ton gas karbondioksida per tahun karena pembangkit tidak menggunakan bahan bakar fosil (EPA, dalam makalah kolokium 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly,

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari ketergantungan terhadap energi. Gerak pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang baik serta pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan budaya turun

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KMT-2. Munandar Sai Sohar 1, Danang Sudira 2, Agus Artadi 3, Paulus Wendi Saputra 4

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

PECHA KUCHA. Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Mendukung Terciptanya Permukiman yang Berkelanjutan TOWARDS SUSTAINABLE HUMAN SETTLEMENTS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Plt Menteri ESDM menekankan pentingnya pengembangan inovasi dalam berbagai aspek dan

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Potensi air sebagai sumber energi terutama digunakan sebagai penyediaan energi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I. PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah untuk. penerangan. Keadaan kelistrikan di Indonesia sekarang ini sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan energi listrik juga digunakan untuk kebutuhan lainnya

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH PERBATASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah..

I. PENDAHULUAN. Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN POTENSI ENERGI BARU TERBARUKAN DI DIY

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ahmad Ragana Yudha, 2014 Optimalisasi Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Berskala Pico Hydro

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. pihak-pihak terkait seperti PT Austindo Aufwind New Energy, PT PLN (Persero)

Laporan Akhir I - 1 SUMBER DAYA AIR

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran... 57

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014 Rancang Bangun Simulator Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

2015 ANALISIS KELAYAKAN PEMBUATAN PLTMH DI DESA PAKENJENG SEBAGAI DESA MANDIRI ENERGI

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator.

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

2017, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skal

ENERGI DAN KESEJAHTERAAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

MENGEMBANGKAN POTENSI ENERGI TERBARUKAN DI JARINGAN IRIGASI DENGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) ABSTRAKS

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan. dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik

2 merupakan kegiatan utama dalam penggunaan sumber daya air; c. bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya da

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kekayaan alam yang tersedia dalam bumi negara kita ini. Contohnya

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Bab Satu Pendahuluan. Latar Belakang

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT

PROGRAM PERCEPATAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKDOHIDRO DI INDONESIA MELALUI POLA KEMITRAAN

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG

LUMBUNG ENERGI DAN LISTRIK. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 S A R I

PROWATER SEBAGAI SOLUSI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK. Johny Ivan, ST. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan

MEMBANGUN DESA MANDIRI ENERGI BERBASIS PLTMH DI KABUPATEN KLATEN. OLEH : BIBIT SUPARDI, S.Pd., MT

Transkripsi:

SUMBER DAYA AIR

Latar Belakang P emanfaatan aliran air sungai sebagai sumber energi di pedesaan telah menjadi alternatif ditengah keterbatasan kemampuan PLN. Diperkirakan hingga 10 tahun ke depan penyediaan energi listrik nasional masih belum mampu menjangkau daerah-daerah terpencil. Pada akhir tahun 2009, kapasitas pembangkit di seluruh Indonesia ada 30.500 MW. Ratarata listrik ini hanya tercapai 65%, dan ini tidak terdistribusi secara proporsional pada Pulau Jawa dan Bali. Rendahnya rata-rata tenaga listrik ini terefleksi dalam konsumsi per kapita yang hanya di bawah 600kWh. Dalam rangka untuk menaikkan area pelayanan dan meningkatkan rata-rata kelistrikan, Indonesia harus membangun kapasitas dengan 9,2% setiap tahunnya naik sampai dengan 2027. Sementara rencana nasional kelistrikan berlangsung, pertumbuhan konsumsi menghadapi 6-7% per tahun. Untuk mengatasi program transmisi, ada banyak investasi potensial untuk bangunan lokal/ pembangkit tenaga listrik regional memakai sumber daya lokal / pembangkit tenaga listrik mikro/ minihidro. Indonesia mencoba untuk menciptakan ekonomi karbon-rendah dan Pesiden Yudhoyono telah mengambil sebuah komitmen untuk memangkas emisi karbon sebesar 26% dari segi industri secara umum sampai dengan 2020. Dalam strategi energi nasional, Indonesia juga berkomitmen untuk mengalokasikan 20% dari gabungan total energi untuk sumber daya terbarukan sampai dengan tahun 2025. Potensi mikro/ minihidro dari 500 MW, baru terpasang 86,1 MW. Artinya, tenaga potensial pemasangan masih 17,56 %. Saat ini terdapat lebih dari 14.198 jumlah desa yang masih belum memiliki akses listrik yang memadai. Penerapan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) telah banyak dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia pada tahun 1992-1993 oleh Puslitbang SDA, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pekerjaan Umum, utamanya di wilayah terpencil seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Lampung. Dalam penerapan TTG mikrohidro tersebut pasti ada yang sukses dan gagal (baik TTG PLTMH dari Pusair/ lainnya). Penggunaan PLTMH sebagai energi alternatif yang cost friendly, user friendly, environment friendly, and material friendly diharapkan dengan peran Puslitbang Sosekling dapat lebih besar lagi pemanfaatannya menjadi solusi atas kurangnya aksesibilitas masyarakat pedesaan terhadap PLTMH tersebut dapat dikembangkan untuk sumber energi listrik terbarukan dari sumber air saluran irigasi di samping teknis untuk penerangan rumah tangga atau industri Rumah Tangga/ pengolahan produksi / tingginya biaya listrik, memompa air irigasi (di beberapa daerah) dapat membawa perubahan sosial dan kondisi ekonomi termasuk, perubahan pola tingkah laku dan pola interaksi penduduk setempat. Sumber Daya Air, merupakan salah satu energi primer pembangkit energi listrik, potensi yang ada sangat besar yaitu 75000 MW, 500 MW diantaranya adalah potensi untuk PLT-Mikro Hidro, Kep. Men ESDM No. 1122 K/30/MEM/2002, Pembangkit Listrik Tenaga Air<1000 kw, digolongkan tenaga Mikrohidro. Dengan semakin berkurangnya jumlah baku sawah yang diari, maka potensi sumber air irigasi yang tersisa inilah yang dijadikan sumber energi. Apabila sistem pemasangan turbin di saluran irigasi sedemikian rupa sehingga air penggerak turbin dapat dialirkan kembali ke salurannya, maka efisiensi menjadi lebih besar, karena dengan demikian air irigasi dapat ditingkatkan daya gunanya. Dari segi lingkungan, teknologi mikrohidro juga dapat menurunkan laju emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Pemanasan global inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim berikut dampak ikutannya seperti kegagalan panen, kelangkaan air, tenggelamnya daerah pesisir, banjir, dan kekeringan. Mikrohidro berkapasitas 100kW, secara tidak langsung akan mereduksi sekitar 560

ton gas karbondioksida per tahun karena pembangkit tidak menggunakan bahan bakar fosil (EPA, dalam makalah kolokium 2011). Penunjang mikrohidro adalah debit air. Karena itu keberlangsungan vegetasi hutan di sekitar aliran sungai harus dijaga. Pengerusakan dan pembabatan hutan akan menyebabkan daerah setempat menjadi tandus, dan pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya debit air sungai. Biasanya, aliran air yang ada disungai dibelokkan untuk diterjunkan setinggi kira-kira 20 meter dan dijatuhkan untuk memutar turbin (Zainal Aliyy Musthofa, 2008). Dibandingkan dengan sumber-sumber energi lain, pembangkit listrik mikrohidro merupakan sumber energi yang secara ekonomis sangat efisien, selain juga mudah perawatannya. Nilai investasi pembuatan pembangkit listrik tenaga mikrohidro, untuk rata-rata penerangan sebuah desa selama 24 jam, diperlukan biaya sebesar Rp 20 juta sampai Rp 30 juta per 1.000 watt (kompas, 2009). Penunjang mikrohidro adalah debit air. Karena itu keberlangsungan vegetasi hutan di sekitar aliran sungai harus dijaga. Pengerusakan dan pembabatan hutan akan menyebabkan daerah setempat menjadi tandus, dan pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya debit air sungai. Biasanya, aliran air yang ada disungai dibelokkan untuk diterjunkan setinggi kira-kira 20 meter dan dijatuhkan untuk memutar turbin, Musthofa (2008). Disebutkan bahwa energi alternatif yang ramah lingkungan ini dapat menghasilkan daya listrik sebesar 7,5 megawatt hanya dengan menggunakan potensi air rata-rata 150-175 liter per detik (kompas (2009)). Besaran tersebut dapat terpenuhi cukup dari sungai-sungai kecil. Ada tiga macam teknologi mikrohidro, yaitu pikohidro dengan kemampuan di bawah 1 kilowatt (KW), mikrohidro dengan daya hingga 250 KW, dan minihidro dengan kemampuan di bawah 1 megawatt. Teknologi pikohidro dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan energi terbatas, seperti menghidupkan lampu dan keperluan alat elektronik berdaya kecil. Adapun teknologi mikrohidro memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan energi sekitar 500 rumah dan teknologi minihidro dapat mencukupi kebutuhan energi beberapa desa (kompas (2009)). Energi yang dihasilkan dapat digunakan untuk penerangan, televisi/radio, alat pemintal, dsb. Dibandingkan dengan sumber-sumber energi lain, PLTMH merupakan sumber energi yang secara ekonomis sangat efisien, selain juga mudah perawatannya. Nilai investasi pembuatan pembangkit listrik tenaga mikrohidro, untuk rata-rata penerangan sebuah desa selama 24 jam, diperlukan biaya sebesar Rp 20 juta sampai Rp 30 juta per 1.000 watt (kompas (2009)). Kepmen ESDM No 31/2009 tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT. PLN (Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan energi Terbarukan Skala Kecil Dan Menengah Atau Kelebihan

Tenaga Listrik, Pasal 2 (1) : Harga pembelian tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditetapkan sebagai berikut: a. Rp 656/kWh x F, jika terinterkoneksi pada Tegangan Menegah; b. Rp 1.004/kWh x F, jika terinterkoneksi pada Tegangan Rendah. (2) F sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan faktor insentif sesuai dengan lokasi pembelian tenaga listrik oleh PT. PLN (Persero) dengan besaran sebagai berikut: a. Wilayah Jawa dan Bali, F=1; b. Wilayah Sumatera dan Sulawesi, F=1,2; c. Wilayah Kalimantan, NTB dan NTT, F=1,3; d. Wilayah Maluku dan Papua, F=1,5. Selama 15 tahun terakhir telah ditempuh upaya pemberdayaan masyarakat di berbagai lokasi di Indonesia untuk membuat pembangkit listrik mikrohidro secara mandiri. Namun, pemerintah yang belum mampu menyebarluaskan potensi ini jangkauan komunitas basis secara lebih luas. Hingga saat ini, lebih dari 50 lokasi yang sudah dipelopori untuk mengembangkan teknologi mikrohidro secara mandiri oleh masyarakat setempat. Kualitas dan keberlanjutan itu menjadi titik tolak pengembangan pembangkit listrik. Pelaksanaan proyek mikrohidro sebaiknya dijadikan proyek masyarakat setempat dengan melibatkan para ahli sesuai bidang masing-masing. Pengembangan mikrohidro mencakup aspek lingkungan, sosial dan ekonomi yang harus berjalan secara komprehensif. Seperti pada aspek lingkungan, setidaknya dibutuhkan penetapan kawasan hutan dengan vegetasi yang baik seluas 30 kilometer persegi. Penjagaan dan pemeliharaan lingkungan seperti itu membutuhkan kemampuan khusus dari ahli di Indonesia (Tri Mumpuni, 2010). Beberapa desa yang menggunakan teknologi PLTMH Puslitbang SDA PU antara lain adalah kawasan wisata Way Lalaan, Desa Kampung Baru, Kec. Kota Agung, Kab. Tanggamus, Lampung dan Desa Sukarame Kec. Leles Kab. Garut Jawa Barat (Tahun 2004). Sebagai studi pembanding diteliti desa di Subang (Jawa Barat), Tanggamus (Lampung), Sengkaling, Malang (Jawa Timur) dan Banyumas (Jawa Tengah). Peneliti dapat melaksanakan identifikasi masalah sosial, ekonomi dan lingkungan dengan memperhatikan apa yang tampak di permukaan (above the surface) seperti apa yang menjadi pemberitaan dan apa yang banyak disuarakan oleh masyarakat. Penelitian juga dapat memperhatikan apa yang ada di bawah permukaan (bellow the surface) yaitu mengamati fenomena sosial seperti pertambahan jumlah pengguna/ konsumen PLTMH, kasus-kasus kriminalitas lingkungan masyarakat, mahalnya tarif pemasangan listrik, dan semacamnya. Dalam observasi pendahuluan telah dilakukan wawancara mendalam (interdepth interview) pada kepala Pekon Kampung Baru, pengelola PLTMH Puslitbang SDA PU di kawasan wisata Way Lalaan, Desa Kampung Baru, Kec. Kota Agung, Kab. Tanggamus, Lampung, dan Kepala Dinas SDAP

Kabupaten Garut, informasi awal menunjukkan bahwa faktor fungsi (utilitas), dukungan sosial, kondisi sosekling masyarakat birokrasi dan kebijakan pengelolaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan keberlanjutan pengelolaan mikrohidro. Terutama dalam aspek kriteria penentuan lokasi pemilihan penerapan mikrohidro sangatlah penting mempertimbangkan faktor-faktor tersebut karena terbukti di lapangan bahwa keberlanjutan (sustainability) pengelolaan tidak dapat berjalan lagi saat ini. Untuk lokasi di kawasan wisata Way Lalaan, nampak adanya benihbenih konflik antar petani pengguna air di hilir yang merasa debit air berkurang karena adanya saluran pengambilan mikrohidro di hulu. Hal ini, perlu upaya mensinergiskan persepsi antara pengelola dan kelompok P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) yang memanfaatkan saluran irigasi tersebut. Sehingga diharapkan terdapat konektivitas yang berkesinambungan agar kedepan dapat terbangun kolaborasi antara P3A, pengelola, dan pengguna sehingga pengoperasian teknologi mikrohidro dapat digunakan seefisien mungkin dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar (misal: untuk pengeringan padi, kerajinan kecil, dsb). Dari situasi dan kondisi tersebut, penelitian ini penting dilakukan untuk menyiapkan kriteria lokasi penerapan mikrohidro dan tahap pengelolaannya melalui pemetaan agar suatu lokasi memenuhi kelayakan aspek sosekling bagi penerapan mikrohidro yang berkelanjutan tersebut. Rumusan Masalah Penelitian (Problems Statement) Kurangnya keberhasilan dan keberlanjutan dalam pengelolaan mikrohidro disamping masalah faktor fungsi operasi dan kebijakan pengelola, juga lebih disebabkan oleh karena sebagai solusi penerapan dan kondisi sosial ekonomi lingkungan masyarakatnya belum disiapkan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan latar belakang serta rumusan masalah maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana gambaran dan pemetaan sosekling pada lokasi pengelolaan teknologi mikrohidro? Apa saja aspek kelayakan sosekling dalam kriteria lokasi untuk penerapan teknologi mikrohidro yang perlu diperhatikan? Maksud dan Tujuan Maksud diadakan kegiatan Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Teknologi Mikrohidro Berbasis Masyarakat adalah memberikan masukan tentang Pengelolaan Teknologi Mikrohidro Berbasis Masyarakat kepada stakeholders.tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk menyusun naskah ilmiah kelayakan aspek sosekling teknologi mikrohidro yang meliputi kriteria lokasi penerapan, pengelolaan kesiapan dan respon masyarakat (termasuk model pengelolaan teknologi mikrohidro berbasis masyarakat).

Keluaran (Output) Keluaran dari kegiatan penelitian dan pengembangan pengelolaan teknologi mikrohidro berbasis masyarakat adalah naskah ilmiah. Manfaat Manfaat dari kegiatan penelitian dan pengembangan pengelolaan teknologi mikrohidro berbasis masyarakat adalah memberikan dukungan berupa masukan kepada stakeholders terkait..