BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kerangka berpikir Arkeologi maka digunakan penelitian kualitatif.

INTERAKSI KEBUDAYAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Inda Citraninda Noerhadi meneliti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat. hiasan Matahari dengan Kalimah Toyyibah, nisan ini merupakan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu

LEMBAR PERSETUJUAN. Artikel oleh Catra Yudha Pradana ini Telah diperiksa dan disetujui. Malang, 7 Januari 2013 Pembimbing I,

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia


BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BEJIJONG KECAMATAN TROWULAN MOJOKERTO DAN KEBEBERDAAN CANDI BRAHU

Perkembangan Arsitektur 1

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi Panataran merupakan situs percandian terbesar di Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

BAB 5 PENUTUP. 245 Universitas Indonesia. Tempat duduk..., Yulie Pusvitasary, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Blitar memiliki banyak sektor pariwisata yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TRANSFORMASI PATUNG DAN RELIEF CANDI PENATARAN KE DALAM WAYANG BEBER SKRIPSI

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

Pertemuan X & XI Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

di JAW A TE N GAH S E LATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA SERTA KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

Kelas V Semester 1. I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c, atau d di depan jawaban yang paling benar!

SENI KRIYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1

BAB IV RESPON MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP TRADISI RUWATAN BULAN PURNAMA. A. Masyarakat Umum di Komplek Candi Brahu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

KISI-KISI ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Indikator Pencapaian Kompetensi. Kegiatan pembelajaran. Mencari artikel di perpustakaan dan internet mengenai lahir dan berkembangnya agama dan

JURNAL KAJIAN TENTANG SENI BANGUN MASJID BAITURROHMAN (MAKAM SUNAN KUNING) DI DESA MACANBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

NILAI-NILAI BUDAYA YANG TERDAPAT PADA BENDA-BENDA PENINGGALAN PURBAKALA DAN UPAYA PELESTARIANNYA. Abstrak

Pelestarian Cagar Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. sebelumnya, dan bersandar pada rumusan masalah pada bab pertama, maka dapat

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Istilah Arkeologi-Epigrafi. Oleh: Vernika Fauzan Alumni Arkeologi (Epigrafi) Universitas Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Inda, 2012:1). Yuni Dwi Ratnawati menyebutkan bahwa candi merupakan salah satu peninggalan purbakala yang terpenting dari masa Indonesia Hindu yang berlangsung sekitar abad pertama sampai akhir abad ke-15 Masehi. Pada umumnya orang Jawa menyebut bangunan purbakala sebagai candi, bangunan tersebut biasanya terbuat dari batu. Dalam pengertian ini Ratnawati juga menyebutkan bangunan-bangunan yang termasuk kedalam penyebutan candi diantaranya seperti wihara, stupa, patirtan, paduraksa, dan stamba (2000:27). Di Jawa Timur candi juga sering disebut dengan istilah cungkup 1, istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Raffles dalam The History of Java, yang dikutip dalam buku Peninggalan Sejarah Kepurbakalaan Candi Panataran. Meskipun demikian Raffles membedakan kata antara candi dan cungkup, namun menganggap keduanya sebagai makam (Ngadino dkk, 2003:2). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia candi diartikan sebagai bangunan kuno yang dibuat dari batu sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah para raja-raja, pendeta Hindu ataupun Budha zaman dahulu (2008:258). 1 Dalam bahasa sansekerta cungkup merupakan rumah nisan di kuburan (Purwadi dan Eko 2005:30) 1

2 Namun, menurut Soekmono dalam bahasa Sansekerta kata candi merupakan sebutan dari Durga yang merupakan Dewi Maut dengan nama lainnya adalah Candika, dan secara istilah candi berasal dari kata Candika Graha. Graha berarti rumah, sedangkan Candika merupakan nama yang diberikan kepada istri Siwa dalam perwujudan sebagai Dewi Kematian. Jadi candi dapat diartikan sebagai tempat yang berhubungan dengan pemakaman dan sebenarnya bukan pemakaman, tetapi untuk memuliakan orang yang meninggal khususnya para raja dan orang yang terkemuka (Soekmono, 1973:81). Sejarawan lain berpendapat bahwa candi berasal dari kata dasar Ndi, yang merupakan kepanjangan dari pundian (punden) 2, yang berarti tempat memuja. Secara umum istilah candi sebagai tempat pemakaman hanya terdapat dalam agama Hindu, sedangkan dalam agama Buddha candi juga sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia selain sebagai tempat pemakaman dan pemujaan, candi juga berfungsi sebagai tempat peringatan, yaitu candi didirikan sengaja sebagai tempat untuk memperingati suatu peristiwa penting. Seperti peristiwa kemenangan atau kembalinya suatu dinasti dalam memegang pemerintahan, dan lain sebagainya (Ratnawati, 2000:28-33). Bagian yang menarik dari candi-candi tersebut adalah dinding-dindingnya dihiasi dengan relief. Hiasan tersebut bukan sekadar penghias atau pengisi bidang, tetapi melukiskan suatu cerita (Inda, 2012:1). Di antara relief-relief candi di Jawa yang menarik perhatian adalah relief Candi Panataran. Candi Penataran sendiri adalah candi berlatar belakang Hindu (Siwaitis) yang dibangun pada tahun 1119 Ç (Saka) atau 1197 Masehi. Hal ini dijelaskan melalui Prasasti Palah yang 2 Tempat pemujaan yang digunakan untuk memuja nenek moyang (Ayatroehadi dkk, 1978 :99).

3 ditemukan di dalam komplek Candi Panataran, yang mana prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Kertajaya yang menyebut dirinya dengan tanda Çrengalancana yang memerintah Kerajaan Kediri. Namun, isi dari prasasti tersebut tidak lain bukanlah sebagai piagam pendirian candi, melainkan sebagai piagam penetapan sima 3. Sima itu ditujukan sebagai sarana menjaga keberlangsungan peribadatan yang menyembah Bhattara Palah yang kemudian dilanjutkan sampai tahun 1454 Masehi pada masa kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat ditarik kesimulan bahwa antara Prasasti Palah dan Candi Panataran memiliki hubungan kesejarahan yang mengakar, Candi Panataran sendiri dimasukkan ke dalam candi bergaya Majapahit dengan salah satu cirinya adalah mempunyai pola arsitektur berundak (Wisnuwhardono, 1995:1-9). Relief-relief pada dinding Candi Panataran menggambarkan cerita-cerita orisinal Jawa seperti cerita Sri Tanjung, Sang Satyawan, Ramayana, Kresnayana, Pemburu yang Tertipu, cerita Lembu dan Buaya, dan Kura-Kura yang Sombong. Selain itu Candi Panataran sendiri dianalogikan sebagai Candi Borobudur dalam skala kecil. Hal ini bukanlah pendapat asal yang dikemukakan oleh para peneliti, selain dari bentuknya Candi Panataran dan Borobudur sendiri memiliki keterkaitan dalam hal cerita yang terdapat pada reliefnya. Beberapa seperti relief Bubuksah dan Gagang aking merupakan lambang persatuan Agama Siwa dan Buddha, dimana cerita Bubuksah merupakan karya sastra yang bersifat Buddhis, tanpa adanya pandangan persatuan keagamaan yang kuat tidak mungkin tutur Buddhis direliefkan pada candi Siwaitis. Relief-relief ini menjadi isu menarik karena relief tersebut menampilkan hasil susastra benbentuk kidung yang 3 Tugu yang digunakan sebagai tanda suatu daerah perdikan (Ayatroehadi dkk, 1978 :115).

4 berkembang pada masa Majapahit. Secara visual, relief Candi Panataran menjadi bukti terjadinya transformasi dari susastra lisan (tutur) ataupun susastra tulis ke dalam susastra visual dalam bentuk relief candi (Ngadino dkk, 2003:7). Cerita-cerita dalam wujud visual relief Candi Panataran menyimpan informasi sesuatu yang berhubungan pada zamannya. Berdasarkan cerita yang terkandung pada relief-relief candi, visual yang ditampilkan menggambarkan berbagai adegan yang berbeda dari kegiatan manusia sampai pada hewan yang berprilaku seperti manusia (2003:6-15). Adegan-adegan ini tidak lepas dari busana yang digunakan. Busana ada yang digambarkan dalam pakaian mewah seperti busana dan perhiasan yang ramai mulai dari mahkota, kalung, hiasan telinga, dan lain sebagainya. Namun, ada juga yang digambarkan dalam pakaian yang sederhana seperti sarung dan kemben yang digunakan sebagai penutup tubuh. Mempertimbangakan fakta-fakta di atas, maka perlu pengkajian yang mendalam terhadap busana yang digambarkan pada relief Candi Panataran. Dari cerita-cerita yang tersirat pada relief menggambarkan keragaman masyarakat yang berpengaruh pada perbedaan busana yang dikenakan. Hasil dari kajian ini dapat digunakan sebagai referensi ragam busana dari masa lampau hingga terbentuknya busana masa sekarang. Selain itu dari pengkajian ini bisa juga digunakan sebagai acuan industri kreatif seperti pengembangan busana maupun corak motif dari busana itu sendiri. Kajian ini akan mendiskripsikan busana-busana yang ditampilkan pada relief Candi Panataran dengan menggunakan pendekatan arkeologi seni. Arkeologi seni sendiri merupakan ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia)

5 masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi) dan ekofak. Penelitian ini menjadi penting mengingat, pertama, peragaan busana banyak ditampilkan pada setiap relief cerita yang terpahat. Busana juga merupakan bagian terpenting yang digunakan sebagai alat untuk melindungi tubuh dan digambarkan dalam susastra Jawa Kuno yang menjadi dasar dari pemahatan relief. Kedua, apa yang terpahatkan pada relief menjadi isu penting dalam mengkaji apa yang terjadi pada masa relief itu dibuat. Mengingat keberadaan busana merupakan suatu hal penting pada setiap masa, di mana Candi Panataran telah melalui tiga masa pmerintahan yang berbeda. Mempertimbangkan dua alasan di atas, penelitian ini sengaja mengambil judul Kajian Busana Pada Relief Candi Panataran Sebagai Situs Peninggalan Kerajaan Majapahit Melalui Pendekatan Arkeologi Seni. Busana yang terpahat pada relief tersebut akan didiskripsikan sesuai dengan kondisi fisik material yang ada tanpa ada penambahan, pengurangan, maupun keragu-raguan dan berdasar pada konsep-konsep yang membentuknya. B. Batasan Masalah Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan yang berkaitan mengenai lokasi dan waktu. Lokasi disini berkaitan dengan luasnya Kerajaan Majapahit yang mana mencakup hampir seluruh wilayah Nusantara. Maka dari itu lokasi yang digunakan sebagai acuan dari penelitian ini adalah lokasi yang berhubungan dengan Candi Panataran. Untuk waktu di sini mengacu pada masalah busana yang

6 menggambarkan keragaman masyarakat yang berpengaruh pada perbedaan busana yang dikenakan pada masa Majapahit. Hal ini bertujuan untuk membatasi data yang digunakan dalam penelitian ini agar permasalahan tidak terlalu meluas. Mengkaji relief pada Candi Panataran dengan menggunakan pendekatan arkeologi seni maka dapat diketahui keragaman busana yang terbentuk pada masyarakat zaman Majapahit dari sisi arkeologis maupun dari sisi seninya. C. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah di atas, pengkajian ini dirumuskan dalam dua pertanyaan dasar: 1. Bagaimana busana ditampilkan dalam relief Candi Panataran? 2. Bagaimana mendiskripsikan busana-busana yang ditampilkan dalam relief tersebut dengan pendekatan arkeologi seni? D. Tujuan Pengkajian 1. Mengetahui seperti apa visual pada relief candi yang menggambarkan busana pada Candi Penataran. 2. Menganalisis keanaekaragaman dan keunikan busana-busana pada seluruh relief Candi Penataran. E. Manfaat Pengkajian Adapun manfaat dari pengkajian yang dilakukan adalah : 1. Bagi Keilmuan

7 Dari pengkajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang seni khususnya pada bidang studi kriya tekstil dan sejarah serta memberikan sumbangan pemikiran bagi yang akan melakukan penelitian lebih jauh. Sebagai bahan bacaan yang diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. 2. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan sebagai bekal agar dapat menerapkan kombinasi yang tepat antara keadaan teori dengan keadaan yang sebenarnya, khususnya pada bidang yang diteliti. 3. Bagi Pihak Terkait Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih bagi masyarakat dan daerah yang bersangkutan agar masyarakat luas mengetahui apa yang terkandung di dalam relief candi yang menceritakan bagaimana busana pada masa candi itu dibuat. F. Susunan Penulisan BAB I, pendahuluan yang berisi tentang latar belakang mengenai relief busana dan arkeologi seni; perumusan masalah; tujuan yang memuat tujuan umum dan tujuan khusus; manfaat yang memuat manfaat bagi keilmuan, pihak terkait dan masyarakat serta penulis. BAB II, kajian pustaka yang berisi kajian pustaka tentang teori-teori pengertian candi, Candi Panatara, relief busana, susastra Jawa Kuno dan busana; teori dan kerangka pikir berisi teori arkeologi seni yang digunakan dan kerangka pikirnya.

8 BAB III, metodologi penelitian, merupakan cara dalam melakukan penelitian yang meliputi, bentuk penelitian kualitatif dengan metode pendekatan arkeologi seni, lokasi penelitian di Candi Panataran Blitar, Musium Trowulan, Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, Pengrajin Terakota Desa Bejijong dan Pengrajin Patung Batu Jati Sumber. Sumber data diperoleh dari artefak candi, informan, obyek visual dan data teori, teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara serta literature buku-buku dan dokumen. Validitas data dengan trianggulasi data dan trianggulasi peneliti, dan teknik analisa data dilakukan dengan menggunkan model analisis interaktif. BAB IV, sajian data dan analisa merupakan hasil dari penelitian kualitatif dengan pendekatan arkeologi seni, penjabaran mengenai gambaran busana dan mendeskripsikannya. BAB V, kesimpulan busana yang ditampilkan pada relief candi dilihat dari konsep-konsep yang mendasarinya dan kondisi fisik material berperan penting dalam konteks deskripsi busana. Daftar Pustaka Lampiran