Jek Amidos Pardede & Reny Nella Silalahi Program Studi Ners Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

Ni Wayan Sri Utami 1, Abdul Ghofur 2, Wahyu Rochdiat 3 ABSTRACT

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

Aristina Halawa ABSTRAK

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI PASIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

Jein Fani Tokalese, Nasrul, Aminuddin

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia hidup di lingkungan yang terus berubah, dan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN:

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

Muzayyin 1, Abdul Wakhid 2, Tri Susilo 3 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN HALUSINASI PENDENGARAN DI RS GRHASIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

Pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Halusinasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

PENGARUH HOME VISIT TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

PENERAPAN ASKEP TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI DI RS.JIWA KHUSUS SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU. Nurhasanah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP PERUBAHAN GEJALA HALUSINASI PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RSJ PROF. DR

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VII, No.1 April 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG CARA MERAWAT PASIEN HALUSINASI DI RUMAH

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

Transkripsi:

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia Di RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Jek Amidos Pardede & Reny Nella Silalahi Program Studi Ners Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia ABSTRACT One of the signs and symptoms of schizophrenia are impaired hallucinations client, that can be controlled one with the Activity of Group Therapy. The Activity of Group Therapy Stimulation Perception is an effort to train clients who apprehends stimulus provided or a stimulus that ever experienced. This research aims to understand the influenceof the Activity of Group Terapy Stimulation Perception on changes in symptoms cliens hallucinations in schizophrenia. In the research uses a method of quasi prepost test experimental.in this research, the sample collection technique used is simple random sampling.the analysis used is univariat analysis and analysis bivariat ( with using formulas the different two dependent mean / paired sample ). Research instruments used is a questionnaire that contains 12 the question of hallucinations. From the research result obtained from 18 respondents with droop out 10 % With a population of 323 people, can be seen that been an increase in the average changes in hallucinatory symptoms before and after he did the activity of group therapy so that we can conclude that therapy the activity of group has an influence that was very meaningful on changes in symptoms hallucinations in RSJ Prof. Dr.Muhammad Ildrem Provsu Regions In Medan that characterized by pvalue = 0,000 < it; p = 0.05.This indicates that therapy modality of integrated nursing an orphanage, one of them is the activity of group therapy stimulation perception, still needs to retained and need to be improved both of the quantity of quality. Keywords : The activity of group therapy stimulation of perception, Changes in Symptoms Hallucinations, Schizophrenia ABSTRAK Salah satu tanda dan gejala dari skizofrenia adalah gangguan halusinasi pada klien, yang dapat dikontrol salah satu dengan Terapi Aktivitas Kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi merupakan upaya untuk melatih klien mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien skizofrenia. Dalam penelitian menggunakan metode quasi eksperimental pre-post test. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat (dengan menggunakan rumus Uji Beda Dua Mean Dependen/Paired Sample). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 12 pertanyaan tentang halusinasi. Hasil penelitian yang diperoleh dari 18 responden dengan droop out 10% dengan jumlah populasi 323 orang, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata perubahan gejala halusinasi sebelum dan sesudah dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok sehingga dapat disimpulkan bahwa Terapi Aktivitas Kelompok memiliki pengaruh yang sangat bermakna terhadap perubahan gejala halusinasi di RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan yang ditandai dengan Pvalue = 0,000 < p = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terapi modalitas yang terintegrasi dalam asuhan keperawatan, salah satunya yaitu Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi, tetap perlu dipertahankan dan perlu semakin ditingkatkan baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Kata Kunci : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi, Perubahan Gejala Halusinasi, Skizofrenia

Pendahuluan Kesehatan Jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Undang-Undang No 18 Tahun 2014). Sehingga dapat dikatakan kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seseorang tidak hanya dalam keadaan sehat jiwa tetapi juga mencakup berbagai karakteristik keseimbangan jiwa dimana terjadi perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang sesuai dengan keadaan seseorang. Gangguan jiwa merupakan suatu masalah kesehatan dengan manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi. Gangguan jiwa mewakili suatu masalah yang merupakan penyimpangan dari suatu konsep normatif. Diseluruh dunia, prevalensi skizofrenia diperkirakan sebesar 0,2% menjadi 1,5% setara untuk pria dan wanita disemua tingkatan usia (Buchanan & Carpenter, 2005 dalam Barlow & Durand, 2009). Prevalensi skizofrenia yang cukup tinggi bukan hanya didunia tetapi di Indonesia yang mengalami hal yang sama, karena kelompok skizofrenia yang menempati sebesar 90% pasien di rumah sakit jiwa Magelang (Jalil, 2006). Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah dan melumpuhkan, gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh atau katatonik, sehingga perlu perhatian khusus dalam upaya pencegahan, upaya pengobatan dan perawatan yang berkesinambungan (Rhoads, 2011).

Hasil Riskesdas Indonesia 2013 menyebutkan rata-rata prevalensi gangguan jiwa berat dan kronis atau skizofrenia yang diderita masyarakat Indonesia tanpa batasan umur sekitar menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 1,7 per 1.000 orang. Penelitian yang sama mencatat dari total populasi berisiko sebesar 1.093.150 orang, hanya 3.5% atau 38.260 orang yang terlayani dengan perawatan memadai di berbagai fasilitas kesehatan. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulasi nyata (Keliat, 2014). Terapi modalitas yang tepat untuk pasien halusinasi yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan. Terapi ini menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dalam kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat & Akemat, 2012). Hasil survey yang didapat penulis dari Medikal Record di RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan pada bulan Januari sampai Desember 2014 ditemukan bahwa pada tahun 2014 sebanyak 2.070 orang mengalami gangguan jiwa dan 13.065 orang mengalami Skizofrenia. Berdasarkan wawancara dengan perawat diruangan, dari 12 orang pasien yang telah mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 1 sampai sesi 5, 5 orang diantaranya tidak mampu menghardik halusinasi, melakukan kegiatan, bercakap cakap dengan orang lain dan patuh minum obat. 4 orang mampu menghardik halusinasi, mampu bercakap cakap tapi belum mampu melakukan kegiatan terjadwal dan patuh minum obat serta 3 orang mampu menghardik halusinasi,melakukan kegiatan, bercakap cakap dan patuh minum obat. Hampir keseluruhan sudah mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok. Dalam setiap kali

mengadakan pertemuan dengan terapi akan berfokus pada kesadaran dan mengerti diri sendiri, memperbaiki hubungan interpersonal dan merubah perilaku. Hal ini dikarenakan adanya rasa kebersamaan yang dirasakan, rasa nyaman dan adanya rasa kekompakan pada pasien Halusinasi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi Aktifitas Stimulasi Persepsi Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia di RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Tahun 2015. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan desain penelitian yaitu Quasi Experimental pre-post test dengan intervensi terapi aktivitas kelompok pada klien skizofrenia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Skizofrenia yang mengalami halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan Tahun 2014 yang berjumlah sebanyak 323 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan simple random sampling. Pengambilan sampel di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan sebanyak 18 sampel. Analisis data dilakukan melalui dua tahap yaitu analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi subyek penelitian serta menggambarkan variabel bebas dan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap perubahan gejala halusinasi dengan menggunakan uji statistik T- test dependent dengan α = 0,05.

Hasil a. Karakteristik Responden Penelitian Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18) Karakteristik f % Usia (tahun) Jenis kelamin Pendidikan <35 36-50 >50 Laki-laki Perempuan 9 7 2 9 9 50.0 38.9 11.1 50.0 50.0 Pekerjaan SMP SMA Perguruan Tinggi 3 13 2 16.7 72.2 11.1 Wiraswasta Tidak Bekerja Lain-lain Status Kawin Kawin Cerai Tidak Kawin 7 6 5 8 5 5 38.9 33.3 27.8 44.4 27.8 27.8 Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia <35 tahun (50.0%), jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 9 orang (50.0%), latar belakang pendidikan SMA sebanyak 13 responden (72.2%), pekerjaan mayoritas wiraswasta sebanyak 7 responden (38.9%), dan sebagian besar responden sudah kawin sebanyak 8 responden (44.4%).

b. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia Tabel 4.2 Analisa Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18) Gejala Halusinasi Mean N St. Deviasi Std. Error mean Kognitif 9,50 18 1,150,271 Afektif 9,83 18 1,200,283 Perilaku 9,44 18 2,202,519 Sosial 9,06 18 1,349,318 Komposit 37,83 18 5,901 1,391 Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 9,50,respon afektif sebesar 9,83,respon perilaku sebesar 9,44, respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83. Tabel 4.3 Analisa Perubahan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18) Gejala Halusinasi Mean N St. Deviasi Std. Error mean Kognitif 6,17 18 1,757,414 Afektif 5,94 18 1,434,338 Perilaku 5,94 18 1,765,416 Sosial 6,39 18 2,146,506 Komposit 24,44 18 7,102 1,674 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan adanya perubahan gejala halusinasi setelah diberikan terapi

aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17,respon afektif sebesar 5,94,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44. Tabel 4.4 Analisa Perbedaan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18) Gejala Mean Mean Mean SD P.Value Halusinasi Sebelum Sesudah Selisih Kognitif 9,50 6,17 3,333 1,879 0,000 Afektif 9,83 5,94 3,889 1,771 0,000 Perilaku 9,44 5,94 3,500 2,728 0,000 Sosial 9,06 6,39 2,667 1,970 0,000 Komposit 37,83 24,44 13,389 8,348 0,000 Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan perubahan gejala halusinasi pada respon kognitif sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,50 dan sesudah diberikan TAK mengalami perubahan sebesar 6,17 yang menunjukkan adanya pengaruh TAK. Untuk respon afektif sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,83 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon perilaku sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,44 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon sosial juga ada perbedaan sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,06 dan sesudah diberikan TAK rendah 6,39. Pada nilai komposit meunjukkan adanya perubahan gejala halusinasi sebelum diberikan TAK tinggi 37,83 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 24,44. Tabel 4.5 Hasil Uji Paired Sample Test Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18)

Gejala Halusinasi Kognitif Sebelum dan Sesudah TAK Afektif Sebelum dan Sesudah TAK Perilaku Sebelum dan Sesudah TAK Sosial Sebelum dan Sesudah TAK Mean SD SE 95% CI T Df P Lower Upper 3,333 1,879,443 2,399 4,268 7,528 17 0.000 3,889 1,711,403 3,038 4,740 9,642 17 0.000 3,500 2,728,643 2,143 4,847 5,444 17 0.000 2,667 1,970,464 1,687 3,647 5,742 17 0.000 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara gejala halusinasi pada responden sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) dan gejala halusinasi sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) dari hasil uji Paired Sample Test ditemukan p = 0,000 (p<0,05). Pembahasan a. Analisa gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 9,50,respon afektif sebesar 9,83,respon perilaku sebesar 9,44, respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan kemampuan mengontrol halusinasi sebagian besar dalam katagori kurang sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi, hal tersebut terjadi karena semua responden belum pernah mendapat pengetahuan tentang pengenalan halusinasi

yang dialami dan cara mengontrol bila halusinasi muncul aktivitas kelompok stimulasi persepsi disebabkan karena dapat merangsang atau menstimulasikan responden melalui kegiatan yang disukainya dan mendiskusikan aktivitas yang telah dilakukan dengan tujuan membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladatif. Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, perlunya peningkatan pengetahuan klien dalam mengatasi halusinasi mereka dan perlunya terapi aktivitas kelompok dilakukan secara teratur dan dukungan dari para petugas kesehatan. b. Analisa perubahan gejala halusinasi sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perubahan gejala halusinasi setelah diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17,respon afektif sebesar 5,94,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Talilah (2011) dimana ada pengaruh TAK stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi, Suryaningsih (2007) menyatakan TAK stimulasi persepsi berpengaruh terhadap penurunan frekuensi halusinasi. Kesamaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya berimplikasi bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan terapi untuk penanganan halusinasi pasien jiwa.hal ini didukung dengan teori yang menyebutkan TAK stimulasi persepsi halusinasi bertujuan untuk membentuk kemampuan

klien untuk menyelesaikan masalah dengan stimulus yang diberikan kepada pasien. Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, bahwa klien mampu mengatasi gejala halusinasi sesudah dilakukan terapi aktivitas kelompok dan mengetahui cara-cara mengatasinya secara mandiri. c. Analisa perbedaan sebelum dan sesudah terapi aktivitas kelompok Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perubahan gejala halusinasi responden yang mengalami halusinasi sebelum intervensi yang meliputi respon kognitif sebesar 9,50, respon afektif sebesar 9,83, respon perilaku sebesar 9,44, respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83. Sementara itu, perubahan halusinasi dengan skizofrenia mengalami perubahan sesudah mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17,respon afektif sebesar 5,94,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44. Halusinasi mengindikasikan bahwa ada perubahan gejala halusinasi pada responden sebelum dan sesudah intervensi. Terapi aktivitas kelompok yang diberikan stimulus pada klien bisa mengontrol halusinasi yang bertujuan agar klien dapat menjelaskan cara yang selamaini dilakukan untuk mengalami halusinasi. Klien juga dapat memahami dinamika halusinasi, cara menghardik halusinasi dandapat memperagakan cara menghardik halusinasi ( Videbeck, 2008 ). Terapi modalitas yang tepat untuk pasien halusinasi yaitu terapi aktivitas sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan. Terapi ini menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman

dalam kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat & Akemat, 2012). Dengan terapi aktifitas kelompok (TAK) : stimulasi persepsi, maka akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan yaitu perilaku yang baik. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi disini klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami klien. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, kemampuan ini disebabkan karena proses pelaksanaan TAK yang berkesinambugan. Dalam kelompok terjadi dinamika saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga responden yang lain terstimulus untuk melaksanakan hal yang diajarkan dan hal yang berhasil dilakukan oleh responden lain. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada klien supaya mampu menerima umpan balik dari orang lain serta dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah orang lain. d. Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi (TAK) terhadap perubahan gejala halusinasi Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh TAK terhadap perubahan gejala halusinasi responden yang dinilai dengan menggunakan uji statistik uji Paired Sample Test diperoleh nilai hitung p = 0.000 (p<0.05). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni, Wijayanti, dan Upoyo (2008), dengan judul Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap penurunan kecemasan klien halusinasi pendengaran di ruang

Sakura RSUD Banyumas terhadap 30 pasien halusinasi, didapatkan perbedaan tingkat kecemasan sebelum dilakukan TAK dan sesudah dilakukan TAK. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sihotang (2010), dengan judul Pengaruh Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di rumah sakit jiwa Medan Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan setelah pelaksanaan TAK stimulasi persepsi dalam mengontrol halusinasi pasien. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Masdelita (2013), dengan judul Pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, menunjukkan adanya pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial. Asumsi peneliti dari hasil observasi peneliti bahwa dalam penanganan gangguan jiwa, obat bukan segala-galanya, namun diperlukan pula konseling, psikoterapi serta rehabilitasi. Berbagai riset menunjukkan bahwa faktor penyebab gangguan jiwa sangat kompleks, meliputi faktor fisik, psikologis dan sosial. Salah satu terapi lain selain obat adalah terapi aktivitas kelompok. Keterbatasan Penelitian a. Keterbatasan pada lokasi Lokasi untuk melakukan TAK kurang mendukung karena suasana yang kurang nyaman dan banyak orang yang lewat sehingga mengganggu konsentrasi klien karena mata mereka tertuju pada orang tersebut. b. Keterbatasan pada sampel Keterbatasan penelitian ini pada pengambilan sampel dengan simple random sampling dengan jumlah populasi 323 menggunakan rumus Nursalam sehingga

jumlah sampel sedikit dengan 18 sampel. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap karakteristik demografi yang dilakukan oleh peneliti Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad IldremDaerah Provsu Medan terhadap 18 orang responden yang mengikuti kegiatan TAKS, diperoleh data yakni rata-rata umur responden berusia <35 tahun, berpendidikan sampai pada jenjang SMA, pekerjaan wiraswasta, status menikah, jenis kelamin sama rata laki-laki dan perempuan. 1. Rata-rata gejala halusinasi klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 9,50,respon afektif sebesar 9,83,respon perilaku sebesar 9,44,respon sosialsebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83 2. Rata-rata perubahan gejala halusinasi klien skizofrenia sesudah terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17,respon afektif sebesar 5,94,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44. 3. Rata-rata perbedaan gejala halusinasi klien skizofrenia sebelum dan sesudah terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,50 dan sesudah diberikan TAK mengalami perubahan sebesar 6,17 yang menunjukkan adanya pengaruh TAK. Untuk respon afektif sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,83 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon perilaku sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,44 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon sosial juga ada perbedaan sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,06 dan sesudah diberikan TAK rendah 6,39. Pada nilai komposit meunjukkan adanya perubahan gejala halusinasi sebelum diberikan TAK tinggi 37,83 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 24,44.

4. Hasil Uji Paired Sample Test menunjukkanbahwa ada pengaruh yang signifikan padaperubahan gejala halusinasi klien skizofrenia sebelum dan sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok dengan nilai p= 0,000 (p<0,05). Saran Adapun saran dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Responden Apabila penyakitnya klien kambuh maka kloiien mampu mengatasi secara mandiri dengan cara mengenal halusinasi, menghardik halusinasi, bercakapcakap, menyusun kegiatan terjadwal, dan minum obat. dan menggunakan rumus yang lain. Perlu ada penelitianpenelitian yang lain dengan menambah variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap penurunan gejala halusinasi pada klien skizofrenia. 2. Bagi Praktek Keperawatan Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu memberikan asuhan TAK stimulasi persepsi halusinasi karena dapat mengurangi gejala halusinasi klien. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Pengambilan metode sampel diharapkan dapat menggunakan metode yang lain untuk memperbanyak jumlah sampel

Referensi Keliat & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (basic course). Jakarta: EGC. Masdelita. (2013). Pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Skripsi PSIK UR. Tidak dipublikasikan. Rhoads, J. (2011). Clinical Consult for Psychiatric Mental Health Care. New York : Springer Publishing Company. Soeradjarwadi Klaten.Skripsi,Tidak Dipublikasikan. Undang-Undang No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. Videbeck, S.L. (2008) : Psychiatric- Mental Health Nursing.(. Philadelphia : Lippincott Williams & Vilkins. Wijayanti, Candra & Ruspawan.(2012). Terapi Okupasi Aktivitas Waktu Luang Terhadap Perubahan Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali.Diakses pada tanggal 04 April 2015 pukul 11.00 WITA.(http://poltekkesdenpasar.ac.id) Sihotang, L.G. (2010). Pengaruh Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di rumah sakit jiwa Provsu Medan. Diperoleh tanggal 1 Juni 2013 dari http://repository.usu.ac.id/6/abstra ct.pdf Suryaningsih, V. (2007). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terrhadap frekuensi halusinasi di ruang P2A rumah sakit Grhasia propinsi DIY. Skripsi,Tidak Dipublikasikan. Talilah, R. (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Bangsal Rawat Inap Abimanyu dan Arjuna RSJD. Dr. RM