ANALISIS EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM TEORI WUJŪD FILSAFAT MULLA SHADRĀ Oleh N. Elis Yanti Patimah NIM: 213141006 Pembimbing: Ammar Fauzi, Ph.D Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Master of Arts (M.A.) dan Magister Ushuluddin (M.Ud.) ISLAMIC COLLEGE FOR ADVANCED STUDIES (ICAS) BRANCH OF LONDON UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA 2016 M/1437 H
Abstract Eksistensi perempuan diposisikan sebagai jenis kelamin kedua (second sex). Tidak sedikit filosof berpendapat bahwa perempuan adalah makhluk insidental (accidental): pelengkap, pelayan, bahkan budak. Perempuan juga acapkali didefinisikan atas dasar determinasi takdir biologis, sejarah, budaya, dan agama. Dalam hal ini, perempuan tidak dipandang sebagai eksistensi yang otonom - sejatinya manusia. Pada akhirnya hal ini menuai perlawanan keras dari feminis, dengan melakukan gerakan pembebasan untuk merebut kesetaraan posisi. Manifestasi perlawanan terhadap tatanan mapan itu, tidak hanya terjadi pada alam pemikiran, tetapi juga pada sikap ekstrem adanya pengingkaran terhadap peran tradisional perempuan. Konsep filsafat Mulla Shadra menurut penulis, dapat menjadi alternatif jawaban terhadap problem eksistensi perempuan. Konsep egaliter dan inklusif dari konsep filsafat Mulla Shadra adalah dasar pijak yang fundamental untuk membedah problem eksistensi. Filsafat Mulla Shadra setidaknya dapat menganalisis eksistensi perempuan secara proporsional. Semua entitas yang ada dalam dimensi wujud eksistensi menjadi sebuah cara pandang yang fundamental tentang realitas. Kesatuan pada eksistensi tidak me-nafi-kan keragaman - partikularitas dalam esensi. Pada level eksistensi itu tidak ada perbedaan, yang ada hanya kesetaraan universal. Kualitas setiap eksistensi menentukan tingkat intensitas wujud yang dimiliki. Kesempurnaan adalah suatu keniscayaan bagi substansi yang terus mengaktual - dan sejatinya bukan pada aksidensi yang fana dan hancur. Tetapi epistemologi yang ditawarkan Mulla Shadra dapat memberikan keyakinan secara ontologis bagi perempuan. Menurut Shadra, perempuan secara potensial mampu menjadi sempurna (me-nyempurna) pada derajat substansi jiwa yang hakiki. Pencapaian kesempurnaan eksistensial itu tidak ditentukan oleh materi, tetapi oleh substansi im-materi, yaitu jiwa. Dari pandangan paradigmatik filosofis seperti ini, maka akan menepis anggapan bahwa jika bukan karena faktor di luar dirinya, perempuan akan mampu melakukan transendensi. * Kata Kunci: Eksistensi, Wujud, Jiwa, Transendensi. ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah Turabiyan dengan beberapa pengecualian. A. Konsonan b = ب t = ث = th ث j = ج ḥ = ح = kh خ d = د = dh ذ = r ر z = ز s = س = sh ش = ṣ ص ḍ = ض ṭ = ط ẓ = ظ = ع = gh غ = f ف q = ق k = ك = l ل = m م = n ن h = ه w = و = y ي B. Vokal Pendek : a = ; i = ; u = ا = ā Panjang : ; و = ū ; ي = ī ;اي= Diftong : ay او = aw C. Ta Marbutah ((? Ta marbutah yang diidafkan (disambung dengan kata lain) ditulis t, seperti lafal هللا معرفت في ditulis fi ma rifat Allah. Ta marbutah yang bersambung dengan kata lain tapi tidak dalam posisi mudaf, maka ditulis h, seperti lafal الفاضلت المدينت ditulis al-madīnah al-fāẓilah. D. Syaddah Syaddah atau tasydid ditransliterasi denūgan huruf, yaitu menggandakan dua huruf, seperti lafal عقلي ت ditulis aqliyyah, فعلي ت ditulis fi liyyah, dan قو ة ditulis quwwah, sedangkan tasydid yang berada di akhir kata seperti عدو ditulis aduw. E. Kata sandang Kata sandang al dilambangkan berdasarkan pada huruf yang mengikutinya. Jika huruf setelahnya adalah huruf shamsiyyah maka ditulis sesuai dengan huruf yang bersangkutan, demikian juga dengan huruf al-qamariyyah. ix
F. Pengecualian transliterasi Pengecualian transliterasi adalah kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia dengan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti عبد maka akan ditulis sunnatullah,, dan juga Asma al-husna seperti,سنت هللا lafal Jalaluddin. maka akan ditulis جالل الديه makaالرحمه akan ditulis Abdurrahman dan x
DAFTAR ISI BAB I: PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 15 C. Rumusan Masalah... 17 D. Tujuan Penelitian... 17 E. Manfaat Penelitian... 18 F. Metode Penelitian... 18 G. Tinjauan Pustaka... 19 H. Sistematika Pembahasan... 21 BAB II: PROBLEM FILOSOFIS EKSISTENSI PEREMPUAN... 23 A. Konsep Perempuan dalam Filsafat... 24 1. Filsuf Yunani... 24 2. Filsuf Abad Pertengahan... 25 3. Abad Pencerahan Modern... 26 4. Filsuf Abad ke-20... 29 5. Posmodernisme... 30 B. Pandangan Umum Filsafat tentang Manusia... 35 1. Landasaan Pemikiran dalam Kajian Manusia... 35 C. Mencari Akar Pemikiran Manusia dalam Filsafat Islam... 44 1. Hakikat Eksistensi Manusia... 44 2. Manusia Realitas Dwi-dimensi... 46 3. Struktur Eksistensial Manusia... 48 4. Watak Dasar dan Fitrah Manusia... 52 5. Perbuatan Manusia... 54 xi
BAB III: TEORI WUJŪD FILSAFAT MULLA SHADRĀ... 59 A. Prinsip-Prinsip Filsafat Mulla Shadrā... 62 1. Prinsipalitas Wujūd (al-aṣālah al-wujūd)... 63 2. Prinsip Ambiguitas Wujūd (Tashkīk al-wujūd)... 74 3. Gerak Substansial (al-harakah al-jawhariyah)... 77 B. Konsep-konsep Dasar Eksistensi Manusia... 86 1. Jiwa (al-nafs)... 86 2. Raga (Jism)... 88 3. Jiwa dan Raga dalam Gerak Kesempurnaan Eksistensi Manusia... 91 BAB IV: STATUS EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM TEORI WUJŪD MULLA SHADRĀ... 100 A. Eksistensi Hakiki... 103 B. Eksistensi Bergantung... 114 C. Sederajat Laki-laki... 117 D. Derajat Kesempurnaan Eksistensial (Teleologis)... 122 BAB V: PENUTUP... 127 A. Kesimpulan... 127 B. Saran... 131 xii