BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional

BAB 1 PENDAHULUAN. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE SCRAMBLE PADA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kebijakan yang akan menunjukkan kemana bangsa ini akan

2014 PENERAPAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANKONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikhususkan menggunakan strategi studi kasus deskriptif. Metode kualitatif lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah

INSTRUKSI 1 S/D 8 DI SETIAP 5 MENIT : ZONA A1 ZONA B1 ZONA B2 ZONA A2

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan AGUS PRASETYO A

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seseorang yang terlahir ke dunia pada dasarnya dalam keadaan

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Stoner dalam bukunya Sudarsono (2002:65), Organisasi. merupakan suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang,

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa anak berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah rancangan Case Experimental

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keberadaan kecerdasan emosional merupakan suatu kondisi yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. inklusif MAN Maguwoharjo, D.I. Yogyakarta mengalami masalah dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millatulhaq, 2014

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan manusia lain. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Tarigan. bahasa tertentu sebagai alat komunikasinya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR. SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pkn SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

Kata kunci: bimbingan kelompok, buzz group, komunikasi interpersonal.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Oleh : SUGIYARTA, SH NIM : P NIRM :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kepuasan kerja karyawan merupakan masalah yang penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kadang-kadang naluri ini terbentur pada Takdir Illahi, di mana kehendak

Validitas Item Self-Esteem

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat transisi, yaitu dari masyarakat agraris menjadi masyarakat

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian dilaksanakan melalui

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial yang


BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

PENGARUH TATA TERTIB DAN BIMBINGAN WALI KELAS TERHADAP PENEGAKAN KEDISIPLINAN SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu anak mempunyai hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PERANAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN GANGGUAN AUTISME DI SEKOLAH INKLUSIF (STUDI DESKRIPTIF DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU RUHAMA)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang akan terus berhubungan dengan lingkungannya sosialnya. Hubungan yang terbentuk antara manusia satu dengan manusia lainnya dapat berbentuk hubungan individu dengan individu, contohnya hubungan individu dengan individu adalah seorang anak dengan ibunya, seorang anak dengan temannya dan lain-lian. Hubungan individu dengan kelompok contohnya seorang anak dengan adik-adiknya, seorang anak dengan teman-teman bermainnya, seorang guru dengan siswa-siswanya di kelas, dan lain-lain. Kemudian hubungan kelompok dengan individu contohnya yakni para tentara dengan komandannya, para peserta seminar dengan seorang pembicara dan lainlain. Hubungan yang terbentuk akan berjalan dengan baik bila manusiamanusia yang terlibat didalamnya dapat mengikuti norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya bertutur kata yang sopan dan santun, jujur, bertanggung jawab, mampu bekerja sama, saling menghargai dan lain-lain. Meskipun demikian, perbedaan budaya antara daerah yang satu dengan yang lainnya dapat memicu konflik disebabkan perbedaan takaran norma yang berlaku. Contohnya : penggunaan kata kau dalam suku bugis-makassar dianggap kasar berdasarkan norma yang ada. Akan tetapi, didaerah suku batak penggunaan kata kau masih dianggap tidak kasar. Olehnya itu penting bagi kita untuk menyesuaikan diri dengan mengikuti norma dan aturan yang berlaku dimana kaki kita dipijak. Namun, faktanya tidak semua manusia mampu berinteraksi sosial dengan baik yang ditandai kemampuan mengikuti norma dan aturan yang berlaku di dalam suatu lingkungan. Norma dan aturan tersebut dapat berupa menjawab dan menoleh keorang yang memanggil saat dipanggil namanya, bermain sesuai dengan fungsi alat permainan itu. Serta mampu mengikuti perubahan rutinitas 1

2 yang tiba-tiba terjadi dalam suatu lingkungan. Salah satu contoh dari individu manusia yang mengalami hambatan berinteraksi sosial adalah anak dengan hambatan autisme yang ditandai dengan kesulitan belajar pada area berkomunikasi, area interaksi sosial dan kurangnya fleksibilitas dalam berpikir dan bertingkah laku. Penelitian ini mengkaji permasalahan anak autistik pada area kedua, yakni kesulitan dalam berinteraksi sosial. Secara teoritis dipilihnya ruang lingkup permasalahan anak autistik pada area kedua tersebut karena sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hardiono (2003), Peteers berdasarkan terjemahan Simbolon (2009), Christie dkk (2010) bahwa yang lebih penting diperbaiki dulu diantara ketiga kriteria DSM IV mengenai anak autistik yakni interaksi sosialnya. Bila interaksi membaik, seringkali gangguan komunikasi dan perilaku akan membaik secara otomatis jadi seberapa besar semua usaha untuk bagaimana membelajarkan siswa akan sia-sia bila anak memiliki modalitas/potensi yang kurang memadai untuk berhubungan sosial dengan orang lain dan dalam lingkungannya. Dan karena kemampuan interaksi sosial merupakan salah satu dari beberapa kemampuan yang harus dimiliki setiap individu agar dapat membina hubungan baik dengan individu lain dan melakukan penyesuaian diri di tempat tinggalnya sehingga kenyamanan akan diperolehnya. Kemudian secara empiris melalui suatu studi pendahuluan, ditemukan profil anak yang terdiri dari kemampuan-kemampuan, ketidakmampuanketidakmampuan dan kebutuhan belajar subyek mengarah kepada ruang lingkup hambatan interaksi sosial. Kemampuan-kemampuan anak yang teridentifikasi yakni mampu kontak mata, paham instruksi sederhana dari seorang lain misalnya kesini, kesana, lompat. Selain itu kemampuan indera anak seperti perabaan, pendengaran, penglihatan tidak mengalami permasalahan. Dapat bermain permainan dengan hanya melibatkan satu orang lain, misalnya permainan kartu gambar, permainan

3 lempar tangkap bola. Mengetahui nama-nama tempat berdasarkan gambar. Mampu membedakan angka/huruf satu dengan yang lainnya. Dari studi pendahuluan itu juga ditemukan berbagai ketidakmampuan yang ada pada anak autistik yang dijadikan subyek penelitian. ketidakmampuanketidakmampuan tersebut yakni anak tidak mampu memainkan suatu permainan kelompok tertentu misalnya bermain congklak, monopoli, petak umpet dan lainlain. Anak tidak mampu mengikuti instruksi sesuai aturan saat berada dalam aktivitas kelompok tertentu misalnya : prosedur berbaris didepan kelas yang terdiri dari merentangkan tangan untuk mengatur kesesuaian jarak dengan yang disampingnya, meluruskan tangan ke depan untuk menyesuaikan barisan ke depan, mengacungkan tangan saat ingin menjawab pertanyaan guru. Anak tidak tahu fungsi dari seperangkat permainan kelompok yang dimainkannya. Anak hanya bermain dengan caranya sendiri. Tidak menampakkan suatu bentuk saling bekerjasama dalam permainan yang membutuhkan kerjasama antar pemainpemainnya. Setelah studi pendahuluan, dilakukanlah studi literatur untuk menentukan kebutuhan belajar apa yang sebaiknya diberikan ke anak yang selanjutnya dirumuskan ke bentuk indikator terpenting yang akan di teliti dari beberapa permasalahan interaksi sosial yang dialami oleh anak autistik. Disamping itu, melalui studi literatur peneliti juga ingin menentukan jenis pendekatan apa yang secara asumsi cocok untuk mengatasi indikator permasalahan yang dialami subyek (anak autistik) berdasarkan penelitian terdahulu. Kemudian dari hasil studi literatur juga diperoleh bahwa bila semua anak autistik harus didefinisikan sebagai individu yang penyendiri dan hidup di dunianya sendiri itu adalah awal kekeliruan identifikasi mengenai hambatan sosial yang dimiliki oleh anak. Karena kesulitan berinteraksi sosial pada anak autistik lebih disebabkan oleh kurangnya pemahaman sosial bukan ketertarikan sosial. Hal ini sesuai dengan kemampuan dasar anak yang teridentifikasi setelah dilakukan studi pendahuluan. Saat bermain, anak tertarik untuk berinteraksi

4 dengan temannya tetapi tidak tahu bagaimana melakukan permainan kelompok itu dengan baik dan benar sesuai instruksi-instruksi atau aturan-aturan permainan. Untuk membantu subyek (anak autistik) memecahkan permasalahan interaksi sosial subyek yang telah disebutkan sebelumnya, dipilihlah pendekatan bimbingan kelompok dengan teknik bermain. Secara teoritis, alasan dipilihnya yakni menurut Nandang (2009:14) Bimbingan kelompok dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota kelompok untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi. Beberapa keuntungan-keuntungan diselenggarakannya bimbingan kelompok yakni memiliki efektifitas dan efisiensinya yang lebih, pengaruh seseorang atau beberapa orang terhadap anggota kelompok lainnya dapat dimanfaatkan, terjadinya tukar menukar pengalaman diantara para anggotanya yang dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku individu. Dari penguraian keuntungan ini tergambarkan perihal pentingnya bimbingan kelompok. Selanjutnya dari berbagai sumber, bimbingan kelompok memiliki sifat yang beragam, mulai dari yang bersifat informatif sampai bersifat terapeutik. Kemudian, dalam prakteknya bimbingan kelompok dapat dilakukan melalui berbagai suasana dan teknik, salah satunya melalui bermain. Peneliti memilih teknik bermain dalam menyampaikan materi bimbingan kelompok. Dipilihnya teknik bermain, karena teknik bermain telah banyak mengantarkan anak-anak untuk mengejar keterlambatan dan mencapai tingkat perkembangan sesuai dengan usianya. Hal ini sejalan dengan pandangan Vigotsky mengenai bermain yang dikemukakan oleh Yunus (2009) bahwa Vigotsky memandang bahwa bermain membentuk Zona Proximal Development/ ZPD (wilayah pengembangan optimal) pada anak. Zona ini adalah jarak kemampuan actual dengan kemampuan potensial

5 seorang anak. ZPD pada seorang anak membutuhkan pembimbingan dari orangorang dewasa atau bekerja dengan teman sebaya yang berpengetahuan lebih. Dari konsep ini, Vigotsky mengidentifikasikan dua karakteristik utama dari bermain yang mengidentifikasi keunikan bermain dan peranannya bagi perkembangan anak. Pertama, bermain melahirkan situasi imajineri bagi anak. Dan kedua, bermain memiliki aturan dimana aturan yang dibuat anak berdasarkan pemahamannya sendiri tentang bagaimana seharusnya sesuatu. Lalu penelitian terdahulu yang mendasari asumsi dipilihnya bimbingan kelompok dengan teknik bermain untuk membantu subyek (anak autistik) memecahkan hambatan interaksi sosialnya yakni dari penelitian Fitriyah (2010) hasil yang diperoleh yakni ada peningkatan yang signifikan pada skor kemampuan interaksi sosial siswa autis sesudah penggunaan permainan Gobak Sodor dalam bimbingan kelompok. Penelitiannya tersebut melibatkan teman-teman subyek dan pembimbingan dipimpin oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian tersebut materi teraupetik dalam bimbingan kelompok disampaikan melalui tahapan bimbingan kelompok dari Prayitno. Kedua variabel yag diteliti tersebut (bimbingan kelompok melalui teknik bermain dan interaksi sosial anak autistik/subyek) memiliki posisi yang penting dalam bidang ilmu yang sedang dipelajari oleh peneliti. Posisi pentingnya tersebut yakni bila kemampuan interaksi sosial subyek tidak dilatih dan tidak dibantu oleh orang yang lebih dewasa dalam sistem yang terstruktur berdasarkan kebutuhan psikologis dasar subyek misalnya sesuai tahapan perkembangannya, usianya, ramah anak, minat, bakat dan kesenangannya, maka dapat diprediksi bahwa subyek akan mengalami kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas setting inklusif yang terdiri dari banyak siswa dengan macam dan tingkat heterogenitas yang cukup besar. Dengan demikian, maka pada kesempatan penelitian ini akan mengkaji, menerapkan dan melihat pengaruh penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik bermain terhadap kemampuan interaksi sosial anak autistik. Dalam

6 bimbingan kelompok dengan teknik bermain tersebut melibatkan teman-teman subyek dan pembimbingan dipimpin oleh peneliti sendiri agar aktivitas bimbingan dapat berlangsung terstruktur dan terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yakni perubahan perilaku kearah yang lebih baik. B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, masalah yang teridentifikasi untuk dicarikan solusi dalam penelitian ini yakni : a. Anak tidak mampu memainkan suatu permainan kelompok tertentu. b. Anak tidak mampu mengikuti aturan / Anak hanya bermain dengan caranya sendiri dalam suatu aktivitas kelompok tertentu misalnya permainan kelompok. c. Anak tidak mampu mengacungkan tangan saat ingin menjawab pertanyaan guru. d. Anak tidak tahu fungsi dari seperangkat permainan kelompok yang dimainkannya. e. Tidak mampu bekerjasama dalam permainan yang membutuhkan kerjasama antar pemain-pemainnya. 2. Batasan Masalah Dari latar belakang tergambarkan bahwa kebutuhan belajar interaksi sosial subyek bukan menjadi suatu hal yang menjadi prioritas layanan. Selain itu, subyek juga kurang mendapat kesempatan belajar pada lingkungan sosialnya baik di kelas maupun di luar kelas karena anak dianggap tidak mampu bergaul dengan baik sesuai dengan tuntutan lingkungan. Misalnya saat subyek diberi instruksi saat belajar dikelas dan bermain diluar kelas selama jam istirahat. Dengan begitu, minimnya kesempatan belajar dan pertukaran pengalaman sosial yang diperoleh subyek dalam lingkungannya menjadi landasan untuk memprediksi modalitas interaksi sosial dasar yang telah

7 menjadi potensi subyek tidak akan berkembang dan tidak tersalurkan menuju kemampuan aktual dengan cara yang baik dan seoptimal mungkin. Maksudnya, saat anak mampu mengikuti instruksi sederhana dari pembimbing secara one by one, kemampuan ini sebaiknya dibimbing lagi kepada kemampuan mengikuti instruksi dalam setting kelompok. Hal tersebut untuk melatih kemampuan mengikuti instruksinya sesuai aturan sosial yang ada dalam lingkungannya. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan untuk mewadahi kesempatan belajar pada anak autistik/subyek yang mengatasi hambatan interaksi sosial adalah bimbingan kelompok yang materi terapeutiknya disampaikan melalui teknik bermain. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni : Bagaimana pengaruh penggunaan bimbingan kelompok melalui teknik bermain terhadap peningkatan kemampuan interaksi sosial anak autistik dalam hal kemampuan mengikuti intruksi saat bermain dalam permainan kelompok di SD Inpres Maccini Baru Makassar? D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bimbingan kelompok melalui teknik bermain terhadap kemampuan interaksi sosial dalam hal kemampuan mengikuti intruksi saat bermain dalam permainan kelompok di SD Inpres Maccini Baru Makassar. E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik bersifat teoritik maupun praktis. Berikut uraian manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini, antara lain :

8 1. Manfaat teoritis : Untuk peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan menjadi acuan teoritis dalam upaya untuk mengembangkan konsep layanan bimbingan dan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus pada umumnya dan anak autisitik pada khususnya. 2. Manfaat Praktis : Untuk pendidik, konselor dan praktisi lainnya sebagai bahan informasi dan masukan pengalaman dalam menerapkan bimbingan kelompok dengan teknik bermain untuk mengembangkan kemampuan interaksi sosial anak autistik. F. Organisasi Tesis Adapun uraian dari organisasi tesis ini terdiri dari Lima Bab yakni bab pertama terdiri dari pendahuluan yang menguraikan latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua menguraikan tentang kajian pustaka yang berfungsi sebagai pedoman/ landasan teoritik akan variabel-variabel yang diteliti. Bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang berisi subyek dan lokasi penelitian, jenis dan desain penelitian, metode penelitian, variabel dan definisi operasional, instrument penelitian, validitas data, reliabilitas data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab keempat berisi hasil penelitian. Selanjutnya pada bab kelima berisi kesimpulan dan saran.