PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD

dokumen-dokumen yang mirip
PENGERTIAN. Dita Rachmayani., S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id 5/9/2017

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal. Ada juga diantara mereka memiliki

ADD/ADHD & PEMBELAJARANNYA. Tim Dosen Hidayat dan Musjafak

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Attention Deficit Hyperactivity Disorder. disebabkan karena cedera otak ringan atau disebut Minimal Brain Damage

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

ANAK ADHD PERSISTILAHAN DISORDER. DIOTAK KECIL. OTAK KECIL. 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER.

Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Mimi M Lusi/Astrid L. Seminar AD/HD. Universitas Bina Nusantara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY. Ade Rahmawati S. M.Psi

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Kuliah 8 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

1. Disregulasi Neurologik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat

Perancangan Media Interaktif Game Edukasi Matematika Pada Siswa ADHD Kelas 6 SD di Sekolah Khusus di Surabaya Diah Fitria Sari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat mencukupi segala kebutuhannya hanya dengan. mengandalkan kemampuannya sendiri, melainkan kebutuhan manusia akan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Stimulasi Brain Gym pada Anak ADHD (Studi Kasus pada Anak ADHD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

PERILAKU ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD) DALAM PROSES PEMBELAJARAN (STUDI KASUS PESERTA DIDIK) DI KELAS IV SD NEGERI GEJAYAN

BAB III ANALISIS ANAK-ANAK INDIGO

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Disorder(ADHD) atau disebut juga anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBANTU ANAK HIPERAKTIF. 0leh: Anita Fitriya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK HIPERAKTIF SERTA CARA MENANGANI ANAK HIPERAKTIF. Haria Mingkala Guru SDN Pembina Luwuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB II LANDASAN TEORI

Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) sering dianggap sebagai. cacat kehidupan. Menurut data dari WHO (2005), terdapat ± 7-10% anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Attention-Deficit Disorders ATTE NTION- DE FICIT/HYPE R AC TIVITY DIS OR DE R

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pada masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan

HUBUNGAN ANTARA DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAYANAN PSIKOLOGIS UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS. Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran konsep diri..., Indri Apsari, FPsi UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

FAKTOR PENYEBAB PERILAKU INTERAKTIF SISWA KELAS I DAN UPAYA PENANGANAN DI SMKN 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pedologi. Gangguan Perilaku dan Perkembangan Perilaku Antisosial. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

MENGENAL ANAK ASPERGER Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (GPP/H) atau attention

BAB I PENDAHULUAN. anak normal maupun anak yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini diperkuat

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seri penyuluhan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

Identifikasi Sistem Model Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan Akuisisi Pengetahuan

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini

Menjadi orang tua anak yang Hiperaktif (ADHD)

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Hal senada dikemukakan oleh David C.McClelland. McClelland. Sebenarnya inti teori motivasi yang dikemukakan oleh David

karakteristik hiperaktif harus ada tiga utama yang tampak dalam perilaku seorang anak yaitu inatensi, hiperaktif dan impulsif.

Transkripsi:

54 PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Ridwan Abstraksi Anak yang mengalami gangguan ADHD adalah anak yang secara psikologis mengalami hambatan didalam proses penyesuaian dirinya dengan lingkungan yang ditandai dengan gejala utama seperti kurang mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsivitas. Akibat dari segala perilaku yang ditampilkan tersebut membuat anak ADHD cenderung bermasalah di sekolah.disisi lain, sekolah seringkali tidak mentolerir perilaku yang bermasalah pada anak didiknya. Akibatnya, anak bisa dikeluarkan dari sekolah karena anak-anak seperti ini adalah dianggap anak yang nakal. Untuk itu, kiranya perlu pihak sekolah memahami perilakuperilaku ADHD dari anak didiknya. Dengan lebih memahami gejala serta perilaku yang ditampilkan anak ADHD memudahkan pihak sekolah menerima serta memperlakukan anak didiknya dengan baik sehingga pihak sekolah tetap memberikan kesempatan bagi anak didik yang mengalami ADHD ini untuk dapat terus melanjutkan pendidikannya. Kata Kunci: Peran sekolah, anak ADHD A. Pendahuluan Akhir-akhir ini, banyak dari orangtua mengeluhkan bahkan mengalami kewalahan serta rasa frustasi terhadap perilaku hiperaktif anaknya yang tampak tidak mau diam, selalu bergerak dengan tidak mengenal lelah dan akibat keaktifan yang terlalu berlebihan tersebut membuat anakpun rentan akan cidera yang dialami. Hal yang sama dikeluhkan pula oleh para guru dimana anak tersebut menimba ilmu di sekolah mereka. Ketika disekolah anak-anak ini terlibat keributan dengan teman yang lain. Anak juga menganggu situasi atau proses belajar mengajar yang sedang berjalan, seperti berlarian kesana kemari disaat siswa lain sedang belajar, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Akibatnya, anak dianggap tidak bisa bekerjasama bahkan bisa saja menyebakan anak dikeluarkan dari sekolah. Menurut Sani seperti yang dikutip oleh Ferdinand Zaviera, ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Hiperaktif sendiri merupakan turunan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder atau ADHD.

Pada beberapa literatur ditemukan bahwa anak-anak dengan masalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) mengalami permasalahan pada fungsi neurotransmitternya, sehingga muncul dalam bentuk perilakunya. Perilaku yang dapat terobservasi pada anak-anak yang mengalami Attention Deficit And Hyperactivity Disorder (ADHD) berupa gangguan pemusatan perhatian (inattention), hiperaktivitas, dan impulsivitas (Kriteria berdasarkan DSM IV, APA, 1994) (Swaiman, 2006;585). Berdasarkan pernyataan Shaywitz and Shaywitz pada tahun 1994, telah terjadi perubahan konsep mengenai ADHD. ADHD dulu dikatakan sebagai minimal brain disfunction (Swaiman, 2006;585), namun saat ini penggunaan istilah tersebut telah berubah dan lebih dispesifikasi menjadi Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). ADHD menurut penelitian, ditemukan bahwa: 80% gejala persisten sampai remaja 30-65% gejala persisten sampai dewasa 50% disertai gangguan perilaku lain / KOMORBID Umumnya anak yang menderita ADHD terasa bermasalah jika sudah masuk playgroup/sekolah. Penderita ADHD mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian (defisit dalam memusatkan perhatian) sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya secara baik. Mereka juga mengalami kesulitan dalam bermain dan berinteraksi dengan teman karena tidak memiliki kemampuan memusatkan perhatian. Kesulitan mempertahankan perhatian ini tidak berkaitan dengan tingkat kecerdasan pada anak ADHD. Saat dilakukan tes kecerdasan untuk mengukur tingkat IQ, diperoleh angka kecerdasan berada pada taraf rata-rata (average) atau di atas rata-rata. Ketika ditemukan anak-anak yang aktif dan sulit beratensi dengan tingkat IQ berada di bawah rata-rata, maka tidak dapat didiagnosa sebagai ADHD. B. Sejarah Pemahaman ADHD ADHD menyebabkan anak-anak pandai menjadi tidak berfungsi secara tepat di sekolah, dan meskipun dengan pengasuhan yang baik, mereka dapat bertingkah laku buruk di sekolah. (Green,2001; p.1). Suatu kondisi medis yang ditunjukkan dengan kesulitan untuk memberikan atensi, dan/atau perilaku hiperaktivitas serta impulsivitas yang muncul secara signifikan baik di rumah maupun di sekolah. ADHD merupakan salah satu gangguan mental yang paling sering terjadi: pada anak-anak usia sekolah ±5-7% dan pada orang dewasa ±2-5%. ADHD telah di gambarkan 100 tahun yang lalu, dan menghasilkan pengetahuan pengobatan stimulan yang dikenal sejak lebih dari setengah abad yang lalu. Saat ini ADHD lebih menunjukkan masalah pada fungsi otak yang menyebabkan anak yang pintar menjadi tidak berprestasi secara akademis dan berperilaku buruk, meskipun telah diberikan pengasuhan dengan standar yang tinggi.(green, 2001;3). Sejarah perkembangan pemahaman mengenai ADHD: 1902: Gambaran yang jelas mengenai perilaku ADHD. Tidak disebabkan oleh kerusakan otak atau pengasuhan yang buruk 1930- Kerusakan otak menyebabkan perilaku ADHD an: 1937: Pengobatan stimulan digunakan pertama kali 1950an- 1960an: Saat ini dipercayai sebagai disfungsi otak Minimal Brain Dysfunction Psikiatri psikoanalitik anak melihat ADHD dalam term masalah peran orangtua dan lingkungan 1957: Methylphenidate (Ritalin) diperkenalkan. 1960- Sindrom Anak Hiperaktif menjadi populer. Ritalin 1970: digunakan secara luas dan banyak penelitian mengenai pengobatan tersebut (stimulan) 1970-1975: Media yang tidak akurat menentang penggunaan obat. Diet Feingold menjadi populer 1975- Medikasi kembali popular 1980: 1980: American Psychiatric Association menggunakan istilah Ättention Deficit Hyperactivity Disorder (DSM- III).Positron 1987: American Psychiatric Association menggunakan istilah Ättention Deficit Hyperactivity Disorder (DSM-IIIR). Kampanye anti pengobatan menyesatkan banyak orangtua dan para profesional. 1990: Emission Tomography (ETscan) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara fungsi otak ADHD dan otak bukan ADHD 1994: APA mendefinisikan kembali ÄDHD di DSM-IV 1997: ADHD pengaruh dari 4 faktor: attention and learning; impulsive, perilaku dengan kontrol yang buruk; ada atau tidaknya kondisi komorbid; pengasuhan atau permusuhan yang muncul di lingkungan anak. 2001: Penemuan bukti dari genetik molekular, penelitian neurotransmitter, scan otak, EEG, dan penelitian antar budaya membuktikan validitas dari ADHD. 55 56

C. Penyebab ADHD Banyak peneliti masih belum sepakat mengenai penyebab tepatnya dari ADHD, tetapi 2 ada hal yang pasti. Pertama, ADHD merupakan kondisi yang diturunkan (hereditary) dan kedua, masalah ADHD merupakan hasil dari perbedaan kecil pada irama otak (dopamine). Banyak peneliti percaya bahwa ADHD merupakan kondisi dimana fungsi area otak yang mengendalikan perilaku mengalami permasalahan. Fungsi pada area frontal lobe yang mengendalikan tingkah laku yang tidak tepat dan area basal ganglia and cerebellar circuits yang berkoneksi berdekatan. Ada ketidak seimbangan pada neurotransmitters yang menyampaikan pesan. Menurut Green(2001), kondisi anak yang mengalami ADHD tidak disebabkan karena masalah diet atau karena pola pengasuhan yang salah. 1. Kondisi Hereditary (Keturunan) Biasanya orangtua yang ADHD cenderung akan menurunkan secara genetik pada anaknya. Setidaknya 2 genetik telah ditemukan, yaitu gen DRD4 dan gen DAT. Pada penelitian pada anak kembar, ditemukan jika salah satunya ADHD, maka 90% anak yang lain juga mengalaminya (Green, 2001; 19, Accordo & Blondis, 2000;129) 2. Kesulitan Menemukan Irama yang Tepat Pada Otak - Neuropsychology Impulsivitas pada anak dengan ADHD menunjukkan disfungsi pada area frontal lobe. Mereka kesulitan untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri. Anak-anak yang murni mengalami kesulitan untuk memberikan atensi atau inatensi (tanpa impulsivitas, perilaku aktif) menunjukkan masalah juga pada area frontal lobe tetapi juga mengalami kelambatan melakukan pengolahan, sehingga akan berespon dengan lambat. (Green, 2001) - Pengukuran Aktivitas Anak-anak dengan ADHD overaktif ketika mereka seharusnya tenang dan sangat tidak aktif ketika mereka seharusnya aktif. Hal tersebut bukan over aktivitas, namun kesulitan untuk mengendalikan aktivitas dirinya (selfmonitoring). - Ketidak seimbangan Kimiawi otak Ketidak seimbangan atau pengurangan noradrenaline dan dopamine di otak. Pengobatan stimulan membantu menyeimbangkan kondisi tersebut. 57 3. Pengasuhan dan ADHD Perilaku anak ADHD akan diikuti dengan cara orangtua menerapkan disiplin. Buruknya pola pengasuhan tidak menyebabkan ADHD, namun dapat membuat perilaku anak ADHD semakin buruk dengan penguatan yang diberikan. Anak ADHD biasanya adalah anak yang sulit, sehingga seringkali orangtua sulit menerapkan disiplin secara konsisten. Kondisi ini biasanya dapat memunculkan masalah dalam keluarga. (Green, 2001). D. Cara Mendiagnosa ADHD Sebelum melakukan diagnosa apakah anak mengalami ADHD/GPPH, maka perlu dipahami bahwa perlu pengumpulan data melalui observasi yang sangat tajam dan wawancara dari berbagai pihak yang terlibat dengan anak. Perlu data yang obyektif dan akurat. Diperlukan kerjasama dan diskusi antara orangtua, guru, dan ahli untuk dapat menentukan adalah masalah ADHD pada seorang anak. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat pola perilaku yang muncul pada anak pada setiap setting atau situasi yang dialui oleh anak. Untuk menetapkan diagnosis ADHD perlu dilakukan 4 tahap pemeriksaan: 1. memperhatikan tanda-tanda yang muncul 2. Menyingkirkan diagnosa yang serupa dengan ADHD 3. Menggunakan alat yang obyektif 4. wawancara secara detail mengenai pola yang muncul untuk memperkuat hipotesis mengenai masalah ADHD 58 Ada 2 tanda penting yang harus kita perhatikan yang membuat kita memikirkan kemungkinan ADHD: a. Anak menunjukkan kesulitan di sekolah (underfunctions at school), meskipun memiliki tingkat intelegensi yang normal dan tidak mengalami masalah kesulitan belajar (learning disabilities). b. Anak-anak dengan ADHD memiliki serangkaian masalah perilaku yang sangat buruk daripada yang diharapkan dari standar lingkungan. Dalam DSM-IV-TR (APA, 2000), kriteria atau ciri-ciri diagnosis ADHD adalah sebagai berikut: Jenis Masalah Pola Perilaku Khusus Kurangnya Gagal memperhatikan detail atau perhatian melakukan kecerobohan dalam tugas sekolah, dan lainnya. Kesulitan memperhatikan perhatian

Hiperaktivitas Impulsivitas Peran disekolah atau saat bermain. Tampak tidak memperhatikan apa yang dikatakan orang lain. Tidak bisa mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas. Kesulitan mengatur pekerjaan dan aktivitas lain. Menghindari pekerjaan atau aktivitas yang menuntut perhatian. Kehilangan alat-alat sekolah (misalnya, pensil, buku, mainan, tugas-tugas). Mudah teralihkan perhatiannya. Sering lupa melakukan aktivitas ehari-hari. Tangan atau kaki bergerak gelisah atau menggeliat-geliat di kursi. Meninggalkan kursi pada situasi belajar yang menuntut duduk tenang. Berlarian atau memanjat benda-benda secara terus menerus. Kesulitan untuk bermain dengan tenang. Sering berteriak di kelas. Tidak bisa menunggu giliran dalam antrean, permainan dan sebagainya. Untuk dapat didiagnosis ADHD, gangguan ini harus muncul sebelum usia 7 tahun, harus secara signifikan menghambat fungsi akademik, sosial dan pekerjaan, dan harus ditandai oleh sejumlah ciri klinis yang tersebut di atas, serta telah terjadi lebih dari 6 bulan dan paling tidak terjadi pada dua situasi seperti di sekolah, rumah, atau pekerjaan Perilaku Inti dari ADHD Inatensi Perilaku yang dapat menggambarkan bahwa anak mengalami kesulitan untuk mempertahankan atensinya (Inattention) adalah perilaku anak yang mudah terdistraksi atau teralih perhatiannya, lupa terhadap instruksi yang diberikan, mudah beralih dari satu tugas ke tugas yang lain sebelum menyelesaikannya. Anak tampak lebih baik ketika berada pada pengawasan perorangan (satu guru dengan satu anak). Beberapa anak memiliki masalah hanya pada atensinya (inattentive type). Pada tipe ini, anak cenderung berespon lambat, tidak memperhatikan hal-hal yang berada di hadapannya. Impulsivitas Anak berbicara dan berperilaku tanpa dipikirkan. Seringkali melakukan suatu hal secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Mudah tersulut atau bereaksi dengan sangat cepat. Hiperaktifitas Kecenderungan anak tidak dapat duduk dengan tenang. Hiperaktivitas ini juga dapat dikatakan anak beraktivitas secara berlebihan. Anak tampak selalu gelisah, melakukan aktivitas yang tidak terarah. Perlu dilakukan wawancara dan observasi yang tajam untuk dapat mengenali perilaku anak dengan ADHD, karena perilaku yang hampir serupa dapat muncul pada anak yang tidak mengalami ADHD. E. Menyingkirkan diagnosa yang serupa dengan ADHD Perilaku yang tampak pada anak ADHD dapat membingungkan, karena dapat muncul juga pada anak-anak yang tidak mengalami ADHD. Perilaku yang muncul akan tampak serupa dengan perilaku yang ditampilkan oleh anak ADHD. Perlu diperhatikan secara seksama mengenai perbedaan-perbedaan antara anak ADHD dengan anak-anak yang berperilaku serupa anak ADHD. Beberapa diagnosa dengan perilaku yang muncul serupa dengan yang ditampilkan anak ADHD adalah: - Anak Pra-sekolah yang normal, namun aktif - Anak dengan keterbatasan intelektual - Anak dengan masalah pendengaran - Anak dengan masalah kesulitan belajar spesifik (specific learning disabilities) - Bipolar disorder - Anak dengan Autism-sindrom Asperger - Anak gifted atau berbakat - Anak dengan masalah tidur - Anak dengan masalah epilepsy - Anak yang depresi - Anak dengan masalah kerusakan otak - Anak dengan masalah keluarga Dengan adanya kriteria dari DSM-IV-TR, maka kemungkinan dalam menerapkan kesalahan dalam diagnosis ADHD dapat dihindari. Perlu diperhatikan, bahwa banyak anak ADHD yang muncul dengan gejala masalah perilaku yang serupa dengan gejala yang dikeluhkan pada anak-anak yang sebenarnya tidak mengalami masalah ADHD. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu melakukan 59 60

wawancara dengan sangat hati-hati dengan memperhatikan tandatanda yang biasa muncul. F. Gambaran ADHD pada aspek perkembangan Ketika permasalahan yang muncul dari masa kana-kanak ini tidak segera ditangani, maka 70% akan berlanjut sampai masa remaja atau masa dewasa dengan perkembangan bentuk perilaku yang tidak adaptif. Dapat dikatakan gejala yang muncul pada masa kanak-kanak berkembang persisten sampai dewasa. Perilaku yang tidak adaptif dan dapat menetap hingga dewasa (ADHD yang persisten) mengarah pada tindak kriminalitas, seperti vandalisme, kepribadian anti sosial, pengguna alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang, marijuana/substance abuse, premanisme. Masalah inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas akan mempengaruhi aspek-aspek perkembangan individu. Ketika anak sulit untuk fokus dan selalu bergerak, maka informasi yang ia terima menjadi tidak utuh (Green, 2001). Meskipun tingkat kecerdasan anak ADHD berada taraf rata-rata atau di atas rata-rata, namun mereka cenderung mengalami kesulitan pada bidang akademik, kendali emosi, dan interaksi sosial. Kesulitan anak dalam bidang akademik, kendali emosi, dan interaksi sosial akan menghambat kemampuan anak untuk mengembangkan ketrampilan bersikap sosial, berempati dengan orang lain, memahami situasi, menurunnya motivasi dalam pencapaian bidang akademik. Ketika bertindak, anak cenderung mengandalkan impulsnya tanpa mempertimbangkan akibatnya baik bagi dirinya maupun orang lain. Anak ADHD kurang terlatih dalam mencari solusi penyelesaian masalah karena mereka terbiasa menyelesaikan masalah menggunakan instingnya (impuls) secara spontan atau perilaku otomatik. Menurut Grenn (2001), anak tidak dapat melihat diri mereka sendiri, mereka melakukan penilaian (judgment) terhadap diri mereka sendiri dari reaksi yang dimunculkan orang-orang di sekitar mereka. Orangtua dan guru dapat menurunkan harga diri (self-esteem) mereka tidak hanya melalui kata-kata, namun penggunaan kata tersebut. Intonasi, ketidak tertarikan pada pembicaraan anak, merendahkan anak, dapat menurunkan harga dirinya. G. Peran dan bantuan dari pihak sekolah Bukan merupakan suatu keanehan sekiranya anak ADHD bermasalah dengan sekolahnya. Sekolah mengharuskan anak untuk dapat berkonsentrasi dan secara aktif mengikuti seluruh kegiatan 61 62 yang ada di kelas. Tidak ada ruang dalam meningkatkan prestasi belajar bagi anak yang mengalami gangguan konsentrasi serta kelihatan sangat aktif. Semua siswa diharuskan mengikuti rutinitas-rutinitas kelas, mengikuti peraturan-peraturan guru, dan siswa juga diharapkan bisa mengendalikan semua perilakunya yang tidak sesuai. Guru seolaholah kurang memperdulikan dengan apa yang terjadi pada anak didiknya. Hal ini dikarenakan kekurang tahuan guru mengenai apa yang terjadi pada anak didiknya. Untuk itu diperlukan pendidikan yang tepat yang dapat dilakukan untuk para guru oleh pihak sekolah, diantaranya: 1. Guru harus didik mengenai penyebab dan sifat dasar dari gangguan-gangguan ADHD serta memahami sudut pandang perkembangan yang terkait dengan lemahnya perhatian dari seorang siswa. 2. Mencari bidang-bidang persoalan yang paling bermasalah. Guru diharapkan dapat mengidentifikasi dan menentukan perilakuperilaku yang membutuhkan perhatian segera. 3. Memberikan pendidikan bagi guru mengenai definisi, penyebab, dan sifat dasar perkembangan gangguan-gangguan perhatian melalui buku, brosur, video, lokakarya, dan komunikasi pribadi. Sekolah-sekolah bisa menyediakan narasumber untuk memberikan pelatihan bagi para guru. Sekolah juga dapat memberikan kesempatan pada anak yang mengalami ADHD ini untuk: Mendapatkan layanan-layanan pendidikan Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak dibeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Ketika diketemukan ada anak yang bermasalah seperti halnya anak ADHD maka tidak serta merta anak dicap sebagai anak penganggu atau anak yang nakal apalagi sampai harus dikeluarkan dari sekolah. Untuk itu pihak sekolah seharusnyalah menyediakan jasa layanan bagi anak seperti ini dengan bekerjasama dengan seorang psikolog, atau orang yang memiliki keahlian dalam bidang pendidikan terutama mengenai anak berkebutuhan khusus. Perkembangan rencana pendidikan individual Untuk anak yang mengalami gangguan ADHD perlu kiranya pihak sekolah dalam hal ini guru memberikan penerapan program sejenis Rencana Pendidikan Individual (IEP). Program ini membuat anak ADHD lebih dapat diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan kesulitan-kesulitan serta kekurangan-kekurangan yang ada pada diri mereka sehingga lebih memudahkan mereka untuk dapat beradaptasi dengan

tuntutan sekolah. Dengan program ini, diharapkan kesulitan anak ADHD dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar bisa diminimalisir. H. PENUTUP Anak ADHD adalah anak yang mengalami gangguan fungsi neurologisnya sehingga mereka kesulitan untuk mengontrol diri mereka sendiri baik dalam berperilaku, bersikap serta menfokuskan diri pada suatu tugas. Ketidakmampuan dalam mengontrol diri inilah yang pada intinya mempengaruhi proses adaptasi anak ADHD dengan lingkungannya, baik itu di rumah, sekolah dan tempat bermain. Akibatnya anak mengalami pengucilan, diperlakukan tidak baik serta diberi label nakal oleh lingkungannya bahkan karena perilaku yang sangat menganggu seringkali pula membuat anak ini selalu berurusan dengan pihak sekolah dalam hal ini guru kelasnya. Banyak guru merasa kewalahan menghadapi anak seperti ini yang sudah tentu dianggap menganggu jalannya proses belajar yang terjadi. Untuk itu pihak sekolah perlu kiranya memberikan pemahaman mengenai pengertian mengenai ADHD serta faktor-faktor yang melatar belakanginya. Dengan pemahaman yang sama mengenai ADHD, diharapkan pihak sekolah dalam hal ini guru dapat memperlakukan anak ADHD ini sesuai dengan tingkat permasalahan yang mereka hadapi. DAFTAR BACAAN Ferdinand, 2008. Anak Hiperaktif. Jogyakarta. Kata Hati. Green, Christopher and Kit Chee (2001). Understanding ADHD. Sidney: Doubleday. Grant, 1998. Terapi Untuk Anak ADHD. Terj. Jakarta. Bhuana Ilmu Populer. Jefrey,2005. Abnormal Psychology. terj. Jakarta. Erlangga. Swaiman, Kenneth F and Stephen Ashwal (2006). Pediatric Neurology. Principles and practice. Missouri: Mosby, Inc. METODE PENGAJARAN SENI KALIGRAFI (Seni kaligrafi salah satu Media Permbelajaran Agama Islam) Siti Mariah Ulfah, S.Ag. M.Pd.I ABSTRAK Seni adalah keindahan ia lahir dari doronganfitrah manusia yang cenderung kepada keindahan. Islam sebagai agama yang lurus yang disampaikan Al-Quran.Semua seni yangsejalan dengan ajaran Islam disebut dengan seni Islami. Hal ini senada dengan ungkapan Sidi Gazalba : Seni Islam ialah ciptaan bentuk yang mengandung nilai estetika yang berpadu dengan nilai Islam. Salah satu cabagng seni Islam yang tergolong seni Visual adalah Kaligrafi dalam bahasa Arab disebut Al-Khat.Seni Ini menduduki posisi penting dalam kebudayaan Islam. Hal senada diungkapkan pula J. Pedrsen bahwa dalam peradaban Islam budaya tulis menulis Arab memainkan peranan penting menurut Sayeed Hoseen Nasr. Kaligrafi termasuk seni yang tinggi, karena ia menjadi symbol kesenian Islam dkarena perkembangannya sejalan dengan perkembagan ruh AL- Quran. Didukung oleh ayat-ayat Al-Quran sebagai motivator dan sumber aspirasinya yaitu QS. Alaq dan surah Nun.Sementara diindonesia perkembangannya tidaklah begitu ketinggalan karena kaligrafi merupakan media dalam penyampaian ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran Agama Islam.Untuk mengembangkannya diperlukan metodologi yang sesuai sehingga kaligrafi ini dapat berkembang seiring dengan perkembangan ilmu Agama Islam.Dalam pembahasan ini diungkapkan tentang defenisi, sejarah dan perkembangannya serta metodologi pembelajarannya. Kata Kunci: Seni, Kaligrafi, Metodologi Pembelajaran, PAI A. Pendahuluan Di Indonesia pengetahuan tentang sejarah seni kaligrafi Islam belum banyak dikenal. Menampilkan sosok sejarah sangat diperlukan karena akan menjembatani hubungan kebudayaan khususnya seni melukis indah Arab yang pernah dominan dalam literasi kebudayaanislam, melalui pengetahuan sejarah setiap peminat kaligrafi akan mendapatkan pesan-pesan berharga dan kesadaran bahwa seni kaligrafi sesungguhnmya hadir justeru melalui wahyu permulaan yang diterima Nabi Muhasmmad SAW. 63 64