Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

dokumen-dokumen yang mirip
Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

Dairi merupakan salah satu daerah

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penentuan mutu biji kakao yang diperoleh dengan berdasarkan uji

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL

Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu juga kakao juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan dari kebun-kebun sempit milik petani yang menjadi salah satu pilar

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. pengembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

IMPLEMENTASI GMP (Good Manufacturing Practice) PADA PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEDIRI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

Arang Tempurung Kelapa

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

PENINGKATAN KUALITAS HASIL PANEN KOPI KELOMPOK TANI, DESA BANYUKUNING, KABUPATEN SEMARANG

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN

I NYOMAN WATA APHP Ahli Muda, Dinas Perkebunan Provinsi Bali ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO. Ketua : Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Herdradjat Natawidjaya

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOPI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

PENANGANAN PASCA PANEN

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Penangan Pascapanen Kakao di Desa Tarobok Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN

SANITASI DAN KEAMANAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM USAHA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

RANCANG BANGUN MESIN PENGOLAH BUAH KAKAO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

PENGOLAHAN BUAH LADA

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN

Buah belimbing manis segar Dewan Standardisasi Nasional - DSN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

Biji mete kupas (cashew kernels)

METODOLOGI PENELITIAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

PASCA PANEN BAWANG MERAH

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

Didalam pembuatan minyak goreng dapat dikelompokkan menjadi

Transkripsi:

PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi memenuhi jumlah yang layak untuk membangun jalur dan mekanisme pemasaran hasil yang menguntungkan. Selain itu, dengan cara pengolahan yang baku, konsistensi mutu hasil lebih terjamin dan juga beberapa syarat dasar manajemen mutu dapat diterapkan secara lebih optimal. Panen buah masak Penyimpanan buah Sortasi buah Pengupasan buah Fermentasi Pengering mekanis Pengeringan Sortasi Penggudangan Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENGOLAHAN KAKAO 1

Salah satu falsafah manajemen mutu adalah mutu suatu produk sangat ditentukan oleh setiap tahapan proses produksi. Untuk itu, tahapan (aliran) proses produksi yang menjamin kepastian mutu harus didefinisikan secara jelas berikut dengan tolok ukurnya. Pengawasan dan pemantauan setiap tahapan proses dilakukan secara rutin agar saat terjadi penyimpangan mutu suatu tindakan koreksi dan pembenahan yang tepat sasaran dapat segera dilakukan. Umpan-balik jika terjadi penyimpangan mutu dari masingmasing tahapan produksi sangat. SORTASI BUAH Sortasi buah merupakan salah satu tahapan proses produksi yang penting untuk menghasilkan biji kakao bermutu baik. Sortasi buah ditujukan untuk memisahkan buah kakao yang sehat dari buah yang rusak terkena penyakit, busuk atau cacat. Buah sehat akan tercemar oleh buah busuk jika ditimbun dalam satu tempat sama. Buah yang terkena serangan hama dan penyakit hendaknya ditimbun di tempat terpisah dan segera dikupas kulitnya. Setelah diambil bijinya, kulit buah segera ditimbun dalam tanah untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit ke seluruh kebun. Sortasi buah juga merupakan hal sangat penting terutama jika buah kakao hasil panen harus ditimbun PENGOLAHAN KAKAO 2

terlebih dahulu selama beberapa hari sebelum dikupas kulitnya. PENGUPASAN KULIT BUAH Tujuan pengupasan buah adalah untuk mengeluarkan dan memisahkan biji kakao dari kulit buah dan plasentanya. Biji kakao kemudian ditampung di wadah yang bersih, sedang kulit buah dan plasentanya dibuang sebagai limbah. Alat pemecah buah yang umum dipakai adalah golok atau sabit. Pemecahan buah harus dilakukan secara hati-hati supaya biji tidak terlukai atau terpotong oleh alat pemecah. Gambar. Mesin pengupas kulit buah kakao PENGOLAHAN KAKAO 3

Karena jumlah panennya relatif kecil, pengupasan buah oleh petani biasanya dilakukan oleh anggota keluarganya. Prestasi kerja pengupasan berkisar antara 800-1000 buah per orang per hari. Tidak demikian halnya jika pengolahan kakao rakyat dilakukan secara kelompok dengan kapasitas besar. Pengupasan buah memerlukan banyak tenaga kerja. Sebagai ilustrasi, unit pengolahan kakao dengan kapasitas 5 ton biji basah per hari membutuhkan pasokan buah kakao antara 50.000-60.000 buah. Jika dilakukan secara manual, jumlah tenaga pengupas buah diperkirakan antara 60 sampai 75 orang. Untuk lokasi kebun di mana jumlah tenaga kerja terbatas dan dibutuhkan bahan baku yang serempak, pengupasan buah dapat dibantu dengan mesin yang mampu mengupas sebanyak 6.000-8.000 buah per jam. Seperti disajikan pada gambar. Buah kakao dipecah dengan dua buah silinder dengan putaran berlawanan. Celah antar permukaan silinder diatur sedemikian rupa sehingga kulit buah bagain luar terpecah menjadi fraksi-fraksi kulit buah, sedangkan biji-biji kakao yang terikat oleh plasenta tidak terluka atau rusak. Fraksifraksi kulit, biji dan plaseta kemudian dilewatkan di atas ayakan getar dua tingkat. Fraksi kulit buah terpecah dengan ukuran yang relatif besar sehingga pecahannya tertahan di atas ayakan pertama dan dikumpulkan lewat corong PENGOLAHAN KAKAO 4

pengeluaran. Getaran ayakan menyebabkan biji kakao terlepas dari kulit buah atau plasenta pengikatnya dan lolos lewat lubang ayakan pertama, namun tertahan di atas ayakan yang kedua. Kumpulan biji-biji kakao yang tertahan diayakan kedua meluncur dan terkumpul lewat corong ayakan yang kedua. Pecahan-pecahan kulit yang kecil (< ukuran biji) akan lolos lewat lubang ayakan kedua dan terkumpul di dalam bak paling bawah. FERMENTASI Fermentasi bertujuan untuk membentuk cita-rasa khas cokelat serta mengurangi rasa pahit dan sepat yang ada di dalam biji kakao. Beberapa aspek penting untuk kesempurnaan proses fermentasi adalah berat biji yang akan difermentasi, pengadukan (pembalikan), lama fermentasi dan rancangan kotak fermentasi. Proses fermentasi berlangsung secara alami oleh mikroba dengan bantuan oksigen dari udara. Mikroba memanfaatkan senyawa gula yang ada di dalam pulpa sebagai media tumbuh sehingga lapisan pulpa terurai menjadi cairan yang encer dan keluar lewat lubang-lubang di dasar dan dinding peti fermentasi (Rohan, 1963). Oksigen, yang semula terhalang lapisan pulpa, dapat masuk ke dalam tumpukan biji. Kondisi aerob (kaya oksigen) ini PENGOLAHAN KAKAO 5

dimanfaatkan oleh bakteri aseto-bakteri untuk mengubah alkohol menjadi asam asetat dengan mengeluarkan bau khas yang menyengat. Proses oksidasi juga menghasilkan panas (eksotermis) yang menyebabkan suhu tumpukan biji berangsur naik dan mencapai maksimum mendekati 45-48 C setelah hari ke tiga. Pada hari berikutnya, suhu biji cenderung stabil dan bahkan sedikit menurun sampai hari ke lima. Gambar. Peti fermentasi kapasitas 625 kg (atas) dan kapasitas 40 kg (samping) PENGOLAHAN KAKAO 6

PENGERINGAN Pengeringan biji kakao sebaiknya dilakukan dengan dua tahap. Proses pengeringan diawali denan proses penjemuran untuk mengurangi kadar air awal biji kakao dari 55% sampai dengan kadar air 25%, kemudian diikuti dengan tahap kedua yaitu proses pengeringan secara mekanis. Gambar. Pengering biji kakao dengan bahan bakar kayu Kontinuitas sumber panas untuk proses pengeringan mekanis dapat lebih terjamin siang dan malam hari sehingga biji kakao dapat langsung dikeringkan sampai kadar air 7% dalam waktu yang lebih terkontrol. Dengan kombinasi cara PENGOLAHAN KAKAO 7

pengeringan tersebut, resiko kerusakan biji kakao karena serangan jamur dapat diminimalkan, dan biaya pengeringan dapat ditekan. Ada beberapa pilihan sumber energi untuk pengeringan, minyak tanah, oli bekas, minyak jarak dan sejenisnya dan kayu bakar. Pemilihan sumber energi sesuai dengan ketersediaan yang ada. Selain itu telah dikembangkan pula pengering dengan sumber panas kolektor surya yang dipasang pada atap gedung pengolahan biji kakao, di mana peti fermentasi dan bak pengering mekanis dipasang secara berurutan. Gambar. Pengering Biji Kakao Berbahan Bakar Minyak PENGOLAHAN KAKAO 8

PENGUKURAN KADAR AIR Penentuan kadar air biji kakao merupakan salah satu tolok ukur proses pengeringan agar diperoleh mutu hasil yang baik dan biaya pengeringan yang murah. Selama proses pengeringan berjalan, selain melihat tampilan fisik biji kakao, kadar airnya perlu diukur dengan pengukur kadar air yang sudah terkalibrasi. Pengeringan yang berlebihan (menghasilkan biji kakao dengan kadar air jauh di bawah 7%) merupakan pemborosan bahan bakar dan merugikan karena terjadinya kehilangan berat. Sebaliknya jika terlalu Gambar. Alat ukur kadar air digital singkat, maka biji kakao belum mencapai kadar air keseimbangan (7 %) dan menjadi rentan terhadap serangan jamur saat disimpan atau diangkut ke tempat konsumen. Gambar di bawah ini adalah alat pengukur kadar air biji kakao secara elektronik. Prinsip kerja alat ini relatif sederhana, namun mempunyai tingkat akurasi yang baik. PENGOLAHAN KAKAO 9

SORTASI BIJI Salah satu aspek mutu biji kakao yang sangat penting bagi konsumen adalah keseragaman ukuran biji (Bacian Agrobisnis, 1998). Sortasi ditujukan untuk mengelompokkan biji kakao berdasarkan ukuran fisiknya dan sekaligus memisahkan kotoran-kotoran yang tercampur di dalamnya. Mesin sortasi ukuran yang umum digunakan adalah jenis silinder berputar atau jenis datar dengan getaran dengan kapasitas antara 500-1.250 kg per jam. Gambar. Mesin Sortasi Tipe Datar dengan Getaran PENGOLAHAN KAKAO 10

Mesin sortasi mempunyai tiga saringan dengan memisahkan biji dengan golongan mutu A, B dan C. Secara kuantitatif definisi mutu A adalah golongan biji dengan ukuran besar dan mempunyai jumlah biji antara 85-90 untuk setiap 100 g. Mutu B adalah golongan biji dengan ukuran medium dan mempunyai jumlah biji antara 95-110. Sedangkan mutu C adalah golongan biji dengan ukuran kecil dan mempunyai jumlah biji di atas 120. Biji pecah keluar dari ayakan paling bawah untuk mesin tipe getar. Untuk biji dengan ukuran sangat besar masuk golongan mutu AA dengan jumlah biji kurang dari 85. Biji dengan mutu AA keluar lewat corong paling atas. Biji hasil sortasi atas dasar ukuran kemudian dikemas di dalam karung goni. Setiap karung mempunyai berat bersih 60 kg dan diberi label yang menunjukkan jenis mutu dan identitas produsen dengan menggunakan pelarut non minyak. PENGGUDANGAN Penggudangan bertujuan untuk menyimpan biji kakao hasil sortasi dalam kondisi yang aman sebelum di pasarkan ke konsumen. Serangan jamur dan hama pada biji kakao selama penggudangan merupakan penyebab penurunan mutu yang serius. Jamur merupakan cacat mutu yang tidak dapat diterima oleh konsumen karena menyangkut rasa dan PENGOLAHAN KAKAO 11

kesehatan termasuk beberapa jenis jamur penghasil okhratoksin. Udara yang humid pada gudang di daerah tropis merupakan pemicu utama pertumbuhan jamur pada biji, sedangkan sanitasi atau kebersihan yang kurang baik menyebabkan hama gudang seperti serangga atau tikus akan cepat berkembang dan pada akhirnya akan merusak biji kakao sebagai makanan. Gambar. Susunan Karung-Karung Biji Kakao PENGOLAHAN KAKAO 12

Tumpukan karung-karung biji kakao harus disangga dengan papan kayu (palet) agar tidak langsung bersinggungan dengan permukaan lantai dan diberi jarak 10-20 cm dari dinding, karena sifatnya yang rapuh karung biji kakao ditumpuk rapi di dalam ruangan dengan jumlah tumpukan maksimal 6 karung. PENGOLAHAN KAKAO 13