiman, maka akan mengakibatkan hilangnya daya tarik kawasan bersejarah., apalagi jika rumah tradisional yang tersisa ada yang terpelihara baik dan ada juga yang tidak terpelihara. Perkembangan permukiman yang lebih mengarah ke bentuk rumah masa kini, mengakibatkan bentuk rumah tradisional Banjar mulai pudar. Seperti yang diungkapkan oleh Sidharta (1989), bahwa bilamana bangunan bersejarah tidak dilestarikan, dikuatirkan suatu saat nanti generasi mendatang tidak akan dapat lagi melihat sejarah dalam lingkungan binaan sebagai identitasnya. Identitas bisa diproduksi melalui representasi yang merupakan sebuah sistem simbolik. Identitas mampu menampilkan watak, karakteristik kebudayaan, menumbuhkan rasa cinta dan memperkuat rasa kebanggaan terhadap kota yang ditinggali dan ditempati. Apabila sebuah kawasan memiliki identitas, maka dapat dijadikan sebagai tanda-tanda jati diri yang dapat membedakannya kawasan yang lain. Identitas fisik sebuah kawasan dapat dilihat nyata, salah satunya berupa bangunan sebagai kawasan hunian. 1

ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.1 Januari - Juni 2014 Kawasan Kuin ini merupakan kawasan bersejarah, sehingga sungguh memprihatinkan bila warisan budaya berupa fisik bangunan mulai memudar dan tidak dilestarikan. Oleh karena itu maka dilakukan studi terhadap eksistensi rumah tradisional Banjar sebagai salah satu bukti fisik identitas kawasan bersejarah dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikannya. Tinjauan Pustaka a. Rumah Tradisional Banjar Rumah tradisional dapat diartikan sebuah rumah yang dibangun cara yang sama beberapa generasi (Rapoport, 1969). Selain itu dalam sumber yang sama dan didukung oleh Waterson (1993) diungkapkan bahwa rumah tradisional beradaptasi iklim setempat, geografi dan lingkungan dalam hal penggunaan material dan konstruksinya. Ciri utama rumah tradisional Banjar disamping terlihat dari bentuk atapnya adalah pola ruang yang memiliki anjung di kiri kanan, pintu kembar tawing halat. Bentuk rumah panggung ketinggian tiang lebih dari 2 m menyesuaikan kondisi lahan setempat.. Menurut Seman (2001), ciriciri umum rumah tradisional Banjar berdasarkan bangunan-bangunan rumah yang masih ada adalah sebagai berikut: 2 a. Bahan konstruksi dari kayu. b. Rumah panggung. c. Bangunan rumah bersifat simetris. d. Bangunan memiliki anjung di samping kiri dan kanan posisi agak ke belakang. e. Bahan atap rumah dari sirap atau daun rumbia. f. Memiliki tangga di depan dan di belakang jumlah anak tangga ganjil. g. Memiliki dua buah pintu di depan dan di belakang. h. Terdapat tawing halat (dinding pembatas) pintu kembar. Terdapat 11 (sebelas) tipe rumah yang bercirikan arsitektur tradisional Banjar, yaitu Bubungan Tinggi, Gajah Baliku, Gajah Manyusu, Balai Laki, Balai Bini, Palimasan, Palimbangan, Cacak Burung (Anjung Surung), Tadah Alas, Joglo dan Lanting. Bangunan rumah tradisional Banjar terbukti mengacu kondisi geografi dan lingkungan. Hal ini terlihat dari bentuk atap pelana yang tinggi dan curam sangat cocok untuk iklim tropis lembab, dan struktur rumah panggung sesuai tapak di tepi sungai dan lahan rawa. b. Perubahan Bentuk Bangunan Dengan berjalannya waktu, rumah akan mengalami perubahan. Proses perubahan rumah dapat dilihat dari dua sudut pandang (Turner, 1972), yaitu: 1. Proses transformasi rumah, yaitu perubahan yang dilakukan melalui proses: a. Ekspansi/tumbuh, yaitu mengadakan perluasan keluar b. Subdivisi, yaitu memperbanyak ruang melalui pem dalam rumah (misalnya membuat dinding penyekat) c. Penyempurnaan, yaitu mengubah rumah yang berkaitan degan peningkatan kenyamanan huni (misalnya penggantian bahan) 2. Proses perbaikan rumah, yaitu perubahan yang dilakukan melalui proses: a. Perombakan rumah, yaitu perubahan struktur fisik rumah secara total (bentuk dan ruang). b. Penggantian bahan secara menyeluruh (lantai, dinding, atap) tanpa mengubah jenis dan jumlah elemen rumah, luas rumah, jumlah ruang dan bentuk rumah/ruang. c. Penggantian bahan se elemen rumah tanpa mengubah jenis dan jumlah elemen rumah, luas rumah, jumlah ruang dan bentuk rumah/ruang. Yang menjadi subjek perubahan bangunan adalah ruang dan bentuk bangunan. Bagian- rumah yang sering mengalami perubahan, antara lain :

Eksistensi Rumah Tradisional Banjar Sebagai Identitas Kawasan Bersejarah Di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin (Banjar Traditional House Existence As Historical Region Identity In North Kuin-Banjarmasin) a. Dinding luar, pintu, jendela dan elemen fasade akibat pengaruh modernisasi maupun kebutuhan privasi b. Fungsi dan besaran ruang serta tata letak ruang akibat kebutuhan untuk usaha maupun kebutuhan privasi c. Ketradisionalan atau koefisien dasar bangunan akibat perkembangan keluarga maupun kebutuhan ekonomi d. Bahan/material bangunan akibat pengaruh modernisasi. c. Upaya Konservasi Bangunan Seperti yang dikemukakan oleh Budihardjo (1997) upaya konservasi bangunan dan lingkungan bersejarah untuk menangkal terkikisnya identitas kota antara lain dapat dilakukan memberikan fungsi baru bangunan kuno, mempertahankan fasade dan konservasi berswadaya yang diterapkan untuk pelestarian arsitektur tradisional yang masih berfungsi baik dan ditempati oleh penghuni atau pemiliknya. Aktifitas komersial seperti rumah makan khas daerah, toko cenderamata, pasar seni, dan pusat kerajinan lokal akan menghasilkan keuntungan. Begitu pula yang dikatakan oleh Silas (1996) bahwa untuk menonjolkan kekhasan fisik kawasan dapat dilakukan membuat bentuk rumah yang diusahakan kembali seasli mungkin. Berdasarkan teori ini, maka diupayakan untuk melestarikan bangunan yang bercirikan rumah tradisional sebagai tujuan wisata menambahkan fungsi baru ke dalamnya sehingga dapat memberikan penghasilan bagi pemiliknya maupun masyarakat yang ada di sekitarnya. mengetahui keberadaan rumah tradisional dan perubahannya yang dilakukan oleh penghuni rumah. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak 10% dari jumlah populasi, karena diketahui bahwa penduduk di kawasan studi ini bersifat homogen yang se besar merupakan keturunan asli Kuin yang tercermin dari ikatan kekerabatan yang erat antara rumah yang satu yang lainnya (antar tetangga berkeluarga) (Tharziansyah, 2002). Dari data primer dan sekunder yang telah didapat dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif. Dengan metode penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan penelitian yang berkaitan eksistensi rumah tradisional banjar sebagai identitas kawasan bersejarah. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Rumah Tradisional Banjar Berdasarkan pengamatan lapangan, dikawasan studi terdapat 3 (tiga) bentuk bangunan yang berkembang sesuai masanya, yaitu: a. Rumah yang berbentuk rumah tradisional Banjar, dari bangunan yang tersisa diperkirakan mulai tumbuh sejak akhir abad ke-19 (sebanyak 1,52%). b. Rumah yang ada pengaruh kolonial, yang mulai berkembang antara tahun 1930-1960 (sebanyak 1,85%). c. Rumah masa kini, yang mulai berkembang sejak tahun 1970 bentuk semi permanen (95,11%) dan permanen (1,52%). METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif untuk menggambarkan keberadaan rumah tradisional Banjar di kawasan bersejarah kota Banjarmasin. Lokasi penelitian di sepanjang jalan Kuin Utara sebagai koridor utama kawasan. Data diambil melakukan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara ke responden dilengkapi kuesioner untuk Gambar 1. Bentuk rumah yang ada pengaruh kolonial 3

ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.1 Januari - Juni 2014 4 Gambar 2.Bentuk rumah masa kini yang berkembang di kawasan studi Di kelurahan Kuin Utara ini masih terdapat beberapa rumah yang bercirikan rumah tradisional Banjar. Rumah tradisional yang tersisa di koridor jalan Kuin Utara ini ada yang masih dalam kondisi baik dan ada pula dalam kondisi yang memprihatinkan. Bentuknya ada yang masih belum ada perubahan dan ada pula yang sudah di. Rumah tradisional Banjar ini, seluruhnya berada di darat orientasi ke arah sungai dan memiliki halaman yang luas. Berdasarkan hasil survey lapangan, rumah tradisional yang masih terdapat di kelurahan Kuin Utara ini dapat dilihat tabel 1 dan gambar 1 berikut: NO TIPE RUMAH KONDISI FOTO 1 2 3 4 1 Tipe Bubungan Tinggi Dikenal sebagai Istana Sultan Banjar. Bubungan Tinggi di kawasan ini tidak menunjukkan status pemiliknya sebagai keturunan Raja (Sultan) Kebanyakan penduduk yang memiliki rumah tradisional ini adalah pedagang yang kaya raya masanya dulu. Di kawasan studi terdapat dua buah A. Kondisi kurang baik dan terdapat tambahan dinding depan (pelataran ) ditutup dan dijadikan warung (tempat berjualan). Usia + 100 RT 2 B. Kondisi setengah rusak, bangunan yang dapat kondisi masih baik dan kurang baik 2. Tipe Gajah Manyusu Di kawasan studi terdapat 2 buah dapat dihuni di palidangan, anjung kiri dan kanan, serta puran. Usia + 130 RT 8 C. Bentuk atap mengikuti tipe gajah menyusu tapi pola denahnya tidak, karena fungsi asalnya sebagai gudang, bukan tempat tinggal. Kondisi bangunan sudah rusak dan tidak digunakan lagi. Usia + 100 RT 2 D. Kondisi kurang baik dan sudah dimodifika si depan yang berfungsi sebagai warung. Usia + 90 teerletak di RT 4

Eksistensi Rumah Tradisional Banjar Sebagai Identitas Kawasan Bersejarah Di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin (Banjar Traditional House Existence As Historical Region Identity In North Kuin-Banjarmasin) 1 2 3 4 3. Tipe Balai Bini Di kawasan studi terdapat 8 buah E. Kondisi masih baik usia + 80 RT 11 F. Kondisi masih baik usia + 100 RT 9 G. Kondisi masih baik usia + 90 RT 8 H. Kondisi masih baik usia + 80 RT 8 I. Kondisi setengah rusak. Bangunan ini sudah tidak ditempati lagi karena lantainya banyak yang sudah lapuk. usia + 100 RT 7 J. Kondisi setengah rusak. Bagian bangunan yang ditempati hanya depan, sedangkan bahian belakangn ya sudah tidak dapat ditempati lagi. Usia + 120 RT 2 K. Kondisi kurang baik usia + 90 RT 9 L. Kondisi rusak. Bangunan ini sudah tidak ditempati lagi. usia + 100 RT 7 5

ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.1 Januari - Juni 2014 1 4. 2 Tipe Balai Laki Di kawasan studi terdapat 1 buah 3 M. Kondisi baik dan sudah di atap dan tampak bangunanny a. Usianya + 80 tahun, RT 6 5. Tipe Palimbangan Di kawasan studi terdapat 1 buah N. Kondisi kurang baik usia + 90 RT 9 Rumah tipe balai bini kondisi kurang baik Rumah tipe bubungan tinggi kondisi 4 Rumah tipe balai bini Rumah tipe balai bini Rumah tipe gajah kondisi rusak kondisi kurang manyusu kondisi baik kurang baik Rumah tipe balai bini Rumah tipe Balai Lakii yang mengalami tampak Rumah tipe Balai Bini yang mengalami sedikit Rumah tipe balai Rumah tipe palimbangan 6 Rumah tipe bubungan tinggi Rumah tipe Balai Bini yang mengalami sedikit Rumah tipe gajah menyusu kondisi memprihatinkan

Eksistensi Rumah Tradisional Banjar Sebagai Identitas Kawasan Bersejarah Di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin (Banjar Traditional House Existence As Historical Region Identity In North Kuin-Banjarmasin) B. Perubahan Bentuk Bangunan Berdasarkan eksisting terlihat bahwa bentuk bangunan yang mempunyai ciri rumah tradional Banjar di sepanjang koridor jalan Kuin Utara terdapat 14 buah rumah kondisi baik ataupun kurang baik bahkan rusak. Kondisi rumah tradisional yang kurang baik masih ditempati, walaupun kondisinya memprihatinkan. Bentuk rumah tradisional Banjar se besar berangsur punah, hal ini disebabkan karena: 1. Pemiliknya mengubah bentuk bangunan yang dianggap mengikuti perkembangan jaman. 2. Rumah tradisonal merupakan rumah warisan yang kemudian dibagi-bagi dan diwariskan anaknya. Pem rumah ini mengubah bentuk bangunan secara total, bahkan ada yang asalnya satu rumah sekarang menjadi 3 buah rumah. 3. Tetapi ada pula bangunan yang dalam kondisi memprihatinkan karena tidak diperbaiki, hal ini disebabkan: a. Kondisi ekonomi keluarga yang menempati sangat miskin. b. Rumah yang ditempati merupakan hak orang banyak (banyak pewarisnya). c. Bukan hak milik. Kondisi bentuk rumah di kawasan studi ini lebih didominasi oleh rumah yang berbentuk masa kini sehingga keberadaan rumah tradisional jadi tenggelam. Berkurangnya bentuk rumah tradisional disebabkan karena adanya perubahan bentuk yang dilakukan oleh pemiliknya. Rumah yang ditempati oleh penduduk kebanyakan adalah rumah warisan. Pada asalnya berbentuk rumah tradisional yang kemudian diperbaiki karena kualitas bahan yang memprihatinkan dan menyesuaikan kebutuhan penghuni sekarang. Hubungan antara cara mendapatkan rumah dan perbaikan rumah dapat dilihat tabel 2 berikut: Count Cara Mendapatkan rumah Count Total Tabel 2. Cara mendapatkan rumah vs perbaikan rumah Membuat sendiri Warisan orang tua Membeli dari orang lain Ikut orang tua Sewa/kontrak Perbaikan rumah ya tidak Total 13 8 21 27 12 39 7 3 10 7 9 16 0 6 6 54 38 92 Pada tabel 2 terlihat bahwa yang paling banyak melakukan perbaikan rumah adalah responden yang mendapatkan rumah secara warisan dari orang tua (asalnya berbentuk rumah tradisional). Bagian rumah yang diperbaiki dapat dilihat tabel 3 berikut: Tabel 3. Cara mendapatkan rumah vs rumah yang diperbaiki Cara Membuat sendiri Mendapatkan Warisan orang tua rumah Membeli dari orang lain Ikut orang tua Sewa/kontrak Total mengubah tampak Bagian rumah yg diperbaiki Mengubah susunan mengubah konstruksi mengubah ruang dan rumah ruang rumah konstruksi Total 2 2 2 6 9 21 2 5 8 12 12 39 4 0 0 3 3 10 5 0 1 1 9 16 0 0 0 0 6 6 13 7 11 22 39 92 Pada tabel 3 terlihat bahwa yang paling banyak melakukan perbaikan rumah adalah responden yang mendapatkan rumah secara warisan dari orang tua (asalnya berbentuk rumah tradisional) dan melakukan perbaikan mengubah ruang dan konstruksi. Hal ini membuktikan keberadaan rumah bercirikan rumah tradisional semakin langka karena adanya pengaruh perubahan bentuk bangunan. Dari kedua hasil crosstabs ini (tabel 2 dan 3) membuktikan bahwa bentuk bangunan di kawasan studi sudah banyak mengalami perubahan. Padahal bentuk bangunan adalah potensi yang dapat dijadikan sebagai ciri khas permukiman sebagai identitas kawasan yang menjadi daya tarik kawasan bersejarah. Bentuk tampilan bangunan rumah yang banyak terdapat di kawasan studi adalah bentuk masa kini tipe atap pelana. Bahan bangunan yang digunakan masih didominasi oleh kayu bentuk rumah 7

ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.1 Januari - Juni 2014 panggung, hanya beberapa buah bahan dinding dari bata. C. Upaya Pelestarian Rumah Tradisional Banjar Bentuk bangunan yang memiliki ciri arsitektur rumah tradisional Banjar merupakan potensi khas fisik permukiman. Keberadaannya perlu dilestarikan agar tidak punah. Dalam upaya untuk melestarikan bentuk bangunan, maka berdasarkan Piagam Burra dapat dilakukan hal sebagai berikut: a. Pemugaran atau rehabilitasi, merupakan upaya mengembalikan kondisi fisik bangunan seperti semula membuang elemen tambahan serta memasang kembali elemen orisinil yang telah hilang tanpa menggunakan bahan baru. Hal ini dilakukan terhadap rumah tradisional Banjar yang se rusak dan se mengalami tampilan bangunannya. b. Rekonstruksi (pembangunan ulang atau penataan ulang) dapat diartikan sebagai upaya mengembalikan suatu tempat semirip mungkin keadaan semula menggunakan bahan lama atau baru. Hal ini dilakukan terhadap rumah yang bertipe masa kini, misalnya mengolah kembali tampilan bangunan yang menyerupai tipe rumah tradisional Banjar mengambil se elemennya seperti penggunaan ukiran khas Banjar listplang bangunan dan pagar teras. Upaya rekonstruksi bangunan yang bertipe masa kini ini dilakukan agar suasana kawasan bersejarah masih dapat terwujud melalui elemen-elemen tradisional (khas rumah tradisional). Kedua upaya pelestarian ini dilakukan untuk memunculkan kembali keaslian bentuk bangunan terutama bangunan yang masih terlihat bentuk tradisionalnya. Dengan upaya ini diharapkan identitas kawasan bersejarah dari segi fisik bangunan dapat ditonjolkan kembali. 8 Upaya pelestarian rumah tradisional dapat pula dilakukan terhadap bangunan cara adaptive re-use (pemakaian baru) yaitu kegiatan pemanfaatan bangunan lama untuk fungsi baru didasarkan atas pertimbangan ekonomi, dalam upaya menyelamatkan bangunan lama. Pada rumah tradisional dapat difungsikan sebagai rumah makan khas daerah, pusat kerajinan dan toko cenderamata. Berkaitan penggunaan bahan bangunan terutama bahan atap dari sirap (banyak digunakan oleh bangunan tradisional) keberadaannya sekarang ini sangat langka dan bahkan tidak dijual lagi dipasaran. Untuk upaya preservasi dan rehabilitasi, maka perlu adanya toleransi terhadap kondisi ini dan perlu dicari bahan pengganti sintetis yang bentuknya menyerupai bahan yang sudah langka tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Identitas kawasan bersejarah dapat diwujudkan melalui bentuk bangunan yang memiliki ciri-ciri arsitektur tradisional Banjar dan usianya lebih dari 100 tahun sehingga layak untuk dilestarikan. Eksistensi rumah tradisional di kawasan bersejarah mulai memprihatinkan sehingga perlu adanya upaya pelestarian untuk menjaga keberadaannya sebagai kekhasan fisik kawasan. Upaya pelestarian dapat dilakukan melalui rehabilitasi, rekonstruksi ataupun adaptif reuse. Upaya rekonstruksi sudah pernah dilakukan di kawasan bersejarah Kuin ini tahun 2003, tapi masa sekarang ini, pemeliharaan terhadap hasil rekonstruksi tersebut tidak ada. Ini akibat kurangnya kontrol dan kesadaran dari masyarakat untuk merasa memiliki lingkungan permukimannya yang memiliki kekhasan dibandingkan kawasan lain. Oleh karena itu, sebuah kawasan bersejarah perlu adanya sebuah lembaga pengelola untuk menjaga keberlanjutan identititas kawasan bersejarah salah satunya adalah rumah tradisional. Selain itu yang paling penting adalah peran serta dari masyarakat sebagai penghuni kawasan

Eksistensi Rumah Tradisional Banjar Sebagai Identitas Kawasan Bersejarah Di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin (Banjar Traditional House Existence As Historical Region Identity In North Kuin-Banjarmasin) tersebut untuk dapat memelihara identitas kawasan bersejarahnya. DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, Eko (1997) Arsitektur sebagai Warisan Budaya. Penerbit Djambatan. Jakarta. Rapoport, Amos (1969) House Form and Culture. Prentice-Hall,Inc. USA Seman, Syamsiar (2001) Arsitektur Tradisional Banjar Kalimantan Selatan. Ikatan Arsitektur Indonesia Daerah Kalimantan Selatan. Banjarmasin Sidharta (1989) Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Silas, Johan (1996) Kampung Surabaya Menuju Metropolitan. Yayasan Keluarga Bhakti dan Surabaya Post. Surabaya. Tharziansyah, Muhammad (2002) Tesis : Preferensi Perumahan Permukiman Tradisional dan Modern, Studi Kasus Kelurahan Kuin Utara dan Kelurahan Kuripan Banjarmasin. Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung. Bandung. Turner,, John F.C (1972) Freedom To Build : Dweller Control of the Housing Process. The Macmillan Company. New York Waterson, Roxana (1993) The Living House : An Anthropology Architecture in South- East Asia. Oxford University Press. Singapore 9

ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.1 Januari - Juni 2014 10