Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Penggunaan Kulit Buah Jagung Amoniasi dalam Ransum Ternak Sapi

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Kecernaan In Sacco Beberapa Pakan Serat yang Berasal dari Limbah Pertanian dengan Amoniasi

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

KONSENTRASI N-AMONIA, KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK PELEPAH SAWIT HASIL AMONIASI SECARA IN VITRO

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

PENGARUH PENAMBAHAN DOSIS UREA DALAM AMONIASI LIMBAH TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK TERHADAP KANDUNGAN BAHAN KERING, SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2016 di

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat

MATERI DAN METODE. Materi

Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan Ransum Komplit Bahan Pakan Jenis Ransum Komplit 1 (%) Ransum A (Energi Tinggi) 2 Ransum B (Energi Rendah) 3 Rumput Gaja

BAB III MATERI DAN METODE. Penanaman tumpangsari orok-orok dan jagung dilakukan di kebun percobaan

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAB III MATERI DAN METODE. house) dan penelitian laboratorium yang dilaksanakan mulai bulan Juli-Desember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

Pengaruh Suplementasi Daun Sengon (Albazia falcataria) Terhadap Kecernaan dan Fermentabilitas Bagasse Hasil Amoniasi Secara In Vitro

METODE. Materi. Alat. Rancangan

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian adalah biji sorgum

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

Lampiran 1 : Proses Amoniasi Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung. Bahan Penelitian (Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung) Dicoper.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum ) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN SISIK NAGA (Drymoglosum pilloselloides) TERHADAP KECERNAAN IN VITRO KONSENTRAT BERBAHAN PAKAN FERMENTASI

Pengaruh Penggantian Rumput dengan Pelepah Sawit Ditinjau dari Segi Kecernaan dan Fermentabilitas Secara In Vitro Gas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

MATERI DAN METODE. Materi

U. Hidayat Tanuwiria, Budi Ayuningsih, dan Mansyur Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Kondisi Lahan, Lingkungan, dan Penanaman Pohon Singkong Utuh Teknik Pemanenan Singkong

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Prosedur

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

KECERNAAN DAN FERMENTABILITAS TANAMAN OROK-OROK SECARA IN VITRO SEBAGAI BAHAN PAKAN YANG DITANAM SECARA TUMPANGSARI DENGAN JAGUNG MANIS SKRIPSI

KEMAMPUAN BERBAGAI KOMBINASI ISOLAT BAKTERI SIMBION RAYAP DENGAN ISOLAT BAKTERI RUMEN DALAM MENDEGRADASIKAN PAKAN SUMBER SERAT

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur Pada Ensilase Jerami Jagung Terhadap NH3 dan VFA Rumen Sapi Potong (In Vitro)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Metode

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL. Tujuan Praktikum Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis.

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

ABSTRAK. Kata Kunci : Legum Mulato, Rumput Campuran, Cairan Rumen ABSTRACT

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

KELARUTAN DAN KECERNAAN BAHAN KERING (IN VITRO) BULU AYAM

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

EFEK BEBERAPA METODA PENGOLAHAN LIMBAH DAUN KELAPA SAWIT TERHADAP KANDUNGAN GIZI DAN KECERNAAN SECARA IN-VITRO.

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Penambahan Urease pada Inkubasi Zeolit dan Urea

MATERI DAN METODE. Materi

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Jerami Jagung yang dipergunakan, sebanyak 80 kg yang berasal dari limbah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP KONSENTRASI NH 3 DAN VFA (IN VITRO)

3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

1. Pendahuluan. 2. Pengertian

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

Ahmad Nasution 1. Intisari

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

Transkripsi:

Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Penggunaan Kulit Buah Jagung Amoniasi dalam Ransum Ternak Sapi Jul Andayani 1 Intisari Telah dilakukan penelitian guna mengevaluasi kecernaan in vitro penggunaan kulit buah jagung amoniasi dalam ransum ternak sapi. Peubah yang diamati pada penelitian ini, uji kecernaan secara in vitro yang meliputi : kecernaan bahan kering, bahan organik, protein kasar. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah T 0 = 70 % Hijauan (100% Rumput + 0%, T 1 = 70 % Hijauan ( 75% Rumput + 25%, T 2 = 70 % Hijauan (50% Rumput + 50%, T 3 = 70 % Hijauan ( 25% Rumput + 75%, T 4 = 70 % Hijauan ( 0% Rumput + 100%. Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik dan kecernaan protein kasar. Kecernaan semakin meningkat seiring peningkatan persentase kulit buah jagung amoniasi di dalam ransum. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa kulit buah jagung amoniasi dapat menggantikan hijauan dalam ransum ternak sapi apabila dilihat dari kecernaan zat makanan. Kata Kunci : kulit buah jagung, amoniasi, in vitro, kecernaan (Evaluation of Dry Matter, Organic Matter, and Crude Protein In Vitro Digestibilities of Ammoniated Corn Husk in Cattle Ration) Abstract An experiment was conducted to evaluate ammoniated corn husk in vitro digestibility in cattle ration. Measured parameters in the current experiment were in vitro digestibility of dry matter, organic matter, crude protein. This study was assigned into completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. The treatments were ; T0 = 70% Forage (100% grass + 0% ammoniation of Corn husk) + 30 % Concentrate, T1 = 70% Forage (75 % grass + 25% ammoniation of Corn husk) + 30 % Concentrate, T2 = 70% Forage (50% grass + 50% ammoniation of Corn husk) + 30 % Concentrate, T3 = 70% Forage (25% grass + 75% ammoniation of Corn husk) + 30 % Concentrate, T4 = 70% Forage (0% grass + 100% ammoniation of Corn husk) + 30 % Concentrate. Result of this study showed that the treatments were significantly (P<0,05) influence digestibility of dry matter, organic matter and crude protein. Increased level of ammoniated corned corn husk made higher in vitro digestibility of ration. It concluded that ammoniation of corn husk could increase digestibility and th eammoniated corn husk may substitute forage in cattle ration. Key Words : Corn husk, ammoniation, in vitro, digestibility 1 Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi 252 Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar

Pendahuluan Penyediaan hijauan pakan untuk ternak ruminansia sampai saat ini masih mengalami beberapa masalah, antara lain fluktuasi jumlah produksinya sepanjang tahun, dimana ketersediaan hijauan pada musim kemarau lebih sedikit dibandingkan dengan musim hujan maka pada musim kemarau tersebut ternak akan kekurangan pakan. Kendala di atas dapat diatasi dengan pemanfaatan hijauan pakan yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan. Di Indonesia khususnya di Propinsi Jambi banyak tersedia hijauan pakan yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan antara lain kulit buah jagung. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan BPS Provinsi Jambi (2008) menyebutkan bahwa lahan panen jagung di Propinsi Jambi seluas 9.520 hektar dengan produksi jagung 34.616 ton per tahun. Dari hasil panen jagung didapatkan kulit buah jagung sebagai limbah pertanian sebesar 38,38 %, angka konversi kulit buah jagung diperoleh sebanyak 13.285,62 ton per tahun. Namun penggunaan kulit buah jagung sebagai pakan utama ternak ruminansia umumnya dibatasi dengan kualitasnya yang rendah. Apabila dilihat dari harga dan ketersediaannya, maka pakan yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan seperti kulit buah jagung mempunyai nilai ekonomis yang lebih baik karena bahan makanan ini belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai pakan ternak. Selain itu pemanfaatan kulit buah jagung sebagai pakan ternak ruminansia merupakan salah satu cara penanggulangan pencemaran lingkungan. Pakan serat seperti kulit buah jagung dapat ditingkatkan mutunya dengan perlakuan alkali, baik itu dengan menggunakan NaOH, Ca(OH) 2, ataupun gas NH 3. Perlakuan alkali tersebut dapat melarutkan sebagian lignin dari pakan dan dapat memutuskan ikatan hydrogen antara karbon nomor dua molekul glukosa dan karbon nomor enam molekul glukosa lain dalam selulosa (Sutardi, dkk., 1993). Salah satu perlakuan alkali yang dapat meningkatkan kualitas pakan serat seperti kulit buah jagung adalah dengan proses amoniasi dengan menggunakan urea. Amonia yang dihasilkan dalam proses hidrolisis urea dengan bantuan enzim urease akan terikat dalam jaringan dan dapat merenggangkan ikatan lignosellulosa dan lignohemisellulosa sehingga meningkatkan kandungan protein kasar dan kecernaan bahan (Komar, 1984). Penggunaan urea pada proses amoniasi merupakan perlakuan yang sederhana murah dan mudah diterapkan bagi para peternak di pedesaan, mengingat urea tersebut mudah didapat dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Level urea 6 % dan lama amoniasi 28 hari merupakan level yang baik untuk proses amoniasi pada kulit buah jagung (Andayani, dkk., 2005). Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan kulit buah jagung amoniasi dalam ransum ternak sapi. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka dilakukan penelitian untuk mengevaluasi kecernaan in vitro penggunaan kulit buah jagung amoniasi dalam ransum ternak sapi. Materi dan Metode Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Peternakan Universitas Jambi, yang terdiri dari dua tahap percobaan yaitu proses amoniasi dan pengukuran kecernaan in vitro. Bahan yang digunakan adalah kulit buah jagung, rumput lapang, jagung giling, dedak halus, bungkil kelapa dan urea. Alat yang digunakan adalah timbangan, alat potong, ember, alat semprot, kantong plastik, oven, alat giling, ph meter, seperangkat alat untuk 253 Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar

in vitro yaitu aqua shaker, kain kasa, tabung fermentor, sentrifuge, kertas saring, pompa vakum, tanur, termos air, water bath, thermometer. Prosedur Pelaksanaan Amoniasi Amoniasi dengan urea sebagai sumber amonia dengan cara basah (Komar, 1984 ; Sutardi, dkk., 1993), tahapan-tahapannya sebagai berikut : 1. Kulit buah jagung dipotong dengan ukuran 5 cm, kemudian dijemur selama 2 hari selanjutnya diambil sampel untuk analisis bahan kering. 2. Setelah analisis bahan kering, diperoleh bahan kering kulit buah jagung sebesar 91,18 %. 3. Kulit buah jagung ditimbang 2 kg, kemudian disemprotkan dengan larutan urea dengan konsentrasi 6 % (109,42 gram urea dilarutkan ke dalam 1647,2 ml aquades), dengan kadar air untuk proses amoniasi adalah 50 %. Penyemprotan dilakukan secara merata hingga larutan urea habis di dalam alat semprot. 4. Setelah tercampur merata dalam kantong plastik maka ditutup rapat agar udara tidak masuk. 5. Setelah empat minggu (28 hari) kantong dibuka dan bahan diaduk kembali supaya homogen kemudian dikeringkan, digiling dengan ukuran saringan yang berdiameter 2 mm dan dilakukan analisis, selanjutnya dicampur dengan bahan pakan lain untuk ransum ternak sapi, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi kecernaan in vitro. Prosedur Penentuan Kecernaan In vitro Prosedur kerja fermentasi in vitro menggunakan modifikasi metode dua tingkat Tilley dan Terry, proses in vitro pada percobaan ini dilakukan dua tahap, yaitu : a. Tahap proses pencernaan fermentatif 1. Sampel sebanyak 2 gram (BK) dimasukkan ke dalam botol. Lalu ditambahkan 30 ml larutan penyangga Mc Dougall dan 15 ml cairan rumen ke dalam botol tersebut kemudian ditutup dengan karet. 2. Kondisi an aerob dibuat dengan jalan mengalirkan gas CO 2. 3. Dilakukan inkubasi selama 48 jam pada suhu 39 o C dalam inkubator. 4. Fermentasi dihentikan dengan menambahkan HgCl 2 jenuh untuk membunuh mikroba. b. Tahap proses pencernaan secara hidrolisis 1. Masukkan 40 ml larutan pepsin 0,2 % dalam 0,1 % HCl ke dalam botol percobaan. 2. Kemudian diinkubasi kembali (aerob) pada suhu 39 o C selama 48 jam. 3. Kemudian disentrifuge 2.500 rpm selama 15 menit untuk memisahkan supernatan dari endapan. 4. Sisa dari sampel yang tidak dicerna dipisahkan dengan penyaringan larutan dengan menggunakan kertas Whatman no. 41 dengan bantuan pompa vakum. 5. Sisa penyaringan tadi diovenkan pada suhu 60 o C selama 24 jam. Setelah itu ditimbang dan dilanjutkan analisis bahan kering, bahan organik dan protein kasar. 254 Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar

Tabel 1. Susunan Ransum yang Digunakan Untuk Setiap Perlakuan T0 KBJagung 0.00 92.75 0.00 0.00 92.75 2.86 97.14 15.99 75.69 34.04 Rpt Lapang 70.00 94.20 1.40 1.49 94.20 9.55 90.45 8.18 79.23 33.70 Ransum 100 93.32 2.00 2.14 93.32 9.51 90.49 9.54 71.51 31.38 T1 KBJagung 17.50 92.75 0.35 0.38 92.75 2.86 97.14 15.99 75.69 34.04 Rpt Lapang 52.50 94.20 1.05 1.11 94.20 9.55 90.45 8.18 79.23 33.70 Ransum 100 93.06 2.00 2.15 93.06 8.34 91.66 10.90 70.89 31.44 T2 KBJagung 35.00 92.75 0.70 0.75 92.75 2.86 97.14 15.99 75.69 34.04 Rpt Lapang 35.00 94.20 0.70 0.74 94.20 9.55 90.45 8.18 79.23 33.70 Ransum 100 92.81 2.00 2.16 92.81 7.17 92.83 12.27 70.27 31.49 T3 KBJagung 52.50 92.75 1.05 1.13 92.75 2.86 97.14 15.99 75.69 34.04 Rpt Lapang 17.50 94.20 0.35 0.37 94.20 9.55 90.45 8.18 79.23 33.70 Ransum 100 92.56 2.00 2.16 92.56 6.00 94.00 13.64 69.65 31.55 T4 KBJagung 70.00 92.75 1.40 1.51 92.75 2.86 97.14 15.99 75.69 34.04 Rpt Lapang 0.00 94.20 0.00 0.00 94.20 9.55 90.45 8.18 79.23 33.70 Ransum 100 92.30 2.00 2.17 92.30 4.82 95.18 15.00 69.03 31.61 Variabel Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi : 1. Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar ransum perlakuan. 2. Uji kecernaan in vitro yang meliputi : kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar. 255 Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar

Kecernaan dihitung sebagai berikut : (A ( B C )) KN (%) = x 100 % A Keterangan : KN = Kecernaan Nutrien (%) A = Nutrien sampel sebelum inkubasi (gram) B = Nutrien sisa setelah in vitro (gram) C = Blanko yaitu bahan sisa setelah in vitro tanpa sampel (gram) Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah penggunaan kulit buah jagung amoniasi dalam ransum ternak sapi, yaitu : T 0 = 70 % Hijauan (100% Rumput + 0% T 1 = 70 % Hijauan ( 75% Rumput + 25% T 2 = 70 % Hijauan (50% Rumput + 50% T 3 = 70 % Hijauan ( 25% Rumput + 75% T 4 = 70 % Hijauan (0% Rumput + 100% Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam. Uji lanjut yang digunakan adalah uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1993). Hasil dan Pembahasan Kecernaan Bahan Kering Rataan kecernaan bahan kering pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Kecernaan Bahan Kering Pada Setiap Perlakuan. Perlakuan Rataan Kecernaan Bahan Kering (%) T 0 T 1 T 2 T 3 T 4 32,96 a 35,26 b 37,26 c 38,27 d 39,85 e Keterangan : superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata ( P< 0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan bahan kering. Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering pada perlakuan T0, T1, T2, T3 dan T4 saling berbeda nyata. Hal ini diduga karena adanya pengaruh penggunaan kulit buah jagung amoniasi dalam ransum. Antara rumput lapang dengan kulit buah jagung amoniasi sudah terjadi perbedaan struktur bahan dan kandungan komponen serat yang berbeda. Perbedaan tersebut akan menyebabkan peningkatan kecernaan bahan kering pada setiap perlakuan dengan semakin meningkatnya penggunaan kulit buah jagung amoniasi dalam ransum. Rataan kecernaan bahan kering pada setiap perlakuan mengalami peningkatan, berkisar antara 32,96% sampai dengan 39,85%. Hal ini diduga adanya pengaruh urea yang digunakan 256 Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar

untuk amoniasi kulit buah jagung, proses amoniasi dengan urea akan menyebabkan proses perenggangan terhadap ikatan lignosellulosa dan lignohemisellulosa pada bahan perlakuan, dengan demikian akan meningkatkan kecernaan bahan kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1994) yang menyatakan bahwa amoniasi dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk memperbaiki kandungan nitrogen, meningkatkan kecernaan serat kasar sekaligus dapat meningkatkan konsumsi. Didukung oleh pendapat Djajanegara (1996) menyatakan bahwa amoniasi dengan menggunakan urea sebagai sumber amonia merupakan salah satu cara yang memberikan harapan baik untuk meningkatkan nilai gizi pakan, dimana dapat meningkatkan kandungan bahan kering dan nitrogen akibat naiknya kecernaan dan konsumsi bahan kering. Andayani (2008) menyatakan bahwa rataan degradasi (in sacco) bahan kering pada setiap perlakuan bahan makanan mengalami peningkatan degradasi dibandingkan dengan bahan tanpa dilakukan amoniasi sebelumnya, salah satu contoh jerami padi setelah diamoniasi meningkat degradasinya dari 57,38 % menjadi 66,41 %. Kecernaan Bahan Organik Rataan kecernaan bahan organik pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Kecernaan Bahan Organik Pada Setiap Perlakuan. Perlakuan Rataan Kecernaan Bahan Organik (%) T 0 T 1 T 2 T 3 T 4 31,26 a 34,18 b 36,61 c 37,88 d 39,68 e Keterangan : superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata ( P< 0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan bahan organik. Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa kecernaan bahan organik pada perlakuan T0, T1, T2, T3 dan T4 berbeda nyata. Hal ini diduga karena semakin meningkat level penggunaan kulit buah jagung amoniasi menggantikan rumput lapang pada perlakuan, maka kecernaan semakin meningkat pada setiap perlakuan. Selain itu diduga bahwa setiap bahan makanan mempunyai struktur bahan dan kandungan komponen serat yang berbeda. Perbedaan tersebut akan menyebabkan kecernaan bahan organik pada setiap perlakuan semakin meningkat. Kecernaan bahan organik ini sejalan dengan kecernaan bahan kering, ini disebabkan karena bahan organik tersebut merupakan bagian dari bahan kering. Peningkatan kecernaan bahan organik diduga adanya pengaruh amoniasi dengan urea yang akan menyebabkan proses perenggangan terhadap ikatan lignosellulosa dan lignohemisellulosa pada bahan perlakuan kulit buah jagung, dengan demikian akan meningkatkan kecernaan bahan organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Djajanegara (1996) menyatakan bahwa amoniasi dengan menggunakan urea 257 Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar

sebagai sumber amonia merupakan salah satu cara yang memberikan harapan baik untuk meningkatkan nilai gizi pakan, dimana dapat meningkatkan kandungan bahan kering dan nitrogen akibat naiknya kecernaan dan konsumsi bahan kering. Andayani (2008) menyatakan bahwa rataan degradasi (in sacco) bahan organik pada setiap perlakuan bahan makanan mengalami peningkatan degradasi dibandingkan dengan bahan tanpa dilakukan amoniasi sebelumnya, salah satu contoh kulit buah jagung amoniasi mengalami peningkatan degradasi dibanding dengan kulit buah jagung tanpa amoniasi yaitu 64,17% menjadi 82,15%. Kecernaan Protein Kasar Rataan kecernaan protein kasar pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Kecernaan Protein Kasar Pada Setiap Perlakuan. Perlakuan Rataan Kecernaan Protein Kasar (%) T 0 60,72 a T 1 71,56 b T 2 72,10 b T 3 77,92 c T 4 86,42 d Keterangan : superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata ( P< 0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan kulit buah jagung amoniasi dalam ransum ternak sapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan protein kasar. Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa kecernaan protein kasar pada perlakuan T0 berbeda nyata dengan T1, T2, T3 dan T4. T1 berbeda tidak nyata dengan T2 tetapi berbeda nyata dengan T3 dan T4. Sedangkan T2, T3 dan T4 saling berbeda nyata. Hal ini diduga karena adanya perlakuan amoniasi dengan urea yang dapat meningkatkan kandungan protein pada kulit buah jagung. Sesuai dengan Komar (1984) dalam Sudaryanto (1992) bahwa ammonia akan terserap ke dalam jaringan sellulosa, sehingga meningkatkan kadar protein kasar dalam sellulosa sehingga kecernaannyapun akan meningkat. Soejono (1981) menyatakan bahwa perlakuan urea atau gas amonia dapat meningkatkan kualitas pakan limbah karena menaikan kecernaan dinding sel dan menaikan kandungan protein. Kesimpulan Kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian ini adalah penggunaan kulit buah jagung amoniasi untuk menggantikan rumput lapangan dalam ransum ternak sapi dapat meningkatkan kecernaan secara in vitro. Daftar Pustaka Andayani, J., A. Yani dan Akmal. 2005. Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik dan NDF Kulit Buah Jagung Amoniasi Secara In Sacco. Laporan Penelitian, Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi. Andayani, J. 2008. Evaluasi Kecernaan In Sacco Beberapa Pakan Serat yang Berasal dari Limbah Pertanian dengan Amoniasi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Vol. XI. No. 2 Edisi Mei hal 88-92. Djajanegara, A. 1996. Tinjauan ulang mengenai evaluasi suplemen pada jerami padi. Pros. Seminar Pemanfaatan Limbah Pangan dan 258 Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar

Limbah Pertanian untuk Makanan Ternak. LIPI, p. 192-197. Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak. Dian Grahita. Indonesia. Bandung. Soejono, M. 1981. Effect of anhydrous ammonia of corn stalklage on crude protein and fiber digestibility in improving utilization of low quality roughays by chemical treatment. Thesis outlines. Unpublished. Steel, R. G. D. dan H. J. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia, Jakarta. Sudaryanto, B., 1992. Peranan protozoa dalam pencernaan sellulosa. Buletin Peternakan. Edisi Khusus. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, p 218 220. Sutardi, T. 1980. Ikhtisar Ruminologi. Bahan Penataran Kursus Peternakan Sapi Perah di Kayu Ambon, Lembang. BPPLP-Dit, Jend. Peternakan FAO. Sutardi, T., D. Sastradipradja, T. Toharmat, Anita S. Tjakradidjaja dan I. G. Permana. 1993. Peningkatan Produksi Ternak Ruminansia melalui Amoniasi Pakan Serat Bermutu Rendah, Defaunasi dan Suplementasi Sumber Protein Tahan Degradasi dalam Rumen. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan, IPB. Bogor. 259 Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar