Kata kunci: lahan kering, kedelai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA HIBRIDA DI PESISIR SELATAN DESA SIDOHARJO KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KERING UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI DI DESA PUCUNG, KECAMATAN GIRISUBO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN 1.

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

BAB III METODE PENELITIAN

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN TEBU DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN HELVETIA SKRIPSI DIAN NOVITA SARI SINAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Lampiran 1. Deskripsi Profil

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN MANGGA GEDONG GINCU DI KECAMATAN PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PADI SAWAH, PADI GOGO

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PADI DI KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Secara astronomis Dusun Ngampon terletak pada 7 o 50 LS - a) Sebelah utara : Dusun Padangan

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluation Of Land Suitability For Rainfed Paddy Fields (Oryza sativa L.) In Muara Sub District North Tapanuli Regency

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

KESESUAIAN LAHAN TANAH MINERAL DAN TANAH HISTOSOL UNTUK TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN POLLUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI OLEH :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KEDELAI (Glycine max) DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI DAN PADI LADANG DI DESA BILA TALANG KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

Evaluasi Kesesuaian Lahan Kabupaten Dairi Untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.)

Pemetaan Tanah.

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

LEMBAR PENGESAHAN. Menyetujui Pembimbing & Penelaah. Dosen Pembimbing I. Dosen PenelaahI. Dr. Ir. H. Subroto Ps. M. Sc. Dr. Ir.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Transkripsi:

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KERING UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI DI DESA PUCUNG, KECAMATAN GIRISUBO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL DRY LAND SUITABILITY EVALUATION FOR CULTIVATION OF SOYBEAN IN PUCUNG VILLAGE, GIRISUBO SUBDISTRICT, GUNUNGKIDUL DISTRICT Oleh: Ani Kurniyawati, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta. anikurniyawati@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kesesuaian lahan kering di Desa Pucung untuk tanaman kedelai. (2) Faktor pendorong dan pembatas lahan kering untuk budidaya tanaman kedelai. (3) Produktivitas tanaman kedelai di Desa Pucung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berdasarkan hasil uji laboratorium. Penelitian menggunakan pendekatan The Law of Minimum yaitu pendekatan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan berdasarkan faktor pembatas paling minimum, dengan cara mencocokkan (matching) data tanah dan fisik lingkungan dengan kriteria tumbuh tanaman kedelai. Populasi penelitian ini adalah semua lahan di Desa Pucung yang diambil 1 sebagai sampel karena jenis tanah yang homogen. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, uji laboratorium. Teknik analisa data dilakukan dengan mencocokan kualitas lahan dengan kriteria syarat tumbuh tanaman kedelai. Produktivitas tanaman kedelai dapat diketahui dari deskripsi hasil wawancara dengan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kelas kesesuaian lahan kering untuk komoditas pertanian tanaman kedelai di Desa Pucung memiliki kesesuaian cukup sesuai atau kelas kesesuaian marginal atau kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas permanen yaitu curah hujan. (2) Faktor pendorong penilaian kesesuaian lahan temperatur (23,86-26,3 C), ketersediaan air (kelembaban 69), media perakaran (tekstur halus, bahan kasar <15%, dan kedalaman efektif tanah >75 cm), gambut <60, retensi hara (kejenuhan basa 62,24%, ph 6,3 dan C-organik 4,89), toksisitas 2,51 ds/m, sodositas 0,94%, bahaya sulfidik 90 cm, bahaya erosi (lereng <8%, tingkat kerentanan erosi sangat rendah), bahaya banjir (F0) dan penyiapan lahan (singkapan batuan <5%). Faktor pembatas pada penilaian kesesuaian lahan yaitu ketersediaan air (curah hujan 1874,87 mm/tahun), drainase tanah agak cepat, KTK Liat 0,124 cmol, dan penyiapan lahan (batuan permukaan 5-15%). (3) Produktivitas tanaman kedelai di Desa Pucung tergolong rendah, karena tiap hektar lahan hanya menghasilkan 2 kwintal kedelai atau sebesar 21% dari indikator produktivitas tanaman kedelai sebesar 9,5 kwintal/ha. Kata kunci: lahan kering, kedelai Abstract This research aims to find out: (1) The suitability of dry land in Pucung Village of soya plants. (2) The driving factorsand limiting factors of dry land for cultivation of soy. (3) Soybean crop productivity in Pucung Village. This is a descriptive study based on laboratory test results. Research using approach the law of minimum is an approach to determine the land suitability classes based the minimum limiting factor by matching soil data and physical environtment by growing soybean planting. The study population was all the land in Pucung Village with taken one as a sample for homogeneous soils. Collection of data through observation, interviews, documentation, laboratory test. Technique of data analysis is done by comparing the quality of

the land criteria requirements grow soybean plants. Soybean crop productivity can be seen from the description of the results of interviews with farmers. The results show that: (1) The class of dry land suitability for agricultural commodities soybean crop in Pucung Village have marginal suitability or appropriateness of the S3 class with rainfall as the limiting factor of permanent. (2) The driving factors of land suitability assessment of temperature (23,86-26,3 Celsius), the availability of water (humidity 69), rooting medium (soft texture, coarse materials <15%,, and effective soil depth >75 centimeter), peat <60, nutrient retention (base saturation 62,24%, ph 6,3 and C-organic 4,89), toxicity 2,51 ds/m, sodic 0,94%, sulfidic hazards 90 centimeter, erosion hazards (slope <8%, very low degree of erosion susceptibility), the danger of flooding (F0) and land preparation (rock outcrops <5%). The limiting factor on land suitability assessment is the availability of water (rainfall 1874,87 millimeter/year), rather quickly soil drainage, 0,124 cmol clay CEC, and land preparation (surface rock 5-15%). (3) The productivity of the soybean crop in Pucung Village is very low for each hectare of land can produce just 2 quintal of soybean or 21% from productivity indicator of 9,5 quintal/hectare. Keywords: dry land, soybean PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu bahan pokok bagi masyarakat yang sulit ditemukan saat ini. Konsumsi kedelai yang sangat besar menyebabkan Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Indonesia melakukan impor kedelai untuk mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan harga kedelai. Indonesia dengan areal sawah dan lahan kering yang luas, berpotensi besar untuk membudidayakan tanaman kedelai, sehingga diharapkan kebutuhan kedelai dalam negeri dapat tercukupi dan Indonesia dapat melakukan ekspor kedelai. Kedelai merupakan salah satu tanaman yang dapat dikembangkan di lahan kering. Kedelai merupakan komoditas pertanian yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan drainase tanah cukup baik dan bukan jenis tanaman yang memerlukan banyak air (Aak,1991:16). Lahan kering selalu dikaitkan dengan pengertian bentuk bentuk usaha tani bukan sawah yang dilakukan oleh masyarakat sebagai lahan yang terdapat di wilayah kekurangan air (kering) yang tergantung pada air hujan sebagai sumber air (Manuwoto, dalam Minardi 2009). Pemanfaatan lahan kering belum dikembangkan secara optimal. Jumlah areal yang bercirikan usaha tani lahan kering mencapai luasan terbesar dibanding lahan sawah, namun kontribusi pada subsektor pertanian masih rendah, sehingga masih perlu mendapat perhatian dalam pengembangannya agar mampu meningkatkan hasil produksi komoditas pertanian (Minardi, 2009). Desa Pucung merupakan desa di Kecamatan Girisubo,

Kabupaten Gunungkidul. Pertanian yang ada di daerah ini, merupakan pertanian lahan kering yang mengandalkan curah hujan untuk mencukupi kebutuhan airnya. Desa Pucung merupakan salah satu desa dengan lahan kering terluas yang ada di Kecamatan Girisubo, sehingga berpotensi besar untuk pengembangaan budidaya tanaman kedelai. Faktor pendorong dan faktor pembatas lahan untuk budidaya tanaman kedelai di Desa Pucung belum diketahui. Faktor pendorong dan pembatas lahan akan berpengaruh terhadap produktivitas kedelai. Faktor pembatas pada budidaya tanaman membuat produktivitas tanaman kedelai rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengetahui faktor pendorong dan pembatas yang ada sehingga bisa mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produktivitas tanaman tersebut. Evaluasi kesesuaian lahan kering berupaya mengestimasi daya dukung lahan kering untuk penggunaan tertentu. Perencanaan penggunaan lahan untuk jenis tanaman tertentu, khususnya pada upaya peningkatan produksi pertanian harus didasarkan dengan perencanaan yang baik. Penyusunan perencanaan tersebut membutuhkan informasi dasar sumberdaya lahan yang meliputi tentang masalah kemampuan lahan dan kesesuaian lahan karena kemampuan lahan merupakan suatu sifat lahan yang menyatakan daya dukungnya untuk memberikan hasil pertanian pada tingkat tertentu (http:/geografi.hamzanwadi.ac.id/berita-52- evaluasi-lahan.html). Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui kesesuaian lahan kering untuk budidaya tanaman kedelai di Desa Pucung, faktor pendorong dan pembatas lahan kering untuk budidaya tanaman kedelai di Desa Pucung, dan produktivitas tanaman kedelai di Desa Pucung. Judul penelitian ini adalah Evaluasi Kesesuaian Lahan Kering untuk Budidaya Tanaman Kedelai di Desa Pucung, Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif berdasarkan hasil uji laboratorium. Penelitian menggunakan pendekatan The Law of Minimum yaitu menentukan kelas kesesuaian lahan berdasarkan faktor pembatas paling minimum dengan cara mencocokkan (matching) data tanah dan fisik lingkungan dengan kriteria tumbuh tanaman kedelai. Penelitian dilaksanakan di

Desa Pucung, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul selama 4 bulan, yaitu bulan Februari-Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah unit-unit lahan kering di Desa Pucung, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Sampel yang digunakan adalah sampel purposive. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada jenis tanah yang ada di Desa Pucung bersifat homogen sehingga hanya diambil satu sampel tanah. Tempat pengambilan sampel tanah adalah lahan yang setiap tahun selalu ditanami kedelai. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, uji laboratorium. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dari hasil matching kualitas lahan dan kriteria syarat tumbuh tanaman kedelai. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kesesuaian Lahan Kering untuk Budidaya Tanaman Kedelai 1. Temperatur Temperatur atau suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Suhu udara di suatu tempat dipengaruhi oleh ketinggian tempat tersebut. Braak memberi rumusan bahwa semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka suhu akan semakin rendah (Ance G. Kartasapoetra, 2006:10). Keterangan: t = suhu rata rata 26,3 = suhu rata-rata tahunan pada ketinggian 0 m dpl 0,61 = penurunan suhu tiap kenaikan 100 m h = ketinggian suatu tempat Berdasarkan rumusan tersebut, suhu daerah penelitian dapat dihitung menurut ketinggiannya. Desa Pucung memiliki ketinggian antara 0 400 m dpl, maka suhu di Desa Pucung adalah: Untuk ketinggian 0 m dpl = (26,3-0) ºC = 26,3ºC Untuk ketinggian 400 m dpl = 26,3 (0,61 x (400/100)ºC = 26,3 (0,61 x 4) ºC = 26,3 2,44 ºC = 23,86 ºC Jadi dapat diketahui bahwa suhu rata rata Desa Pucung berkisar

antara 23,86 C sampai dengan 26,3 C. Suhu tersebut jika digunakan dalam penentuan kelas kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman kedelai termasuk pada kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. 2. Ketersediaan air a) Curah hujan Curah hujan dapat mempengaruhi waktu tanam dan pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang tergolong tinggi di Desa Pucung yaitu sebesar 1874,87 mm/tahun, maka termasuk dalam kelas kesesuaian S3, yaitu kelas Sesuai Marginal untuk budidaya tanaman kedelai. b) Kelembaban Kelembaban di suatu tempat penelitian dapat dihitung dengan menggunakan data curah hujan daerah tersebut. Kelembaban bisa dilihat dari tipe iklim di suatu tempat. Tipe iklim di suatu tempat dapat diketahui dengan menghitung rata-rata bulan kering dibagi jumlah rata-rata bulan basah dikalikan 100% (Ance G. Kartasapoetra, 2006:21). Indeks nilai Q Desa Pucung adalah 69. Berdasarkan tipe iklim yang diklasifikasikan oleh Schmidt dan Fergusson, Desa Pucung termasuk tipe D yaitu tipe Sedang dengan nilai Q berkisar antara 60-100%. Desa Pucung dengan kelembaban 69, maka termasuk kelas kesesuaian S1, yaitu sangat sesuai. c) Ketersediaan oksigen Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase tanah Desa Pucung tergolong agak cepat, sehingga daya tanah untuk menahan air rendah. Tanah dengan drainase agak cepat tidak pernah tergenang air. Permukaan tanah selalu tampak kering karena air langsung meresap ke dalam tanah. Kesesuaian drainase tanah untuk budidaya tanaman kedelai di Desa Pucung termasuk dalam kelas kesesuaian S2 yaitu cukup sesuai.

2. Media perakaran a) Tekstur Tanah Hasil uji laboratorium BBTKL Yogyakarta menunjukkan sampel tanah Desa Pucung memiliki kandungan pasir sebanyak 6,97%, kandungan debu 48,60%, dan kandungan liat 44,43%. Hasil kandungan pasir, debu dan liat dimasukkan ke dalam segitiga kelas tekstur tanah, maka akan diperoleh tekstur tanah liat berdebu. Tekstur tanah di Desa Pucung memiliki tekstur liat berdebu yang tergolong halus dan termasuk dalam kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. b) Bahan Kasar Bahan kasar merupakan persentase kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah. Kandungan bahan kasar di Desa Pucung pada setiap lapisan tanahnya sangat rendah yaitu kurang dari 15%. Lapisan tanah yang ada di Desa Pucung cenderung sangat halus dan hampir tidak bisa dibedakan antara lapisan dengan lapisan yang lainnya. Tanah Desa Pucung merupakan hasil pelapukan batuan kapur, sehingga tanah yang dihasilkan memiliki tekstur liat berdebu dan cenderung mengandung sedikit sekali bahan kasar. Berdasarkan kandungan bahan kasar tanah, Desa Pucung memiliki bahan kasar kurang dari 15% dan termasuk dalam kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. c) Kedalaman efektif tanah Desa Pucung memiliki jenis tanah mediteran, tanah mediteran memiliki ketebalan tanah sangat dalam. Pengukuran yang dilakukan di Desa Pucung, menunjukkan kedalaman efektif tanahnya sangat dalam mencapai lebih dari 90 cm sehingga termasuk dalam kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. 3. Gambut Jenis tanah mediteran merupakan jenis tanah hasil pelapukan batuan kapur. Iklim di Desa Pucung merupakan iklim yang sangat kering dengan curah hujan yang rendah. Lapisan gambut akan tumbuh baik di daerah lembab dan jenuh air dengan banyak kandungan bahan organik. Tanah di Desa Pucung tergolong

kering dan tidak pernah jenuh air sehingga tidak memiliki lapisan gambut. Tanah Desa Pucung tidak memiliki kandungan gambut, sehingga termasuk kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. 4. Retensi Hara a) KTK Liat Hasil uji laboratorium untuk sampel tanah Desa Pucung mengandung KTK sebesar 0,124 cmol/kg. Tanah di Desa Pucung berdasarkan hasil uji laboratorium termasuk kelas kesesuaian S2 dengan kandungan KTK Liat yang rendah yaitu cukup sesuai. b) Kejenuhan Basa Hasil uji laboratorium terhadap kandungan basa sampel tanah di Desa Pucung adalah sebesar 62,24%. Hasil uji laboratorium tersebut menunjukkan tanah di Desa Pucung memiliki kandungan basa yang sangat tinggi untuk budidaya tanaman kedelai dan termasuk kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. c) ph Kandungan ph tanah di Desa Pucung tergolong netral yaitu sebesar 6,3. Desa Pucung memiliki kandungan ph tanah netral yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman, sehingga tanah di Desa Pucung termasuk dalam kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai untuk tumbuh tanaman kedelai. d) C-organik Hasil uji laboratorium untuk sampel tanah Desa Pucung mengandung C-organik yang tinggi yaitu sebesar 4,89%. Hasil uji laboratorim tersebut, menunjukkan bahwa tanah yang ada di Desa Pucung memiliki agregat tanah yang baik sehingga dapat membantu menjaga kesetabilan tanah agar terhindar dari erosi. Desa Pucung memiliki tanah dengan C-organik yang tinggi sehingga termasuk dalam kelas kesesuian S1 yaitu sangat sesuai untuk tumbuh tanaman kedelai. 5. Toksisitas Kadar salinitas dalam toksisitas dapat dilihat dari hasil uji laboratorium. Hasil uji laboratorium sampel tanah Desa Pucung menunjukkan kadar salinitas dalam tanah sebesar 2,51 ds/m. Kandungan salinitas tersebut bisa dikatakan rendah, sehingga tanaman dapat

bertumbuh dengan baik dalam tanah yang ada di Desa Pucung. Berdasarkan hasil uji laboratorium tersebut, maka tanah di Desa Pucung termasuk dalam kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. 6. Sodisitas Hasil uji laboratorium sampel tanah Desa Pucung menunjukkan bahwa kadar alkalinitas dalam tanah sebesar 94,273 mg/kg atau 0,94%. Kandungan alkalinitas dalam tanah di Desa Pucung termasuk sangat rendah sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Hasil uji laboratorium untuk kandungan sodisitas, menunjukkan tanah di Desa Pucung termasuk dalam kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. 7. Bahaya sulfidik Berdasarkan pengamatan lapangan, tanah yang ada di Desa Pucung mempunyai kedalaman sulfidik yang tergolong dalam yaitu 90 cm. Hasil pengamatan tersebut, menunjukkan tanah di Desa Pucung termasuk kelas kesesuaian S2 yaitu cukup sesuai untuk budidaya tanaman kedelai. 8. Bahaya erosi a) Lereng Desa Pucung memiliki kemiringan lereng antara 0 45%, tetapi daerah pertanian lahan kering yang ada di Desa Pucung merupakan daerah datar yang memiliki kemiringan lereng yaitu <8%. Kemiringan lereng tersebut termasuk dalam Kelas A dalam Kelas kemiringan lereng yang diklasifikasikan oleh Isa Darmawijaya. Lahan pertanian di Desa Pucung cenderung masuk ke dalam Kelas A, dikarenakan tanahnya datar atau hampir datar dengan run off yang cenderung lambat. Pengamatan lapangan tersebut menunjukkan kelas kesesuaian kemiringan lereng tanah di Desa Pucung termasuk kelas kesesuaian S1, yaitu sangat sesuai. b) Tingkat bahaya erosi Tingkat bahaya erosi tanah di Desa Pucung termasuk erosi ringan, hal ini bisa dilihat dari kemiringan tanahnya. Jenis tanah mediteran merah Desa Pucung merupakan tanah yang memiliki kepekaan erosi sedang sampai

berat. Kandungan C organik tanah Desa Pucung termasuk tinggi, sehingga tanah memiliki agregat tanah yang baik sehingga bisa tahan terhadap erosi. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan tanah di Desa Pucung memiliki tingkat kerentanan erosi ringan yaitu kurang dari 0,15 dan termasuk kelas kesesuaian S1, yaitu sangat sesuai. 9. Bahaya banjir Bahaya banjir dapat ditentukan dengan menghitung lamanya banjir dan genangan air. Desa Pucung merupakan daerah yang memiliki curah hujan tahunan yang tinggi yaitu sebesar 1874,87 mm/tahun, akan tetapi Desa Pucung merupakan daerah kapur sehingga air dapat meresap dengan cepat ke dalam tanah. Genangan merupakan bahaya banjir, akan tetapi lahan kering di Desa Pucung tidak pernah mengalami genangan. Tanah mediteran memiliki drainase agak cepat. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara penduduk menunjukkan bahwa tanah pertanian lahan kering di Desa Pucung tidak pernah mengalami genangan, disebabkan karena peresapan air yang tinggi. Tanah mediteran memiliki tingkat bahaya banjir yang dapat diabaikan dan termasuk dalam kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. 10. Penyiapan lahan a) Batuan di Permukaan Batuan permukaan di Desa Pucung tergolong sedang dan kebanyakan hanya terdapat di tepi lahan. Batuan permukaan dibawa air dari lereng pegunungan menuju ke lahan pertanian. Batuan permukaan berbentuk bulat dan jumlahnya antara 5-15%. Hasil pengamatan lapangan tersebut menunjukkan lahan pertanian di Desa Pucung mangandung batuan permukaan rendah sehingga termasuk dalam kelas kesesuaian S2 yaitu cukup sesuai. b) Singkapan batuan Desa Pucung merupakan desa yang terletak di daerah selatan Pulau Jawa yang mengalami pengangkatan peneplain sehingga memungkinkan memiliki banyak singkapan batuan. Singkapan batuan di lahan pertanian di Desa Pucung tergolong rendah. Batuan

tersingkap hanya terdapat di lereng pegunungan di tepi lahan pertanian sehingga tidak mengurangi produktivitas lahan pertanian. Batuan tersingkap di Desa Pucung kurang dari 5% dan tidak mempengaruhi produktivitas lahan pertanian, sehingga termasuk dalam kelas kesesuaian S1 yaitu cukup sesuai. Berdasarkan hasil pencocokan kualitas lahan dan kriteria syarat tumbuh tanaman di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan kering di Desa Pucung untuk budidaya tanaman kedelai termasuk kelas kesesuaian marginal atau kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas permanen yaitu curah hujan. Faktor yang menjadi pembatas utama adalah ketersediaan air (curah hujan) yang tidak dapat diubah. B. Faktor Pendorong dan Pembatas Tanaman Kedelai Faktor pendorong dan pembatas lahan kering di Desa Pucung adalah: Faktor pendorong penilaian kesesuaian lahan temperatur (23,86-26,3 C), ketersediaan air (kelembaban 69), media perakaran (tekstur halus, bahan kasar <15%, dan kedalaman efektif tanah >75 cm), gambut <60, retensi hara (kejenuhan basa 62,24%, ph 6,3 dan C-organik 4,89), toksisitas 2,51 ds/m, sodositas 0,94%, bahaya sulfidik 90 cm, bahaya erosi (lereng <8%, tingkat kerentanan erosi sangat rendah), bahaya banjir (F0) dan penyiapan lahan (singkapan batuan <5%). Faktor pembatas pada penilaian kesesuaian lahan yaitu ketersediaan air (curah hujan 1874,87 mm/tahun), drainase tanah agak cepat, KTK Liat 0,124 cmol, dan penyiapan lahan (batuan permukaan 5-15%). C. Produktivitas tanaman kedelai Produktivitas tanaman kedelai di Desa Pucung tergolong rendah, dikarenakan hasil panen kedelai tidak mencapai indikator produktivitas tanaman kedelai sebesar 9,5 kwintal/ha. Tahun 2013 hasil panen kedelai di Desa Pucung sebesar 2 kwintal/ha, dikarenakan hujan tidak stabil, sehingga menyebabkan waktu panen padi mundur dan kedelai tidak mendapatkan cukup air selama masa pertumbuhan. Pada tahun 2012, hasil panen kedelai lebih baik dari tahun 2013 yaitu sebesar 2,9 kwintal/ha, karena hujan cukup stabil sehingga waktu tanam

kedelai bisa dilaksanakan tepat waktu dan kedelai mendapatkan cukup air selama masa pertumbuhan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kelas kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian tanaman kedelai menunjukkan bahwa lahan kering di Desa Pucung memiliki kesesuaian marginal atau kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas permanen yaitu curah hujan. 2. Faktor pendorong penilaian kesesuaian lahan temperatur (23,86-26,3 C), ketersediaan air (kelembaban 69), media perakaran (tekstur halus, bahan kasar <15%, dan kedalaman efektif tanah >75 cm), gambut <60, retensi hara (kejenuhan basa 62,24%, ph 6,3 dan C-organik 4,89), toksisitas 2,51 ds/m, sodositas 0,94%, bahaya sulfidik 90 cm, bahaya erosi (lereng <8%, tingkat kerentanan erosi sangat rendah), bahaya banjir (F0) dan penyiapan lahan (singkapan batuan <5%). Faktor pembatas pada penilaian kesesuaian lahan yaitu ketersediaan air (curah hujan 1874,87 mm/tahun), drainase tanah agak cepat, KTK Liat 0,124 cmol, dan penyiapan lahan (batuan permukaan 5-15%). 3. Produktivitas tanaman kedelai di Desa Pucung tergolong rendah, karena tiap hektar lahan hanya menghasilkan 2 kwintal kedelai atau sebesar 21% dari indikator produktivitas tanaman kedelai sebesar 9,5 kwintal/ha.